Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TENAGA LISTRIK TRASFORMATOR 3 FASA

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Tenaga Listrik Semester
Ganjil

Dosen Pengampu : Ir. H. Deni Rachmat, M.T.

Disusun Oleh :

Bima Hidayatullah (011.22.028)


M Viky Andesta (011.22.034)
M Bima Kesmua W (011.22.035)
Muh Shafa Adhin Sastro Wardanu (011.22.036)
Zean Prayoga (011.22.039)
Amzar Reihan (011.22.049)
Yuni Apriana (011.22.055)
Ike Sentiya (011.22.062)
Nadya Rasbina Br Sitepu (011.22.066)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAWIT


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
2024
MODUL 6

TRANSFORMATOR 3 FASA

I. Tujuan Percobaan
a. Mahasiswa mampu memahami cara kerja trasformator 3 fasa.
b. Mahasiwa mampu merangkai rangkaian trasformator 3 fasa.
c. Mahasiswa mampu mengatasi masalah-masalah pada trasformator 3 fasa

II. Alat-Alat Yang Digunakan


a. Trasformator 3 fasa
b. Pengatur Tegangan AC 3 fasa
c. Amperemeter
d. Multimeter
e. Voltmeter
f. Watt meter

1
III. Dasar Teori

Pada prinsipnya transfomator tiga fasa adalah gabungan tiga buah


transformator satu fasa yang masing-masing sisi dihubungkan secara bintang (Y)
atau delta (Δ). Hubungan trafo 3-fasa dinyatakan dengan dengan kombinasi Y dan
Δ. Dalam Tranformator tiga fasa banyak hubungan yang dimungkinkan untuk
belitan primer dan sekunder tergantung dari penggunaannya. Berikut adalah
beberapa bentuk hubungan trafo 3-fasa.

1. Hubungan Bintang-Bintang (Y-Y)

Gambar 1. Hubungan Y – Y trafo 3-fasa


.
Hubungan ini merupakan yang paling ekonomis untuk sebagian kecil
transformator tegangan tinggi karena banyaknya phasa dan jumlah isolasi yang
dibutuhkan sedikit ( seperti tegangan phasa yang hanya 1/dari tegangan line).
Pada gambar 1 diperlihatkan 3 transformator yang terhubung Y untuk sisi primer
dan 3 transformator yang terhubung Y untuk sisi primer dan sekundernya.
Perbandingan dari tegangan line untuk sisi primer dan sisi sekunder adalah sama
dengan perbandingan perubahan setiap transformator. Bagaimanapun juga, disana
ada pergeseran phasa sebesar 30o antara tegangan phasa dan tegangan line pada
sisi primer dan sisi sekunder.
Tentunya tegangan line pada kedua sisi sama seperti tegangan utama
berturut-turut dalam phasa satu dan yang lain. Hubungan ini bekerja dengan baik
hanya dalam keadaan beban setimbang. Dengan beban yang tidak setimbang ke
netral, pergeseran titik netral disana akan mengakibatkan tegangan tiga phasa line
to netral berbeda. Efek dari ketidakseimbangan bebab dapat dimisalkan dengan
meletakkan beban tunggal antar phasa (coil) A. Primer coil A ini tidak bisa
mensupply daya yang dibutuhkan karena dia terhubung seri dengan primer B dan
C yang mana sekundernya open. Dengan kondisi lain, primer coil B dan C bekerja
dengan impedansi yang sangat tinggi sehingga primer coil tersebut dapat mengisi
tapi sangat kecil arus yang melaluinya dari line. Karenanya, sekunder coil tidak
dapat mensupply daya manapun. Pada kenyataannya, resistansi yang sangat
rendah mendekati short-circuit yang berkemungkinan terhubung antara titik A
dan Netral dan hanya sebagian kecil jumlah arus yang akan mengalir. Seperti
disebutkan sebelumnya, adalah dalam kaitannya dengan pengurangan dari
tegangan Ekarena pergesaran titik netral. Dengan kata lain, dalam kondisi short-
circuit, netral menarik terlalu banyak ke arah coil A. Ini mengurangi Etetapi

