Anda di halaman 1dari 81

KAJIAN HUBUNGAN ADIPONEKTIN DAN FERTILITAS

PADA KAMBING JANTAN PERSILANGAN ANGLO NUBIAN


DENGAN PERANAKAN ETAWAH

HAFIZUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Kajian Hubungan


Adiponektin dan Fertilitas pada Kambing Jantan Persilangan Anglo Nubian dengan
Peranakan Etawah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2020

Hafizuddin
NIM B362140011
RINGKASAN

HAFIZUDDIN. Kajian Hubungan Adiponektin dan Fertilitas pada Kambing Jantan


Persilangan Anglo Nubian dengan Peranakan Etawah. Dibimbing oleh
MOHAMAD AGUS SETIADI, NI WAYAN KURNIANI KARJA dan LISA
PRAHARANI.

Adiponektin merupakan protein yang disekresikan terutama oleh jaringan


adiposa putih, yang telah menjadi fokus kajian terbaru saat ini karena pengaruhnya
terhadap metabolisme dan reproduksi. Hormon adiponektin sudah dapat
diidentifikasi ekspresinya pada beberapa mamalia mulai dari sumbu hipotalamus-
pituitari-gonad (HPG), organ reproduksi dan kelenjar aksesori. Konsentrasi hormon
adiponektin pada hewan ternak baru pada sapi dan kuda yang pernah dilaporkan.
Hasil kajian terdahulu pada mamalia menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin
dipengaruhi oleh faktor resistensi insulin jaringan adiposa, lemak intra-abdominal
dan profil lipoprotein. Namun, kajian terbaru menunjukkan bahwa konsentrasi
adiponektin dipengaruhi oleh faktor umur. Oleh karena itu, perlu dieksplorasi lebih
lanjut pada kambing untuk penentuan pola konsentrasi adiponektin. Disamping itu,
perlu juga ada pengembangan eksplorasi profil adiponektin dengan melakukan
analisis terhadap pengaruh faktor breed (bangsa) kambing.
Tujuan umum penelitian ini untuk pengembangan metode penilaian fertilitas
pejantan melalui penentuan konsentrasi adiponektin. Adapun tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi: (1) studi literatur untuk menguraikan
potensi adiponektin sebagai kandidat biomarker penilaian fertilitas pejantan, (2)
validasi analitik kit enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) adiponektin
komersial, (3) pengukuran konsentrasi adiponektin berdasarkan kelompok umur
kambing jantan persilangan anglo nubian dengan peranakan etawah (anpera) dan
menganalisis korelasinya dengan kualitas spermatozoa sebagai indikator fertilitas,
dan (4) menganalisis konsentrasi adiponektin dan karakteristik reproduksi pada
kambing jantan anpera dan breed tetuanya.
Hasil kajian menunjukkan adiponektin dan reseptornya telah ditemukan
ekspresinya mulai pada sumbu HPG, tubulus seminiferus, sel germinal, sel Leydig,
sel Sertoli, spermatosit, spermatozoa dan kelenjar aksesori reproduksi. Adiponektin
merupakan faktor utama yang memodulasi fungsi reproduksi, dan memiliki peran
yang esensial dalam pengaturan fungsional spermatozoa yang berkaitan erat dengan
fertilitas pejantan. Berbagai informasi terkait fungsi dan peran adiponektin pada
reproduksi hewan jantan telah banyak dikemukakan. Disamping itu, banyak
literatur yang mendukung adiponektin sebagai kandidat biomarker penilaian
fertilitas jantan, biomarker positif untuk kualitas semen, dan sinyal metabolik
kinerja reproduksi pada mamalia jantan. Validasi analitik kit ELISA komersial
adiponektin pada sampel plasma darah yang terukur bersifat linear dengan kurva
standar. Uji presisi diperoleh nilai coefficient of variation (CV) intra assay sebesar
5.87%. Sementara itu hasil dari CV inter assay baik pada kontrol standar, dan
kontrol sampel (1 dan 2) dari tiga microplate masing-masing adalah 4.87%, 11.77%
dan 9.08%. Hasil penelitian pada tahap tersebut menunjukkan bahwa tingkat
ketelitian dan repeatability dalam pengerjaan analisis hormon sangat baik. Hasil
penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin pada kambing
anpera jantan pada kelompok umur 24, 30, 36, dan lebih dari 48 bulan masing-
masing adalah 14.10±1.73 µg/ml, 18.36±8.25 µg/ml, 20.38±8.67 µg/ml, dan
15.41±7.31 µg/ml. Konsentrasi adiponektin pada kambing anpera jantan terjadi
peningkatan seiring peningkatan umur kambing dalam kisaran umur reproduksi
optimal pada kambing (24-48 bulan), dan penurunan konsentrasi adiponektin pada
kambing anpera terjadi pada kelompok umur lebih dari 48 bulan. Selanjutnya,
konsentrasi adiponektin memiliki korelasi dengan beberapa parameter karakteristik
semen yang berhubungan langsung dengan fertilitas pejantan. Terakhir, hasil
penelitian ini menunjukkan breed kambing memiliki pengaruh nyata (P<0.05)
terhadap konsentrasi hormon adiponektin. Hal tersebut menunjukkan bahwa
konsentrasi adiponektin dipengaruh oleh genetik dari breed kambing. Berdasarkan
penelitian ini, terbukti bahwa persilangan antara kambing jantan anglo nubian
dengan betina peranakan etawah mampu meningkatkan konsentrasi hormon
adiponektin. Hasil kajian ini telah mampu mengungkapkan peran langsung
adiponektin terhadap fungsional spermatozoa, teknik pengukuran konsentrasi
adiponektin, penentuan konsentrasi adiponektin, pengaruh faktor umur dan breed
terhadap konsentrasi adiponektin, serta korelasi adiponektin dengan parameter
karakteristik semen sebagai indikator fertilitas pejantan. Berdasarkan hal tersebut,
dengan adanya kajian ini diharapkan dapat menjadi sebuah model dalam penilaian
fertilitas pejantan hewan ternak.

Kata kunci: adiponektin, fertilitas, jaringan adiposa, kambing jantan, kualitas semen
SUMMARY

HAFIZUDDIN. Study of the Relationship of Adiponectin and Fertility in Buck of


Anglo Nubian Crossing with Etawah Grade. Supervised by MOHAMAD AGUS
SETIADI, NI WAYAN KURNIANI KARJA and LISA PRAHARANI.

Adiponectin is a protein that is secreted primarily by white adipose tissue,


which has been the focus of recent studies because of its effects on metabolism and
reproduction. The adiponectin hormone expression can be identified in several
mammals starting from the hypothalamus-pituitary-gonad axis (HPG), reproductive
organs and accessory glands. The concentration of adiponectin hormone in
livestock have been reported only in cattle and horse. The results of previous studies
on mammals indicated that the concentration of adiponectin was influenced by
adipose tissue insulin resistance factors, intra-abdominal fat and lipoprotein profile.
However, recent studies have shown that the concentration of adiponectin is
influenced by age. Therefore, it is required to be further explore to determine the
pattern of adiponectin concentration in goats. In addition, there is also a required of
exploration development of adiponectin profiles influence by breed of goat.
The main objective of this study was to develop a male fertility assessment
method through determination of adiponectin concentrations. The stages carried out
in this study included: (1) literature study to describe the potential of adiponectin
as a biomarker candidate for male fertility assessment, (2) analytical validation of
commercial adiponectin enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) kit, (3)
measurement of adiponectin concentration based on the age group of Anglo Nubian
crossing with Etawah Grade (Anpera) goats and the correlation analysis with the
quality of spermatozoa as an indicator of fertility, and (4) analysis of adiponectin
concentrations and reproductive characteristics between buck of Anpera with its
parental breeds.
The results of this study showed that the expressions of adiponectin and its
receptors were found on the axis of the HPG, seminiferous tubules, germ cells,
Leydig cells, Sertoli cells, spermatocytes, spermatozoa and reproductive accessory
glands. Adiponectin is a major factor that modulates reproductive functions, and
has an essential role in the spermatozoa functional regulation which is closely
related to male fertility. Various information related to the function and role of
adiponectin in male animal reproduction has been widely stated. In addition, many
literatures supported adiponectin as a biomarker candidate for male fertility
assessment, positive biomarkers for semen quality, and metabolic signals of
reproductive performance in male mammals. Analytical validation of commercial
adiponectin ELISA kit in blood plasma samples was linear with the standard curve.
The precision test showed intra-assay coefficient of variation (CV) value of 5.87%.
Meanwhile the results of the CV inter assay both on standard controls, and control
samples (1 and 2) of the three microplates were 4.87%, 11.77% and 9.08%,
respectively. Furthermore, the results of this study showed that concentrations of
adiponectin in male Anpera goats in the 24, 30, 36, and more than 48 months age
groups were 14.10±1.73 μg/ml, 18.36±8.25 μg/ml, 20.38±8.67 μg/ml, and
15.41±7.31 μg/ml, respectively. The concentration of adiponectin in Anpera bucks
increased with increasing goat age in the reproductive optimum age range in goats
(24-48 months), while decreased adiponectin concentration in Anpera goats
occurred in the age group of more than 48 months. Furthermore, adiponectin
concentrations correlated with several parameters of semen characteristics that are
directly related to male fertility. Finally, the results of this study revealed that breed
has significant effect (P<0.05) on the concentrations of adiponectin hormone. This
showed that the concentration of adiponectin were influenced by the genetics of the
goat breed. Based on this study, it was proven that the crossing between Anglo
Nubian male goats and Etawah Grade females was able to increase the
concentration of adiponectin. Results of this study reveal the direct role of
adiponectin on spermatozoa functionality, measurement techniques for adiponectin
concentration, determination of adiponectin concentration, the influence of age and
breed on adiponectin concentration, and the correlation of adiponectin with
parameters of semen characteristics as an indicator of male fertility. Based on those
findings, the existence of this study is expected to be a model in the assessment of
the male fertility of livestock.

Keywords: adiponectin, adipose tissue, fertility, male goats, semen quality


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2020
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KAJIAN HUBUNGAN ADIPONEKTIN DAN FERTILITAS
PADA KAMBING JANTAN PERSILANGAN ANGLO NUBIAN
DENGAN PERANAKAN ETAWAH

HAFIZUDDIN

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Biologi Reproduksi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup : Prof Dr Drh Iman Supriatna

Dr Dra Ekayanti Mulyawati Kaiin, MSi

Penguji Luar Komisi pada Sidang Promosi: Prof Dr Drh Iman Supriatna

Prof Dr Drh Tongku Nizwan Siregar, MP


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam disertasi ini ialah pengembangan metode penilaian fertilitas pejantan, dengan
judul Kajian Hubungan Adiponektin dan Fertilitas pada Kambing Jantan
Persilangan Anglo Nubian dengan Peranakan Etawah.
Terima kasih yang tulus diucapkan kepada Bapak Prof Dr Drh Mohamad
Agus Setiadi, Ibu Prof Drh Ni Wayan Kurniani Karja, MP PhD dan Ibu Ir Lisa
Praharani, MSc PhD selaku pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan
arahan, kepada Bapak Prof Dr Drh Iman Supriatna, Ibu Dr Dra Ekayanti Mulyawati
Kaiin, MSi, dan Bapak Prof Dr Drh Tongku Nizwan Siregar, MP sebagai penguji
luar komisi, yang telah memberikan saran untuk perbaikan, kepada Ketua dan
Sekretaris Program Studi Biologi Reproduksi (BRP), kepada Ketua dan Sekretaris
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (KRP FKH IPB), Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan FKH
IPB, dan Rektor IPB, atas pelayanan yang diberikan selama studi. Terima kasih
juga kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
dan Rektor Unsyiah atas izin untuk melanjutkan studi.
Penghargaan yang besar disampaikan kepada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan Beasiswa Program
Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) 2014 dan Hibah Penelitian Disertasi Doktor
(PDD) 2018. Penghargaan juga disampaikan kepada Balai Penelitian Ternak
Kementerian Pertanian Republik Indonesia atas izin penggunaan hewan percobaan
dan fasilitas lainnya.
Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa Departemen KRP FKH IPB,
Forum Mahasiswa Pascasarjana (FW) IPB, Ikatan Keluarga Mahasiswa
Pascasarjana Aceh (IKAMAPA) Bogor, Forum Keluarga Unsyiah Bogor
(FORKUB), dan Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR), atas kebersamaan
selama studi. Terima kasih juga kepada Paguyuban Taman Iskandar Muda (TIM)
Jakarta dan Bogor, kepada Ikatan Keluarga Alumni (IKA Unsyiah) Jakarta dan
Sekitarnya, serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah berjasa kepada penulis.
Teristimewa, ucapan terima kasih dan penghargaan kepada orang tua (Bapak
Umar Puteh (Allahu yarham) dan Ibu Ismawati Ismail), kepada mertua (Bapak
Muhammad Harun dan Ibu Zuraiti Hasan), kepada istri (Meutia Rahmi) dan anak-
anak, kepada abang Muntadhar Umar dan istri, kepada adik Fajriah Umar dan
suami, serta kepada keluarga besar, atas doa, cinta, kasih sayang, dan motivasinya
dalam menjalani sebuah proses yang panjang ini, yang penuh suka duka sampai
penulis bisa mencapai seperti saat ini.
Akhir kata, segala kekurangan dan kekhilafan tentunya lebih disebabkan oleh
penulis selaku manusia yang lemah, hanya Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha
Sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk perbaikan ke arah yang lebih baik
sangat diharapkan, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2020


Hafizuddin
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Tingkat Kebaruan (Novelty) Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
Daftar Pustaka 5
2 ADIPONEKTIN SEBAGAI KANDIDAT BIOMARKER PENILAIAN
FERTILITAS PEJANTAN: STUDI LITERATUR 9
Abstract 9
Abstrak 9
Pendahuluan 9
Struktur, Peran dan Mekanisme Kerja Adiponektin 11
Peran Langsung Adiponektin terhadap Parameter Kualitas Spermatozoa 15
Faktor yang Berpengaruh terhadap Konsentrasi Adiponektin 17
Pemanfaatan Analisis Adiponektin untuk Mempercepat Produktivitas
Ternak di Indonesia 17
Simpulan 18
Daftar Pustaka 18
3 VALIDASI KIT ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY
KOMERSIAL UNTUK ANALISIS ADIPONEKTIN PADA PLASMA
DARAH KAMBING ANPERA JANTAN 25
Abstract 25
Abstrak 25
Pendahuluan 26
Metode Penelitian 26
Hasil 28
Pembahasan 29
Simpulan 30
Daftar Pustaka 30
DAFTAR ISI (lanjutan)

4 KONSENTRASI ADIPONEKTIN DAN TESTOSTERON PADA


BERBAGAI UMUR KAMBING ANPERA DAN KORELASINYA
DENGAN FERTILITAS PEJANTAN 32
Abstract 32
Abstrak 32
Pendahuluan 33
Metode Penelitian 34
Hasil 36
Pembahasan 38
Simpulan 40
Daftar Pustaka 40
5 KONSENTRASI ADIPONEKTIN, TESTOSTERON, LIBIDO, DAN
KARAKTERISTIK SEMEN KAMBING ANPERA DAN BREED
TETUANYA 45
Abstract 45
Abstrak 45
Pendahuluan 45
Metode Penelitian 47
Hasil 49
Pembahasan 49
Simpulan 51
Daftar Pustaka 51
6 PEMBAHASAN UMUM 55
7 SIMPULAN UMUM DAN SARAN 58
Simpulan 58
Saran 58
DAFTAR PUSTAKA 59
LAMPIRAN 61
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR TABEL

1 Konsentrasi adiponektin pada ternak jantan 17


2 Nilai absorbansi dan recovery standar kit ELISA adiponektin kambing 28
3 Nilai CV yang didapatkan dalam validasi pengujian pengerjaan analisis
hormon adiponektin 29
4 Karakteristik semen kambing anpera pada berbagai umur 37
5 Korelasi adiponektin dan testosteron dengan karakteristik semen 37
6 Konsentrasi adiponektin, testosteron, skor libido dan karakteristik semen
kambing anpera dan breed tetuanya 49

DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk-bentuk struktur adiponektin 12
2 Peran adiponektin pada steroidogenesis dan spermatogenesis 14
3 Jalur aktivitas molekuler adiponektin pada proses spermatogenesis dan
steroidogenesis 14
4 Fungsional adiponektin secara molekuler pada spermatozoa 15
5 Peran adiponektin terhadap metabolisme dan morfologi spermatozoa 16
6 Kurva standar hasil pengujian kit ELISA adiponektin pada kambing 28
7 Konsentrasi adiponektin plasma darah kambing anpera jantan pada
berbagai kelompok umur 36
8 Konsentrasi testosteron (a) dan skor libido (b) kambing anpera jantan
pada berbagai kelompok umur 37

DAFTAR LAMPIRAN
1 Persetujuan atas perlakuan etik 61
2 Kambing jantan anglo nubian, peranakan etawah, dan anpera 62
3 Pengukuran libido, koleksi dan evaluasi semen, dan koleksi darah 63
4 Kit ELISA komersial adiponektin dan testosteron 64
1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fertilitas merupakan kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan


yang mempunyai viabilitas. Tingkat fertilitas baik pada jantan dan betina yang
secara langsung dapat dinilai adalah dengan angka kelahiran. Walaupun demikian,
ada beberapa titik penilaian fertilitas yang dapat dilakukan antara waktu
perkawinan sampai kelahiran, yaitu pada angka fertilisasi, non-return rate dan
angka kebuntingan (Utt 2016). Foote (2003) menyatakan penilaian dengan
beberapa parameter tersebut tidak praktis karena tingkat fertilitas pejantan baru
dapat dinilai setelah dikawinkan dan membutuhkan waktu yang lama.
Fertilitas pejantan dipengaruhi oleh follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH) dengan cara memodulasi sintesis testosteron pada sel
Leydig dan aromatase menjadi estradiol pada sel Sertoli. Sumbu hipotalamus-
pituitari-gonad (HPG) berperan penting dalam mengubah sekresi gonadotropin dan
testosteron untuk spermatogenesis, pematangan spermatozoa dan perilaku
reproduksi (Brito et al. 2007; Byrne et al. 2017).
Metode penilaian fertilitas pejantan yang sering digunakan mulai dari metode
biometrik non organ reproduksi, seperti pengukuran tinggi gumba, panjang badan,
lebar kepala, tinggi kepala, dan lingkar pelvis (Singh et al. 2014), biometrik organ
reproduksi, meliputi lingkar skrotum, panjang skrotum dan volume testis
(Abdelrahman et al. 2018; Hedia et al. 2019), penilaian tingkat libido (Fahey et al.
2012), dan metode evaluasi kualitas semen (Rodrigues et al. 2013; Boe-Hansen et
al. 2015). Metode evaluasi kualitas semen merupakan metode yang paling umum
digunakan untuk penilaian fertilitas pejantan. Namun, penilaian fertilitas pejantan
berdasarkan kualitas semen saja belum dapat menggambarkan fertilitas yang
sesungguhnya (Dogan et al. 2015; Kaya dan Memili 2016).
Pengembangan metode penilaian fertilitas pejantan yang sudah dilakukan
melalui evaluasi hormon testosteron (Singh et al. 2014), identifikasi protein pada
plasma semen dan spermatozoa yang berhubungan langsung dengan fertilitas (de
Oliveira et al. 2013; Druart et al. 2019). Namun, penilaian fertilitas pejantan dengan
pengukuran testosteron, masih memerlukan kombinasi dengan parameter kualitas
semen dan parameter karakteristik fisik (Singh et al. 2014).
Beberapa peneliti telah menganalisis protein-protein yang berkaitan dengan
kualitas semen dan fertilitas pejantan. Protein yang berhubungan dengan fertilitas
tersebut memiliki peran fisiologis terhadap spermatozoa, mulai dari pertumbuhan
dan perkembangan sel spermatozoa, pematangan sel spermatozoa, metabolisme,
motilitas spermatozoa, modifikasi membran spermatozoa, reaksi akrosom,
kapasitasi, perlindungan, interaksi dengan epitel oviduk dan saat fertilisasi
(Rodríguez-Martínez et al. 2011; Caballero et al. 2012; Kasimanickam et al. 2019).
Salah satu protein yang terindikasi memiliki peran seperti tersebut di atas
adalah adiponektin. Adiponektin dilaporkan memiliki korelasi positif dengan
fertilitas pejantan yang berkaitan dengan steroidogenesis maupun spermatogenesis.
Adiponektin dapat bekerja secara lokal untuk peningkatan produksi spermatozoa
hingga kemampuan kapasitasi spermatozoa mamalia (Kasimanickam et al. 2013;
Martin 2014). Penelitian lain, menunjukkan adanya korelasi positif antara
adiponektin dengan parameter kualitas semen, meliputi konsentrasi spermatozoa,
2

morfologi normal spermatozoa pada manusia (Thomas et al. 2013), dan motilitas
spermatozoa pada domba (Kadivar et al. 2016), sebagai indikator fertilitas pejantan.
Adiponektin, protein yang terbentuk dari 224 asam amino, sebagian besar
diproduksi oleh jaringan adiposa dan sebagian kecil oleh tulang dan otot (Elfassy
et al. 2018). Informasi yang sudah lama berkembang menyebutkan bahwa jaringan
adiposa hanya berfungsi sebagai penyimpanan energi. Namun, dalam beberapa
tahun terakhir jaringan adiposa telah terbukti sebagai organ endokrin besar, yang
bertanggung jawab untuk sekresi sejumlah besar adipokin atau disebut juga
adipositokin yang memiliki peran dalam homeostasis energi, metabolisme, dan
reproduksi (Pearson 2015). Messenger ribonucleic acid (mRNA) adiponektin
ditemukan di testis dan sel Leydig (Caminos et al. 2008), serta pada spermatosit
(Gregoraszczuk et al. 2016). Sementara itu, adiponektin dalam berikatan dengan
sel, memiliki dua reseptor (AdipoR1 dan AdipoR2) (Elfassy et al. 2018). Reseptor
adiponektin ditemukan di tubulus seminiferus (Kasimanickam et al. 2013;
Kawwass et al. 2015), sel Sertoli, sel Leydig, sel germinal (Kawwass et al. 2015)
dan pada spermatozoa (Kasimanickam et al. 2013; Kawwass et al. 2015). Lebih
lanjut, Ledoux et al. (2006) dan Campos et al. (2008) menyatakan bahwa
adiponektin bersifat multifungsi, karena disamping berikatan dengan reseptornya
juga dapat berinteraksi dengan hormon lain untuk menginduksi gen target. Pada
sistem reproduksi jantan, adiponektin bekerja secara lokal untuk meningkatkan
produksi spermatozoa hingga kemampuan kapasitasi (Kasimanickam et al. 2013;
Martin 2014). Beberapa kajian telah menunjukkan ada upaya pengembangan
penilaian fertilitas menggunakan hormon adiponektin sebagai salah satu
parameter baru. Akan tetapi, sampai saat ini pada hewan ternak baru dilaporkan
konsentrasi adiponektin hanya pada sapi dan kuda.
Berdasarkan kajian terbaru menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin
dipengaruhi oleh umur. Penelitian yang pernah dilaporkan menunjukkan
konsentrasi adiponektin lebih tinggi ditemukan pada sapi jantan yang tua (>73
bulan) dibandingkan pada sapi jantan yang muda (<24-72 bulan) (Heinz et al.
2015). Namun, ada laporan pada tikus yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan
konsentrasi pada tikus yang mengalami penuaan (Choubey et al. 2019). Disamping
itu, pengaruh breed terhadap konsentrasi adiponektin belum pernah dilaporkan
pada ternak hasil persilangan.
Persilangan (crossbreeding) merupakan proses pengembangbiakan untuk
peningkatan produksi ternak lokal melalui persilangan dengan ternak eksotis.
Persilangan bertujuan untuk menggabungkan sifat unggul dari kedua tetuanya.
Persilangan pada kambing umumnya bertujuan untuk peningkatan produksi daging,
susu dan kinerja reproduksi. Di daerah tropis, persilangan juga bertujuan untuk
menghasilkan ternak produktivitas tinggi yang adaptif dengan iklim tropis (Mirkena
et al. 2010).
Kambing anglo nubian dikenal sebagai kambing dwiguna yang memiliki
kemampuan produksi daging dan susu. Kambing tersebut berasal dari Inggris
dengan penyebarannya di daerah sub tropis maupun tropis. Kambing anglo nubian
mampu memproduksi susu dengan kadar lemak tertinggi (García-Peniche et al.
2012), dan kandungan kasein yang tinggi, sehingga produk turunannya dapat
menghasilkan keju terbaik di dunia (Damián et al. 2008). Keunggulan kambing
anglo nubian lainnya adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi di daerah tropis,
dan telah terbukti melalui adanya introduksi genetik kambing anglo nubian pada
3

kambing lokal di berbagai negara, sehingga diperoleh kambing hasil persilangan


dengan produksi susu yang lebih tinggi, baik secara kuantitas maupun kualitas
(García-Peniche et al. 2012; Momani et al. 2012; Sanogo et al. 2013). Kambing
anglo nubian mampu memproduksi susu yang mencapai puncak 2.60±0.01
liter/ekor/hari (Praharani 2014b), dan memiliki pertumbuhan badan yang sangat
baik, dengan bobot lahir, bobot sapih dan bobot rata-rata harian pra-sapih masing-
masing 3.60±0.02 kg, 13.70±0.08 kg dan 111.60±9.50 gram (Praharani 2014a).
Di Indonesia sendiri sudah lama berkembang kambing perah hasil
persilangan kambing lokal dengan kambing etawah dari India, yang dikenal dengan
nama kambing peranakan etawah. Kambing peranakan etawah memiliki
keunggulan produksi susu yang tinggi dan adaptif di daerah tropis. Pada usaha
peternakan skala kecil saja, produksi susunya bisa mencapai 0.6-1.5 liter/ekor/hari
(Sutama 2014; Suranindyah et al. 2018). Upaya peningkatan produktivitas kambing
perah di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2011 oleh Balai Penelitian Ternak
melalui persilangan antara pejantan anglo nubian dengan betina peranakan etawah,
yang dikenal dengan kambing anpera.
Berdasarkan hal tersebut, pengukuran adiponektin pada kambing anpera
jantan dan breed tetuanya akan dilakukan beberapa kajian mulai dengan: (1) studi
literatur untuk mengkaji potensi adiponektin sebagai kandidat biomarker penilaian
fertilitas pejantan, (2) validasi pengujian kit enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA) adiponektin komersial, (3) penentuan konsentrasi adiponektin, dan
testosteron berdasarkan kelompok umur dan korelasinya dengan fertilitas pejantan,
dan (4) penentuan pengaruh breed kambing terhadap konsentrasi adiponektin,
testosteron, libido dan karakteristik semen sebagai informasi dasar dalam
pengembangan pengukuran adiponektin dalam penilaian fertilitas pejantan.

