HAFIZUDDIN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Hafizuddin
NIM B362140011
RINGKASAN
Kata kunci: adiponektin, fertilitas, jaringan adiposa, kambing jantan, kualitas semen
SUMMARY
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KAJIAN HUBUNGAN ADIPONEKTIN DAN FERTILITAS
PADA KAMBING JANTAN PERSILANGAN ANGLO NUBIAN
DENGAN PERANAKAN ETAWAH
HAFIZUDDIN
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Biologi Reproduksi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup : Prof Dr Drh Iman Supriatna
Penguji Luar Komisi pada Sidang Promosi: Prof Dr Drh Iman Supriatna
DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk-bentuk struktur adiponektin 12
2 Peran adiponektin pada steroidogenesis dan spermatogenesis 14
3 Jalur aktivitas molekuler adiponektin pada proses spermatogenesis dan
steroidogenesis 14
4 Fungsional adiponektin secara molekuler pada spermatozoa 15
5 Peran adiponektin terhadap metabolisme dan morfologi spermatozoa 16
6 Kurva standar hasil pengujian kit ELISA adiponektin pada kambing 28
7 Konsentrasi adiponektin plasma darah kambing anpera jantan pada
berbagai kelompok umur 36
8 Konsentrasi testosteron (a) dan skor libido (b) kambing anpera jantan
pada berbagai kelompok umur 37
DAFTAR LAMPIRAN
1 Persetujuan atas perlakuan etik 61
2 Kambing jantan anglo nubian, peranakan etawah, dan anpera 62
3 Pengukuran libido, koleksi dan evaluasi semen, dan koleksi darah 63
4 Kit ELISA komersial adiponektin dan testosteron 64
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
morfologi normal spermatozoa pada manusia (Thomas et al. 2013), dan motilitas
spermatozoa pada domba (Kadivar et al. 2016), sebagai indikator fertilitas pejantan.
Adiponektin, protein yang terbentuk dari 224 asam amino, sebagian besar
diproduksi oleh jaringan adiposa dan sebagian kecil oleh tulang dan otot (Elfassy
et al. 2018). Informasi yang sudah lama berkembang menyebutkan bahwa jaringan
adiposa hanya berfungsi sebagai penyimpanan energi. Namun, dalam beberapa
tahun terakhir jaringan adiposa telah terbukti sebagai organ endokrin besar, yang
bertanggung jawab untuk sekresi sejumlah besar adipokin atau disebut juga
adipositokin yang memiliki peran dalam homeostasis energi, metabolisme, dan
reproduksi (Pearson 2015). Messenger ribonucleic acid (mRNA) adiponektin
ditemukan di testis dan sel Leydig (Caminos et al. 2008), serta pada spermatosit
(Gregoraszczuk et al. 2016). Sementara itu, adiponektin dalam berikatan dengan
sel, memiliki dua reseptor (AdipoR1 dan AdipoR2) (Elfassy et al. 2018). Reseptor
adiponektin ditemukan di tubulus seminiferus (Kasimanickam et al. 2013;
Kawwass et al. 2015), sel Sertoli, sel Leydig, sel germinal (Kawwass et al. 2015)
dan pada spermatozoa (Kasimanickam et al. 2013; Kawwass et al. 2015). Lebih
lanjut, Ledoux et al. (2006) dan Campos et al. (2008) menyatakan bahwa
adiponektin bersifat multifungsi, karena disamping berikatan dengan reseptornya
juga dapat berinteraksi dengan hormon lain untuk menginduksi gen target. Pada
sistem reproduksi jantan, adiponektin bekerja secara lokal untuk meningkatkan
produksi spermatozoa hingga kemampuan kapasitasi (Kasimanickam et al. 2013;
Martin 2014). Beberapa kajian telah menunjukkan ada upaya pengembangan
penilaian fertilitas menggunakan hormon adiponektin sebagai salah satu
parameter baru. Akan tetapi, sampai saat ini pada hewan ternak baru dilaporkan
konsentrasi adiponektin hanya pada sapi dan kuda.