2
meningkatkan Edan E(bagaimanapun tegangan line E, Edan Etidak dibuat-buat).
Pada sisi primer, Enantinya akan berkurang menjadi nol sedangkan Edan Eakan
naik mendekati full primary line voltage. Kesulitan dari pergeseran netral dapat
dihilangkan dengan menghubungkan primer netral (diperlihatkan dalam garis
putus-putus pada gambar) balik ke generator sehingga primer coil A tersebut
dapat mengambil daya yang dibutuhkannya dari line dan netral tersebut. Ini
seharusnya dicatat bahwa jika suatu beban phasa tunggal dihubungkan antara line
A dan B, akan ada kesamaan tapi lebih sedikit dari menyebutkan pergeseran netral
yang mana mengakibatkan overvoltage pada satu atau lebih transformator.
Keuntungan lain dari menstabilkan primer netral dengan
menghubungkannya Ke netral dari generator adalah akan mengurangi
penyimpangan pada tegangan phasa sekunder. Ini menjelaskan sebagai berikut,
untuk mengirimkan gelombang sinus tegangan dibutuhkan suatu gelombang sinus
flux dalam inti, akan tetapi dikarenakan karakteristik dari besi, suatu gelombang
sinus flux membutuhkan sepertiga komponen harmonic dalam arus penguat.
Seperti frekuensi dari komponen ini adalah tiga kali dari frekuensi sirkuit, pada
saat tertentu, itu cenderung untuk mengalirkan arus ke arah manapun dari titik
netral pada ketiga transformator. Jika primer netral diisolasi, the triple frequency
current tidak bisa mengalir. Karenanya flux dalam inti tidak bias menjadi
gelombang sinus sehingga tegangan menyimpang. Tetapi jika primer netral
ditanahkan , yang mana dihubungkan dengan netral generator, lalu ini akan
menyediakan suatu alur untuk , the triple frequency current dan e.mfs dan
kesulitan telah diperdaya.
Jalan lain untuk menghindari masalah ini dari osilasi netral adalah untuk
menyediakan masing-masing transformator dengan sepertiga atau lilitan tertiar
yang secara relatif rendah kVA rating. Lilitan tertiar ini terhubung dalam Δ dan
menyediakan sirkuit dimana triple-frequency komponen dari arus magnetisasi
dapat mengalir ( dengan isolasi netral, tidak bisa ). Pada kasus ini, gelombang
sinus dari tegangan berlaku pada primer akan mengakibatkan gelombang sinus
dari tegangan phasa pada sekunder. Seperti dikatakan diatas, keuntungan dari
hubungan ini adalah isolasi tersebut dimana tekanan hanya untuk tingkat tegangan
line ke netral yaitu 58 % dari tegangan line.

Gambar 2, hubungan Y – Δ trafo 3-fasa Gambar 3, hubungan Δ – Y trafo 3-fasa

3
2. Hubungan Y – Δ
Penggunaan utama dari hubungan ini pada akhir bagian dari line transmisi
dimana tegangan menjadi diturunkan. Lilitan utama dari Y dihubungkan dengan
pentanahan netral seperti yang terlihat pada gambar 2. rasio antara tegangan
primer dan sekunder adalah 31 kali rasio trafo untuk setiap trafo. Terdapat
perbedaan 30° antara tegangan line primer dan sekunder yang berarti bahwa bank
trafo Y–Δ tidak bisa diparalelkan dengan Y-Y atau Δ-Δ bank. Arus harmonik
ketiga juga mengalir pada Δ untuk menyediakan flux sinusoidal.

3. Hubungan Δ – Y

Hubungan ini biasanya digunakan ketika diperlukan untuk menaikkan


tegangan sebagai contoh pada permulaan tegangan tinggi pada sistem transmisi.
Hubungan ini diperlihatkan pada gambar 3. Netral sekunder trafo ditanahkan
untuk menyediakan 3 fasa 4 kawat. Beberapa tahun terakhir hubungan Δ–Y ini
semakin populer karena dapat digunakan untuk melayani peralatan daya 3 fasa
dan sirkuit pencahayaan 1 fasa secara bersamaan.
Hubungan ini tidak terbuka untuk distorsi tegangan dan floating netral karena
keberadaan dari hubungan Δ menghasilkan bahagian kecil untuk arus harmonik
ketiga. Telah diteliti bahwasanya tegangan dan arus line primer dan sekunder
masing – masingnya berbeda fasa sebesar 30°. Karena perbedaan 30° ini, maka
memungkinkan untuk memparalelkan bank dengan Y-Y atau Δ-Δ bank sekalipun
rasio tegangan harus diatur. Rasio tegangan sekunder dan primer adalah kali rasio
transformasi dari masing – masing trafo. 3