Perumusan Masalah

Beberapa protein yang berhubungan langsung dengan fertilitas pejantan saat


ini telah banyak dilakukan kajiannya. Namun, sampai saat ini belum ditemukan
protein tunggal yang dapat digunakan untuk penilaian fertilitas pejantan.
Adiponektin adalah salah satu protein yang dilaporkan memiliki hubungan dengan
fertilitas pejantan. Adiponektin memiliki keunggulan karena perannya yang lebih
luas pada sistem reproduksi jantan. Hal tersebut karena adiponektin sudah
teridentifikasi memiliki peran mulai pada sumbu HPG, organ reproduksi dan
kelenjar aksesori. Sumbu HPG merupakan pusat sistem reproduksi mamalia, yang
mengatur berbagai fungsi reproduksi. Sekresi gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) oleh hipotalamus yang akan merangsang pelepasan FSH dan LH, dan
masing-masing berfungsi sebagai pengatur spermatogenesis dan steroidogenesis
pada testis. Adiponektin memengaruhi sistem reproduksi melalui aksinya pada
pusat di sumbu HPG dan pada beberapa sel di testis, sehingga adiponektin diketahui
telah menjadi faktor utama yang memodulasi fungsi reproduksi, dan memiliki peran
yang sangat strategis dalam mengatur fungsional spermatozoa yang berkaitan erat
dengan fertilitas pejantan.
Adiponektin pada sistem reproduksi jantan bekerja secara lokal untuk
meningkatkan produksi spermatozoa hingga kemampuan kapasitasinya. Dari
beberapa kajian telah menunjukkan ada upaya pengembangan dalam
mengkarakterisasi dan mengindentifikasi lebih dalam hormon adiponektin pada
4

beberapa spesies. Akan tetapi, sampai saat ini pada hewan ternak yang baru
dilaporkan konsentrasi adiponektin hanya pada sapi dan kuda. Konsentrasi
adiponektin yang terbaru dilaporkan lebih dipengaruhi oleh faktor umur,
konsentrasinya lebih tinggi ditemukan pada sapi jantan yang tua dibandingkan pada
sapi muda. Namun, laporan pada tikus menunjukkan bahwa terjadi penurunan
konsentrasi pada tikus yang mengalami penuaan. Disamping itu, konsentrasi
adiponektin belum pernah dilaporkan perbedaan antar breed ternak.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk pengembangan metode penilaian fertilitas


pejantan melalui penentuan konsentrasi adiponektin. Tujuan khusus penelitian ini
untuk:
1. Menguraikan potensi adiponektin sebagai kandidat biomarker penilaian
fertilitas pejantan.
2. Melakukan validasi kit ELISA adiponektin komersial pada plasma darah
kambing anpera jantan.
3. Mengukur konsentrasi adiponektin berdasarkan kelompok umur kambing
anpera jantan dan menganalisis korelasinya dengan kualitas semen sebagai
indikator fertilitas.
4. Menganalisis konsentrasi adiponektin dan karakteristik reproduksi pada breed
kambing jantan yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai:


1. Informasi baru dalam pengukuran konsentrasi adiponektin pada kambing dan
ternak lainnya.
2. Informasi dasar dalam pengembangan metode penilaian fertilitas pejantan.
3. Kandidat biomarker yang dapat digunakan untuk penilaian fertilitas pejantan
ternak, khususnya pada kambing.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adiponektin.

Tingkat Kebaruan (Novelty) Penelitian

Kebaruan penelitian ini adalah:


1. Mekanisme kerja adiponektin pada sistem reproduksi jantan.
2. Mekanisme pelacakan adiponektin dan penerapan pada ternak kambing.
3. Penentuan konsentrasi adiponektin pada berbagai kelompok umur kambing
anpera jantan.
4. Hubungan adiponektin dan kualitas semen kambing anpera.
5. Penentuan konsentrasi adiponektin pada breed kambing yang berbeda.
5

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup penilaian fertilitas pejantan dengan


analisis adiponektin dan beberapa karakteristik reproduksi kambing anpera jantan
yang berhubungan langsung dengan fertilitas, seperti libido, karakteristik semen,
dan konsentrasi testosteron. Selanjutnya, adiponektin dikorelasikan dengan
parameter kualitas semen sebagai indikator fertilitas. Terakhir, untuk
pengembangan pengukuran konsentrasi adiponektin dilakukan melalui
perbandingan konsentrasi adiponektin pada kambing jantan yang berbeda.

Daftar Pustaka

Abdelrahman SS, Abdalla MSE, Darderi TM, Ali EAE. 2018. Association of body
weight, scrotal circumference, heart girth and penile development with
spermatogenesis in the Nubian bucks. J Vet Med Anim Health. 10(9):217-223.
doi:10.5897/JVMAH2018.0688.
Boe-Hansen GB, Rego JPA, Crisp JM, Moura AA, Nouwens AS, Li Y, Venus B,
Burns BM, McGowan MR. 2015. Seminal plasma proteins and their relationship
with percentage of morphologically normal sperm in 2-year-old Brahman (Bos
indicus) bulls. Anim Reprod Sci. 162:20-30.doi:10.1016/j.anireprosci.2015.
09.003.
Brito LF, Barth AD, Rawlings NC, Wilde RE, Crews DH, Mir PS, Kastelic JP.
2007. Effect of improved nutrition during calfhood on serum metabolic
hormones, gonadotropins, and testosterone concentrations, and on testicular
development in bulls. Domest Anim Endocrin. 33(4):460-469.doi:10.1016/
j.domaniend.2006.09.004.
Byrne CJ, Fair S, English AM, Urh C, Sauerwein H, Crowe MA, Lonergan P,
Kenny DA. 2017. Effect of breed, plane of nutrition and age on growth, scrotal
development, metabolite concentrations and on systemic gonadotropin and
testosterone concentrations following a GnRH challenge in young dairy bulls.
Theriogenology. 96:58-68.doi:10.1016/j.theriogenology.2017.04.002.
Caballero I, Parrilla I, Almiñana C, del Olmo D, Roca J, Martínez E, Vázquez J.
2012. Seminal plasma proteins as modulators of the sperm function and their
application in sperm biotechnologies. Reprod Domest Anim. 47(s3):12-21.
doi:10.1111/j.1439-0531.2012.02028.x.
Caminos JE, Nogueiras R, Gaytán F, Pineda R, González CR, Barreiro ML,
Castaño JP, Malagón MM, Pinilla L, Toppari J et al. 2008. Novel expression and
direct effects of adiponectin in the rat testis. Endocrinology. 149(7):3390-3402.
doi:10.1210/en.2007-1582.
Campos DB, Palin MF, Bordignon V, Murphy BD. 2008. The ‘beneficial’
adipokines in reproduction and fertility. Int J Obes. 32:223–231.doi:10.1038/sj.
ijo.0803719.
Choubey M, Ranjan A, Bora PS, Baltazar F, Martin LJ, Krishna A. 2019. Role of
adiponectin as a modulator of testicular function during aging in mice. Biochim
Biophys Acta. 1865(2):413-427.doi:10.1016/j.bbadis.2018.11.019.
Damián JP, Sacchi I, Reginensi S, De Lima D, Bermúdez J. 2008. Cheese yield,
casein fractions and major components of milk of Saanen and Anglo-Nubian
6

dairy goats. Arq Bras Med Vet Zootec. 60:1564-1569.doi:10.1590/S0102-


09352008000600040.
de Oliveira RV, Dogan S, Belser LE, Kaya A, Topper E, Moura A, Thibaudeau G,
Memili E. 2013. Molecular morphology and function of bull spermatozoa linked
to histones and associated with fertility. Reproduction. 146(3):263-272.
doi:10.1530/rep-12-0399.
Dogan S, Vargovic P, Oliveira R, Belser LE, Kaya A, Moura A, Sutovsky P, Parrish
J, Topper E, Memili E. 2015. Sperm protamine-status correlates to the fertility
of breeding bulls. Biol Reprod. 92(4):1-9.doi:10.1095/biolreprod.114.124255.
Druart X, Rickard JP, Tsikis G, de Graaf SP. 2019. Seminal plasma proteins as
markers of sperm fertility. Theriogenology. 137:30-35.doi:10.1016/
j.theriogenology.2019.05.034.
Elfassy Y, Bastard J-P, McAvoy C, Fellahi S, Dupont J, Levy R. 2018. Adipokines
in semen: physiopathology and effects on spermatozoas. Int J Endocrinol.
2018:1-11.doi:10.1155/2018/3906490.
Fahey A, Duffy P, Fair S. 2012. Effect of exposing rams to a female stimulus before
semen collection on ram libido and semen quality. J Anim Sci. 90(10):3451-3456.
doi:10.2527/jas.2011-4859.
Foote RH. 2003. Fertility estimation: a review of past experience and future
prospects. Anim Reprod Sci. 75(1-2):119-139.doi:10.1016/S0378-4320(02)
00233-6.
García-Peniche TB, Montaldo HH, Valencia-Posadas M, Wiggans GR, Hubbard
SM, Torres-Vázquez JA, Shepard L. 2012. Breed differences over time and
heritability estimates for production and reproduction traits of dairy goats in the
United States. J Dairy Sci. 95(5):2707-2717.doi:10.3168/jds.2011-4714.
Gregoraszczuk E, Slupecka M, Wolinski J, Hejmej A, Bilinska B, Fiedor E,
Piwnicka N, Rak A. 2016. Maternal high-fat diet during pregnancy and lactation
had gender difference effect on adiponectin in rat offspring. J Physiol Pharmacol.
67(4):543-553.
Hedia MG, El-Belely MS, Ismail ST, Abo El-Maaty AM. 2019. Monthly changes
in testicular blood flow dynamics and their association with testicular volume,
plasma steroid hormones profile and semen characteristics in rams.
Theriogenology. 123:68-73.doi:10.1016/j.theriogenology.2018.09.032.
Heinz JF, Singh SP, Janowitz U, Hoelker M, Tesfaye D, Schellander K, Sauerwein
H. 2015. Characterization of adiponectin concentrations and molecular weight
forms in serum, seminal plasma, and ovarian follicular fluid from cattle.
Theriogenology. 83(3):326-333.doi:10.1016/j.theriogenology.2014.06.030.
Kadivar A, Khoei HH, Hassanpour H, Golestanfar A, Ghanaei H. 2016. Correlation
of adiponectin mRNA abundance and its receptors with quantitative parameters
of sperm motility in rams. Int J Fertil Steril. 10(1):127.doi:10.22074/ijfs.2016.
4778.
Kasimanickam RK, Kasimanickam VR, Arangasamy A, Kastelic JP. 2019. Sperm
and seminal plasma proteomics of high-versus low-fertility Holstein bulls.
Theriogenology. 126:41-48.doi:10.1016/j.theriogenology.2018.11.032.
Kasimanickam VR, Kasimanickam RK, Kastelic JP, Stevenson JS. 2013.
Associations of adiponectin and fertility estimates in Holstein bulls.
Theriogenology. 79(5):766-777.doi:10.1016/j.theriogenology.2012.12.001.
7

Kawwass JF, Summer R, Kallen CB. 2015. Direct effects of leptin and adiponectin
on peripheral reproductive tissues: a critical review. Mol Hum Reprod.
21(8):617-632.doi:10.1093/molehr/gav025.
Kaya A, Memili E. 2016. Sperm macromolecules associated with bull fertility.
Anim Reprod Sci. 169:88-94.doi:10.1016/j.anireprosci.2016.02.015.
Ledoux S, Campos DB, Lopes FL, Dobias-Goff M, Palin MF, Murphy BD. 2006.
Adiponectin induces periovulatory changes in ovarian follicular cells.
Endocrinology. 147(11):5178-5186.doi:10.1210/en.2006-0679.
Martin LJ. 2014. Implications of adiponectin in linking metabolism to testicular
function. Endocrine. 46(1):16-28.doi:10.1007/s12020-013-0102-0.
Mirkena T, Duguma G, Haile A, Tibbo M, Okeyo AM, Wurzinger M, Sölkner J.
2010. Genetics of adaptation in domestic farm animals: a review. Livest Sci.
132(1):1-12.doi:10.1016/j.livsci.2010.05.003.
Momani MS, Sanogo S, Coulibaly D, Al-Olofi S, Alkhewani T. 2012. Growth
performance and milk yield in Sahelian × Anglo-Nubian goats following
crossbreeding in the semi-arid zone of Mali. Agric Trop Subtrop. 45(3):117-125.
doi:10.2478/v10295-012-0020-9.
Pearson LK. 2015. Adiponectin in Equine Reproduction [dissertation]. Washington
(US): Washington State University.
Praharani L. 2014a. Evaluation on growth rate of Anglo Nubian, Etawah Grade,
and Anglo Nubian x Etawah Grade kids. Di dalam: Wiryawan K, Liang J,
Devendra C, Takahashi J, Orskov E, Astuti D, Manalu W, Jayanegara A,
Tjakradidjaja A, Suharti S et al., editor. The Role of Dairy Goat Industry in Food
Security, Sustainable Agriculture Production, and Economic Communities,
Proceedings of 2nd Asian Australian Dairy Goat Conference; 2014 April 25-27;
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Faculty of Animal Science Bogor Agricultural
University. hlm 102-104.
Praharani L. 2014b. Milk yield of Anglo Nubian, Saanen × Etawah Grade and
Etawah Grade raised in the same environment. Di dalam: Subandriyo,
Kusmartono, Santosa K, Kurnianto E, Purnomoadi A, Sodiq A, Wiryawan K,
Darodjah S, Inounu I, Darmono et al., editor. Sustainable Livestock Production
in the Prespective of Food Security, Policy, Genetic Resources, and Climate
Change, Proceedings of the 16th Asian Australian Animal Production; 2014
November 10-14; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Collaboration with
Ministry of Agriculture and Faculty of Animal Sciences Universitas Gadjah
Mada. hlm 1527-1530.
Rodrigues M, Souza C, Martins J, Rego J, Oliveira J, Domont G, Nogueira F,
Moura A. 2013. Seminal plasma proteins and their relationship with sperm
motility in Santa Ines rams. Small Rumin Res. 109(2):94-100.doi:10.1016/
j.smallrumres.2012.07.032.
Rodríguez-Martínez H, Kvist U, Ernerudh J, Sanz L, Calvete JJ. 2011. Seminal
plasma proteins: what role do they play? Am J Reprod Immunol. 66(s1):11-22.
doi:10.1111/j.1600-0897.2011.01033.x.
Sanogo S, Shaker MM, Nantoumé H, Salem A-FZM. 2013. Milk yield and
composition of crossbred Sahelian × Anglo-Nubian goats in the semi-intensive
system in Mali during the preweaning period. Trop Anim Health Prod.
45(1):305-310.doi:10.1007/s11250-012-0219-9.
8

Singh A, Brar P, Cheema R. 2014. Relationships among frozen-thawed semen


fertility, physical parameters, certain routine sperm characteristics and
testosterone in breeding Murrah buffalo (Bubalus bubalis) bulls. Vet World.
7(9):644-651.doi:10.14202/vetworld.2014.644-651.
Suranindyah YY, Khairy DHA, Firdaus N, Rochijan. 2018. Milk production and
composition of Etawah Crossbred, Sapera and Saperong dairy goats in
Yogyakarta, Indonesia. Int J Dairy Sci. 13(1):1-6.doi:10.3923/ijds.2018.1.6.
Sutama I. 2014. Dairy goat production on smallholder agriculture in Indonesia. Di
dalam: Wiryawan K, Liang J, Devendra C, Takahashi J, Orskov E, Astuti D,
Manalu W, Jayanegara A, Tjakradidjaja A, Suharti S et al., editor. The Role of
Dairy Goat Industry in Food Security, Sustainable Agriculture Production, and
Economic Communities, Proceedings of 2nd Asian Australian Dairy Goat
Conference; 2014 April 25-27; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Faculty of Animal
Science Bogor Agricultural University. hlm 8-17.
Thomas S, Kratzsch D, Schaab M, Scholz M, Grunewald S, Thiery J, Paasch U,
Kratzsch J. 2013. Seminal plasma adipokine levels are correlated with functional
characteristics of spermatozoa. Fertil Steril. 99(5):1256-1263. e1253.
doi:10.1016/j.fertnstert.2012.12.022.
Utt MD. 2016. Prediction of bull fertility. Anim Reprod Sci. 169:37-44.doi:10.1016/
j.anireprosci.2015.12.011.
9

2 ADIPONEKTIN SEBAGAI KANDIDAT BIOMARKER


PENILAIAN FERTILITAS PEJANTAN: STUDI
LITERATUR

Abstract

Reproduction is an important factor that requires special attention for


increasing livestock production. The application of artificial insemination (AI)
technology has been developed rapidly in the world, so that availability of fertile
superior male is a determinant factor of successful AI. Several recent studies have
been aimed to discover male fertility biomarkers, by intense researches on fertility-
associated proteins contained in seminal plasma. This literature study describes the
role of adiponectin as a candidate of male fertility biomarker. Adiponectin has a
positive effect on spermatozoa functionality and steroidogenesis. This has been
proven by several studies by finding expressions in Sertoli cells and Leydig cells as
well as in reproductive tracts. Based on the specific role on spermatozoa
functionality and steroidogenesis in supporting male fertility parameter, it is
strongly suggested that adiponectin could be a strong candidate biomarker for male
fertility.

Keywords: adipokine, biomarker, male fertility, spermatozoa, steroid

Abstrak

Reproduksi merupakan faktor penting yang memerlukan perhatian khusus


untuk peningkatan produksi ternak. Aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB) telah
berkembang pesat di dunia, sehingga ketersediaan pejantan unggul yang fertil
merupakan faktor penentu keberhasilan IB. Beberapa penelitian berupaya
menemukan biomarker kesuburan pejantan, salah satunya adalah dengan dilakukan
kajian yang intens tentang fertility-associated proteins yang terdapat dalam plasma
semen. Studi literatur ini menguraikan tentang peran adiponektin pada sistem
reproduksi jantan untuk mengetahui potensinya sebagai kandidat biomarker
fertilitas pejantan. Adiponektin memiliki efek positif terhadap fungsional
spermatozoa dan steroidogenesis. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh beberapa
studi dengan ditemukannya ekspresinya pada pada sel Sertoli dan sel Leydig serta
pada organ reproduksi. Berdasarkan peran yang spesifik dan nyata pada fungsional
spermatozoa dan steroidogenesis, yang mendukung parameter kesuburan pejantan,
maka patut dipertimbangkan adiponektin sebagai kandidat kuat biomarker
kesuburan jantan.

Kata kunci: adipokin, biomarker, fertilitas jantan, spermatozoa, steroid

Pendahuluan

Kemampuan seekor pejantan untuk menghasilkan keturunan sangat


tergantung pada kualitas fertilitas pejantan tersebut. Deteksi dini kelainan fertilitas
dan penggunaan pejantan kualitas tinggi merupakan faktor yang sangat penting
10

dalam pengembangbiakan ternak. Selama ini pendugaan fertilitas pejantan dinilai


dari karakteristik fisik, meliputi biometrik non organ reproduksi, seperti
pengukuran tinggi gumba, panjang badan, lebar kepala, tinggi kepala, dan lingkar
pelvis (Singh et al. 2014), dan biometrik organ reproduksi, meliputi lingkar
skrotum, panjang skrotum dan volume testis (Abdelrahman et al. 2018; Hedia et al.
2019).
Karakteristik non organ reproduksi yang berhubungan langsung dengan
kualitas semen dan fertilitas yaitu lingkar pelvis, dan termasuk karakteristik yang
memiliki pewarisan sifat yang tinggi (Parker et al. 1999). Lingkar pelvis diduga
berkaitan erat dengan lingkar skrotum, sifat kejantanan, kualitas semen, yang
akhirnya berhubungan dengan fertilitas yang diturunkan (Jagir et al. 2010).
Parameter biometrik organ reproduksi, masih lebih banyak dijadikan acuan untuk
menilai fertilitas seekor pejantan ternak dibandingkan biometrik non organ
reproduksi. Parameter tersebut terutama lingkar skrotum, yang dilaporkan memiliki
kaitan erat dengan karakteristik semen, seperti yang sudah pernah dilaporkan pada
kambing (Agga et al. 2011), domba (Sarlós et al. 2013), sapi (Waite et al. 2019)
dan kerbau (Mahmood et al. 2018).
Menurut Utt (2016), parameter penilaian fertilitas pejantan yang paling akurat
adalah melalui angka kelahiran. Disamping itu, ada beberapa parameter juga yang
bisa digunakan untuk mengukur fertilitas dari perkawinan sampai kelahiran yaitu
tingkat fertilisasi, non-return rate dan angka kebuntingan. Namun, menurut Foote
(2003), penilaian dengan parameter tersebut tidak praktis karena fertilitas pejantan
baru dapat dinilai setelah dikawinkan dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh
karena itu, diperlukan parameter baru penilaian fertilitas yang lebih cepat dan
akurat yang dapat digunakan sebelum hewan dikawinkan.
Penilaian fertilitas pejantan sebelum perkawinan yang paling umum
digunakan adalah dengan evaluasi kualitas semen (Rodrigues et al. 2013; Boe-
Hansen et al. 2015). Namun, tingkat fertilitas yang dinilai berdasarkan kualitas
semen saja belum dapat menggambarkan fertilitas yang sesungguhnya (de Oliveira
et al. 2013; Dogan et al. 2015; Kaya dan Memili 2016). Pengembangan parameter
baru penilaian fertilitas pejantan yang sudah dilakukan adalah dengan evaluasi
hormon yang memengaruhi reproduksi yaitu testosteron (Singh et al. 2014) dan
identifikasi protein pada plasma semen dan spermatozoa terkait fertilitas (de
Oliveira et al. 2013). Namun, penilaian fertilitas pejantan dengan pengukuran
testosteron, masih memerlukan kombinasi dengan parameter kualitas semen dan
parameter fisik (Singh et al. 2014).
Beberapa peneliti menyarankan penilaian fertilitas perlu diarahkan pada
analisis protein yang berkaitan erat dengan parameter kualitas semen dan fertilitas.
Protein kandidat tersebut seyogyanya dapat menjelaskan peranannya terhadap
spermatozoa sekaligus dapat memantau kesehatan reproduksi pejantan. Protein
yang berhubungan dengan fertilitas memiliki peran fisiologis terhadap sel
spermatozoa, mulai dari pertumbuhan dan perkembangan, pematangan,
metabolisme, motilitas, modifikasi membran, reaksi akrosom, kapasitasi,
perlindungan, interaksi dengan epitel oviduk dan saat fertilisasi (Rodríguez-
Martínez et al. 2011; Caballero et al. 2012; Boe-Hansen et al. 2015). Disamping
perannya terhadap spermatozoa, kemudahan untuk pendeteksian protein tersebut
menjadi harapan kemudahan dalam aplikasi parameter penilaian fertilitas.
11

Salah satu protein terbaru yang terindikasi memiliki peran seperti tersebut di
atas adalah adiponektin. Adiponektin dilaporkan memiliki korelasi positif dengan
fertilitas pejantan yang berkaitan dengan steroidogenesis maupun spermatogenesis
(Kasimanickam et al. 2013). Penelitian lain, menunjukkan adanya korelasi positif
antara adiponektin dengan parameter kualitas semen, meliputi konsentrasi
spermatozoa, morfologi normal spermatozoa (Thomas et al. 2013), dan motilitas
spermatozoa (Kadivar et al. 2016), sebagai indikator fertilitas pejantan. Studi
literatur ini menguraikan tentang peran adiponektin sebagai hormon protein yang
potensial sebagai kandidat biomarker fertilitas pejantan, melalui pembahasan
mekanisme kerja pada proses fisiologis maupun tingkat molekuler.