Berdasarkan kajian terbaru menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin
dipengaruhi oleh umur. Penelitian yang pernah dilaporkan menunjukkan
konsentrasi adiponektin lebih tinggi ditemukan pada sapi jantan yang tua (>73
bulan) dibandingkan pada sapi jantan yang muda (<24-72 bulan) (Heinz et al.
2015). Namun, ada laporan pada tikus yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan
konsentrasi pada tikus yang mengalami penuaan (Choubey et al. 2019). Disamping
itu, pengaruh breed terhadap konsentrasi adiponektin belum pernah dilaporkan
pada ternak hasil persilangan.
Persilangan (crossbreeding) merupakan proses pengembangbiakan untuk
peningkatan produksi ternak lokal melalui persilangan dengan ternak eksotis.
Persilangan bertujuan untuk menggabungkan sifat unggul dari kedua tetuanya.
Persilangan pada kambing umumnya bertujuan untuk peningkatan produksi daging,
susu dan kinerja reproduksi. Di daerah tropis, persilangan juga bertujuan untuk
menghasilkan ternak produktivitas tinggi yang adaptif dengan iklim tropis (Mirkena
et al. 2010).
Kambing anglo nubian dikenal sebagai kambing dwiguna yang memiliki
kemampuan produksi daging dan susu. Kambing tersebut berasal dari Inggris
dengan penyebarannya di daerah sub tropis maupun tropis. Kambing anglo nubian
mampu memproduksi susu dengan kadar lemak tertinggi (García-Peniche et al.
2012), dan kandungan kasein yang tinggi, sehingga produk turunannya dapat
menghasilkan keju terbaik di dunia (Damián et al. 2008). Keunggulan kambing
anglo nubian lainnya adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi di daerah tropis,
dan telah terbukti melalui adanya introduksi genetik kambing anglo nubian pada
3
Perumusan Masalah
beberapa spesies. Akan tetapi, sampai saat ini pada hewan ternak yang baru
dilaporkan konsentrasi adiponektin hanya pada sapi dan kuda. Konsentrasi
adiponektin yang terbaru dilaporkan lebih dipengaruhi oleh faktor umur,
konsentrasinya lebih tinggi ditemukan pada sapi jantan yang tua dibandingkan pada
sapi muda. Namun, laporan pada tikus menunjukkan bahwa terjadi penurunan
konsentrasi pada tikus yang mengalami penuaan. Disamping itu, konsentrasi
adiponektin belum pernah dilaporkan perbedaan antar breed ternak.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Daftar Pustaka
Abdelrahman SS, Abdalla MSE, Darderi TM, Ali EAE. 2018. Association of body
weight, scrotal circumference, heart girth and penile development with
spermatogenesis in the Nubian bucks. J Vet Med Anim Health. 10(9):217-223.
doi:10.5897/JVMAH2018.0688.
Boe-Hansen GB, Rego JPA, Crisp JM, Moura AA, Nouwens AS, Li Y, Venus B,
Burns BM, McGowan MR. 2015. Seminal plasma proteins and their relationship
with percentage of morphologically normal sperm in 2-year-old Brahman (Bos
indicus) bulls. Anim Reprod Sci. 162:20-30.doi:10.1016/j.anireprosci.2015.
09.003.
Brito LF, Barth AD, Rawlings NC, Wilde RE, Crews DH, Mir PS, Kastelic JP.
2007. Effect of improved nutrition during calfhood on serum metabolic
hormones, gonadotropins, and testosterone concentrations, and on testicular
development in bulls. Domest Anim Endocrin. 33(4):460-469.doi:10.1016/
j.domaniend.2006.09.004.
Byrne CJ, Fair S, English AM, Urh C, Sauerwein H, Crowe MA, Lonergan P,
Kenny DA. 2017. Effect of breed, plane of nutrition and age on growth, scrotal
development, metabolite concentrations and on systemic gonadotropin and
testosterone concentrations following a GnRH challenge in young dairy bulls.