4 Pengujian Open-circuit atau Tanpa Beban

Tujuan pengujian ini untuk menentukan rugi tanpa beban atau rugi inti dan
arus tanpa beban I0 yang akan sangat membantu untuk mendapatkan X0 dan R0.

Gambar 4

Satu belitan dari transformator (yang sesuai tetapi biasanya belitan tegangan
tinggi) pada sisi yang terbuka dan sisi lainnya terhubung ke suplai atau tegangan
dan frekuensi normal. Sebuah wattmeter W, voltmeter V dan ammeter A
terhubung pada sisi belitan tegangan rendah yaitu belitan primer pada kondisi
sebenarnya. Dengan tegangan normal yang diberikan pada sisi primer fluks
normal akan teratur pada inti, karena itu rugi besi normal akan terjadi dan terekam
oleh wattmeter. Selama arus beban I0 pada sisi primer (seperti pengukuran
ammeter) kecil(biasanya 2 hingga 10% dari rating arus beban), rugi Cu kecil dan

4
dapat diabaikan pada sisi primer dan tak berarti pada sisi sekunder (yang terbuka).
Karena itu, wattmeter membaca dan menampilkan rugi inti dibawah kondisi tanpa
beban.
Hal tersebut akan tercatat ketika I0 sangat kecil, kumparan penekan pada
wattmeter dan voltmeter terhubung selama arus didalamnya tidak melewati nilai
kumparan arus dari wattmeter. Kadang, resistansi tinggi voltmeter terhubung
melalui sisi sekunder. Pembacaan voltmeter memberika e.m.f pada belitan
sekunder. Hal ini akan membantu untuk mendapatkan rating K transformator.

5. Rangkaian Hubung Singkat Atau Tes Impedansi

Berikut adalah metoda ekonomis untuk menentukannya:


(i) Impedansi ekuivalen (Z01 atau Z02), reaktansi bocor (X01 atau X02) dan total
resistansi (R01 atau R02) dari taransformator yang terhubung belitan dimana alat
ukur telah ditempatkan.
(ii) Rugi-rugi tembaga pada saat beban penuh (dan pada semua beban yang
diinginkan).rugi-rugi ini diperlukan untuk menghitung efisiensi dari
transformator.
(iii) Seperti Z01 atau Z02. total jatuh tegangan pada transformator pada sisi
primer dan sekunder dapat diperhitungkan.dan nilai regulasi dari transformator
dapat ditentukan.
Pada tes satu kumparan, biasanya menggunakan kumparan tegangan
rendah,yang mana rangkaian dihubung singkat dengan kuat dengan konduktor
(atau ampermeter yang dipasang untuk mengindikasi arus beban) yang
ditunjukkan pada gambar 5

Gambar 5

Tegangan rendah(biasanya 5-10% dari tegangan normal sisi primer) pada


frekuensi yang benar (khusus untuk rugi-rugi tembaga tidak diperhitungkan)
dalam aplikasi pd sisi primer dan dalam peningkatan sampai pada beban penuh,
arus yang mengalir kedua sisi primer dan sisi skunder (yang diindikasikan dengan
masing masing ampermeter).
Karena pada tes ini tegangan yang digunakan adalah persentase kecil dari
tegangan normal, fluk φ bolak balik yang dihasilkan biasanyanya sebagian kecil
dari nilai normalnya.(gambar 6) karena rugi rugi inti besi sangat kecil dengan
hasil yang dibaca oleh wattmeter dan digambarkan pada saat beban penuh.