Struktur, Peran dan Mekanisme Kerja Adiponektin

Struktur Adiponektin
Adiponektin, protein yang diproduksi sebagian besar oleh jaringan adiposa
putih yang memiliki banyak peran di seluruh tubuh, termasuk oksidasi asam lemak,
kepekaan terhadap insulin, penyerapan glukosa, dan modulasi fungsi reproduksi
(Pearson 2015). Jaringan adiposa disamping sebagai penyimpan energi juga dapat
memproduksi beberapa hormon protein yang dikenal sebagai adipokin, yang
berperan sebagai endokrin, parakrin dan autokrin (Ranjan 2017; Elfassy et al.
2018). Salah satu adipokin yang menjadi perhatian besar saat ini adalah
adiponektin. Selain adiponektin, beberapa adipokin lainnya yaitu leptin, resistin,
chemerin, visfatin, vaspin, dan progranulin (Elfassy et al. 2018). Dibandingkan
dengan adipokin lainnya, adiponektin merupakan adipokin yang paling melimpah
dalam sirkulasi darah dan memiliki multifungsi (Arita et al. 1999; Pardo et al.
2012). Adiponektin berperan penting sebagai pengatur sensitivitas insulin, oksidasi
lemak, memodulasi respons inflamasi, dan metabolisme energi, karenanya
adiponektin dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi, anti-aterosklerosis, anti-
diabetes, anti-aterogenik, anti-hipertensi dan kardioprotektif (Adamczak et al.
2003; Iwaki et al. 2003; Yamauchi et al. 2003; Zietz et al. 2003; Tilg dan Wolf
2005).
Adiponektin dalam tubuh disintensis dalam bentuk monomer dengan ukuran
28 kDa, tetapi disekresikan setelah mengalami multimerisasi, sehingga adiponektin
dikategorikan menjadi tiga tipe berdasarkan berat molekul. Tiga tipe tersebut yaitu,
(a) low molecule weight (LMW), yang terdiri dari monomer, dimer, dan trimer, (b)
medium molecule weight (MMW) dalam bentuk heksamer, dan (c) high molecule
weight (HMW) dalam bentuk multimer (Kadowaki et al. 2006; Mielenz et al. 2013).
Waki et al. (2003) mendapatkan 3 macam bentuk dengan berat molekul yang
berbeda yaitu LMW dengan berat 67 kDa dalam bentuk trimer, MMW dengan berat
136 kDa dalam bentuk hexamer, dan HMW dengan berat >300 kDa dalam bentuk
multimer yang terdiri dari 12-18 monomer. Struktur adiponektin tersebut disajikan
pada Gambar 1.
12

Gambar 1 Bentuk-bentuk struktur adiponektin


Sumber: Kadowaki dan Yamauchi (2005)

Penelitian pada sapi menunjukkan adiponektin dengan ukuran molekul dalam


bentuk HMW lebih banyak ditemukan pada plasma semen dibandingkan pada
serum (Heinz et al. 2015). Adiponektin dengan ukuran molekul dalam bentuk
HMW dianggap memiliki aktivitas biologis yang paling tinggi (Hada et al. 2007),
dan telah digunakan sebagai biomarker pada kasus sindrom metabolik (de Abreu et
al. 2017).

Reseptor Adiponektin
Reseptor adiponektin terdiri dari reseptor adiponektin 1 dan 2 yang dikenal
dengan AdipoR1 dan AdipoR2 (Kadowaki dan Yamauchi 2005). Namun, ada yang
menyebutkan juga bahwa T-cadherin juga termasuk reseptor adiponektin (Hug et
al. 2004). Reseptor-reseptor tersebut memiliki aktivitas biologis antara lain dengan
mengikat adaptor proteins containing the pleckstrin homology domain,
phosphotyrosine binding domain and leucine zipper motif (APPL), dan
memperkuat signal intraseluler (Kadowaki et al. 2006; Mao et al. 2006).
Reseptor adiponektin AdipoR1 lebih banyak bekerja melalui jalur adenosine
monophosphate-activated protein kinase (AMPK), sehingga menghambat oksidasi
asam lemak. Sedangkan AdipoR2 lebih banyak bertindak melalui peroxisome
proliferator-activated receptor (PPAR), yang akan menstimulasi oksidasi asam
lemak. Disamping itu, kedua reseptor tersebut dalam aktvitasnya berikatan dan
tergantung dari berat molekul adiponektin. AdipoR1 lebih sering berikatan dengan
adiponektin dalam bentuk molekul kecil dan sedang (LMW dan MMW).
Sedangkan AdipoR2 lebih menyukai berikatan dengan adiponektin dengan berat
molekul tinggi (HMW) (Yamauchi et al. 2007).

Peran Adiponektin pada Sistem Reproduksi Jantan


Peran adiponektin pada sistem reproduksi ditemukan berdasarkan ekspresi
messenger ribonucleic acid (mRNA) adiponektin mulai dari sumbu hipotalamus-
pituitari-gonad (HPG), organ reproduksi dan kelenjar aksesori. Sumbu HPG
merupakan pusat sistem reproduksi mamalia, yang mengatur berbagai fungsi
reproduksi (Michalakis dan Segars 2010). Sekresi gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) oleh hipotalamus akan merangsang pelepasan follicle-stimulating hormone
(FSH) dan luteanizing hormone (LH), yang masing-masing berfungsi sebagai
pengatur spermatogenesis dan steroidogenesis pada testis. Adiponektin
13

memengaruhi sistem reproduksi melalui aksinya pada pusat di sumbu HPG.


Beberapa penelitian melaporkan ekspresi adiponektin dan reseptornya di otak dan
hipofisis (pituitari) pada berbagai spesies, termasuk manusia, tikus, babi, dan ayam
(Rodriguez-Pacheco et al. 2007; Wilkinson et al. 2007; Rato et al. 2012;
Ramachandran et al. 2013). Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa
adiponektin menjadi faktor utama yang memodulasi fungsi reproduksi (Rak et al.
2017), dan memiliki peran yang sangat strategis dalam mengatur fungsional
spermatozoa yang berkaitan erat dengan fertilitas pejantan.
Hasil pengamatan menggunakan real-time polymerase chain reaction (RT-
PCR) menunjukkan bahwa ekspresi mRNA adiponektin dan reseptornya banyak
ditemukan di bagian ekor sperma. Sementara itu, AdipoR1 ditemukan di daerah
ekuator dan akrosom, sedangkan AdipoR2 terdapat di kepala dan ekuator sperma.
Data lebih lanjut, menunjukkan bahwa mRNA adiponektin dan reseptornya
diekspresikan sebelum dan sesudah kapasitasi spermatozoa. Hal tersebut diduga
kuat, adiponektin memiliki peran pada proses kapasitasi spermatozoa dan fungsi
lainnya (Kasimanickam et al. 2013). Selain itu, transkrip reseptor adiponektin pada
domba dilaporkan ditemukan pada testis, epididimis, kelenjar vesikula seminalis
dan kelenjar Cowper (Rahmanifar dan Tabandeh 2012).

Mekanisme Molekuler Adiponektin pada Sistem Reproduksi Jantan


Adiponektin, pada reproduksi jantan berperan sebagai pengatur berbagai
fungsi sel pada testis (Martin 2014). Adiponektin memengaruhi produksi steroid
melalui aksinya pada kaskade signal LH/cyclic adenosine monophosphate
(cAMP)/protein kinase A (PKA) pada sel Leydig (Ouedraogo et al. 2006).
Keterlibatan adiponektin pada steroidogenosis gonad ditunjukkan dengan adanya
hubungan positif dan signifikan antara plasma adiponektin dan kolesterol high-
density lipoprotein sebagai pembentuk testosteron (Pfaehler et al. 2012). Pada
spermatozoa, adiponektin berperan penting terhadap peningkatan konsentrasi dan
morfologi normal spermatozoa (Thomas et al. 2013), peningkatan motilitas
spermatozoa (Kadivar et al. 2016), dan berperan pada morfologi normal
spermatozoa (Kasimanickam et al. 2013; Thomas et al. 2013).
Adiponektin bersifat multifungsi dan pleiotropik, serta mampu
menggunakan jalur ganda dalam menginduksi sel. Oleh karena itu, adiponektin
disamping berikatan dengan reseptornya juga dapat berinteraksi dengan hormon
lain untuk menginduksi gen target. Adiponektin berinteraksi dengan hormon lain
menjadi zat aditif khususnya dengan insulin, insulin-like growth factor-1 (IGF-1),
dan luteinizing hormone (LH) yang meningkatkan respon seluler (Ledoux et al.
2006; Campos et al. 2008). Peran adiponektin pada steroidogenesis dan
spermatogenesis lebih lanjut diilustrasikan seperti pada Gambar 2.
14

Gambar 2 Peran adiponektin pada steroidogenesis dan spermatogenesis


Keterangan: (a) Pfaehler et al. (2012), (b) Kasimanickam et al. (2013), (c)
Thomas et al. (2013), dan (d) Kadivar et al. (2016),
Sumber: modifikasi dari Rak et al. (2017)

Adiponektin dalam peningkatkan kualitas semen bekerja melalui ikatannya


dengan reseptor, seperti terlihat pada Gambar 3. Ikatan tersebut mengaktifkan
APPL dan selanjutnya AMPK, sehingga menghasilkan respon biologis beberapa
molekul yang penting dalam mengaktifkan gen target (Kadivar et al. 2016; Elfassy
et al. 2018). Adiponektin dalam berikatan dengan reseptornya akan mengaktifkan
beberapa protein kinase untuk meningkatkan respon seluler. Pada sel Sertoli,
adiponektin menstimulasi laktat sel germinal dengan mengaktifkan AMPK yang
akan bekerjasama untuk pemeliharaan integritas fungsional kompleks antara sel
Sertoli dengan sel germinal dan berkonstribusi dalam menjaga lingkungan mikro
yang optimal untuk spermatogenesis (Galardo et al. 2010; Achari dan Jain 2017;
Choubey et al. 2019).

Gambar 3 Jalur aktivitas molekuler adiponektin pada


proses spermatogenesis dan steroidogenesis
Sumber: modifikasi dari Martin (2014)
15

Adiponektin pada sel Leydig, dapat meningkatkan steroidogenesis dengan


mengaktifkan mitogen-activated protein kinase (MAPK) (Azamar-Llamas et al.
2017). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, adanya ekspresi AdipoR1 dan
AdipoR2 pada seluruh bagian organ reproduksi jantan pada domba (Rahmanifar
dan Tabandeh 2012), dan pada epididimis babi (Dai et al. 2006), sehingga Martin
(2014) berkesimpulan bahwa adiponektin yang diproduksi secara lokal di testis dan
sel epitel organ reproduksi jantan memiliki peran dalam proses pematangan
spermatozoa (Gambar 3).

Peran Langsung Adiponektin terhadap Parameter Kualitas Spermatozoa

Berdasarkan kajian yang lebih mendalam, maka dapat diilustrasikan peran


langsung adiponektin terhadap beberapa parameter kualitas spermatozoa, seperti
tertera pada Gambar 4.

Gambar 4 Fungsional adiponektin secara molekuler pada spermatozoa


Keterangan: (a) Kadivar et al. (2016), (b) Kasimanickam et al. (2013),
dan (c) Thomas et al. (2013)

Motilitas spermatozoa sering dijadikan acuan dalam menilai kualitas semen


untuk proses lebih lanjut dalam penilaian kelayakan seekor pejantan. Peran
adiponektin dalam peningkatan motililitas spermatozoa diduga melalui jalur ikatan
antara AdipoR1 maupun AdipoR2 pada membran sel, seperti terlihat pada Gambar
4. Selanjutnya jalur second massenger yang digunakan adalah AMPK. Melalui
AMPK tersebut terjadilah peningkatan uptake glukosa dan aktivitas laktat
dehidroginase (LDH) (Choubey et al. 2019), sebagai sumber energi. Hasil
penelitian Caminos et al. (2008), menunjukkan terjadi penurunan adiponektin
setelah kapasitasi spermatozoa, sehingga oleh Elfassy et al. (2018) disimpulkan
adiponektin memiliki peran langsung terhadap motilitas spermatozoa, seperti
ditunjukan dari hasil penelitian pada domba (Kadivar et al. 2016) dan pada ayam
(Ocon-Grove et al. 2008), meskipun tidak dijelaskan lebih lanjut terhadap
mekanisme molokulernya.
Peran adiponektin terhadap morfologi spermatozoa ditempuh melalui jalur
AMPK sehingga terjadi peningkatan uptake glukosa dan aktivitas LDH (Choubey
et al. 2019). Enzim LDH berperan untuk mengkonversi glukosa ke laktat, yang akan
16

ditransportasikan dari sel Sertoli ke sel germinal melalui proton-linked transporters


MCT4 dan MCT2, seperti terlihat pada Gambar 5 (Choubey et al. 2019). Lebih
lanjut, laktat yang diproduksi sel Sertoli ini berperan untuk mempertahankan daya
hidup spermatosit dan mencegah apoptosis selama proses normal spermatogenesis.
Melalui proses inilah adiponektin berperan dalam pembentukan morfologi normal
spermatozoa.

Gambar 5 Peran adiponektin terhadap metabolisme dan morfologi spermatozoa


Sumber: Choubey et al. (2019)

Mekanisme adiponektin dalam peningkatkan konsentrasi spermatozoa


berhubungan erat dengan terjadinya proliferasi sel. Secara molekuler proses ini
dapat terjadi melalui aktivasi jalur AMPK, yang berfungsi meningkatkan uptake
glukosa (Deepa dan Dong 2009). Laporan terbaru oleh Bertoldo et al. (2015)
menyimpulkan bahwa protein kinase AMPK merupakan pengatur energi utama
pada gonad. Oleh karena itu, jalur AMPK disamping terlibat pada proliferasi sel,
terlibat juga dalam pematangan sel germinal dan mempertahankan kelangsungan
hidup sel (Bertoldo et al. 2015). Proses peningkatan konsentrasi spermatozoa yang
terjadi pada proses spermatogensis dapat ditempuh melalui dua jalur. Jalur pertama
terjadinya stimulasi oleh AdipoR1 dan AdipoR2 yang menyebabkan terjadinya
peningkatan konsentrasi MAPK (Gambar 4), sehingga merangsang proses
spermatogenesis dan pematangan spermatozoa. Jalur lainnya, proses peningkatan
konsentrasi spermatozoa ditempuh melalui stimulasi AdipoR1 dan AdipoR2
terhadap peningkatan AMPK, yang secara langsung dapat meningkatkan
konsentrasi MAPK, sehingga terjadi peningkatan proses spermatogenesis dan
pematangan spermatozoa (Gambar 4). Disamping itu, jalur AMPK dapat
menstimulasi secara langsung peningkatan hormon-hormon, yang menstimulasi
proses spermatogenesis. Oleh karena itu, AMPK sering disebut sebagai master
pengaturan energi utama gonad (Bertoldo et al. 2015). Keterangan lain, setelah
berikatan dengan reseptor, adiponektin akan mengaktifkan MAPK yang
menyebabkan uptake glukosa, sehingga terjadi proliferasi sel (Xin et al. 2011).
Selanjutnya, adiponektin berperan pada proliferasi sel dengan mengaktifkan jalur
extracellular signal-regulated kinase (ERK) (Liu et al. 2017). Protein kinase ERK
akan memfasilitasi terjadinya adhesi sel germinal ke sel Sertoli, yang selanjutnya
akan meningkatkan pelepasan spermatozoa (Shupe et al. 2011).
17

Peran adiponektin pada proses kapasitasi spermatozoa terjadi melalui


pengaktifan PPAR oleh AdipoR1 dan AdipoR2. Akibat aktifnya PPAR ini mampu
menyebabkan elevasi spermatozoa yang matang yang ditandai dengan terjadinya
efflux kolesterol (Naseer et al. 2014), peningkatan fluiditas membran, peningkatan
konsentrasi calcium ions (Ca2+) intaseluler, dan terjadinya polimerisasi actin
sebagai indikator terjadinya kapasitasi spermatozoa (Liu et al. 2015). Hal ini telah
dibuktikan dengan ekspresi PPAR pada spermatozoa ejakulasi dari manusia dan
babi, yang menunjukkan peningkatan motilitas spermatozoa, kapasitasi
spermatozoa, reaksi akrosom spermatozoa, kelangsungan hidup dan metabolisme
spermatozoa (Aquila et al. 2006; Santoro et al. 2013; Mousavi et al. 2019).

Faktor yang Berpengaruh terhadap Konsentrasi Adiponektin

Konsentrasi adiponektin dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti; jenis


kelamin, umur, status gizi, hormon insulin (Rak et al. 2017), dan body condition
score (BCS) (Tvarijonaviciute et al. (2010). Sedangkan hasil penelitian Cnop et al.
(2003) sebelumnya melaporkan bahwa peningkatan dan penurunan konsentrasi
adiponektin ditentukan oleh faktor resistensi insulin jaringan adiposa, lemak intra-
abdominal dan profil lipoprotein.
Konsentrasi adiponektin pada manusia dan hewan dari beberapa jenis hewan
(spesies) sudah pernah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Namun, konsentrasi
adiponektin pada ternak jantan yang pernah dilaporkan baru pada sapi dan kuda
(Tabel 1).

Tabel 1 Konsentrasi adiponektin pada ternak jantan


Jenis Ternak Sampel Konsentrasi Pustaka
Sapi Serum darah 0.178-0.654 μg/ml (Kasimanickam et al. 2013)
Serum darah 31.1 μg/ml (Heinz et al. 2015)
Plasma semen 0.18 μg/ml (Heinz et al. 2015)
Kuda prapubertas Serum darah 7.50 μg/ml (Pearson 2015)
Kuda dewasa Serum darah 7.15 μg/ml (Pearson 2015)

Pemanfaatan Analisis Adiponektin untuk Mempercepat Produktivitas


Ternak di Indonesia

Sejak beberapa tahun silam adiponektin sudah dapat dilakukan pengukuran


konsentrasinya. Metode yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi hingga saat
ini, umumnya menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Sampel untuk pengukuran konsentrasi adiponektin dapat dilakukan dari beberapa
sumber seperti cairan tubuh, yaitu; plasma darah, serum, plasma semen, cairan
uterus dan saliva.
Kit komersial yang spesifik untuk pengukuran adiponektin menggunakan
ELISA telah didukung dengan ketersediaannya untuk beberapa jenis hewan dan
manusia (Smolinska et al. 2017; Menzies-Gow et al. 2019; Moradi et al. 2019),
bahkan kit ELISA juga tersedia untuk adiponektin yang spesifik berdasarkan berat
molekul (Sinha et al. 2007; Tanita et al. 2008; Ebinuma et al. 2011). Disamping
itu, beberapa penelitian telah dilakukan validasi analitik dan validasi biologis,
18

seperti validasi biologis berdasarkan BCS pada anjing (Tvarijonaviciute et al.


2010), dan berdasarkan status reproduksi dan laktasi sapi (Mielenz et al. 2013).
Banyak literatur yang mendukung adiponektin sebagai kandidat biomarker
penilaian fertilitas jantan (Elfassy et al. 2018), biomarker positif untuk kualitas
semen (Thomas et al. 2013), dan sinyal metabolik kinerja reproduksi pada mamalia
jantan (Rak et al. 2017).
Biomarker fertilitas pejantan sangat diperlukan dalam rangka seleksi
pejantan, salah satunya untuk pejantan yang akan digunakan pada program IB.
Analisis biomarker adiponektin dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kualitas
spermatozoa yang sekaligus sebagai peneguhan fertilitas pejantan. Dengan
demikian, ke depan apabila sudah diketahui adanya korelasi yang selalu tinggi
antara adiponektin dan parameter kualitas spermatozoa, maka pemeriksaan
adiponektin memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi biomarker tunggal
dalam penilaian fertilitas pejantan ternak.
Keberhasilan IB sangat ditentukan oleh pejantan dengan kualitas semen yang
memenuhi standar. Disamping itu, seleksi pejantan yang akurat memiliki peran
penting dalam perbaikan genetik ternak dibandingkan betina. Disamping itu,
pejantan berkontribusi lebih besar terhadap nilai ekonomi dalam produksi ternak
(Chudleigh et al. 2019). Oleh karena itu, upaya mempercepat produksi ternak di
Indonesia dapat dilakukan dengan seleksi pejantan untuk program IB, yang dinilai
berdasarkan kualitas semen yang digabungkan dengan hasil analisis konsentrasi
adiponektin.

Simpulan

Berdasarkan kajian peran yang spesifik dan nyata pada fungsional


spermatozoa dan steroidogenesis, yang mendukung parameter fertilitas pejantan,
maka adiponektin memiliki prospek yang kuat sebagai kandidat biormaker fertilitas
pejantan. Namun demikian, perlu dilakukan kajian lebih mendalam terhadap faktor
keragaman konsentrasi adiponektin.

Daftar Pustaka

Abdelrahman SS, Abdalla MSE, Darderi TM, Ali EAE. 2018. Association of body
weight, scrotal circumference, heart girth and penile development with
spermatogenesis in the Nubian bucks. J Vet Med Anim Health. 10(9):217-223.
doi:10.5897/JVMAH2018.0688.
Achari A, Jain S. 2017. Adiponectin, a therapeutic target for obesity, diabetes, and
endothelial dysfunction. Int J Mol Sci. 18:1-17.doi:10.3390/ijms18061321.
Adamczak M, Wiecek A, Funahashi T, Chudek J, Kokot F, Matsuzawa Y. 2003.
Decreased plasma adiponectin concentration in patients with essential
hypertension. Am J Hypertens. 16(1):72-75.doi:10.1016/s0895-7061(02)
03197-7.
Agga GE, Udala U, Regassa F, Wudie A. 2011. Body measurements of bucks of
three goat breeds in Ethiopia and their correlation to breed, age and testicular
measurements. Small Rumin Res. 95(2):133-138.doi:10.1016/j.smallrumres.
2010.09.011.
19

Aquila S, Bonofiglio D, Gentile M, Middea E, Gabriele S, Belmonte M, Catalano


S, Pellegrino M, Andò S. 2006. Peroxisome proliferator-activated receptor
(PPAR) gamma is expressed by human spermatozoa: its potential role on the
sperm physiology. J Cell Physiol. 209(3):977-986.doi:10.1002/jcp.20807.
Arita Y, Kihara S, Ouchi N, Takahashi M, Maeda K, Miyagawa J-i, Hotta K,
Shimomura I, Nakamura T, Miyaoka K et al. 1999. Paradoxical decrease of an
adipose-specific protein, adiponectin, in obesity. Biochem Biophys Res Commun.
257(1):79-83.doi:10.1006/bbrc.1999.0255.
Azamar-Llamas D, Hernández-Molina G, Ramos-Ávalos B, Furuzawa-Carballeda
J. 2017. Adipokine contribution to the pathogenesis of osteoarthritis. Mediat
Inflamm. 2017:1-26.doi:10.1155/2017/5468023.
Bertoldo M, Faure M, Dupont J, Froment P. 2015. AMPK: a master energy
regulator for gonadal function. Front Neurosci. 9(235):1-11.doi:10.3389/fnins.
2015.00235.
Boe-Hansen GB, Rego JPA, Crisp JM, Moura AA, Nouwens AS, Li Y, Venus B,
Burns BM, McGowan MR. 2015. Seminal plasma proteins and their relationship
with percentage of morphologically normal sperm in 2-year-old Brahman (Bos
indicus) bulls. Anim Reprod Sci. 162:20-30.doi:10.1016/j.anireprosci.2015.09.
003.
Caballero I, Parrilla I, Almiñana C, del Olmo D, Roca J, Martínez E, Vázquez J.
2012. Seminal plasma proteins as modulators of the sperm function and their
application in sperm biotechnologies. Reprod Domest Anim. 47(s3):12-21.
doi:10.1111/j.1439-0531.2012.02028.x.
Caminos JE, Nogueiras R, Gaytán F, Pineda R, González CR, Barreiro ML,
Castaño JP, Malagón MM, Pinilla L, Toppari J et al. 2008. Novel expression and
direct effects of adiponectin in the rat testis. Endocrinology. 149(7):3390-3402.
doi:10.1210/en.2007-1582.
Campos DB, Palin MF, Bordignon V, Murphy BD. 2008. The ‘beneficial’
adipokines in reproduction and fertility. Int J Obes. 32:223–231.doi:10.1038/sj.
ijo.0803719.
Choubey M, Ranjan A, Bora PS, Baltazar F, Krishna A. 2019. Direct actions of
adiponectin on changes in reproductive, metabolic, and anti-oxidative enzymes
status in the testis of adult mice. Gen Comp Endocrinol. 279:1-11.doi:10.1016/
j.ygcen.2018.06.002.
Chudleigh F, Bowen M, Holmes B. 2019. Farm economic thinking and the genetic
improvement of fertility in northern beef herds. AARES. 63:1-37.doi:10.22004/
ag.econ.285095.
Cnop M, Havel PJ, Utzschneider KM, Carr DB, Sinha MK, Boyko EJ, Retzlaff BM,
Knopp RH, Brunzell JD, Kahn SE. 2003. Relationship of adiponectin to body
fat distribution, insulin sensitivity and plasma lipoproteins: evidence for
independent roles of age and sex. Diabetologia. 46(4):459-469.doi:10.1007/
s00125-003-1074-z.
Dai MH, Xia T, Zhang GD, Chen XD, Gan L, Feng SQ, Qiu H, Peng Y, Yang ZQ.
2006. Cloning, expression and chromosome localization of porcine adiponectin
and adiponectin receptors genes. Domest Anim Endocrin. 30(2):117-125.
doi:10.1016/j.domaniend.2005.06.006.
de Abreu VG, Martins CJdM, de Oliveira PAC, Francischetti EA. 2017. High-
molecular weight adiponectin/HOMA-IR ratio as a biomarker of metabolic
20

syndrome in urban multiethnic Brazilian subjects. PLoS One. 12(7):1-12.