Theriogenology. 96:58-68.doi:10.1016/j.theriogenology.2017.04.002.
Caballero I, Parrilla I, Almiñana C, del Olmo D, Roca J, Martínez E, Vázquez J.
2012. Seminal plasma proteins as modulators of the sperm function and their
application in sperm biotechnologies. Reprod Domest Anim. 47(s3):12-21.
doi:10.1111/j.1439-0531.2012.02028.x.
Caminos JE, Nogueiras R, Gaytán F, Pineda R, González CR, Barreiro ML,
Castaño JP, Malagón MM, Pinilla L, Toppari J et al. 2008. Novel expression and
direct effects of adiponectin in the rat testis. Endocrinology. 149(7):3390-3402.
doi:10.1210/en.2007-1582.
Campos DB, Palin MF, Bordignon V, Murphy BD. 2008. The ‘beneficial’
adipokines in reproduction and fertility. Int J Obes. 32:223–231.doi:10.1038/sj.
ijo.0803719.
Choubey M, Ranjan A, Bora PS, Baltazar F, Martin LJ, Krishna A. 2019. Role of
adiponectin as a modulator of testicular function during aging in mice. Biochim
Biophys Acta. 1865(2):413-427.doi:10.1016/j.bbadis.2018.11.019.
Damián JP, Sacchi I, Reginensi S, De Lima D, Bermúdez J. 2008. Cheese yield,
casein fractions and major components of milk of Saanen and Anglo-Nubian
6
Kawwass JF, Summer R, Kallen CB. 2015. Direct effects of leptin and adiponectin
on peripheral reproductive tissues: a critical review. Mol Hum Reprod.
21(8):617-632.doi:10.1093/molehr/gav025.
Kaya A, Memili E. 2016. Sperm macromolecules associated with bull fertility.
Anim Reprod Sci. 169:88-94.doi:10.1016/j.anireprosci.2016.02.015.
Ledoux S, Campos DB, Lopes FL, Dobias-Goff M, Palin MF, Murphy BD. 2006.
Adiponectin induces periovulatory changes in ovarian follicular cells.
Endocrinology. 147(11):5178-5186.doi:10.1210/en.2006-0679.
Martin LJ. 2014. Implications of adiponectin in linking metabolism to testicular
function. Endocrine. 46(1):16-28.doi:10.1007/s12020-013-0102-0.
Mirkena T, Duguma G, Haile A, Tibbo M, Okeyo AM, Wurzinger M, Sölkner J.
2010. Genetics of adaptation in domestic farm animals: a review. Livest Sci.
132(1):1-12.doi:10.1016/j.livsci.2010.05.003.
Momani MS, Sanogo S, Coulibaly D, Al-Olofi S, Alkhewani T. 2012. Growth
performance and milk yield in Sahelian × Anglo-Nubian goats following
crossbreeding in the semi-arid zone of Mali. Agric Trop Subtrop. 45(3):117-125.
doi:10.2478/v10295-012-0020-9.
Pearson LK. 2015. Adiponectin in Equine Reproduction [dissertation]. Washington
(US): Washington State University.
Praharani L. 2014a. Evaluation on growth rate of Anglo Nubian, Etawah Grade,
and Anglo Nubian x Etawah Grade kids. Di dalam: Wiryawan K, Liang J,
Devendra C, Takahashi J, Orskov E, Astuti D, Manalu W, Jayanegara A,
Tjakradidjaja A, Suharti S et al., editor. The Role of Dairy Goat Industry in Food
Security, Sustainable Agriculture Production, and Economic Communities,
Proceedings of 2nd Asian Australian Dairy Goat Conference; 2014 April 25-27;
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Faculty of Animal Science Bogor Agricultural
University. hlm 102-104.