5
Gambar 6

Rugi rugi tembaga atau I2R. rugi rugi untuk semua transformator l,e rugi rugi
tembaga pada kedua sisi primer dan sekunder . rangkaian ekuivalen dari
transformator saat kondisi hubung singkat ditunjukkan dalam gambar 6. jika Vsc
adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mengukur arus beban yang beredar, maka
Z01 = Vsc / I1
Jadi,
W = I12 R2’
R01 = W / I12
X01 = √(Z012 + Z022)
IV. Rangkaian Percobaan

Gambar 7, hubungan Y – Δ trafo 3-fasa Gambar 8, hubungan Δ – Y trafo 3-fasa

6
V. Percobaan
a. Siapkan peralatan-peralatan yang digunakan dalam percobaan.
b. Susun rangkaian seperti gambar.
c. Hubungkan kabel-kabel penghantarnya sesuai dengan diagram
pengawatan seperti gambar.
d. Hubungkan dengan sumber listrik 3 phasa AC, setelah diperiksa asisten
praktikum
e. Jangan dihubungkan ke motor listrik dahulu
f. Periksa lagi rangkaiannya, hubungkan ke motor listrik 3 phasa.

VI. Tugas Praktikum


a. Jelaskan Fungsi-fungsi dari perlatan yang ada dalam percobaan ini
dan cara kerjanyaa.
1. Transformator 3 fasa
Konstruksi Transformator Tiga Fasa:

o Tipe Inti: Dalam konstruksi ini, terdapat tiga inti dan dua.
Setiap inti memiliki gulungan primer dan sekunder yang
dililitkan secara spiral. Kaki inti membawa belitan tegangan
tinggi (HV) dan tegangan rendah (LV). Inti dilaminasi untuk
mengurangi kerugian arus pusar. Gulungan LV ditempatkan
dekat inti, sedangkan belitan HV di atas belitan LV.
o Tipe Shell: Trafo tipe shell tiga fasa dibangun dengan
menumpuk tiga transformator fasa tunggal. Setiap fasa
memiliki rangkaian magnet tersendiri.

Prinsip Kerja:

o Ketika arus listrik AC mengalir melalui salah satu kumparan


pada transformator tiga fasa, medan magnetik muncul di sekitar
kumparan tersebut.
o Medan magnetik ini menginduksi tegangan listrik pada
kumparan lainnya yang terhubung dengan inti besi yang sama.
o Kumparan primer menerima tegangan listrik dari sumber tiga
fasa, dan kumparan sekunder mengirimkan tegangan ke beban.

7
2. Amperemeter
o Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus
listrik dalam sebuah rangkaian.
Untuk cara kerjanya :

1. Konstruksi Amperemeter
- Amperemeter terdiri dari beberapa komponen, termasuk
galvanometer, resistensi shunt, dan jarum penunjuk.
- Galvanometer: Komponen utama amperemeter yang
mengukur tingkat arus listrik. Galvanometer memiliki inti besi
yang dikelilingi oleh kumparan kawat halus. Inti besi berfungsi
sebagai magnet ketika arus mengalir melalui kumparan.
- Resistensi Shunt: Dipasang secara seri dengan
galvanometer. Fungsinya adalah memperbesar batas ukur
amperemeter.
- Jarum Penunjuk: Bergerak sesuai dengan hasil pengukuran
arus.

2. Cara Kerja Amperemeter:


- Ketika amperemeter dialiri arus listrik, terbentuk medan
magnet di sekitarnya.
- Arus listrik mengalir melalui kumparan, menyebabkan
reaksi magnetik pada inti besi di dalamnya.
- Medan magnet membuat inti besi bergerak, dan secara
otomatis jarum penunjuk juga bergerak, menunjukkan hasil
pengukuran.

3. Fungsi Amperemeter:
- Amperemeter berfungsi untuk mendeteksi tegangan listrik.
- Hanya dapat mengukur arus listrik pada rangkaian tertutup.
- Pemasangan resistensi shunt memperbesar kemampuan
pengukuran.

3. Voltmeter

Voltmeter adalah alat pengukur yang digunakan untuk


mengukur tegangan listrik dalam sebuah rangkaian. Mari kita
jelaskan secara mendetail bagaimana voltmeter bekerja:

1. Konstruksi Voltmeter:
- Voltmeter terdiri dari beberapa komponen, termasuk
galvanometer, resistansi shunt, dan jarum penunjuk.
- Galvanometer: Komponen utama voltmeter yang mengukur
tingkat arus listrik. Galvanometer memiliki inti besi yang
dikelilingi oleh kumparan kawat halus. Inti besi berfungsi
sebagai magnet ketika arus mengalir melalui kumparan.
- Resistansi Shunt: Dipasang secara seri dengan

8
galvanometer. Fungsinya adalah memperbesar batas ukur
voltmeter.
- Jarum Penunjuk: Bergerak sesuai dengan hasil pengukuran
tegangan.