doi:10.1371/journal.pone.0180947.
de Oliveira RV, Dogan S, Belser LE, Kaya A, Topper E, Moura A, Thibaudeau G,
Memili E. 2013. Molecular morphology and function of bull spermatozoa linked
to histones and associated with fertility. Reproduction. 146(3):263-272.
doi:10.1530/rep-12-0399.
Deepa SS, Dong LQ. 2009. APPL1: role in adiponectin signaling and beyond. Am
J Physiol Endocrinol Metab. 296(1):E22-E36.doi:10.1152/ajpendo.90731.2008.
Dogan S, Vargovic P, Oliveira R, Belser LE, Kaya A, Moura A, Sutovsky P, Parrish
J, Topper E, Memili E. 2015. Sperm protamine-status correlates to the fertility
of breeding bulls. Biol Reprod. 92(4):1-9.doi:10.1095/biolreprod.114.124255.
Ebinuma H, Yago H, Akimoto Y, Miyazaki O, Kadowaki T, Yamauchi T, Hara K,
penemu; Sekisui Medical Co., Ltd., Tokyo (JP); Toudai TLO, Ltd., Tokyo (JP).
2011 Oktober 18 Method of selectively assaying adiponectin multimers. Paten
United States US 8039223B2.
Elfassy Y, Bastard J-P, McAvoy C, Fellahi S, Dupont J, Levy R. 2018. Adipokines
in semen: physiopathology and effects on spermatozoas. Int J Endocrinol.
2018:1-11.doi:10.1155/2018/3906490.
Foote RH. 2003. Fertility estimation: a review of past experience and future
prospects. Anim Reprod Sci. 75(1-2):119-139.doi:10.1016/S0378-4320(02)
00233-6.
Galardo MN, Riera MF, Pellizzari EH, Sobarzo C, Scarcelli R, Denduchis B, Lustig
L, Cigorraga SB, Meroni SB. 2010. Adenosine regulates Sertoli cell function by
activating AMPK. Mol Cell Endocrinol. 330(1):49-58.doi:10.1016/
j.mce.2010.08.007.
Hada Y, Yamauchi T, Waki H, Tsuchida A, Hara K, Yago H, Miyazaki O, Ebinuma
H, Kadowaki T. 2007. Selective purification and characterization of adiponectin
multimer species from human plasma. Biochem Biophys Res Commun.
356(2):487-493.doi:10.1016/j.bbrc.2007.03.004.
Hedia MG, El-Belely MS, Ismail ST, Abo El-Maaty AM. 2019. Monthly changes
in testicular blood flow dynamics and their association with testicular volume,
plasma steroid hormones profile and semen characteristics in rams.
Theriogenology. 123:68-73.doi:10.1016/j.theriogenology.2018.09.032.
Heinz JF, Singh SP, Janowitz U, Hoelker M, Tesfaye D, Schellander K, Sauerwein
H. 2015. Characterization of adiponectin concentrations and molecular weight
forms in serum, seminal plasma, and ovarian follicular fluid from cattle.
Theriogenology. 83(3):326-333.doi:10.1016/j.theriogenology.2014.06.030.
Hug C, Wang J, Ahmad NS, Bogan JS, Tsao T-S, Lodish HF. 2004. T-cadherin is
a receptor for hexameric and high-molecular-weight forms of
Acrp30/adiponectin. Proc Natl Acad Sci U S A. 101(28):10308-10313.
doi:10.1073/pnas.0403382101.
Iwaki M, Matsuda M, Maeda N, Funahashi T, Matsuzawa Y, Makishima M,
Shimomura I. 2003. Induction of adiponectin, a fat-derived antidiabetic and
antiatherogenic factor, by nuclear receptors. Diabetes. 52(7):1655-1663.
doi:10.2337/diabetes.52.7.1655.
Jagir S, Ajeet K, Dhaliwal G. 2010. Pelvic area and scrotal circumference in relation
to libido in breeding bulls. Indian Vet J. 87(4):396-397.
21

Kadivar A, Khoei HH, Hassanpour H, Golestanfar A, Ghanaei H. 2016. Correlation


of adiponectin mRNA abundance and its receptors with quantitative parameters
of sperm motility in rams. Int J Fertil Steril. 10(1):127.doi:10.22074/ijfs.2016.
4778.
Kadowaki T, Yamauchi T. 2005. Adiponectin and Adiponectin Receptors. Endocr
Rev. 26(3):439-451.doi:10.1210/er.2005-0005.
Kadowaki T, Yamauchi T, Kubota N, Hara K, Ueki K, Tobe K. 2006. Adiponectin
and adiponectin receptors in insulin resistance, diabetes, and the metabolic
syndrome. J Clin Invest. 116(7):1784-1792.doi:10.1172/JCI29126.
Kasimanickam VR, Kasimanickam RK, Kastelic JP, Stevenson JS. 2013.
Associations of adiponectin and fertility estimates in Holstein bulls.
Theriogenology. 79(5):766-777.doi:10.1016/j.theriogenology.2012.12.001.
Kaya A, Memili E. 2016. Sperm macromolecules associated with bull fertility.
Anim Reprod Sci. 169:88-94.doi:10.1016/j.anireprosci.2016.02.015.
Ledoux S, Campos DB, Lopes FL, Dobias-Goff M, Palin MF, Murphy BD. 2006.
Adiponectin induces periovulatory changes in ovarian follicular cells.
Endocrinology. 147(11):5178-5186.doi:10.1210/en.2006-0679.
Liu L-L, Xian H, Cao J-C, Zhang C, Zhang Y-H, Chen M-M, Qian Y, Jiang M.
2015. Peroxisome proliferator-activated receptor gamma signaling in human
sperm physiology. Asian J Androl. 17(6):942-947.doi:10.4103/1008-682X.
150253.
Liu Z, Xiao T, Peng X, Li G, Hu F. 2017. APPLs: More than just adiponectin
receptor binding proteins. Cell Signal. 32:76-84.doi:10.1016/j.cellsig.2017.01.
018.
Mahmood S, Kumar A, Singh R, Sarkar M, Singh G, Verma M, Kumar G. 2018.
Scrotal circumference: a predictor of testosterone concentration and certain
attributes of seminal vesicles influencing buffalo male fertility. Vet World.
11(6):739.doi:10.14202/vetworld.2018.739-747.
Mao X, Kikani CK, Riojas RA, Langlais P, Wang L, Ramos FJ, Fang Q, Christ-
Roberts CY, Hong JY, Kim R-Y et al. 2006. APPL1 binds to adiponectin
receptors and mediates adiponectin signalling and function. Nat Cell Biol.
8(5):516-523.doi:10.1038/ncb1404.
Martin LJ. 2014. Implications of adiponectin in linking metabolism to testicular
function. Endocrine. 46(1):16-28.doi:10.1007/s12020-013-0102-0.
Menzies-Gow N, Knowles E, Rogers I, Rendle D. 2019. Validity and application
of immunoturbidimetric and enzyme‐linked immunosorbent assays for the
measurement of adiponectin concentration in ponies. Equine Vet J. 51(1):33-37
Michalakis KG, Segars JH. 2010. The role of adiponectin in reproduction: from
polycystic ovary syndrome to assisted reproduction. Fertil Steril. 94(6):1949-
1957.doi:10.1016/j.fertnstert.2010.05.010.
Mielenz M, Mielenz B, Singh SP, Kopp C, Heinz J, Häussler S, Sauerwein H. 2013.
Development, validation, and pilot application of a semiquantitative Western
blot analysis and an ELISA for bovine adiponectin. Domest Anim Endocrin.
44(3):121-130.doi:10.1016/j.domaniend.2012.10.004.
Moradi M, Doustimotlagh AH, Dehpour AR, Rahimi N, Golestani A. 2019. The
influence of TRAIL, adiponectin and sclerostin alterations on bone loss in BDL-
induced cirrhotic rats and the effect of opioid system blockade. Life Sci.
233:116706.doi:10.1016/j.lfs.2019.116706.
22

Mousavi MS, Shahverdi A, Drevet J, Akbarinejad V, Esmaeili V, Sayahpour FA,


Topraggaleh TR, Rahimizadeh P, Alizadeh A. 2019. Peroxisome proliferator-
activated receptors (PPARs) levels in spermatozoa of normozoospermic and
asthenozoospermic men. Syst Biol Reprod Med. 2019:1-11.doi:10.1080/
19396368.2019.1677801.
Naseer Z, Ahmad E, Aksoy M. 2014. Cholesterol efflux from sperm: approaches
and applications. Turk J Vet Anim Sci. 38(6):653-659.doi:10.3906/vet-1404-55.
Ocon-Grove OM, Krzysik-Walker SM, Maddineni SR, Hendricks GL,
Ramachandran R. 2008. Adiponectin and its receptors are expressed in the
chicken testis: influence of sexual maturation on testicular ADIPOR1 and
ADIPOR2 mRNA abundance. Reproduction. 136(5):627-638.doi:10.1530/REP-
07-0446.
Ouedraogo R, Wu X, Xu S-Q, Fuchsel L, Motoshima H, Mahadev K, Hough K,
Scalia R, Goldstein BJ. 2006. Adiponectin suppression of high-glucose-induced
reactive oxygen species in vascular endothelial cells: evidence for involvement
of a cAMP signaling pathway. Diabetes. 55(6):1840-1846.doi:10.2337/db05-
1174.
Pardo M, Roca-Rivada A, Seoane LM, Casanueva FF. 2012. Obesidomics:
contribution of adipose tissue secretome analysis to obesity research. Endocrine.
41(3):374-383.doi:10.1007/s12020-012-9617-z.
Parker R, Mathis C, Hawkins D. 1999. Evaluating the Breeding Soundness of Beef
Bulls. Washington (US): Cooperative Extension Service, College of Agriculture
and Home Economics Washington State University.
Pearson LK. 2015. Adiponectin in Equine Reproduction [dissertation]. Washington
(US): Washington State University.
Pfaehler A, Nanjappa MK, Coleman ES, Mansour M, Wanders D, Plaisance EP,
Judd RL, Akingbemi BT. 2012. Regulation of adiponectin secretion by soy
isoflavones has implication for endocrine function of the testis. Toxicol Lett.
209(1):78-85.doi:10.1016/j.toxlet.2011.11.027.
Rahmanifar F, Tabandeh MR. 2012. Adiponectin and its receptors gene expression
in the reproductive tract of ram. Small Rumin Res. 105(1):263-267.doi:10.1016/
j.smallrumres.2011.11.019.
Rak A, Mellouk N, Froment P, Dupont J. 2017. Adiponectin and resistin: potential
metabolic signals affecting hypothalamo-pituitary gonadal axis in females and
males of different species. Reproduction. 153(6):R215-R226.doi:10.1530/REP-
17-0002.
Ramachandran R, Maddineni S, Ocón-Grove O, Hendricks III G, Vasilatos-
Younken R, Hadley JA. 2013. Expression of adiponectin and its receptors in
avian species. Gen Comp Endocrinol. 190:88-95.doi:10.1016/j.ygcen.2013.05.
004.
Ranjan A. 2017. Adipokines as a modulator of reproductive function. J Sci Res.
61:131-140.
Rato L, Alves MG, Socorro S, Duarte AI, Cavaco JE, Oliveira PF. 2012. Metabolic
regulation is important for spermatogenesis. Nat Rev Urol. 9(6):330-338.
doi:10.1038/nrurol.2012.77.
Rodrigues M, Souza C, Martins J, Rego J, Oliveira J, Domont G, Nogueira F,
Moura A. 2013. Seminal plasma proteins and their relationship with sperm
23

motility in Santa Ines rams. Small Rumin Res. 109(2):94-100.doi:10.1016/


j.smallrumres.2012.07.032.
Rodríguez-Martínez H, Kvist U, Ernerudh J, Sanz L, Calvete JJ. 2011. Seminal
plasma proteins: what role do they play? Am J Reprod Immunol. 66(s1):11-22.
doi:10.1111/j.1600-0897.2011.01033.x.
Rodriguez-Pacheco F, Martinez-Fuentes AJ, Tovar S, Pinilla L, Tena-Sempere M,
Dieguez C, Castano JP, Malagon MM. 2007. Regulation of pituitary cell
function by adiponectin. Endocrinology. 148(1):401-410.doi:10.1210/en.2006-
1019.
Santoro M, Guido C, De Amicis F, Sisci D, Vizza D, Gervasi S, Carpino A, Aquila
S. 2013. Sperm metabolism in pigs: a role for peroxisome proliferator-activated
receptor gamma (PPARγ). J Exp Biol. 216(6):1085-1092.doi:10.1242/jeb.
079327.
Sarlós P, Egerszegi I, Balogh O, Molnár A, Cseh S, Rátky J. 2013. Seasonal
changes of scrotal circumference, blood plasma testosterone concentration and
semen characteristics in Racka rams. Small Rumin Res. 111(1):90-95.
doi:10.1016/j.smallrumres.2012.11.036.
Shupe J, Cheng J, Puri P, Kostereva N, Walker WH. 2011. Regulation of Sertoli-
Germ cell adhesion and sperm release by FSH and nonclassical testosterone
signaling. Mol Endocrinol. 25(2):238-252.doi:10.1210/me.2010-0030.
Singh A, Brar P, Cheema R. 2014. Relationships among frozen-thawed semen
fertility, physical parameters, certain routine sperm characteristics and
testosterone in breeding Murrah buffalo (Bubalus bubalis) bulls. Vet World.
7(9):644-651.doi:10.14202/vetworld.2014.644-651.
Sinha MK, Songer T, Xiao Q, Sloan JH, Wang J, Ji S, Alborn WE, Davis RA,
Swarbrick MM, Stanhope KL. 2007. Analytical validation and biological
evaluation of a high-molecular-weight adiponectin ELISA. Clin Chem.
53(12):2144-2151.doi:10.1373/clinchem.2007.090670.
Smolinska N, Kiezun M, Dobrzyn K, Szeszko K, Maleszka A, Kaminski T. 2017.
Adiponectin, orexin A and orexin B concentrations in the serum and uterine
luminal fluid during early pregnancy of pigs. Anim Reprod Sci. 178:1-8.
doi:10.1016/j.anireprosci.2017.01.001.
Tanita T, Miyakoshi H, Nakano Y. 2008. Performance of ELISA for specific
measurement of high-molecular-weight (HMW) adiponectin. J Immunol
Methods. 333(1-2):139-146.doi:10.1016/j.jim.2008.01.013.
Thomas S, Kratzsch D, Schaab M, Scholz M, Grunewald S, Thiery J, Paasch U,
Kratzsch J. 2013. Seminal plasma adipokine levels are correlated with functional
characteristics of spermatozoa. Fertil Steril. 99(5):1256-1263. e1253.
doi:10.1016/j.fertnstert.2012.12.022.
Tilg H, Wolf AM. 2005. Adiponectin: a key fat-derived molecule regulating
inflammation. Expert Opin Ther Targets. 9(2):245-251.doi:10.1517/14728222.9.
2.245.
Tvarijonaviciute A, Martínez-Subiela S, Ceron JJ. 2010. Validation of 2
commercially available enzyme-linked immunosorbent assays for adiponectin
determination in canine serum samples. Can J Vet Res. 74(4):279-285.
Utt MD. 2016. Prediction of bull fertility. Anim Reprod Sci. 169:37-44.doi:10.1016/
j.anireprosci.2015.12.011.
24

Waite R, Dwyer C, Beggs D, Mansell P, Stevenson M, Pyman M. 2019. Scrotal


circumference, bodyweight and semen characteristics in growing dairy-breed
natural-service bulls in Tasmania, Australia. New Zeal Vet J. 67(3):109-116.
doi:10.1080/00480169.2018.1563512.
Waki H, Yamauchi T, Kamon J, Ito Y, Uchida S, Kita S, Hara K, Hada Y, Vasseur
F, Froguel P et al. 2003. Impaired multimerization of human adiponectin
mutants associated with diabetes. Molecular structure and multimer formation
of adiponectin. J Biol Chem. 278(41):40352-40363.doi:10.1074/jbc.
m300365200.
Wilkinson M, Brown R, Imran SA, Ur E. 2007. Adipokine gene expression in brain
and pituitary gland. Neuroendocrinology. 86(3):191-209.doi:10.1159/
000108635
Xin X, Zhou L, Reyes CM, Liu F, Dong LQ. 2011. APPL1 mediates adiponectin-
stimulated p38 MAPK activation by scaffolding the TAK1-MKK3-p38 MAPK
pathway. Am J Physiol Endocrinol Metab. 300(1):E103-E110.doi:10.1152/
ajpendo.00427.2010.
Yamauchi T, Hara K, Kubota N, Terauchi Y, Tobe K, Froguel P, Nagai R,
Kadowaki T. 2003. Dual roles of adiponectin/Acrp30 in vivo as an anti-diabetic
and anti-atherogenic adipokine. Curr Drug Targets Immune Endocrine
Metabolic Disord. 3(4):243-254.doi: 10.2174/1568008033340090
Yamauchi T, Nio Y, Maki T, Kobayashi M, Takazawa T, Iwabu M, Okada-Iwabu
M, Kawamoto S, Kubota N, Kubota T et al. 2007. Targeted disruption of
AdipoR1 and AdipoR2 causes abrogation of adiponectin binding and metabolic
actions. Nat Med. 13(3):332-339.doi:10.1038/nm1557.
Zietz B, Herfarth H, Paul G, Ehling A, Müller-Ladner U, Schölmerich J, Schäffler
A. 2003. Adiponectin represents an independent cardiovascular risk factor
predicting serum HDL-cholesterol levels in type 2 diabetes. FEBS Lett.
545(2):103-104.doi:10.1016/S0014-5793(03)00568-4.
25

3 VALIDASI KIT ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT


ASSAY KOMERSIAL UNTUK ANALISIS ADIPONEKTIN
PADA PLASMA DARAH KAMBING ANPERA JANTAN

Abstract

Adiponectin is a hormone which directly involved in the process of


spermatogenesis and steroidogenesis. This hormone can be measured by a
commercial adiponectin enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) kit.
However, the validation of commercial adiponectin ELISA kit and their
concentration measurements in livestock have not yet been reported. The purpose
of this study was to validate the commercial adiponectin ELISA kit for measuring
the adiponectin concentrations in the blood plasma of Anpera buck. The sample
used in the form of a standard concentration of adiponectin hormone, control of
adiponectin hormone, blood plasma samples of male anpera goats. The standard
curve of hormone concentrations from the measured commercial adiponectin
ELISA kit was linear. The precision test showed intra-assay coefficient of variation
(CV) value of 5.87%. Meanwhile the results of the CV inter assay both on standard
controls, and control samples (1 and 2) of the three microplates were 4.87%,
11.77% and 9.08%, respectively. In conclusion, validation analytic result and
operator ability can confirm the quality of the commercial adiponectin ELISA kit.

Keywords: assay validation, cytocine, hormone measurements, male goat

Abstrak

Adiponektin merupakan hormon yang terlibat langsung dalam proses


spermatogenesis dan steroidogenesis. Hormon tersebut dapat diukur menggunakan
kit enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) komersil. Namun, validasi kit
ELISA adiponektin komersil dan pengukuran konsentrasinya pada ternak belum
banyak yang melaporkan. Tujuan penelitian ini untuk melakukan validasi pengujian
kit ELISA komersial pada plasma darah kambing anpera jantan. Sampel yang
digunakan berupa konsentrasi standar hormon adiponektin, kontrol hormon
adiponektin, sampel plasma darah kambing anpera jantan. Kurva konsentrasi
hormon standar dari kit ELISA adiponektin komersial yang terukur bersifat linear.
Uji presisi diperoleh nilai coefficient of variation (CV) intra assay sebesar 5.87%.
Sementara itu hasil dari CV inter assay baik pada kontrol standar, dan kontrol
sampel (1 dan 2) dari tiga microplate masing-masing adalah 4.87%, 11.77% dan
9.08%. Kesimpulannya, bahwa kualitas kit hasil pengujian dan kemampuan
operator dapat mengkomfirmasi nilai yang sesuai dengan standar kit ELISA
adiponektin komersial.

Kata kunci: kambing jantan, pengukuran hormon, sitokin, validasi assay


26

Pendahuluan

Konsentrasi adiponektin ditemukan rendah pada keadaan akumulasi lemak


tubuh meningkat. Berdasarkan hal tersebut, konsentrasi adiponektin pada manusia
telah dijadikan sebagai biomarker obesitas (Arita et al. 1999; Chandran et al. 2003).
Selain itu, konsentrasi adiponektin dapat terjadi penurunan saat jaringan adiposa
mengalami resisten terhadap insulin (Cnop et al. 2003). Laporan lainnya pada
mamalia, seperti dilaporkan oleh Tvarijonaviciute et al. (2010) menunjukkan
bahwa konsentrasi adiponektin lebih rendah pada anjing obesitas dibandingkan
dengan anjing yang memiliki body condition score (BCS) normal. Penelitian pada
sapi jantan, dilaporkan bahwa konsentrasi adiponektin berkorelasi dengan fertilitas
pejantan (Kasimanickam et al. 2013). Menariknya, baru-baru ini dilaporkan pada
sapi jantan bahwa konsentrasi adiponektin meningkat seiring bertambah umur
(Heinz et al. 2015), dan pada tikus dilaporkan terjadi penurunan konsentrasi
adiponektin pada saat memasuki umur penuaan (Choubey et al. 2019). Pengukuran
konsentrasi adiponektin saat ini secara umum dilakukan menggunakan teknik
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Saat ini, ketersediaan kit ELISA
komersial sudah tersedia secara spesifik pada manusia dan hewan. Meskipun
metode ELISA yang berbeda tersedia secara komersial untuk pengukuran
adiponektin, namun validasi analitik untuk pengukuran konsentrasi adiponektin
pada sampel plasma darah kambing sampai saat ini belum ada yang melaporkannya.
Menurut Heistermann (2010), validasi kit ELISA komersial penting
dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan assay hormon tersebut untuk mengukur
konsentrasi hormon yang sebenarnya dan untuk mengetahui apakah hormon yang
terukur menggambarkan kondisi fisiologis dari individu maupun sampel yang diuji.
Disamping itu, menurut Bielohuby et al. (2012), bahwa validasi merupakan tahapan
yang penting dan perlu dilakukan terlebih dahulu. Hal tersebut terutama jika sampel
yang akan dianalisis belum pernah divalidasi sebelumnya dengan jenis assay
hormon yang akan digunakan.
Validasi kit ELISA adiponektin yang sudah pernah dilaporkan pada anjing
untuk membandingkan konsentrasi adiponektin berdasarkan body condition score
(BCS) (Tvarijonaviciute et al. 2010), dan validasi kit ELISA adiponektin
berdasarkan status reproduksi sapi betina (Mielenz et al. 2013). Berdasarkan hal
tersebut, sebelum kit ELISA adiponektin digunakan dalam pengukuran kosentrasi
adiponektin pada kambing jantan anpera, perlu dilakukan validasi pengujian kit
ELISA komersial, sehingga dapat menambah akurasi saat hormon tersebut nantinya
digunakan untuk pengukuran konsentrasi adiponektin pada kambing.

Metode Penelitian

Koleksi dan Preparasi Darah


Darah dikoleksi sebanyak 1.5-1.8 ml menggunakan disposible syringe 3 mL
yang telah diisi EDTA dari vena jugularis. Darah kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 5000 rpm, pada suhu ruangan selama 10 menit. Plasma darah kemudian
dituang ke dalam tabung mikro dan disimpan pada suhu -20 C sampai waktu
analisis.
27

Validasi Analitik Kit ELISA Adiponektin


Uji validasi analitik yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari uji akurasi
dan uji presisi. Uji akurasi dilakukan untuk melihat tingkat akurasi dari pengujian
yang dilakukan. Uji ini dilakukan dengan menguji konsentrasi standar adiponektin
yang telah diketahui konsentrasinya dan dilakukan pengukuran dilaboratorium
untuk melihat konsentrasi adiponektin yang diperoleh saat pengujian. Untuk
melihat tingkat akurasi, selanjutnya dihitung nilai persentase recovery dengan
rumus:

Konsentrasi terukur
Persentase recovery = x 100
Konsentrasi sebenarnya

Uji presisi dilakukan dengan menghitung coefficient of variation (CV) intra


dan inter assay. Untuk uji ini, diukur kontrol hormon adiponektin (quality
control/QC) dan dua sampel plasma darah yang diambil secara acak. Setiap QC dua
sampel diuji tiga kali dalam satu microplate yang sama (CV intra assay) dan pada
microtitreplate yang berbeda (CV inter assay). Persentase CV dihitung dengan
menggunakan rumus:

Standar deviasi
Persentase CV = x 100
Rata-rata

Pengukuran Konsentrasi Adiponektin


Analisis hormon adiponektin dilakukan menggunakan kit ELISA untuk
kambing (Cat.No E0020GO) dari Bioassay Technology Laboratory, Shanghai
Crystal Day Biotech Co., Ltd., China. Pada tahap pertama ditambahkan 50 μl
standar adiponektin ke sumur standar. Sampel plasma yang diuji ditambahkan
sebanyak 40 μl sampel ke sumur sampel. Kemudian sebanyak 10 μl antibodi anti-
adiponektin dan 50 μl streptavidin-HRP ditambahkan ke sumur sampel, sumur
standar dan sumur kontrol. Sumur kontrol hanya diisi 10 μl antibodi anti-
adiponektin dan 50 μl streptavidin-HRP. Plate yang sudah terisi diaduk secara
merata, ditutup dengan sealer dan selanjutnya diinkubasi selama 60 menit pada
suhu 37 °C. Sealer dilepaskan dan plate dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 5
kali. Sumur direndam dengan buffer pencuci 0.35 ml selama 30 detik sampai 1
menit untuk setiap kali pencucian. Setelah dicuci sumur tersebut dihentakkan
dengan keras di atas kertas penyerap untuk menghilangkan gumpalan residu.
Selanjutnya ditambahkan 50 μl larutan substrat A ke setiap sumur dan ditambahkan
50 μl larutan substrat B ke setiap sumur yang sama. Plate dipisahkan dan ditutup
dengan sealer baru selama 10 menit pada suhu 37 °C. Untuk menghentikan
enzimatik ditambahkan 50 μl stop solution pada setiap sumur. Pembacaan optical
density setiap sumur menggunakan ELISA reader (xMark™ Microplate
Absorbance Spectrophotometer, Bio-Rad Laboratories Inc.) pada 450 nm.
Konsentrasi adiponektin dihitung menggunakan Microplate Manager® 6 Software
(Bio-Rad Laboratories Inc.).