Praharani L. 2014b. Milk yield of Anglo Nubian, Saanen × Etawah Grade and
Etawah Grade raised in the same environment. Di dalam: Subandriyo,
Kusmartono, Santosa K, Kurnianto E, Purnomoadi A, Sodiq A, Wiryawan K,
Darodjah S, Inounu I, Darmono et al., editor. Sustainable Livestock Production
in the Prespective of Food Security, Policy, Genetic Resources, and Climate
Change, Proceedings of the 16th Asian Australian Animal Production; 2014
November 10-14; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Collaboration with
Ministry of Agriculture and Faculty of Animal Sciences Universitas Gadjah
Mada. hlm 1527-1530.
Rodrigues M, Souza C, Martins J, Rego J, Oliveira J, Domont G, Nogueira F,
Moura A. 2013. Seminal plasma proteins and their relationship with sperm
motility in Santa Ines rams. Small Rumin Res. 109(2):94-100.doi:10.1016/
j.smallrumres.2012.07.032.
Rodríguez-Martínez H, Kvist U, Ernerudh J, Sanz L, Calvete JJ. 2011. Seminal
plasma proteins: what role do they play? Am J Reprod Immunol. 66(s1):11-22.
doi:10.1111/j.1600-0897.2011.01033.x.
Sanogo S, Shaker MM, Nantoumé H, Salem A-FZM. 2013. Milk yield and
composition of crossbred Sahelian × Anglo-Nubian goats in the semi-intensive
system in Mali during the preweaning period. Trop Anim Health Prod.
45(1):305-310.doi:10.1007/s11250-012-0219-9.
8
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
Salah satu protein terbaru yang terindikasi memiliki peran seperti tersebut di
atas adalah adiponektin. Adiponektin dilaporkan memiliki korelasi positif dengan
fertilitas pejantan yang berkaitan dengan steroidogenesis maupun spermatogenesis
(Kasimanickam et al. 2013). Penelitian lain, menunjukkan adanya korelasi positif
antara adiponektin dengan parameter kualitas semen, meliputi konsentrasi
spermatozoa, morfologi normal spermatozoa (Thomas et al. 2013), dan motilitas
spermatozoa (Kadivar et al. 2016), sebagai indikator fertilitas pejantan. Studi
literatur ini menguraikan tentang peran adiponektin sebagai hormon protein yang
potensial sebagai kandidat biomarker fertilitas pejantan, melalui pembahasan
mekanisme kerja pada proses fisiologis maupun tingkat molekuler.
Struktur Adiponektin
Adiponektin, protein yang diproduksi sebagian besar oleh jaringan adiposa
putih yang memiliki banyak peran di seluruh tubuh, termasuk oksidasi asam lemak,
kepekaan terhadap insulin, penyerapan glukosa, dan modulasi fungsi reproduksi
(Pearson 2015). Jaringan adiposa disamping sebagai penyimpan energi juga dapat
memproduksi beberapa hormon protein yang dikenal sebagai adipokin, yang
berperan sebagai endokrin, parakrin dan autokrin (Ranjan 2017; Elfassy et al.
2018). Salah satu adipokin yang menjadi perhatian besar saat ini adalah
adiponektin. Selain adiponektin, beberapa adipokin lainnya yaitu leptin, resistin,
chemerin, visfatin, vaspin, dan progranulin (Elfassy et al. 2018). Dibandingkan
dengan adipokin lainnya, adiponektin merupakan adipokin yang paling melimpah
dalam sirkulasi darah dan memiliki multifungsi (Arita et al. 1999; Pardo et al.
2012). Adiponektin berperan penting sebagai pengatur sensitivitas insulin, oksidasi
lemak, memodulasi respons inflamasi, dan metabolisme energi, karenanya
adiponektin dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi, anti-aterosklerosis, anti-
diabetes, anti-aterogenik, anti-hipertensi dan kardioprotektif (Adamczak et al.
2003; Iwaki et al. 2003; Yamauchi et al. 2003; Zietz et al. 2003; Tilg dan Wolf
2005).