2. Cara Kerja Voltmeter:


- Voltmeter dihubungkan secara paralel dengan rangkaian
yang ingin diukur tegangannya. Ini karena voltmeter memiliki
**nilai resistansi yang sangat tinggi
- Ketika arus mengalir melalui voltmeter, **medan magnet
terbentuk di sekitarnya.
- Medan magnet menyebabkan jarum penunjuk bergerak,
menunjukkan hasil pengukuran tegangan.

Satuan voltmeter adalah milivolt, kilovolt, dan volt. Simbol


voltmeter dalam suatu rangkaian biasanya dilambangkan
dengan huruf V. Dengan pemahaman ini, kita dapat
menggunakan voltmeter dengan lebih baik dalam pemeliharaan
dan perbaikan perangkat elektronik.

4. Multimeter

Multimeter adalah alat pengukur yang digunakan untuk


mengukur arus listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik
dalam sebuah rangkaian. Berikut adalah penjelasan mendetail
tentang cara kerja multimeter:

1. Konstruksi Multimeter:
- Multimeter terdiri dari beberapa komponen, termasuk
galvanometer, resistansi shunt, dan jarum penunjuk, -
Galvanometer: Komponen utama multimeter yang mengukur
tingkat arus listrik. Galvanometer memiliki inti besi yang
dikelilingi oleh kumparan kawat halus. Inti besi berfungsi
sebagai magnet ketika arus mengalir melalui kumparan.
- Resistansi Shunt: Dipasang secara seri dengan
galvanometer. Fungsinya adalah memperbesar batas ukur
multimeter.
- Jarum Penunjuk: Bergerak sesuai dengan hasil pengukuran
arus, tegangan, atau hambatan.

2. Cara Kerja Multimeter:


- Multimeter dihubungkan secara paralel dengan rangkaian
yang ingin diukur.
- Ketika arus mengalir melalui multimeter, terbentuk medan
magnet di sekitarnya.
- Medan magnet menyebabkan jarum penunjuk bergerak,

9
menunjukkan hasil pengukuran.

3. Fungsi Multimeter:
- Mengukur Arus Listrik: Multimeter dapat mengukur arus
listrik baik arus bolak-balik (AC) maupun arus searah (DC).
- Mengukur Tegangan Listrik: Multimeter digunakan untuk
mengukur tegangan listrik atau voltase dari sebuah komponen.
- Mengukur Hambatan Listrik: Multimeter juga dapat
mengukur tingkat hambatan atau resistansi dari suatu
komponen listrik.
- Fungsi HFE: Beberapa multimeter memiliki fungsi untuk
mengukur faktor penguatan transistor (Hfe).
- Mengukur Nilai Kapasitansi: Beberapa multimeter dapat
mengukur nilai kapasitansi dari kapasitor.
- Mengukur Frekuensi Sinyal: Multimeter juga dapat
digunakan untuk mengukur frekuensi sinyal pada komponen
elektronika.

4. Jenis-Jenis Multimeter:
- Multimeter Digital: Menggunakan tampilan digital untuk
menampilkan hasil pengukuran.
- Multimeter Analog: Menggunakan jarum penunjuk analog.

Dengan pemahaman ini, Anda dapat menggunakan multimeter


dengan lebih baik dalam pemeliharaan dan perbaikan perangkat
elektronik.

5. Wattmeter

Wattmeter adalah perangkat yang digunakan untuk


mengukur konsumsi energi listrik dalam satuan watt.

-Pengertian Wattmeter:

Wattmeter adalah hasil gabungan dari dua alat ukur daya listrik
lainnya, yaitu voltmeter dan amperemeter.Wattmeter memiliki
dua jenis kumparan: kumparan tetap untuk mengukur arus
listrik dan kumparan putar untuk mengukur tegangan
listrik.Kumparan tetap biasanya dipasang dalam mode seri,
sementara kumparan putar dipasang dalam mode paralel.