Analisis Data
Hasil validasi analitik kit ELISA adiponektin komersial dilaporkan secara
deskriptif.
28

Hasil

Hasil uji akurasi terhadap kit ELISA adiponektin (Cat. No E0020GO,


Bioassay Technology Laboratory, Shanghai Crystal Day Biotech Co., Ltd., China),
ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai absorbansi dan recovery standar kit ELISA adiponektin kambing
Konsentrasi hormon Konsentrasi
Nilai Recovery
Standar sesungguhnya terukur
absorbansi (%)
(μg/ml) (μg/ml)
1 2 0.178 2.08 103.9
2 4 0.356 4.32 107.9
3 8 0.730 8.12 101.4
4 16 1.308 15.92 99.5
5 32 2.152 33.71 105.3
6 64 2.454 59.32 92.7
Rata-rata recovery (%) 101.8

Kurva konsentrasi hormon standar dari kit ELISA adiponektin yang terukur
bersifat linear, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

2
Absorbansi

0
2 4 8 16 32 64
Konsentrasi Standar (μg/ml)
Gambar 6 Kurva standar hasil pengujian kit ELISA adiponektin pada kambing

Uji presisi diperoleh nilai CV intra assay sebesar 5.87%. Sementara itu hasil
dari CV inter assay baik pada kontrol standar, dan kontrol sampel (1 dan 2) dari
tiga microplate masing-masing adalah 4.87%, 11.77 % dan 9.08% (Tabel 3).
29

Tabel 3 Nilai CV yang didapatkan dalam validasi pengujian pengerjaan analisis


hormon adiponektin
Kontrol kualitas Sampel 1 Sampel 2
Plate
standar (μg/ml) (μg/ml) (μg/ml)
1 2.297 8.821 9.33
2 2.132 7.6075 10.697
3 2.340 7.017 9.052
Rata-rata 2.26 7.82 9.69
SD 0.11 0.92 0.88
CV 4.87 11.77 9.08
Keterangan : standar deviasi (SD), coefficient of variation (CV)

Pembahasan

Validasi analitik atau sering disebut dengan validasi laboratorium merupakan


validasi yang dilakukan untuk mengevaluasi apakah kit analisis hormon yang
digunakan mampu mengukur konsentrasi hormon yang sesungguhnya. Menurut
Heistermann (2010), validasi analitik untuk analisis hormon menggunakan teknik
ELISA terdiri dari uji linieritas (pararelism test), akurasi, presisi, sensitivitas dan
spesifisitas. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis assay hormon yang akan
digunakan untuk analisis hormon, validasi analitik penting dilakukan untuk
mengevaluasi kemampuan assay hormon tersebut untuk mengukur konsentrasi
hormon pada sampel yang akan dianalisis.
Uji akurasi menunjukkan bahwa kit ELISA adiponektin mempunyai akurasi
yang baik dalam mengukur hormon tersebut pada kambing anpera jantan.
Disamping itu, hasil uji akurasi yang baik menunjukkan bahwa dalam plasma darah
kambing anpera jantan tidak menghasilkan zat yang dapat mengganggu proses
pengikatan antara antibodi dan antigen dalam assay yang digunakan (Pérez et al.
2004).
Uji akurasi juga sangat penting dilakukan untuk menentukan jenis assay
hormon yang akan digunakan. Akurasi merupakan kedekatan hasil pengukuran
dengan konsentrasi hormon yang sebenarnya. Untuk melihat nilai akurasi dari suatu
kit analisis hormon dapat dilakukan dengan membandingkan hasil analisis hormon
standar yang terukur dengan konsentrasi hormon standar yang sesungguhnya,
kemudian dihitung nilai persentase recovery rate dari hasil tersebut (Todini et al.
2010).
Uji presisi merupakan evaluasi terkait dengan ketelitian dan repeatability
dalam pengukuran hormon. Uji presisi didapat dengan membandingkan hasil
analisis dari beberapa sampel uji pada beberapa plate (inter assay), kemudian
dihitung nilai persen CV. Presisi yang baik memiliki nilai persen CV lebih kecil
dari 15%. Hasil penelitian ini diperoleh nilai presisi yang sangat baik sebab persen
CV lebih kecil dari 15%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketelitian
dan repeatability dalam pengerjaan analisis hormon sangat baik. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Brown et al. (2004) dan Heistermann (2010).
30

Simpulan

Validasi analitik kit ELISA adiponektin komersial pada sampel plasma


darah menunjukkan bahwa tidak terdapat permasalahan terhadap kualitas kit dan
operator pengujian dalam penelitian ini. Dengan demikian, kit adiponektin ini dapat
digunakan untuk menganalisis konsentrasi hormon adiponektin pada kambing
anpera jantan.

Daftar Pustaka

Arita Y, Kihara S, Ouchi N, Takahashi M, Maeda K, Miyagawa J-i, Hotta K,


Shimomura I, Nakamura T, Miyaoka K et al. 1999. Paradoxical decrease of an
adipose-specific protein, adiponectin, in obesity. Biochem Biophys Res Commun.
257(1):79-83.doi:10.1006/bbrc.1999.0255.
Bielohuby M, Popp S, Bidlingmaier M. 2012. A guide for measurement of
circulating metabolic hormones in rodents: pitfalls during the pre-analytical
phase. Mol Metab. 1(1):47-60.doi:10.1016/j.molmet.2012.07.004.
Brown J, Walker S, Steinman K. 2004. Endocrine Manual for the Reproductive
Assessment of Domestic and Non-Domestic Species. Virginia (US):
Conservation and Research Center, Smithsonian's National Zoological Park.
Chandran M, Phillips SA, Ciaraldi T, Henry RR. 2003. Adiponectin: more than just
another fat cell hormone? Diabetes Care. 26(8):2442-2450.doi:10.2337/diacare.
26.8.2442
Choubey M, Ranjan A, Bora PS, Baltazar F, Martin LJ, Krishna A. 2019. Role of
adiponectin as a modulator of testicular function during aging in mice. Biochim
Biophys Acta. 1865(2):413-427.doi:10.1016/j.bbadis.2018.11.019.
Cnop M, Havel PJ, Utzschneider KM, Carr DB, Sinha MK, Boyko EJ, Retzlaff BM,
Knopp RH, Brunzell JD, Kahn SE. 2003. Relationship of adiponectin to body
fat distribution, insulin sensitivity and plasma lipoproteins: evidence for
independent roles of age and sex. Diabetologia. 46(4):459-469.doi:10.1007/
s00125-003-1074-z.
Heinz JF, Singh SP, Janowitz U, Hoelker M, Tesfaye D, Schellander K, Sauerwein
H. 2015. Characterization of adiponectin concentrations and molecular weight
forms in serum, seminal plasma, and ovarian follicular fluid from cattle.
Theriogenology. 83(3):326-333.doi:10.1016/j.theriogenology.2014.06.030.
Heistermann M. 2010. Non-invasive monitoring of endocrine status in laboratory
primates: methods, guidelines and applications. Adv Sci Res. 5:1-9.doi:10.5194/
asr-5-1-2010.
Kasimanickam VR, Kasimanickam RK, Kastelic JP, Stevenson JS. 2013.
Associations of adiponectin and fertility estimates in Holstein bulls.
Theriogenology. 79(5):766-777.doi:10.1016/j.theriogenology.2012.12.001.
Mielenz M, Mielenz B, Singh SP, Kopp C, Heinz J, Häussler S, Sauerwein H. 2013.
Development, validation, and pilot application of a semiquantitative Western
blot analysis and an ELISA for bovine adiponectin. Domest Anim Endocrin.
44(3):121-130.doi:10.1016/j.domaniend.2012.10.004.
Pérez GC, Laita SG-B, del Portal JCI, Liesa JP. 2004. Validation of an EIA
technique for the determination of salivary cortisol in cattle. Span J Agric Res.
2(1):45-52.doi:10.5424/sjar/2004021-59.
31

Todini L, Malfatti A, Salimei E, Fantuz F. 2010. Measurement of thyroid hormones


in donkey (Equus asinus) blood and milk: validation of ELISA kits and
evaluation of sample collection, handling and storage. J Dairy Res. 77(4):419-
424.doi:10.1017/S0022029910000646.
Tvarijonaviciute A, Martínez-Subiela S, Ceron JJ. 2010. Validation of 2
commercially available enzyme-linked immunosorbent assays for adiponectin
determination in canine serum samples. Can J Vet Res. 74(4):279-285.
32

4 KONSENTRASI ADIPONEKTIN DAN TESTOSTERON


PADA BERBAGAI UMUR KAMBING ANPERA DAN
KORELASINYA DENGAN FERTILITAS PEJANTAN

Abstract
The aim of the current study was to determine the concentrations of
adiponectin and testosterone in various ages of Anpera bucks, and the correlation
of adiponectin and testosterone with semen quality as a male fertility indicator.
Nineteen anpera bucks belonged to the Indonesian Research Institute for Animal
Production were classified into four different age groups: 24 months, 30 months,
36 months, and more than 48 months. The concentrations of adiponectin and
testosterone in blood plasma samples were analyzed using enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA). The semen characteristics were evaluated both
macroscopically and microscopically. The results of this study showed that
concentrations of adiponectin in Anpera bucks in the 24, 30, 36, and more than 48
months age groups were 14.10±1.73 μg/ml, 18.36±8.25 μg/ml, 20.38±8.67 μg/ml,
and 15.41±7.31 μg/ml, respectively. Adiponectin was correlated with semen
volume, morphology, and sperm concentration. The concentration of testosterone
for the 24, 30, 36, and more than 48 months age groups were 9.76±2.46 ng/ml,
9.81±1.56 ng/ml, 10.05±0.94 ng/ml, and 9.93±2.71 ng/ml, respectively.
Testosterone concentration was correlated with semen volume, motility, and sperm
concentration. In conclusion, adiponectin and testosterone hormones correlated
with semen quality parameter that is related to male fertility.

Keywords: adiponectin, crossbred bucks, fertility, age, testosterone

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk penentuan konsentrasi adiponektin dan
testosteron pada berbagai umur kambing anpera jantan, dan korelasi adiponektin
dan testosteron dengan kualitas semen sebagai indikator fertilitas pejantan.
Sembilan belas ekor kambing anpera jantan milik Balai Penelitian Ternak
diklasifikasikan menjadi empat kelompok umur yang berbeda: 24 bulan, 30 bulan,
36 bulan, dan lebih dari 48 bulan. Konsentrasi adiponektin dan testosteron dalam
plasma darah dianalisis menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA). Karakteristik semen dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin dalam kambing
anpera jantan pada kelompok umur 24, 30, 36, dan lebih dari 48 bulan masing-
masing adalah 14.10±1.73 μg/ml, 18.36±8.25 μg/ml, 20.38±8.67 μg/ml, dan
15.41±7.31 μg/ml. Konsentrasi adiponektin berkorelasi dengan volume semen,
morfologi, dan konsentrasi sperma. Konsentrasi testosteron pada kelompok umur
24, 30, 36, dan lebih dari 48 bulan masing-masing adalah 9.76±2.46 ng/ml,
9.81±1.56 ng/ml, 10.05±0.94 ng/ml, dan 9.93±2.71 ng/ml. Konsentrasi testosteron
memiliki korelasi dengan volume semen, motilitas, dan konsentrasi sperma.
Kesimpulannya, hormon adiponektin dan testosteron berkorelasi dengan parameter
kualitas semen yang berhubungan dengan fertilitas pejantan.

Kata kunci: adiponektin, fertilitas, kambing jantan persilangan, testosteron, umur


33

Pendahuluan

Fertilitas pejantan dipengaruhi oleh follicle stimulating hormone (FSH) dan


luteinizing hormone (LH) dengan cara memodulasi sintesis testosteron pada sel
Leydig dan aromatase menjadi estradiol pada sel Sertoli. Sumbu hypothalamus-
pituitary-gonad (HPG) berperan penting dalam mengubah sekresi gonadotropin
dan testosteron untuk spermatogenesis, pematangan spermatozoa dan perilaku
reproduksi (Brito et al. 2007; Byrne et al. 2017). Oleh karena itu, penilaian fertilitas
pejantan sering dilakukan berdasarkan kualitas semen (Boe-Hansen et al. 2015),
libido (Fahey et al. 2012) dan berdasarkan konsentrasi hormon testosteron (Singh
et al. 2014). Hasil penelitian terbaru menunjukkan hormon protein adiponektin,
ditemukan memiliki korelasi positif dengan fertilitas sapi pejantan (Kasimanickam
et al. 2013), konsentrasi dan morfologi normal spermatozoa pada manusia (Thomas
et al. 2013), serta dengan motilitas spermatozoa pada domba (Kadivar et al. 2016).
Adiponektin merupakan protein yang terbentuk dari 224 asam amino, yang
diproduksi terutama oleh jaringan adiposa dan sebagian oleh tulang dan otot
(Elfassy et al. 2018). Messenger ribonucleic acid (mRNA) adiponektin ditemukan
di testis dan sel Leydig (Caminos et al. 2008), spermatosit (Gregoraszczuk et al.
2016). Sementara itu, adiponektin dalam berikatan dengan sel, memiliki dua
reseptor (AdipoR1 dan AdipoR2) (Elfassy et al. 2018). Reseptor adiponektin
ditemukan di tubulus seminiferus (Kasimanickam et al. 2013; Kawwass et al.
2015), sel Sertoli, sel Leydig, sel germinal (Kawwass et al. 2015) dan pada
spermatozoa (Kasimanickam et al. 2013; Kawwass et al. 2015). Lebih lanjut,
Ledoux et al. (2006) dan Campos et al. (2008) menyatakan bahwa adiponektin
bersifat multifungsi dan pleiotropik, karena disamping berikatan dengan
reseptornya juga dapat berinteraksi dengan hormon lain untuk menginduksi gen
target. Adiponektin dapat bekerja secara lokal untuk peningkatan produksi
spermatozoa hingga kemampuan kapasitasinya (Kasimanickam et al. 2013; Martin
2014). Konsentrasi adiponektin dilaporkan berkorelasi positif dengan umur sapi,
semakin tua umur semakin tinggi konsentrasi adiponektin di dalam darahnya
(Heinz et al. 2015).
Kambing anpera merupakan persilangan kambing jantan anglo nubian dengan
kambing betina peranakan etawah, yang bertujuan untuk menghasilkan jenis
kambing yang mempunyai sifat produksi yang tinggi dan adaptif dengan daerah
tropis. Sementara itu, kambing peranakan etawah merupakan kambing persilangan
antara kambing lokal dengan kambing etawah dari India yang sudah lama hidup di
Indonesia, dengan keunggulan produksi susu yang tinggi (Sodiq 2012; Dianingtyas
et al. 2017).
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk deteksi konsentrasi
adiponektin pada kambing anpera jantan dan korelasinya dengan parameter
penilaian fertilitas pejantan, sehingga dapat dijadikan sebagai kandidat spesifik
pengukuran fertilitas pejantan.
34

Metode Penelitian

Hewan Coba
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah semen dan darah yang
dikoleksi dari sembilan belas ekor kambing anpera jantan, kisaran berat badan 32-
58 kg dan umur 24-66 bulan. Kambing anpera merupakan kambing milik Balai
Penelitian Ternak, yang dipelihara secara individu. Hewan diberikan pakan hijauan
3-4 kg/hari dan konsentrat 0.5-0.7 kg/hari, serta air minum secara ad libitum.
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
atas perlakuan etik dari Komisi Pengawasan Kesejahteraan dan Penggunaan Hewan
Penelitian IPB, Nomor : 81 – 2017 IPB.

Prosedur Penelitian
Kambing dibagi menjadi empat kelompok umur yaitu kelompok umur 24
bulan (n=6), 30 bulan (n=6), 36 bulan (n=4) dan lebih dari 48 bulan (n=3).
Pengamatan libido, koleksi dan evaluasi semen dan pengambilan sampel darah
masing-masing hewan dilakukan pada pagi hari sebanyak lima kali pengambilan
dengan selang waktu 10 hari, mengikuti siklus epitel seminiferus pada kambing
yaitu 10.6±0.5 hari (França et al. 1999). Seluruh hewan dilakukan penyeragaman
perlakuan dengan koleksi semen satu hari sebelum sampel pertama dikoleksi.

Pengukuran Adiponektin dan Testosteron

Pengambilan dan Preparasi Darah


Darah diambil dari vena jugularis sebanyak 1.5-1.8 ml menggunakan
disposible syringe 3 ml yang telah diisi antikoagulan ethylene diamine tetra acetate
(EDTA) (Merck, Darmstadt, Jerman). Darah kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 5000 rpm pada suhu ruangan selama 10 menit. Supernatan (plasma
darah) kemudian dituang ke dalam tabung mikro dan disimpan pada suhu -20 C
sampai analisis konsentrasi adiponektin dan testosteron.

Pengukuran Konsentrasi Adiponektin


Analisis hormon adiponektin dilakukan menggunakan kit ELISA untuk
kambing (Cat.No E0020GO) dari Bioassay Technology Laboratory, Shanghai
Crystal Day Biotech Co., Ltd., China. Pada tahap pertama ditambahkan 50 μl
standar adiponektin ke sumur standar. Sampel plasma yang diuji ditambahkan
sebanyak 40 μl sampel ke sumur sampel. Kemudian sebanyak 10 μl antibodi anti-
adiponektin dan 50 μl streptavidin-HRP ditambahkan ke sumur sampel, sumur
standar dan sumur kontrol. Sumur kontrol hanya diisi 10 μl antibodi anti-
adiponektin dan 50 μl streptavidin-HRP. Plate yang sudah terisi diaduk secara
merata, ditutup dengan sealer dan selanjutnya diinkubasi selama 60 menit pada
suhu 37 °C. Sealer dilepaskan dan plate dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 5
kali. Sumur direndam dengan buffer pencuci 0.35 ml selama 30 detik sampai 1
menit untuk setiap kali pencucian. Setelah dicuci sumur tersebut dihentakkan
dengan keras di atas kertas penyerap untuk menghilangkan gumpalan residu.
Selanjutnya ditambahkan 50 μl larutan substrat A ke setiap sumur dan ditambahkan
50 μl larutan substrat B ke setiap sumur yang sama. Plate dipisahkan dan ditutup
dengan sealer baru selama 10 menit pada suhu 37 °C. Untuk menghentikan
35

enzimatik ditambahkan 50 μl stop solution pada setiap sumur. Pembacaan optical


density setiap sumur menggunakan ELISA reader (xMark™ Microplate
Absorbance Spectrophotometer, Bio-Rad Laboratories Inc.) pada 450 nm.
Konsentrasi adiponektin dihitung menggunakan Microplate Manager® 6 Software
(Bio-Rad Laboratories Inc.).

Pengukuran Konsentrasi Testosteron


Analisis hormon testosteron dilakukan mengikuti instruksi pabrikan kit
ELISA DRG EIA-1559, DRG Instruments GmbH, Jerman. Analisis testosteron ini
sebelumnya telah berhasil divalidasi untuk mengukur konsentrasi testosteron pada
kambing kacang (Gholib et al. 2016). Konsentrasi testosteron diukur mengikuti
instruksi dari pabrikan (DRG diagnostics) dan seperti yang dijabarkan oleh Gholib
et al. (2016). Secara singkat, sampel plasma darah sebanyak 25 µl ditambahkan
pada masing-masing sumur standar, sampel, dan kontrol. Kemudian masing-
masing sumur ditambahkan 200 µl enzim conjugate dan diaduk selama 10 detik.
Plate yang sudah terisi diinkubasi selama 60 menit pada suhu ruangan, kemudian
dicuci sebanyak 3 kali menggunakan 400 µl buffer pencuci pada setiap sumur.
Setelah dicuci plate tersebut dihentakkan dengan keras di atas kertas penyerap
untuk menghilangkan gumpalan residu. Selanjutnya ditambahkan 200 µl substrate
solution pada setiap sumur dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan.
Untuk menghentikan reaksi enzimatik ditambahkan 100 µl stop solution pada setiap
sumur. Pembacaan optical density setiap sumur menggunakan ELISA reader
(xMark™ Microplate Absorbance Spectrophotometer, Bio-Rad Laboratories Inc.)
pada 450 nm. Konsentrasi testosteron dihitung menggunakan Microplate
Manager® 6 Software (Bio-Rad Laboratories Inc.).

Penilaian Libido
Libido kambing anpera dinilai berdasarkan skor mulai dari 0 s.d 10 selama
10 menit. Skor 0, tidak tertarik; 1, tertarik hanya satu kali saja; 2, tertarik lebih dari
satu kali; 3, tertarik sepanjang tes; 4, satu kali menaiki atau mencoba, tidak ada
ejakulasi; 5, dua kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 6, lebih dari dua
kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 7, satu kali ejakulasi, tidak ada
ketertarikan lebih lanjut; 8, satu kali ejakulasi diikuti oleh ketertarikan; 9, dua kali
ejakulasi, tidak ada ketetarikan lebih lanjut; 10, dua kali ejakulasi diikuti oleh
ketetarikan (termasuk menaiki dan/atau ejakulasi) (Mickelsen et al. 1982).

Koleksi dan Evaluasi Semen


Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan, dan segera dievaluasi volume
semen, motilitas spermatozoa, morfologi normal spermatozoa dan konsentrasi
spermatozoa. Volume semen dinilai menggunakan tabung yang mempunyai label
ukuran. Motilitas spermatozoa dinilai secara subjektif. Morfologi spermatozoa
dilihat dengan dengan pewarnaan eosin-nigrosin. Konsentrasi spermatozoa
dihitung dengan menggunakan Neubauer haemocytometer.
36

Analisis Data
Pola konsentrasi adiponektin, testosteron dan karakteristik reproduksi pada
empat kelompok umur disajikan secara deskriptif. Penentuan korelasi konsentrasi
adiponektin dan testosteron dengan karakteristik semen menggunakan uji korelasi
Pearson.

Hasil

Konsentrasi Adiponektin, Testosteron dan Libido Kambing Anpera Jantan


Konsentrasi adiponektin pada kambing anpera jantan pada kelompok umur
24 bulan, 30 bulan, 36 bulan dan lebih dari 48 bulan, masing-masing adalah
14.10±1.73 μg/ml, 18.36±8.25 μg/ml, 20.38±8.67 μg/ml dan 15.41±12.67 μg/ml
(Gambar 7). Data ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi
adiponektin dari kelompok umur 24-36 bulan dan terjadi penurunan pada kelompok
umur lebih dari 48 bulan.

30
Adiponektin (μg/ml)

25
20
15
10
5
0
24 (n=6)
30 (n=6) 36 (n=4) >48 (n=3)
Umur (bulan)
Gambar 7 Konsentrasi adiponektin plasma darah kambing anpera jantan pada
berbagai kelompok umur

Pola konsentrasi testosteron pada kambing anpera jantan disajikan pada


Gambar 8a. Konsentrasi testosteron berturut-turut pada kelompok 24 bulan, 30
bulan, 36 bulan dan lebih dari 48 bulan adalah 9.76±2.46 ng/ml, 9.81±1.56 ng/ml,
10.05±0.94 ng/ml dan 9.93±2.71 ng/ml. Demikian juga, pada penelitian ini pola
skor libido didapatkan memiliki kemiripan dengan pola konsentrasi testosteron,
dengan skor secara rata-rata masing-masing adalah 9.00±0.31, 9.53±0.22,
9.90±0.10 dan 9.07±0.48 (Gambar 8b).
37

14 a 14 b

Testosteron (ng/mL)
12 12

Libido (skor)
10 10
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
24 30 36 >48 24 30 36 >48
(n=6) (n=6) (n=4) (n=3) (n=6) (n=6) (n=4) (n=3)
Umur (bulan) Umur (bulan)
Gambar 8 Konsentrasi testosteron (a) dan skor libido (b) kambing anpera jantan
pada berbagai kelompok umur

Korelasi Adiponektin dan Testosteron dengan Karaktersitik Semen


Karakteristik semen kambing anpera pada masing-masing kelompok umur
disajikan pada Tabel 4. Karakateristik semen pada penelitian ini yang dilaporkan
adalah volume semen, konsentrasi sperma, motilitas spermatozoa dan morfologi
normal sperma.

Tabel 4 Karakteristik semen kambing anpera pada berbagai umur


Umur (bulan)
Parameters
24 (n=6) 30 (n=6) 36 (n=4) >48 (n=3)
Volume semen (ml) 0.60±0.08 0.78±0.05 0.84±0.18 0.75±0.03
Konsentrasi spermatozoa (x109/ml) 2.05±0.23 2.06±0.21 2.52±0.27 1.97±0.39
Motilitas spermatozoa (%) 76.92±1.72 77.50±1.28 79.75±1.18 80.33±1.20
Morfologi normal spermatozoa (%) 96.50±0.76 98.03±0.40 97.61±0.48 96.60±0.24

Adiponektin memiliki korelasi positif dengan volume semen, konsentrasi


spermatozoa, dan morfologi normal spermatozoa (r = 0.858-0.913) dan berkorelasi
cukup dengan motilitas spermatozoa (r = 0.394). Sedangkan konsentrasi testosteron
memiliki korelasi dengan volume semen, konsentrasi spermatozoa, dan motilitas
spermatozoa dengan nilai koefisien korelasi (r = 0.797-0.867) dan berkorelasi
cukup dengan morfologi normal spermatozoa (r = 0.317) (Tabel 5).