-Fungsi Wattmeter:

Mengukur berbagai parameter listrik, termasuk arus,

10
hambatan, dan potensial listrik, dengan satuan pengukuran
dalam watt.
Dapat digunakan untuk mengukur arus listrik searah (DC) atau
arus bolak-balik (AC).
Rumus-rumus yang digunakan:
Daya (P) = Tegangan (V) × Arus (I)
Arus (I) = P / V
Hambatan ® = V^2 / P

-Prinsip Kerja Wattmeter:

Setiap alat pengukur daya listrik memiliki dua kumparan


penting: kumparan arus dan kumparan tegangan.
Besar medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan arus
bergantung pada besarnya arus yang mengalir melalui
kumparan.Medan magnet ini bersifat konstan dan tidak
berubah-ubah.
Gerakan galvanometer dalam wattmeter terkait dengan
kumparan medan magnet di dalamnya.

b. Buat gambar real dari rangkaian yang sudah di rangkai.

c. Data Hasil Percobaan

STEP DOWN
NO VOLT RS ST TR RN SN TN
1 50 52 51 51 30 29 28 PRIMER
2 50 27 26 26 15 15 14 SKUNDER
3 100 104 104 104 61 60 59 PRIMER
4 100 55 55 55 32 31 31 SKUNDER

11
STEP UP
NO VOLT RS ST TR
1 51 51 51 51 PRIMER
2 50 87 87 87 SKUNDER
3 100 104 103 102 PRIMER
4 100 181 181 181 SKUNDER
VOLT RN SN TN
1 51 30 30 29 PRIMER
2 50 50 50 50 SKUNDER
3 100 59 59 59 PRIMER
4 100 104 104 104 SKUNDER
VOLT IR IS IT
1 51 0,32 0,31 0,29 PRIMER
2 50 0,35 0,15 0,14 SKUNDER
3 100 0,62 0,59 0,62 PRIMER
4 100 0,31 0,3 0,29 SKUNDER

VII. Kesimpulan
Tanpa detail spesifik mengenai data yang diperoleh dari praktikum
trafo tiga fasa, berikut adalah kesimpulan umum yang dapat ditarik:

Transformator 3 fasa adalah alat listrik yang dapat mengubah


tegangan listrik pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Transformator 3 fasa
terdiri dari tiga kumparan primer dan tiga kumparan sekunder yang
dihubungkan dalam konfigurasi delta atau wye. Transformator 3 fasa
digunakan untuk pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik secara
efisien dan ekonomis. Transformator 3 fasa dapat dibangun dengan
menggunakan tiga transformator fasa tunggal atau satu transformator tiga
fasa pra-assembled. Transformator 3 fasa bekerja berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik antara kumparan primer dan sekunder.

1. Pengaturan Fasa dan Tegangan: Trafo tiga fasa memiliki kemampuan


untuk mengatur fase dan tegangan secara efisien. Seperti data yang telah di
berikan trafo dapat di turunkan dan dapat dinaikan sesuai dengan jenis trafo
yang digunakan

12
2. Distribusi Daya yang Merata: Trafo tiga fasa dirancang untuk
mendistribusikan daya dengan merata ke tiga fasa.
3. Pengaruh Temperatur pada Kinerja: Trafo cenderung mengalami
peningkatan suhu saat beroperasi.
4. Saat motor berputar dan mendapatkan beban maka Amperemeter saat di
hitung akan semakin tinggi.
VIII. Saran
- Ikutin arahan dari dosen pembimbing
- Gunakan APD untuk menghindari tersengat oleh listrik
- Perhatikan rangkaian sebelum di hubungkan ke listrik 3 fasa
- Selalu berhati hati saat melakukan pengukuran
- Baca modul terlebih dahulu sebelum melaksanakan praktikum
IX. Daftar Pustaka

o Referensi: Modul Praktikum Pengukuran Besaran Listrik oleh Ir.


Muslimin, S.T., M.T.
o Referensi: Modul Praktikum Fisika oleh Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI).
o Referensi: Laporan Fisika Dasar tentang penggunaan
amperemeter dan voltmeter dalam rangkaian listrik searah.

13

Anda mungkin juga menyukai