Tabel 5 Korelasi adiponektin dan testosteron dengan karakteristik semen


Koefisien korelasi (r)
Variabel Volume Konsentrasi Motilitas Morfologi normal
semen spermatozoa spermatozoa spermatozoa
Adiponektin 0.913 0.858 0.394 0.879
Testosteron 0.799 0.797 0.867 0.317
38

Pembahasan

Konsentrasi Adiponektin, Testosteron dan Libido Kambing Anpera Jantan


Konsentrasi adiponektin dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan
konsentrasi adiponektin dari umur 24 bulan sampai 36 bulan, dan terjadi penurunan
pada umur kambing lebih dari 48 bulan. Berbeda dengan penelitian ini, Heinz et al.
(2015) melaporkan semakin tua umur sapi jantan semakin tinggi konsentrasi
adiponektinnya. Kemungkinan pola konsentrasi adiponektin pada kambing anpera
jantan dalam penelitian ini sesuai dengan pola konsentrasi adiponektin pada tikus
yang dilaporkan terjadi penurunan konsentrasi adiponektin saat mengalami
penuaan (Choubey et al. 2019).
Seiring bertambah umur hewan jaringan adiposa akan mengalami hipertropi,
sehingga terjadi peningkatan konsentrasi adiponektin dalam darah dan peningkatan
sensitivitas insulin pada jaringan adiposa (Cawthorn et al. 2012; Yu et al. 2019).
Sedangkan Cnop et al. (2003) melaporkan bahwa peningkatan dan penurunan
konsentrasi adiponektin ditentukan oleh faktor resistensi insulin jaringan adiposa,
lemak intra-abdominal dan profil lipoprotein. Laporan selanjutnya oleh Ting-Ting
et al. (2019), menyatakan bahwa peningkatan lipoprotein memiliki korelasi tinggi
dengan peningkatan umur. Pernyataan tersebut didukung oleh Pfaehler et al.
(2012), yang melaporkan bahwa lipoprotein memiliki korelasi positif dengan
konsentrasi adiponektin. Diperkirakan, peningkatan konsentrasi adiponektin
mengikuti umur reproduksi yang optimal. Menurut Pezzanite et al. (2017), umur
reproduksi optimal untuk kambing dan domba jantan sampai 48 bulan. Oleh karena
itu, hasil penelitian ini menemukan bahwa terjadi penurunan konsentrasi
adiponektin pada kelompok hewan lebih dari 48 bulan.
Penelitian lebih lanjut pada tikus menunjukkan bahwa semakin tua umur
hewan akan terjadi penurunan konsentrasi adiponektin (Lumeng et al. 2011).
Penurunan konsentrasi adiponektin pada umur tua terjadi akibat resistensi insulin
semakin meningkat (Cawthorn et al. 2012; Yu et al. 2019). Laporan penelitian
lainnya menunjukkan bahwa resistensi insulin pada jaringan adiposa terjadi akibat
peningkatan makrofag proinflamasi sejalan dengan penuaan hewan (Wu et al.
2007), sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi adiponektin. Bukti lebih
lanjut pada tikus, ditemukan penurunan konsentrasi dan reseptor adiponektin pada
masa penuaan (Choubey et al. 2019). Oleh karena itu, tidak adanya laporan pola
adiponektin pada kambing jantan yang tua, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengeksplorasi pola maupun faktor-faktor lain yang memengaruhi konsentrasi
adiponektin pada kambing maupun ternak lain.
Konsentrasi testosteron pada kambing anpera menunjukkan peningkatan
mulai dari umur 24-36 bulan dan terjadi penurunan pada umur lebih dari 48 bulan.
Penelitian yang dilaporkan oleh Hannan et al. (2017) terjadi peningkatan
testosteron pada kambing jantan yang nyata pada umur pascapubertas (34-52
minggu) dibandingkan dengan awal pubertas (<34 minggu) (P<0.01). Penelitian
lebih lanjut mengungkapkan bahwa konsentrasi testosteron pada periode pubertas
tidak banyak mengalami perubahan yang berarti (Rajak et al. 2014; Malik et al.
2018). Hal tersebut menjadi alasan penyebab konsentrasi testosteron dalam
penelitian ini memiliki kemiripan kosentrasinya antar kelompok umur. Selanjutnya,
semua kelompok umur kambing dalam penelitian ini dikategorikan dalam periode
pascapubertas dan dalam periode aktif spermatogenesis. Kemudian, hasil penelitian
39

konsentrasi testosteron pada kambing anpera jantan memiliki konsentrasi yang


mirip dengan dengan kambing kacang jantan (10.27±5.42 ng/ml) (Armansyah et al.
2018) dan kambing peranakan etawah jantan (13.20±3.96 ng/ml) (Ferasyi et al.
2015).
Sementara itu, pola skor libido pada kambing anpera jantan memiliki
kemiripan dengan pola konsentrasi testosteron. Sudah diketahui secara umum
bahwa testosteron memiliki peran utama untuk pemeliharaan karakteristik seksual
dan libido (Hafez dan Hafez 2000). Studi lebih lanjut juga melaporkan bahwa libido
dipengaruhi oleh adanya testosteron (Swelum et al. 2017).

Korelasi Adiponektin dan Testosteron dengan Karakterisitik Semen


Produksi spermatozoa pada mamalia sangat tergantung pada jumlah sel
Sertoli, bahkan pembentukan sel Sertoli secara umum dipercayai sudah selesai
sebelum prapubertas (Berger 2019). Sebagai akibatnya produksi spermatozoa
bersifat stabil, sehingga pada umur reproduksi optimal produksi spermatozoa
memiliki kemiripan produksinya antar kelompok umur.
Hasil penelitian ini menujukkan adiponektin memiliki korelasi dengan
volume semen, konsentrasi dan morfologi normal spermatozoa. Hasil ini sejalan
dengan penelitian pada sapi terhadap morfologi normal spermatozoa
(Kasimanickam et al. 2013), dan pada manusia terhadap konsentrasi dan morfologi
normal spermatozoa (Thomas et al. (2013). Tingginya korelasi adiponektin dengan
konsentrasi dan morfologi normal spermatozoa mengindikasikan bahwa
adiponektin memiliki peran yang penting pada proses spermatogenesis (Rak et al.
2017). Laporan pada tikus, peran langsung adiponektin pada peningkatan
konsentrasi dan morfologi normal spermatozoa terjadi dengan adanya peningkatan
adiponektin akan menyebabkan peningkatan singnifikan proliferasi sel germinal
dan peningkatan penanda kelangsungan hidup sel (B cell lymphoma-2/Bcl2).
Disamping itu, dengan adanya peningkatan adiponektin akan menyebabkan
penurunan penanda apoptosis (caspase-3) (Choubey et al. 2019).
Sebaliknya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa testosteron tidak
memiliki korelasi yang kuat dengan morfologi normal spermatozoa. Hal ini
disebabkan karena morfologi normal spermatozoa lebih banyak ditentukan oleh
faktor genetik (Golas et al. 2008; Gotoh 2010; Montoto et al. 2011). Pernyataan
tersebut dibuktikan dengan adanya gangguan ekspresi genetik akan menyebabkan
abnormalitas morfologi spermatozoa (Ray et al. 2017).
Penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi testosteron memiliki korelasi
positif yang kuat dengan motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Hasil ini dapat
dijelaskan bahwa testosteron tidak hanya memainkan peran dalam spermatogenesis
tetapi juga dalam pembentukan outer dense fibers, yang berperan penting pada
kemampuan motilitas spermatozoa (Henkel et al. 2005). Di sisi lain, adiponektin
dalam penelitian ini hanya menunjukkan korelasi yang lemah dengan motilitas
spermatozoa. Ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa motilitas spermatozoa lebih
kuat dipengaruhi oleh sejumlah protein lain (Rodrigues et al. 2013), seperti
dehydrogenase subunit α, phosphoglycerate mutase 2, dan triosephosphate
isomerase (Zhao et al. 2007).
Mengenai korelasi positif testosteron dengan konsentrasi sperma, secara
umum diketahui bahwa FSH dan testosteron merupakan pengatur utama
spermatogenesis. Setiap hormon ini memainkan peran unik pada tahap diferensiasi
40

dan proliferasi spermatogonia, setelah itu testosteron mempromosi pembentukan


dan diferensiasi spermatosit menjadi spermatid bulat dan memanjang. Karena itu,
testosteron berperan penting dalam konsentrasi spermatozoa (Dickson dan Sanford
2005). Peran tersebut terjadi melalui ikatan testosteron dengan Src dan extracellular
signal-regulated (ERK) kinase (Shupe et al. (2011), yang memfasilitasi adhesi sel
germinal ke sel Sertoli, yang selanjutnya akan meningkatkan pelepasan
spermatozoa yang belum matang (immature).
Hasil penelitian ini menunjukkan adiponektin dan testosteron memiliki
korelasi positif dengan volume semen. Secara umum diketahui volume semen
dipengaruhi oleh kelenjar aksesori terutama dari kelenjar vesika seminalis (Garner
dan Hafez 2000). Meskipun demikian, belum diketahui secara pasti hubungan
sinergis adiponektin dan testosteron dengan aktivitas kelenjar aksesori (Goeritz et
al. 2003), yang berkontribusi besar terhadap peningkatan volume semen. Namun,
sebagai tambahan informasi bahwa adanya keterlibatan steroid dalam menstimulasi
kelenjar aksesori lebih banyak diperankan oleh hormon estrogen (Berger et al.
2008).

Simpulan

Konsentrasi adiponektin pada kambing anpera jantan meningkat seiring


bertambah umur pada periode reproduksi optimal dan berkorelasi dengan volume
semen, morfologi dan konsentrasi spermatozoa. Sementara itu, testosteron
berkorelasi dengan volume semen, motilitas spermatozoa dan konsentrasi
spermatozoa. Hasil penelitian ini memperkuat bahwa adiponektin berpotensi
sebagai kandidat parameter baru pengukuran fertilitas pejantan. Namun demikian,
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan
seragam.

Daftar Pustaka

Armansyah T, Barat ERP, Handini CVR, Aliza D, Sutriana A, Hamdan H, Panjaitan


B, Sayuti A, Siregar TN. 2018. Concentration and motility of spermatozoa and
testosterone level of Kacang goat after seminal vesicle extract administration.
Open Vet J. 8(4):401-410.doi:10.4314/ovj.v8i4.9.
Berger T. 2019. Testicular estradiol and the pattern of Sertoli cell proliferation in
prepuberal bulls. Theriogenology. 136:60-65.doi:10.1016/j.theriogenology.2019.
06.031.
Berger T, McCarthy M, Pearl CA, At-Taras E, Roser JF, Conley A. 2008. Reducing
endogenous estrogens during the neonatal and juvenile periods affects
reproductive tract development and sperm production in postpuberal boars. Anim
Reprod Sci. 109(1):218-235.doi:10.1016/j.anireprosci.2007.10.003.
Boe-Hansen GB, Rego JPA, Crisp JM, Moura AA, Nouwens AS, Li Y, Venus B,
Burns BM, McGowan MR. 2015. Seminal plasma proteins and their relationship
with percentage of morphologically normal sperm in 2-year-old Brahman (Bos
indicus) bulls. Anim Reprod Sci. 162:20-30.doi:10.1016/j.anireprosci.2015.09.
003.
41

Brito LF, Barth AD, Rawlings NC, Wilde RE, Crews DH, Mir PS, Kastelic JP.
2007. Effect of improved nutrition during calfhood on serum metabolic
hormones, gonadotropins, and testosterone concentrations, and on testicular
development in bulls. Domest Anim Endocrin. 33(4):460-469.doi:10.1016/
j.domaniend.2006.09.004.
Byrne CJ, Fair S, English AM, Urh C, Sauerwein H, Crowe MA, Lonergan P,
Kenny DA. 2017. Effect of breed, plane of nutrition and age on growth, scrotal
development, metabolite concentrations and on systemic gonadotropin and
testosterone concentrations following a GnRH challenge in young dairy bulls.
Theriogenology. 96:58-68.doi:10.1016/j.theriogenology.2017.04.002.
Caminos JE, Nogueiras R, Gaytán F, Pineda R, González CR, Barreiro ML,
Castaño JP, Malagón MM, Pinilla L, Toppari J et al. 2008. Novel expression and
direct effects of adiponectin in the rat testis. Endocrinology. 149(7):3390-3402.
doi:10.1210/en.2007-1582.
Campos DB, Palin MF, Bordignon V, Murphy BD. 2008. The ‘beneficial’
adipokines in reproduction and fertility. Int J Obes. 32:223–231.doi:10.1038/sj.
ijo.0803719.
Cawthorn WP, Scheller EL, MacDougald OA. 2012. Adipose tissue stem cells meet
preadipocyte commitment: going back to the future. J Lipid Res. 53(2):227-246.
doi:10.1194/jlr.R021089.
Choubey M, Ranjan A, Bora PS, Baltazar F, Martin LJ, Krishna A. 2019. Role of
adiponectin as a modulator of testicular function during aging in mice. Biochim
Biophys Acta. 1865(2):413-427.doi:10.1016/j.bbadis.2018.11.019.
Cnop M, Havel PJ, Utzschneider KM, Carr DB, Sinha MK, Boyko EJ, Retzlaff BM,
Knopp RH, Brunzell JD, Kahn SE. 2003. Relationship of adiponectin to body
fat distribution, insulin sensitivity and plasma lipoproteins: evidence for
independent roles of age and sex. Diabetologia. 46(4):459-469.doi:10.1007/
s00125-003-1074-z.
Dianingtyas BD, Retnani Y, Evvyernie D. 2017. Legume wafer supplementation to
increase the performance of post-weaning Etawah grade goats. Med Pet.
40(1):42-46.doi:10.5398/medpet.2017.40.1.42.
Dickson KA, Sanford LM. 2005. Breed diversity in FSH, LH and testosterone
regulation of testicular function and in libido of young adult rams on the
southeastern Canadian prairies. Small Rumin Res. 56(1):189-203.doi:10.1016/
j.smallrumres.2004.06.002.
Elfassy Y, Bastard J-P, McAvoy C, Fellahi S, Dupont J, Levy R. 2018. Adipokines
in semen: physiopathology and effects on spermatozoas. Int J Endocrinol.
2018:1-11.doi:10.1155/2018/3906490.
Fahey A, Duffy P, Fair S. 2012. Effect of exposing rams to a female stimulus before
semen collection on ram libido and semen quality. J Anim Sci. 90(10):3451-
3456.doi:10.2527/jas.2011-4859.
Ferasyi TR, Akmal M, Hamdani B, Razali, Azhari, Wahyuni S, Amiruddin, Anwar,
Pamungkas FA, Nasution S et al. 2015. Potency of combination of palm kernel
meal and katuk leaf powder to improve the production performance of Peranakan
Etawah (PE) goat: toward a strategy for quality control of meat using “CGE”
concept. Procedia Food Sci. 3:389-395.doi:10.1016/j.profoo.2015.01.043.
42

França L, Becker-Silva S, Chiarini-Garcia H. 1999. The length of the cycle of


seminiferous epithelium in goats (Capra hircus). Tissue Cell. 31(3):274-280.
doi:10.1054/tice.1999.0044.
Garner D, Hafez E. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. Di dalam: Hafez ESE,
Hafez B, editors. Reproduction in Farm Animals. Philadelphia (US): Lippincott
Williams & Wilkins. hlm 96-109.
Gholib G, Wahyuni S, Kadar OH, Adam M, Lubis TM, Azhar A, Akmal M, Siregar
TN, Armansyah T, Nugraha TP. 2016. Measurement of serum testosterone in
Kacang goat by using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) technique:
The importance of kit validation J Ked Hewan. 10(1):32-36.doi:10.21157/
j.ked.hewan.v10i1.3367.
Goeritz F, Quest M, Wagener A, Fassbender M, Broich A, Hildebrandt TB,
Hofmann RR, Blottner S. 2003. Seasonal timing of sperm production in roe deer:
interrelationship among changes in ejaculate parameters, morphology and
function of testis and accessory glands. Theriogenology. 59(7):1487-1502.
doi:10.1016/S0093-691X(02)01201-3.
Golas A, Dzieza A, Kuzniarz K, Styrna J. 2008. Gene mapping of sperm quality
parameters in recombinant inbred strains of mice. Int J Dev Biol. 52(2-3):287-
293.doi:10.1387/ijdb.072333ag.
Gotoh H. 2010. Inherited sperm head abnormalities in the B10.M mouse strain.
Reprod Fertil Dev. 22(7):1066-1073.doi:10.1071/rd09295.
Gregoraszczuk E, Slupecka M, Wolinski J, Hejmej A, Bilinska B, Fiedor E,
Piwnicka N, Rak A. 2016. Maternal high-fat diet during pregnancy and lactation
had gender difference effect on adiponectin in rat offspring. J Physiol Pharmacol.
67(4):543-553.
Hafez ESE, Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Philadelphia
(US): Lippincott Williams & Wilkins.
Hannan MA, Kawate N, Fukami Y, Weerakoon WWPN, Büllesbach EE, Inaba T,
Tamada H. 2017. Changes of plasma concentrations of insulin-like peptide 3 and
testosterone, and their association with scrotal circumference during pubertal
development in male goats. Theriogenology. 92:51-56.doi:10.1016/
j.theriogenology.2017.01.009.
Heinz JF, Singh SP, Janowitz U, Hoelker M, Tesfaye D, Schellander K, Sauerwein
H. 2015. Characterization of adiponectin concentrations and molecular weight
forms in serum, seminal plasma, and ovarian follicular fluid from cattle.
Theriogenology. 83(3):326-333.doi:10.1016/j.theriogenology.2014.06.030.
Henkel R, Maass G, Schuppe HC, Jung A, Schubert J, Schill WB. 2005. Molecular
aspects of declining sperm motility in older men. Fertil Steril. 84(5):1430-1437.
doi:10.1016/j.fertnstert.2005.05.020.
Kadivar A, Khoei HH, Hassanpour H, Golestanfar A, Ghanaei H. 2016. Correlation
of adiponectin mRNA abundance and its receptors with quantitative parameters
of sperm motility in rams. Int J Fertil Steril. 10(1):127.doi:10.22074/ijfs.2016.
4778.
Kasimanickam VR, Kasimanickam RK, Kastelic JP, Stevenson JS. 2013.
Associations of adiponectin and fertility estimates in Holstein bulls.
Theriogenology. 79(5):766-777.doi:10.1016/j.theriogenology.2012.12.001.
43

Kawwass JF, Summer R, Kallen CB. 2015. Direct effects of leptin and adiponectin
on peripheral reproductive tissues: a critical review. Mol Hum Reprod.
21(8):617-632.doi:10.1093/molehr/gav025.
Ledoux S, Campos DB, Lopes FL, Dobias-Goff M, Palin MF, Murphy BD. 2006.
Adiponectin induces periovulatory changes in ovarian follicular cells.
Endocrinology. 147(11):5178-5186.doi:10.1210/en.2006-0679.
Lumeng CN, Liu J, Geletka L, Delaney C, Delproposto J, Desai A, Oatmen K,
Martinez-Santibanez G, Julius A, Garg S et al. 2011. Aging is associated with
an increase in T cells and inflammatory macrophages in visceral adipose tissue.
J Immunol. 187(12):6208-6216.doi:10.4049/jimmunol.1102188.
Malik MI, Jamil H, Qureshi ZI, Mehfooz A, Rizvi SNB, Ullah S, Dilshad SR,
Zaman A, Ullah N, Safdar SK. 2018. Investigation on relationship of hormonal
profile and biochemical constituents of seminal plasma with physical
characteristics of Damani buck semen. Pure Appl Biol. 7(2):684-691.
doi:10.19045/bspab.2018.70085.
Martin LJ. 2014. Implications of adiponectin in linking metabolism to testicular
function. Endocrine. 46(1):16-28.doi:10.1007/s12020-013-0102-0.
Mickelsen WD, Paisley LG, Dahmen JJ. 1982. The relationship of libido and
serving capacity test scores in rams on conception rates and lambing percentage
in the ewe. Theriogenology. 18(1):79-86.doi:10.1016/0093-691X(82)90051-6.
Montoto LG, Magaña C, Tourmente M, Martín-Coello J, Crespo C, Luque-Larena
JJ, Gomendio M, Roldan ERS. 2011. Sperm competition, sperm numbers and
sperm quality in Muroid rodents. PLoS One. 6(3):e18173.doi:10.1371/journal.
pone.0018173.
Pezzanite L, Bridges A, Nearly M, Hutchens T. 2017. Breeding Soundness
Examination of Rams and Bucks. West Lafayette (US): Purdue University
Cooperative Extension Service.
Pfaehler A, Nanjappa MK, Coleman ES, Mansour M, Wanders D, Plaisance EP,
Judd RL, Akingbemi BT. 2012. Regulation of adiponectin secretion by soy
isoflavones has implication for endocrine function of the testis. Toxicol Lett.
209(1):78-85.doi:10.1016/j.toxlet.2011.11.027.
Rajak SK, Kumaresan A, Gaurav MK, Layek SS, Mohanty TK, Aslam MKM,
Tripathi UK, Prasad S, De S. 2014. Testicular cell indices and peripheral blood
testosterone concentrations in relation to age and semen quality in crossbred
(Holstein Friesian × Tharparkar) bulls. Asian-Australas J Anim Sci.
27(11):1554-1561.doi:10.5713/ajas.2014.14139.
Rak A, Mellouk N, Froment P, Dupont J. 2017. Adiponectin and resistin: potential
metabolic signals affecting hypothalamo-pituitary gonadal axis in females and
males of different species. Reproduction. 153(6):R215-R226.doi:10.1530/REP-
17-0002.
Ray PF, Toure A, Metzler-Guillemain C, Mitchell MJ, Arnoult C, Coutton C. 2017.
Genetic abnormalities leading to qualitative defects of sperm morphology or
function. Clin Genet. 91(2):217-232.doi:10.1111/cge.12905.
Rodrigues M, Souza C, Martins J, Rego J, Oliveira J, Domont G, Nogueira F,
Moura A. 2013. Seminal plasma proteins and their relationship with sperm
motility in Santa Ines rams. Small Rumin Res. 109(2):94-100.doi:10.1016/
j.smallrumres.2012.07.032.
44

Shupe J, Cheng J, Puri P, Kostereva N, Walker WH. 2011. Regulation of Sertoli-


Germ cell adhesion and sperm release by FSH and nonclassical testosterone
signaling. Mol Endocrinol. 25(2):238-252.doi:10.1210/me.2010-0030.
Singh A, Brar P, Cheema R. 2014. Relationships among frozen-thawed semen
fertility, physical parameters, certain routine sperm characteristics and
testosterone in breeding Murrah buffalo (Bubalus bubalis) bulls. Vet World.
7(9):644-651.doi:10.14202/vetworld.2014.644-651.
Sodiq A. 2012. Non genetic factors affecting pre-weaning weight and growth rate
of Etawah grade goats. Med Pet. 35(1):21.doi:10.5398/medpet.2012.35.1.21.
Swelum AA-A, Saadeldin IM, Zaher HA, Alsharifi SAM, Alowaimer AN. 2017.
Effect of sexual excitation on testosterone and nitric oxide levels of water buffalo
bulls (Bubalus bubalis) with different categories of sexual behavior and their
correlation with each other. Anim Reprod Sci. 181:151-158.doi:10.1016/
j.anireprosci.2017.04.003.
Thomas S, Kratzsch D, Schaab M, Scholz M, Grunewald S, Thiery J, Paasch U,
Kratzsch J. 2013. Seminal plasma adipokine levels are correlated with functional
characteristics of spermatozoa. Fertil Steril. 99(5):1256-1263. e1253.
doi:10.1016/j.fertnstert.2012.12.022.
Ting-Ting W, Ying-Ying Z, Yi-Ning Y, Xiao-Mei L, Yi-Tong M, Xiang X. 2019.
Age, sex, and cardiovascular risk attributable to lipoprotein cholesterol among
Chinese individuals with coronary artery disease: a case–control study. Metab
Syndr Relat Disord. 17(4):223-231.doi:10.1089/met.2018.0067.
Wu D, Ren Z, Pae M, Guo W, Cui X, Merrill AH, Meydani SN. 2007. Aging up-
regulates expression of inflammatory mediators in mouse adipose tissue. J
Immunol. 179(7):4829-4839.doi:10.4049/jimmunol.179.7.4829.
Yu P, Yuan R, Yang X, Qi Z. 2019. Adipose tissue, aging, and metabolism. Curr
Opin Endocr Metab Res. 5:11-20.doi:10.1016/j.coemr.2019.02.003.
Zhao C, Huo R, Wang FQ, Lin M, Zhou ZM, Sha JH. 2007. Identification of several
proteins involved in regulation of sperm motility by proteomic analysis. Fertil
Steril. 87(2):436-438.doi:10.1016/j.fertnstert.2006.06.057.
45

5 KONSENTRASI ADIPONEKTIN, TESTOSTERON,


LIBIDO, DAN KARAKTERISTIK SEMEN KAMBING
ANPERA DAN BREED TETUANYA

Abstract

Males have a crucial role in the genetic improvement of livestock compared


to the female. The aim of this study was to determine the concentrations of
adiponectin, testosterone, libido and semen characteristics in Anglo Nubian goats,
Etawah Grade and their crossbred (Anpera) goats. A total of 12 bucks consisting of
four Anglo Nubian, Etawah Grade and Anpera goats were used in this study with
five repetitions of data collection for each buck. The parameter observed in the
study were adiponectin and testosterone concentrations, libido and semen
characteristics. Data were analyzed with one-way analysis of variance and
continued with Duncan's test. The results showed significant differences among
breeds for the concentrations of adiponectin hormone (P<0.05), while no significant
different in the other obvseverd parameter (P>0.05). In conclusion, result the
experiment strongly suggested that breed could influence concentration of
adiponectin in their crossbred.

Keywords: adiponectin, bucks, genetic, reproductive performance

Abstrak

Pejantan memiliki peran penting dalam perbaikan genetik ternak bila


dibandingkan dengan betina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsentrasi hormon adiponektin, testosteron, libido dan karakteristik semen pada
kambing anglo nubian, peranakan etawah dan persilangannya (anpera). Sebanyak
12 ekor pejantan terdiri masing-masing empat ekor anglo nubian, peranakan etawah
dan anpera digunakan dalam penelitian ini dengan lima kali koleksi data setiap
pejantan. Peubah yang diamati adalah adiponektin, testosteron, libido dan
karakteristik semen. Data dianalisis dengan one-way analysis of variance dan
dilanjutkan dengan uji Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan perbedaaan antar
breed yang nyata terhadap konsentrasi hormon adiponektin (P<0.05).
Kesimpulannya, terdapat pengaruh nyata breed terhadap konsentrasi adiponektin
pada kambing jantan.

Kata kunci: adiponektin, genetik, kambing jantan, kinerja reproduksi

Pendahuluan

Seleksi pejantan yang ketat pada program pemuliaan ternak memiliki peran
penting dalam perbaikan genetik ternak dibandingkan betina. Hal tersebut karena
pejantan berkontribusi lebih besar terhadap nilai ekonomi pada produksi ternak
(Chudleigh et al. 2019). Disamping itu, faktor penting peran pejantan disebabkan
pejantan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menghasilkan keturunan
dan peningkatan performan generasi berikutnya (Syamyono et al. 2014).
46

Di Indonesia, dari beberapa kambing lokal maupun eksotik yang sudah cukup
dikenal sebagai kambing perah adalah kambing peranakan etawah. Produksi susu
kambing peranakan etawah masih sangat bervariasi yaitu antara 0.6-4.2
liter/ekor/hari (Sutama 2014; Suranindyah et al. 2018), sehingga perlu dilakukan
peningkatan performan reproduksi dan produksinya. Salah satu langkah yang perlu
dilakukan adalah perbaikan genetik melalui persilangan dengan kambing eksotik
seperti anglo nubian. Di beberapa negara, terutama yang beriklim tropis telah
terbukti dengan adanya introduksi genetik kambing anglo nubian pada kambing
lokalnya dapat meningkatkan produksi susu yang tinggi, baik secara kuantitas
maupun kualitas serta memiliki daya adaptif tinggi dengan iklim tropis (García-
Peniche et al. 2012; Momani et al. 2012; Sanogo et al. 2013). Di Indonesia sendiri,
kambing anglo nubian mampu memproduksi susu mencapai puncak produksi 2.60
liter/ekor/hari dan kambing hasil persilangannya (anpera) memiliki produksi susu
mencapai 1.95 liter/ekor/hari (Praharani 2014). Oleh karena itu, untuk
keberlanjutan program pemuliabiakan breed kambing baru di Indonesia, perlu
dievaluasi pengaruh perbedaan breed terhadap beberapa variabel karakteristik
reproduksi pejantan.
Variabel karakteristik reproduksi pejantan yang pernah dilaporkan
menunjukkan pengaruh genetik diantaranya adalah libido (Petherick 2005), dan
kualitas semen (García-Tomás et al. 2006; Mohammed et al. 2013; Praharani dan
Sianturi 2014). Sedangkan, variabel karakteristik reproduksi pejantan yang baru-
baru ini dilaporkan berkorelasi positif dengan fertilitas pejantan yaitu hormon
adiponektin (Kasimanickam et al. 2013), dan adiponektin telah diusulkan sebagai
kandidat biomarker fertilitas pejantan oleh Hafizuddin et al. (2019). Selanjutnya,
Hafizuddin et al. (2020) melaporkan pada kambing anpera jantan bahwa
konsentrasi adiponektin berkorelasi positif dengan parameter karakteristik semen.
Namun, pengaruh perbedaan konsentrasi adiponektin dan karakteristik reproduksi
antar breed kambing maupun hewan lain, belum pernah ada yang melaporkan.
Adiponektin merupakan hormon protein yang dihasilkan oleh jaringan
adiposa. Laporan terakhir pada mamalia jantan menunjukkan adiponektin
berkorelasi dengan fertilitas, baik dengan variabel testosteron maupun kualitas
semen (Pfeffer et al. 2007; Kasimanickam et al. 2013; Thomas et al. 2013; Kadivar
et al. 2016). Sedangkan, testosteron merupakan hormon steroid yang aktif terlibat
dalam proses spermatogenesis, dan menunjukkan bahwa testosteron dapat
digunakan untuk penilaian fertilitas pejantan, walaupun masih memerlukan
penggabungan dengan parameter fisik dan kualitas semen (Singh et al. 2014).
Disamping itu, libido juga menjadi salah satu parameter penilaian fertilitas pejantan
(Fahey et al. 2012), dan kejadian libido dipengaruhi oleh kosentrasi testosteron
(Swelum et al. 2017). Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasi pengaruh
perbedaan breed terhadap hormon adiponektin dan parameter karakteristik
reproduksi lainnya, sehingga dengan adanya penelitian ini mampu memberikan
informasi dan menjawab peran genetik dalam fungsional hormon dan karakteristik
reproduksi.
47

Metode Penelitian

Sampel Hewan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu masing-masing empat ekor
kambing anglo nubian, peranakan etawah dan anpera dengan kisaran umur 24-42
bulan. Kambing yang digunakan merupakan milik Balai Penelitian Ternak, yang
dipelihara secara individu. Hewan diberikan pakan hijauan 3-4 kg/hari dan
konsentrat 0.5-0.7 kg/hari, serta air minum secara ad libitum. Pengamatan libido,
koleksi dan evaluasi semen dan pengambilan sampel darah masing-masing hewan
dilakukan pada pagi hari sebanyak 5 kali pengambilan dengan selang waktu 10 hari,
mengikuti siklus epitel seminiferus pada kambing yaitu 10.6±0.5 hari (França et al.
1999). Seluruh hewan dilakukan penyeragaman perlakuan dengan koleksi semen
satu hari sebelum sampel pertama dikoleksi. Penggunaan hewan percobaan dalam
penelitian ini telah mendapatkan persetujuan atas perlakuan etik dari Komisi
Pengawasan Kesejahteraan dan Penggunaan Hewan Penelitian IPB, Nomor : 81 –
2017 IPB.

Pengukuran Adiponektin dan Testosteron


Pengambilan dan Preparasi Darah
Darah diambil dari vena jugularis sebanyak 1.5-1.8 ml menggunakan
disposible syringe 3 ml yang telah diisi antikoagulan ethylene diamine tetra acetate
(EDTA) (Merck, Darmstadt, Jerman). Darah kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 5000 rpm pada suhu ruangan selama 10 menit. Supernatan (plasma
darah) kemudian dituang ke dalam tabung mikro dan disimpan pada suhu -20 C
sampai analisis konsentrasi adiponektin dan testosteron.

Pengukuran Konsentrasi Adiponektin


Analisis hormon adiponektin dilakukan menggunakan kit ELISA untuk
kambing (Cat.No E0020GO) dari Bioassay Technology Laboratory, Shanghai
Crystal Day Biotech Co., Ltd., China. Pada tahap pertama ditambahkan 50 μl
standar adiponektin ke sumur standar. Sampel plasma yang diuji ditambahkan
sebanyak 40 μl sampel ke sumur sampel. Kemudian sebanyak 10 μl antibodi anti-
adiponektin dan 50 μl streptavidin-HRP ditambahkan ke sumur sampel, sumur
standar dan sumur kontrol. Sumur kontrol hanya diisi 10 μl antibodi anti-
adiponektin dan 50 μl streptavidin-HRP. Plate yang sudah terisi diaduk secara
merata, ditutup dengan sealer dan selanjutnya diinkubasi selama 60 menit pada
suhu 37 °C. Sealer dilepaskan dan plate dicuci dengan buffer pencuci sebanyak 5
kali. Sumur direndam dengan buffer pencuci 0.35 ml selama 30 detik sampai 1
menit untuk setiap kali pencucian. Setelah dicuci sumur tersebut dihentakkan
dengan keras di atas kertas penyerap untuk menghilangkan gumpalan residu.
Selanjutnya ditambahkan 50 μl larutan substrat A ke setiap sumur dan ditambahkan
50 μl larutan substrat B ke setiap sumur yang sama. Plate dipisahkan dan ditutup
dengan sealer baru selama 10 menit pada suhu 37 °C. Untuk menghentikan
enzimatik ditambahkan 50 μl stop solution pada setiap sumur. Pembacaan optical
density setiap sumur menggunakan ELISA reader (xMark™ Microplate
Absorbance Spectrophotometer, Bio-Rad Laboratories Inc.) pada 450 nm.
Konsentrasi adiponektin dihitung menggunakan Microplate Manager® 6 Software
(Bio-Rad Laboratories Inc.).
48

Pengukuran Konsentrasi Testosteron


Analisis hormon testosteron dilakukan mengikuti instruksi pabrikan kit
ELISA DRG EIA-1559, DRG Instruments GmbH, Jerman. Analisis testosteron ini
sebelumnya telah berhasil divalidasi untuk mengukur konsentrasi testosteron pada
kambing kacang (Gholib et al. 2016). Konsentrasi testosteron diukur mengikuti
instruksi dari pabrikan (DRG diagnostics) dan seperti yang dijabarkan oleh Gholib
et al. (2016). Secara singkat, sampel plasma darah sebanyak 25 µl ditambahkan
pada masing-masing sumur standar, sampel, dan kontrol. Kemudian masing-
masing sumur ditambahkan 200 µl enzim conjugate dan diaduk selama 10 detik.
Plate yang sudah terisi diinkubasi selama 60 menit pada suhu ruangan, kemudian
dicuci sebanyak 3 kali menggunakan 400 µl buffer pencuci pada setiap sumur.
Setelah dicuci plate tersebut dihentakkan dengan keras di atas kertas penyerap
untuk menghilangkan gumpalan residu. Selanjutnya ditambahkan 200 µl substrate
solution pada setiap sumur dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan.
Untuk menghentikan reaksi enzimatik ditambahkan 100 µl stop solution pada setiap
sumur. Pembacaan optical density setiap sumur menggunakan ELISA reader
(xMark™ Microplate Absorbance Spectrophotometer, Bio-Rad Laboratories Inc.)
pada 450 nm. Konsentrasi testosteron dihitung menggunakan Microplate
Manager® 6 Software (Bio-Rad Laboratories Inc.).

Penilaian Libido
Libido kambing anpera dinilai berdasarkan skor mulai dari 0 s.d 10 selama
10 menit. Skor 0, tidak tertarik; 1, tertarik hanya satu kali saja; 2, tertarik lebih dari
satu kali; 3, tertarik sepanjang tes; 4, satu kali menaiki atau mencoba, tidak ada
ejakulasi; 5, dua kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 6, lebih dari dua
kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 7, satu kali ejakulasi, tidak ada
ketertarikan lebih lanjut; 8, satu kali ejakulasi diikuti oleh ketertarikan; 9, dua kali
ejakulasi, tidak ada ketetarikan lebih lanjut; 10, dua kali ejakulasi diikuti oleh
ketetarikan (termasuk menaiki dan/atau ejakulasi) (Mickelsen et al. 1982).

Koleksi dan Evaluasi Semen


Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan, dan segera dievaluasi volume
semen, motilitas, morfologi normal dan konsentrasi spermatozoa. Volume semen
dinilai menggunakan tabung yang mempunyai label ukuran. Motilitas spermatozoa
dinilai secara subjektif. Morfologi spermatozoa dilihat dengan dengan pewarnaan
eosin-nigrosin. Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan menggunakan Neubauer
haemocytometer.

Analisis Data
Efek heterosis dihitung menggunakan formula seperti yang dilaporkan oleh
Zaman et al. (2002) dan Praharani et al. (2019). Heterosis (%) = (KA – ((KN +
TE)/2)) / ((KN + KE)/2) x 100; KA = Kinerja rata-rata anpera; KN = Kinerja rata-rata
anglo nubian; KE = Kinerja rata-rata peranakan etawah.
Untuk mengatasi data tidak normal, dilakukan transformasi data baik untuk
perhitungan efek heterosis maupun untuk analysis of variance (ANOVA).
Perbandingan data antar breed yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan's pada taraf
kepercayaan P<0.05.
49

Hasil

Rata-rata konsentrasi adiponektin, testosteron, skor libido dan karakteristik


semen disajikan pada Tabel 6. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nyata antar
breed hanya terhadap konsentrasi adiponektin (P<0.05).

Tabel 6 Konsentrasi adiponektin, testosteron, skor libido dan karakteristik semen


kambing anpera dan breed tetuanya
Breed kambing
Efek
Parameter Anglo Peranakan Rata-rata Heterosis
Anpera
Nubian Etawah Kinerja (%)
(n=4)
(n=4) (n=4) Breed Tetua
Adiponektin (μg/ml)TR 4.65±1.01a 2.93±0.21b 3.79±0.86 5.61±0.96a 48.05
Testosteron (ng/ml) 12.00±2.70a 9.15±2.12a 10.58±1.43 13.50±1.21a 27.68
Libido (skor)TR 3.16±0.05a 3.04±0.07a 3.10±0.06 3.08±0.04a -0.61
TR
Volume semen (ml) 1.13±0.02a 1.15±0.06a 1.14±0.01 1.12±0.05a -1.93
Motilitas spermatozoa (%) 74.75±3.75a 78.00±1.47a 76.38±1.63 76.75±0.75a 0.49
Morfologi normal spermatozoa (%) 96.54±1.83a 98.12±0.42a 97.33±0.33 97.50±0.48a 0.18
Konsentrasi spermatozoa (x109/ml)TR 0.87±0.03a 0.94±0.05a 0.91±0.03 0.91±0.04a 0.00
Superscript berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05).
TR
data hasil transformasi (x + 0.5)1/2; x = data asli.

Pembahasan

Penelitian ini menemukan perbedaan nyata konsentrasi adiponektin antara


kambing anpera sebagai hasil persilangan dengan peranakan etawah sebagai breed
tetua betina (P<0.05). Namun, konsentrasi adiponektin kambing anpera yang
ditemukan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan breed anglo nubian sebagai breed
tetua pejantan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin
dipengaruh oleh genetik dari breed kambing, dimana efek heterosis mencapai
48.05%. Berdasarkan penelitian ini, terbukti bahwa persilangan antara kambing
jantan anglo nubian dengan betina peranakan etawah mampu meningkatkan
konsentrasi adiponektin pada ternak lokal.
Pengaruh genetik terhadap konsentrasi adiponektin yang telah dilaporkan,
menunjukkan bahwa pengaruh genetik secara langsung lebih disebabkan pada
pembentukan jaringan adiposa. Hal ini telah ditunjukkan pada sapi potong (german
holstein) dan sapi perah (charolais) yang ditemukan perbedaan jaringan adiposa
(Ren et al. 2002; Chilliard et al. 2005). Berdasarkan hal tersebut dari postur tubuh
kambing anglo nubian dibandingkan peranakan etawah (kompak versus ramping)
berhubungan dengan massa jaringan adiposa, sehingga berpengaruh terhadap
konsentrasi adiponektin yang berbeda nyata (P<0.05).
Penelitian lain pada sapi yang mendukung fakta tersebut, menyebutkan
bahwa sapi yang ramping ditemukan jaringan adiposa cenderung lebih sedikit
(Higashiyama et al. 2003). Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa
konsentrasi adiponektin kemungkinan memiliki spesifik breed, seperti ditunjukkan
pada kambing jantan peranakan etawah. Oleh karena itu, berdasarkan laporan
terkini sudah diakui bahwa hormon-hormon yang dihasilkan oleh jaringan adiposa
sudah banyak digunakan untuk mendeteksi status gizi dan status fungsi reproduksi
pada mamalia (Comninos et al. 2014).
50

Testosteron merupakan hormon steroid yang sangat penting juga untuk


pemeliharaan spermatogenesis (Walker 2011). Kerja hormon tersebut dengan
pengikatan pada reseptor androgen yang diekspresikan dalam berbagai sel di testis
seperti sel Sertoli (Wang et al. 2009) dan sel spermatozoa (Solakidi et al. 2005).
Penelitian ini menemukan konsentrasi testosteron yang tidak berbeda nyata antar
breed kambing (P>0.05), dengan efek heterosis 27.68%. Walaupun demikian,
penelitian pada manusia menunjukkan bahwa terdapat pengaruh genetik, dengan
nilai heritabilitas konsentrasi testosteron mencapai 65%, seperti yang dilaporkan
oleh (Bogaert et al. 2008). Hal tersebut mengindikasikan kosentrasi sangat
dipengaruhi oleh genetik. Selebihnya, faktor yang menentukan konsentrasi
testosteron antara lain umur dan indeks massa tubuh. Lebih lanjut, pengaruh genetik
terhadap konsentrasi testosteron tergantung dari varian genetik yang terdapat dalam
lokus sex hormone-binding globulin (SHBG). Oleh karena itu, jika jumlah varian
genetik dalam lokus SHBG lebih banyak akan memengaruhi afinitas SHBG dengan
testosteron, sehingga akan terjadi peningkatan testosteron (Ohlsson et al. 2011).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor libido antara kambing anglo
nubian, peranakan etawah dan anpera tidak berbeda nyata (P>0.05), dengan efek
heterosis yang didapatkan -0.61%. Namun, hasil penelitian yang dilaporkan oleh
Perry et al. (1991) dan Petherick (2005) menyatakan bahwa genetik berperan dalam
penentuan libido, disamping ada faktor lingkungan yang memengaruhi ekspresinya.
Faktor-faktor tersebut memengaruhi libido melalui aktivitas seksual. Hal tersebut
sudah dibuktikan baik pada saat tes libido langsung maupun saat di kandang
perkawinan.
Keseluruhan karaktersitik semen yang dievaluasi dalam penelitian ini
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05). Secara umum karakteristik semen yang
didapatkan pada penelitian ini hampir sama dengan yang dilaporkan pada kambing
sebelumnya (Elhammali et al. 2013; Praharani dan Sianturi 2014). Karakteristik
semen yang pernah dilaporkan yang dipengaruhi langsung oleh genetik adalah
parameter morfologi normal spermatozoa. Hal tersebut ditunjukan dari penelitian
Corbet et al. (2013), yang mendapatkan komponen karakteristik semen yang paling
banyak diturunkan (diwariskan) ke generasi selanjutnya yaitu persentase morfologi
normal spermatozoa (Corbet et al. 2013). Lebih lanjut, penelitian Holroyd et al.
(2002) pada sapi ditemukan adanya hubungan morfologi normal spermatozoa
dengan fertilitas dan angka kelahiran.
Efek heterosis terhadap karaktersitik semen kambing anpera mulai volume
semen, motilitas spermatozoa, morfologi normal spermatozoa, dan konsentrasi
spermatozoa masing-masing adalah -1.93%, 0.49%, 0.18%, dan 0.00%. Nilai
heterosis negatif pada volume semen kambing anpera menunjukkan bahwa
kinerjanya lebih rendah dari pada breed tetuanya. Menurut Cassady et al. (2002)
dan Sutiyono et al. (2011) bahwa pada umumnya kinerja reproduksi memiliki nilai
heterosisnya negatif. Lebih lanjut, penelitian Mahal et al. (2013) dan Mia et al.
(2013) menunjukkan bahwa karakteristik semen kambing seperti volume semen,
motilitas spermatozoa, morfologi normal spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa
lebih tinggi dipengaruhi oleh faktor non genetik. Oleh karena itu, hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa tidak ada efek negatif terhadap motilitas spermatozoa,
morfologi normal spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa pada kambing hasil
persilangan (anpera).
51

Simpulan

Faktor breed kambing memiliki pengaruh nyata terhadap konsentrasi hormon


adiponektin, dan persilangan mampu meningkatkan konsentrasi hormon
adiponektin pada kambing jantan.

Daftar Pustaka

Bogaert V, Taes Y, Konings P, Van Steen K, De Bacquer D, Goemaere S,


Zmierczak H, Crabbe P, Kaufman JM. 2008. Heritability of blood concentrations
of sex‐steroids in relation to body composition in young adult male siblings. Clin
Endocrinol. 69(1):129-135.doi:10.1111/j.1365-2265.2008.03173.x.
Cassady JP, Young LD, Leymaster KA. 2002. Heterosis and recombination effects
on pig reproductive traits. J Anim Sci. 80(9):2303-2315.doi:10.1093/ansci/80.9.
2303.
Chilliard Y, Delavaud C, Bonnet M. 2005. Leptin expression in ruminants:
nutritional and physiological regulations in relation with energy metabolism.
Domest Anim Endocrin. 29(1):3-22.doi:10.1016/j.domaniend.2005.02.026.
Chudleigh F, Bowen M, Holmes B. 2019. Farm economic thinking and the genetic
improvement of fertility in northern beef herds. AARES. 63:1-37.doi:10.22004/
ag.econ.285095.
Comninos AN, Jayasena CN, Dhillo WS. 2014. The relationship between gut and
adipose hormones, and reproduction. Hum Reprod Update. 20(2):153-174.
doi:10.1093/humupd/dmt033.
Corbet NJ, Burns BM, Johnston DJ, Wolcott ML, Corbet DH, Venus BK, Li Y,
McGowan MR, Holroyd RG. 2013. Male traits and herd reproductive capability
in tropical beef cattle. 2. Genetic parameters of bull traits. Anim Prod Sci.
53(2):101-113.doi:10.1071/AN12163.
Elhammali N, Alqurashi AM, Ibrahim MT, Elsheikh A. 2013. Puberty of crossbred
male goat kids. J Am Sci. 9(4):95-99.
Fahey A, Duffy P, Fair S. 2012. Effect of exposing rams to a female stimulus before
semen collection on ram libido and semen quality. J Anim Sci. 90(10):3451-3456.
doi:10.2527/jas.2011-4859.
França L, Becker-Silva S, Chiarini-Garcia H. 1999. The length of the cycle of
seminiferous epithelium in goats (Capra hircus). Tissue Cell. 31(3):274-280.
doi:10.1054/tice.1999.0044.
García-Peniche TB, Montaldo HH, Valencia-Posadas M, Wiggans GR, Hubbard
SM, Torres-Vázquez JA, Shepard L. 2012. Breed differences over time and
heritability estimates for production and reproduction traits of dairy goats in the
United States. J Dairy Sci. 95(5):2707-2717.doi:10.3168/jds.2011-4714.
García-Tomás M, Sánchez J, Rafel O, Ramon J, Piles M. 2006. Heterosis, direct
and maternal genetic effects on semen quality traits of rabbits. Livest Sci.
100(2):111-120.doi:10.1016/j.livprodsci.2005.08.004.
Gholib G, Wahyuni S, Kadar OH, Adam M, Lubis TM, Azhar A, Akmal M, Siregar
TN, Armansyah T, Nugraha TP. 2016. Measurement of serum testosterone in
Kacang goat by using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) technique:
The importance of kit validation J Ked Hewan. 10(1):32-36.doi:10.21157/
j.ked.hewan.v10i1.3367.
52

Hafizuddin H, Karja N, Praharani L, Setiadi M. 2019. Adiponektin: Hormon protein


potensial sebagai kandidat biomarker kesuburan pejantan. Wartazoa. 29(4):183-
192.doi:10.14334/wartazoa.v29i4.2063.
Hafizuddin H, Karja N, Praharani L, Setiadi M. 2020. Adiponectin and testosterone
levels and its correlation with fertility in Anglo-Nubian x Etawah Grade
crossbred bucks. Trop Anim Sci J. (Fortheoming).
Higashiyama Y, Abe H, Hayashi M, Hodate K. 2003. The comparison of plasma
level and mRNA expression of leptin from Japanese Black steers and Holstein
steers. Livest Prod Sci. 81(2-3):247-255.doi:10.1016/s0301-6226(02)00254-3.
Holroyd RG, Doogan VJ, De Faveri J, Fordyce G, McGowan MR, Bertram JD,
Vankan DM, Fitzpatrick LA, Jayawardhana GA, Miller RG. 2002. Bull selection
and use in northern Australia: 4. Calf output and predictors of fertility of bulls in
multiple-sire herds. Anim Reprod Sci. 71(1):67-79.doi:10.1016/S0378-4320(02)
00026-X.
Kadivar A, Khoei HH, Hassanpour H, Golestanfar A, Ghanaei H. 2016. Correlation
of adiponectin mRNA abundance and its receptors with quantitative parameters
of sperm motility in rams. Int J Fertil Steril. 10(1):127.doi:10.22074/ijfs.2016.
4778.
Kasimanickam VR, Kasimanickam RK, Kastelic JP, Stevenson JS. 2013.
Associations of adiponectin and fertility estimates in Holstein bulls.
Theriogenology. 79(5):766-777.doi:10.1016/j.theriogenology.2012.12.001.
Mahal Z, Khandoker M, Haque M. 2013. Effect of non genetic factors on
productive traits of Black Bengal goats. J Bangladesh Agril Univ. 11(1):79-
86.doi:10.3329/jbau.v11i1.18217.
Mia M, Khandoker M, Husain S, Faruque M, Notter D, Apu A. 2013. Genetic and
phenotypic parameters for semen characteristics and their relationship with
scrotal circumference in Black Bengal bucks. Iran J Appl Anim Sci. 3(4):709-
717.
Mickelsen WD, Paisley LG, Dahmen JJ. 1982. The relationship of libido and
serving capacity test scores in rams on conception rates and lambing percentage
in the ewe. Theriogenology. 18(1):79-86.doi:10.1016/0093-691X(82)90051-6.
Mohammed KM, Khalil MH, Al-Saef AM. 2013. Genetic analysis for semen traits
in a crossing program of Saudi Aradi with Damascus goats. Small Rumin Res.
112(1):7-14.doi:10.1016/j.smallrumres.2012.10.001.
Momani MS, Sanogo S, Coulibaly D, Al-Olofi S, Alkhewani T. 2012. Growth
performance and milk yield in Sahelian × Anglo-Nubian goats following
crossbreeding in the semi-arid zone of Mali. Agric Trop Subtrop. 45(3):117-125.
doi:10.2478/v10295-012-0020-9.
Ohlsson C, Wallaschofski H, Lunetta KL, Stolk L, Perry JRB, Koster A, Petersen
A-K, Eriksson J, Lehtimäki T, Huhtaniemi IT et al. 2011. Genetic determinants
of serum testosterone concentrations in men. PLoS Genetics. 7(10):e1002313.
doi:10.1371/journal.pgen.1002313.
Perry VEA, Chenoweth PJ, Post TB, Munro RK. 1991. Patterns of development of
gonads, sex-drive and hormonal responses in tropical beef bulls. Theriogenology.
35(2):473-486.doi:10.1016/0093-691X(91)90297-Q.
Petherick JC. 2005. A review of some factors affecting the expression of libido in
beef cattle, and individual bull and herd fertility. Appl Anim Behav Sci.
90(3):185-205.doi:10.1016/j.applanim.2004.08.021.
53

Pfeffer PL, Sisco B, Donnison M, Somers J, Smith C. 2007. Isolation of genes


associated with developmental competency of bovine oocytes. Theriogenology.
68(1):S84-S90.doi:10.1016/j.theriogenology.2007.03.016.
Praharani L. 2014. Milk yield of Anglo Nubian, Saanen × Etawah Grade and
Etawah Grade raised in the same environment. Di dalam: Subandriyo,
Kusmartono, Santosa K, Kurnianto E, Purnomoadi A, Sodiq A, Wiryawan K,
Darodjah S, Inounu I, Darmono et al., editor. Sustainable Livestock Production
in the Prespective of Food Security, Policy, Genetic Resources, and Climate
Change, Proceedings of the 16th Asian Australian Animal Production; 2014
November 10-14; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Collaboration with
Ministry of Agriculture and Faculty of Animal Sciences Universitas Gadjah
Mada. hlm 1527-1530.
Praharani L, Anggraeni A, Hapsari A. 2019. Heterosis on morphometric traits of
crossbreds from Anglo Nubian and Etawah Grade goats. IOP Conf Ser Earth
Environ Sci. 387(1):1-4.doi:10.1088/1755-1315/387/1/012024.
Praharani L, Sianturi R. 2014. Pengaruh genetik terhadap karakteristik semen pada
kambing perah anglo nubian, peranakan etawah dan persilangannya. Di dalam:
Pamungkas D, Widiawati Y, Noor S, Purwantari N, Widiastuti R, Brahmantiyo
B, Herawati T, Kusumaningsih A, Handiwirawan E, Puastuti W, editor.
Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Pertanian Bioindustri
Berkelanjutan, Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2014
September 12-14; Malang, Indonesia. Jakarta (ID): IAARD. hlm 404-409.
Ren MQ, Wegner J, Bellmann O, Brockmann GA, Schneider F, Teuscher F, Ender
K. 2002. Comparing mRNA levels of genes encoding leptin, leptin receptor, and
lipoprotein lipase between dairy and beef cattle. Domest Anim Endocrin.
23(3):371-381.doi:10.1016/s0739-7240(02)00179-0.
Sanogo S, Shaker MM, Nantoumé H, Salem A-FZM. 2013. Milk yield and
composition of crossbred Sahelian × Anglo-Nubian goats in the semi-intensive
system in Mali during the preweaning period. Trop Anim Health Prod.
45(1):305-310.doi:10.1007/s11250-012-0219-9.
Singh A, Brar P, Cheema R. 2014. Relationships among frozen-thawed semen
fertility, physical parameters, certain routine sperm characteristics and
testosterone in breeding Murrah buffalo (Bubalus bubalis) bulls. Vet World.
7(9):644-651.doi:10.14202/vetworld.2014.644-651.
Solakidi S, Psarra AG, Nikolaropoulos S, Sekeris CE. 2005. Estrogen receptors α
and β (ERα and ERβ) and androgen receptor (AR) in human sperm: localization
of ERβ and AR in mitochondria of the midpiece. Hum Reprod. 20(12):3481-
3487.doi:10.1093/humrep/dei267.
Suranindyah YY, Khairy DHA, Firdaus N, Rochijan. 2018. Milk production and
composition of Etawah Crossbred, Sapera and Saperong dairy goats in
Yogyakarta, Indonesia. Int J Dairy Sci. 13(1):1-6.doi:10.3923/ijds.2018.1.6.
Sutama I. 2014. Dairy goat production on smallholder agriculture in Indonesia. Di
dalam: Wiryawan K, Liang J, Devendra C, Takahashi J, Orskov E, Astuti D,
Manalu W, Jayanegara A, Tjakradidjaja A, Suharti S et al., editor. The Role of
Dairy Goat Industry in Food Security, Sustainable Agriculture Production, and
Economic Communities, Proceedings of 2nd Asian Australian Dairy Goat
Conference; 2014 April 25-27; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Faculty of Animal
Science Bogor Agricultural University. hlm 8-17.
54

Sutiyono B, Soedarsono S, Johari S, Ondho YS. 2011. Efek heterosis berbagai


penampilan tiktok jantan dan betina. Bul Pet. 35(3):153-159.doi:10.21059/
buletinpeternak.v35i3.1087.
Swelum AA-A, Saadeldin IM, Zaher HA, Alsharifi SAM, Alowaimer AN. 2017.
Effect of sexual excitation on testosterone and nitric oxide levels of water buffalo
bulls (Bubalus bubalis) with different categories of sexual behavior and their
correlation with each other. Anim Reprod Sci. 181:151-158.doi:10.1016/
j.anireprosci.2017.04.003.
Syamyono O, Samsudewa D, Setiatin E. 2014. Korelasi lingkar skrotum dengan
bobot badan, volume semen, kualitas semen, dan kadar testosteron pada
kambing kejobong muda dan dewasa. Bul Pet. 38(3):132-140.doi:10.21059/
buletinpeternak.v38i3.5248.
Thomas S, Kratzsch D, Schaab M, Scholz M, Grunewald S, Thiery J, Paasch U,
Kratzsch J. 2013. Seminal plasma adipokine levels are correlated with functional
characteristics of spermatozoa. Fertil Steril. 99(5):1256-1263.e1253.
doi:10.1016/j.fertnstert.2012.12.022.
Walker W. 2011. Testosterone signaling and the regulation of spermatogenesis.
Spermatogenesis. 1(2):116-120.doi:10.4161/spmg.1.2.16956.
Wang R-S, Yeh S, Tzeng C-R, Chang C. 2009. Androgen receptor roles in
spermatogenesis and fertility: lessons from testicular cell-specific androgen
receptor knockout mice. Endocr Rev. 30(2):119-132.doi:10.1210/er.2008-0025.
Zaman M, Ali M, Islam M, Islam A. 2002. Heterosis on productive and
reproductive performance of crossbreds from Jamunapari and Black Bengal goat
crosses. Pak J Biol Sci. 5(1):94-96.doi:10.3923/pjbs.2002.94.96.
55

6 PEMBAHASAN UMUM

Berdasarkan hasil studi literatur, menunjukkan bahwa adiponektin pada


sistem reproduksi jantan berperan sebagai pengatur berbagai fungsi sel pada testis
dan dapat bekerja secara lokal untuk peningkatan produksi spermatozoa hingga
kemampuan kapasitasinya (Kasimanickam et al. 2013; Martin 2014). Sampai saat
ini, telah banyak literatur yang mendukung adiponektin sebagai kandidat biomarker
potensial untuk penilaian fertilitas jantan (Elfassy et al. 2018), biomarker positif
untuk kualitas semen (Thomas et al. 2013), dan sinyal metabolik kinerja reproduksi
pada mamalia jantan (Rak et al. 2017). Akan tetapi, untuk penentuan konsentrasi
adiponektin pada hewan ternak baru pada sapi dan kuda yang pernah dilaporkan.
Pengembangan dalam analisis adiponektin perlu dilakukan validasi kit
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) adiponektin yang digunakan.
Validasi analitik penting dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan kit yang
digunakan untuk mengukur konsentrasi hormon pada sampel yang akan dianalisis.
Berdasarkan uji akurasi menunjukkan bahwa kit ELISA adiponektin yang
digunakan mempunyai akurasi yang baik dalam mengukur hormon tersebut pada
kambing jantan. Akurasi merupakan kedekatan hasil pengukuran dengan
konsentrasi hormon yang sebenarnya. Untuk melihat nilai akurasi dari suatu kit
analisis hormon dapat dilakukan dengan membandingkan hasil analisis hormon
standar yang terukur dengan konsentrasi hormon yang sesungguhnya, kemudian
dihitung nilai persentase recovery rate dari hasil tersebut (Todini et al. 2010).
Selanjutnya, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketelitian dan
repeatability dalam pengerjaan analisis hormon adiponektin sangat baik karena
nilai coefficient of variation (CV) lebih kecil dari 15% (4.87%, 11.77 % dan 9.08%).
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Brown et al. (2004) dan Heistermann (2010),
bahwa persen CV dari uji presisi yang paling baik adalah lebih kecil dari 15%. Oleh
karena itu, berdasarkan validasi analitik kit ELISA komersial adiponektin pada
sampel plasma darah menunjukkan bahwa tidak terdapat permasalahan terhadap
kualitas kit dan operator pengujian dalam penelitian ini.
Konsentrasi adiponektin terjadi peningkatan pada kambing jantan dari umur
24 bulan sampai 36 bulan, dan terjadi penurunan konsentrasinya pada kelompok
umur lebih dari 48 bulan. Berbeda dengan penelitian ini, Heinz et al. (2015)
melaporkan semakin tua umur sapi jantan semakin tinggi konsentrasi
adiponektinnya. Kemungkinan pola konsentrasi adiponektin pada kambing anpera
jantan dalam penelitian ini sesuai dengan pola adiponektin pada tikus, yang
dilaporkan terjadi penurunan konsentrasi adiponektin saat mengalami penuaan
(Choubey et al. 2019).
Penyebab adiponektin mengalami peningkatan seiring peningkatan umur,
karena seiring bertambah umur hewan jaringan adiposa akan mengalami hipertropi,
sehingga terjadi peningkatan konsentrasi adiponektin dalam darah. Disamping itu,
penyebab lainnya dapat terjadi akibat peningkatan sensitivitas insulin pada jaringan
adiposa (Cawthorn et al. 2012; Yu et al. 2019). Kemungkinan, pada penelitian ini
peningkatan konsentrasi adiponektin mengikuti umur reproduksi optimal. Menurut
Pezzanite et al. (2017), umur reproduksi optimal untuk kambing dan domba jantan
sampai 48 bulan. Oleh karena itu, pada penelitian ini ditemukan penurunan
konsentrasi adiponektin pada kelompok hewan lebih dari 48 bulan. Hal tersebut
merupakan suatu hal yang wajar, karena pada kelompok tersebut, kambing jantan
56

sudah memasuki fase penuaan. Berdasarkan penelitian ini, telah dapat


menggambarkan konsentrasi adiponektin pada kambing jantan anpera dengan
kisaran umur 24-29 bulan, 30-35 bulan, 36-48 bulan, dan lebih dari 48 bulan,
masing-masing adalah 14.10±1.73 µg/ml, 18.36±8.25 µg/ml, 20.38±8.67 µg/ml,
dan 15.41±12.67 µg/ml.
Hasil penelitian yang mendapatkan penurunan konsentrasi adiponektin pada
hewan yang tua, sejauh ini baru ada dua laporan yang melaporkan. Penelitian pada
tikus menunjukkan bahwa semakin tua umur hewan akan terjadi penurunan
konsentrasi adiponektin (Lumeng et al. 2011; Choubey et al. 2019). Penurunan
konsentrasi adiponektin pada umur tua terjadi akibat resistensi insulin semakin
meningkat pada jaringan adiposa (Cawthorn et al. 2012; Yu et al. 2019). Laporan
penelitian lainnya menunjukkan bahwa resistensi insulin pada jaringan adiposa
terjadi akibat peningkatan makrofag proinflamasi sejalan dengan penuaan hewan
(Wu et al. 2007), sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi adiponektin. Bukti
lebih lanjut pada tikus, ditemukan penurunan konsentrasi dan reseptor adiponektin
pada masa penuaan (Choubey et al. 2019). Oleh karena itu, karena tidak ada laporan
pola adiponektin pada kambing jantan yang tua, penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk mengeksplorasi pola maupun faktor-faktor lain yang memengaruhi
konsentrasi adiponektin pada kambing maupun ternak lain.
Hubungan langsung adiponektin dengan fertilitas pejantan ditunjukkan
dengan korelasi adiponektin mulai dengan volume semen, konsentrasi dan
morfologi normal spermatozoa. Hasil ini sejalan dengan penelitian pada sapi yang
mendapatkan korelasinya dengan morfologi normal spermatozoa (Kasimanickam
et al. 2013), dan penelitian pada manusia terhadap konsentrasi dan morfologi
normal spermatozoa (Thomas et al. 2013). Tingginya korelasi adiponektin dengan
konsentrasi dan morfologi normal spermatozoa, telah mengindikasikan bahwa
adiponektin memiliki peran yang penting pada proses spermatogenesis (Rak et al.
2017), dan peningkatan fertilitas jantan.
Di sisi lain, adiponektin dalam penelitian ini hanya menunjukkan korelasi
yang lemah dengan motilitas spermatozoa. Ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa
motilitas spermatozoa lebih kuat dipengaruhi oleh sejumlah protein lain (Rodrigues
et al. 2013; Akmal et al. 2015), seperti dehydrogenase subunit α, phosphoglycerate
mutase 2, dan triosephosphate isomerase (Zhao et al. 2007). Disamping itu, baru
ada satu penelitian yang melaporkan korelasi adiponektin dengan motilitas
spermatozoa dari kauda epididimis berdasarkan ekspresi gennya yang ada di kauda
epididimis (Kadivar et al. 2016). Oleh karena itu, penelitian ke depan perlu
dianalisis adiponektin dan ekspresi gennya langsung pada kauda epididimis, plasma
semen dan spermatozoa untuk penentuan korelasi adiponektin dengan motilitas
spermatozoa. Hal tersebut didasarkan pada bukti yang ada, karena motilitas
spermatozoa lebih banyak dipengaruhi pada saat pematangan spermatozoa di kauda
epididimis.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adiponektin memiliki korelasi positif
dengan volume semen. Secara umum diketahui volume semen dipengaruhi oleh
kelenjar aksesori terutama dari kelenjar vesika seminalis (Garner dan Hafez 2000).
Meskipun demikian, belum diketahui secara pasti hubungan sinergis adiponektin
dengan aktivitas kelenjar aksesori (Goeritz et al. 2003), yang berkontribusi besar
terhadap peningkatan volume semen.
57

Penelitian ini menemukan faktor baru penentu keragaman konsentrasi


adiponektin yaitu genetik (breed). Konsentrasi adiponektin yang didapatkan dalam
penelitian ini menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) antara kambing anpera dengan
pejantan peranakan etawah. Namun, konsentrasi pada kambing anpera yang
ditemukan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan breed anglo nubian sebagai breed
tetua pejantan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin
dipengaruh oleh genetik dari breed kambing. Berdasarkan penelitian ini, terbukti
bahwa persilangan antara kambing jantan anglo nubian dengan betina peranakan
etawah mampu meningkatkan konsentrasi adiponektin.
Pengaruh genetik terhadap konsentrasi adiponektin yang telah dilaporkan,
menunjukkan bahwa pengaruh genetik secara langsung lebih disebabkan pada
pembentukan jaringan adiposa. Hal ini telah ditunjukkan pada sapi potong (german
holstein) dan sapi perah (charolais) yang ditemukan perbedaan jaringan adiposa
(Ren et al. 2002; Chilliard et al. 2005). Penelitian lain pada sapi yang mendukung
fakta tersebut, menyebutkan bahwa sapi yang ramping ditemukan jaringan adiposa
cenderung lebih sedikit (Higashiyama et al. 2003). Berdasarkan hal tersebut,
menunjukkan juga bahwa konsentrasi adiponektin kemungkinan memiliki spesifik
breed, seperti ditunjukkan pada kambing jantan peranakan etawah.
58

7 SIMPULAN UMUM DAN SARAN

Simpulan

1. Adiponektin dapat diidentifikasi pada plasma darah kambing.


2. Konsentrasi adiponektin pada kambing anpera jantan meningkat seiring
bertambah umur pada periode reproduksi optimal.
3. Konsentrasi adiponektin berkorelasi dengan beberapa karakteristik semen,
seperti volume semen, morfologi normal spermatozoa, dan konsentrasi
spermatozoa sebagai indikator fertilitas.
4. Faktor breed berpengaruh nyata terhadap konsentrasi hormon adiponektin pada
kambing jantan, dan persilangan dapat meningkatkan konsentrasi adiponektin.
5. Adiponektin berpotensi sebagai kandidat biomarker fertilitas pejantan pada
kambing.

Saran

1. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam menggunakan sampel lebih banyak dan
seragam, untuk mendapatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
konsentrasi adiponektin yang lebih akurat.
2. Diperlukan kajian faktor-faktor lain yang memengaruhi adiponektin, seperti
body condition score (BCS) pada kambing maupun ternak lain.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut konsentrasi adiponektin pada masa
pertumbuhan kambing jantan.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut analisis konsentrasi adiponektin
menggunakan kit ELISA komersial yang spesifik untuk sampel plasma semen.
59

DAFTAR PUSTAKA

Akmal M, Masyitah D, Hafizuddin H, Fitriani F. 2015. Epididimis dan perannya


pada pematangan spermatozoa. JESBIO. 4(2):1-9.
Brown J, Walker S, Steinman K. 2004. Endocrine Manual for the Reproductive
Assessment of Domestic and Non-Domestic Species. Virginia (US):
Conservation and Research Center, Smithsonian's National Zoological Park.
Cawthorn WP, Scheller EL, MacDougald OA. 2012. Adipose tissue stem cells meet
preadipocyte commitment: going back to the future. J Lipid Res. 53(2):227-246.
doi:10.1194/jlr.R021089.
Chilliard Y, Delavaud C, Bonnet M. 2005. Leptin expression in ruminants:
nutritional and physiological regulations in relation with energy metabolism.
Domest Anim Endocrin. 29(1):3-22.doi:10.1016/j.domaniend.2005.02.026.
Choubey M, Ranjan A, Bora PS, Baltazar F, Martin LJ, Krishna A. 2019. Role of
adiponectin as a modulator of testicular function during aging in mice. Biochim
Biophys Acta. 1865(2):413-427.doi:10.1016/j.bbadis.2018.11.019.
Elfassy Y, Bastard J-P, McAvoy C, Fellahi S, Dupont J, Levy R. 2018. Adipokines
in semen: physiopathology and effects on spermatozoas. Int J Endocrinol.
2018:1-11.doi:10.1155/2018/3906490.
Garner D, Hafez E. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. Di dalam: Hafez ESE,
Hafez B, editors. Reproduction in Farm Animals. Philadelphia (US): Lippincott
Williams & Wilkins. hlm 96-109.
Goeritz F, Quest M, Wagener A, Fassbender M, Broich A, Hildebrandt TB,
Hofmann RR, Blottner S. 2003. Seasonal timing of sperm production in roe deer:
interrelationship among changes in ejaculate parameters, morphology and
function of testis and accessory glands. Theriogenology. 59(7):1487-1502.
doi:10.1016/S0093-691X(02)01201-3.
Heinz JF, Singh SP, Janowitz U, Hoelker M, Tesfaye D, Schellander K, Sauerwein
H. 2015. Characterization of adiponectin concentrations and molecular weight
forms in serum, seminal plasma, and ovarian follicular fluid from cattle.
Theriogenology. 83(3):326-333.doi:10.1016/j.theriogenology.2014.06.030.
Heistermann M. 2010. Non-invasive monitoring of endocrine status in laboratory
primates: methods, guidelines and applications. Adv Sci Res. 5:1-9.doi:10.5194/
asr-5-1-2010.
Higashiyama Y, Abe H, Hayashi M, Hodate K. 2003. The comparison of plasma
level and mRNA expression of leptin from Japanese Black steers and Holstein
steers. Livest Prod Sci. 81(2-3):247-255.doi:10.1016/s0301-6226(02)00254-3.
Kadivar A, Khoei HH, Hassanpour H, Golestanfar A, Ghanaei H. 2016. Correlation
of adiponectin mRNA abundance and its receptors with quantitative parameters
of sperm motility in rams. Int J Fertil Steril. 10(1):127.doi:10.22074/ijfs.2016.
4778.
Kasimanickam VR, Kasimanickam RK, Kastelic JP, Stevenson JS. 2013.
Associations of adiponectin and fertility estimates in Holstein bulls.
Theriogenology. 79(5):766-777.doi:10.1016/j.theriogenology.2012.12.001.
Lumeng CN, Liu J, Geletka L, Delaney C, Delproposto J, Desai A, Oatmen K,
Martinez-Santibanez G, Julius A, Garg S et al. 2011. Aging is associated with
an increase in T cells and inflammatory macrophages in visceral adipose tissue.
J Immunol. 187(12):6208-6216.doi:10.4049/jimmunol.1102188.
60

Martin LJ. 2014. Implications of adiponectin in linking metabolism to testicular


function. Endocrine. 46(1):16-28.doi:10.1007/s12020-013-0102-0.
Pezzanite L, Bridges A, Nearly M, Hutchens T. 2017. Breeding Soundness
Examination of Rams and Bucks. West Lafayette (US): Purdue University
Cooperative Extension Service.
Rak A, Mellouk N, Froment P, Dupont J. 2017. Adiponectin and resistin: potential
metabolic signals affecting hypothalamo-pituitary gonadal axis in females and
males of different species. Reproduction. 153(6):R215-R226.doi:10.1530/REP-
17-0002.
Ren MQ, Wegner J, Bellmann O, Brockmann GA, Schneider F, Teuscher F, Ender
K. 2002. Comparing mRNA levels of genes encoding leptin, leptin receptor, and
lipoprotein lipase between dairy and beef cattle. Domest Anim Endocrin.
23(3):371-381.doi:10.1016/s0739-7240(02)00179-0.
Rodrigues M, Souza C, Martins J, Rego J, Oliveira J, Domont G, Nogueira F,
Moura A. 2013. Seminal plasma proteins and their relationship with sperm
motility in Santa Ines rams. Small Rumin Res. 109(2):94-100.doi:10.1016/
j.smallrumres.2012.07.032.
Thomas S, Kratzsch D, Schaab M, Scholz M, Grunewald S, Thiery J, Paasch U,
Kratzsch J. 2013. Seminal plasma adipokine levels are correlated with functional
characteristics of spermatozoa. Fertil Steril. 99(5):1256-1263.e1253.
doi:10.1016/j.fertnstert.2012.12.022.
Todini L, Malfatti A, Salimei E, Fantuz F. 2010. Measurement of thyroid hormones
in donkey (Equus asinus) blood and milk: validation of ELISA kits and
evaluation of sample collection, handling and storage. J Dairy Res. 77(4):419-
424.doi:10.1017/S0022029910000646.
Wu D, Ren Z, Pae M, Guo W, Cui X, Merrill AH, Meydani SN. 2007. Aging up-
regulates expression of inflammatory mediators in mouse adipose tissue. J
Immunol. 179(7):4829-4839.doi:10.4049/jimmunol.179.7.4829.
Yu P, Yuan R, Yang X, Qi Z. 2019. Adipose tissue, aging, and metabolism. Curr
Opin Endocr Metab Res. 5:11-20.doi:10.1016/j.coemr.2019.02.003.
Zhao C, Huo R, Wang F-Q, Lin M, Zhou Z-M, Sha J-H. 2007. Identification of
several proteins involved in regulation of sperm motility by proteomic analysis.
Fertil Steril. 87(2):436-438.doi:10.1016/j.fertnstert.2006.06.057.
61
LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan atas perlakuan etik


62

Lampiran 2 Kambing jantan anglo nubian, peranakan etawah, dan anpera


63

Lampiran 3 Pengukuran libido, koleksi dan evaluasi semen, dan koleksi darah
]
64

Lampiran 4 Kit ELISA komersial adiponektin dan testosteron

Keterangan: E0020GO Bioassay Technology Laboratory, Shanghai Crystal Day


Biotech Co., Ltd., China

Keterangan: DRG EIA-1559, DRG Instruments GmbH, Jerman


65

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lueng Daneun, Kabupaten Bireuen


pada tanggal 23 Januari 1984 sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Umar Puteh (Allahu yarham)
dan Ibu Ismawati Ismail. Penulis menikah dengan Meutia Rahmi
dan telah dikaruniai satu orang putra yang bernama Ahmad
Warid Hafiz, dan dua orang putri yang bernama Ashshal Maryam
Hafiz dan Aizza Shofiyyah Hafiz.
Pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan diselesaikan pada tahun 2007,
Pendidikan Profesi Dokter Hewan diselesaikan pada tahun 2009 dan Pendidikan
Magister diselesaikan pada tahun 2012 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Syiah Kuala.
Sejak tahun 2008 sampai 2014 Penulis mengabdi sebagai dosen di Fakultas
Pertanian Universitas Almuslim. Selanjutnya, pada tahun 2015 sampai sekarang
Penulis bertugas sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala.
Penulis melanjutkan Pendidikan Doktor pada Program Studi Biologi
Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dengan Beasiswa
Pendidikan Pascasarjaana Dalam Negeri (BPP-DN) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Adapun publikasi ilmiah yang sudah dihasilkan dari bagian disertasi
ini adalah sebagai berikut:

No Judul Jurnal Status


1 Adiponektin: Hormon protein potensial Wartazoa Terbit
sebagai kandidat biomarker kesuburan 29(4):183-192
pejantan (2019)

2 Adiponectin and testosterone levels and its Trop Anim Sci J Siap terbit
correlation with fertility in Anglo-Nubian (2020)
x Etawah Grade crossbred bucks

3 Breed and age effects on level J Indones Trop Dikirimkan


adiponectin, testosterone and reproductive Anim Agric
performance of Anglo-Nubian x Etawah (2020)
Grade crossbred bucks

Anda mungkin juga menyukai