Adiponektin dalam tubuh disintensis dalam bentuk monomer dengan ukuran
28 kDa, tetapi disekresikan setelah mengalami multimerisasi, sehingga adiponektin
dikategorikan menjadi tiga tipe berdasarkan berat molekul. Tiga tipe tersebut yaitu,
(a) low molecule weight (LMW), yang terdiri dari monomer, dimer, dan trimer, (b)
medium molecule weight (MMW) dalam bentuk heksamer, dan (c) high molecule
weight (HMW) dalam bentuk multimer (Kadowaki et al. 2006; Mielenz et al. 2013).
Waki et al. (2003) mendapatkan 3 macam bentuk dengan berat molekul yang
berbeda yaitu LMW dengan berat 67 kDa dalam bentuk trimer, MMW dengan berat
136 kDa dalam bentuk hexamer, dan HMW dengan berat >300 kDa dalam bentuk
multimer yang terdiri dari 12-18 monomer. Struktur adiponektin tersebut disajikan
pada Gambar 1.
12
Reseptor Adiponektin
Reseptor adiponektin terdiri dari reseptor adiponektin 1 dan 2 yang dikenal
dengan AdipoR1 dan AdipoR2 (Kadowaki dan Yamauchi 2005). Namun, ada yang
menyebutkan juga bahwa T-cadherin juga termasuk reseptor adiponektin (Hug et
al. 2004). Reseptor-reseptor tersebut memiliki aktivitas biologis antara lain dengan
mengikat adaptor proteins containing the pleckstrin homology domain,
phosphotyrosine binding domain and leucine zipper motif (APPL), dan
memperkuat signal intraseluler (Kadowaki et al. 2006; Mao et al. 2006).
Reseptor adiponektin AdipoR1 lebih banyak bekerja melalui jalur adenosine
monophosphate-activated protein kinase (AMPK), sehingga menghambat oksidasi
asam lemak. Sedangkan AdipoR2 lebih banyak bertindak melalui peroxisome
proliferator-activated receptor (PPAR), yang akan menstimulasi oksidasi asam
lemak. Disamping itu, kedua reseptor tersebut dalam aktvitasnya berikatan dan
tergantung dari berat molekul adiponektin. AdipoR1 lebih sering berikatan dengan
adiponektin dalam bentuk molekul kecil dan sedang (LMW dan MMW).
Sedangkan AdipoR2 lebih menyukai berikatan dengan adiponektin dengan berat
molekul tinggi (HMW) (Yamauchi et al. 2007).
Simpulan
Daftar Pustaka
Abdelrahman SS, Abdalla MSE, Darderi TM, Ali EAE. 2018. Association of body
weight, scrotal circumference, heart girth and penile development with
spermatogenesis in the Nubian bucks. J Vet Med Anim Health. 10(9):217-223.
doi:10.5897/JVMAH2018.0688.
Achari A, Jain S. 2017. Adiponectin, a therapeutic target for obesity, diabetes, and
endothelial dysfunction. Int J Mol Sci. 18:1-17.doi:10.3390/ijms18061321.
Adamczak M, Wiecek A, Funahashi T, Chudek J, Kokot F, Matsuzawa Y. 2003.
Decreased plasma adiponectin concentration in patients with essential
hypertension. Am J Hypertens. 16(1):72-75.doi:10.1016/s0895-7061(02)
03197-7.
Agga GE, Udala U, Regassa F, Wudie A. 2011. Body measurements of bucks of
three goat breeds in Ethiopia and their correlation to breed, age and testicular
measurements. Small Rumin Res. 95(2):133-138.doi:10.1016/j.smallrumres.
2010.09.011.
19
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Konsentrasi terukur
Persentase recovery = x 100
Konsentrasi sebenarnya
Standar deviasi
Persentase CV = x 100
Rata-rata
Analisis Data
Hasil validasi analitik kit ELISA adiponektin komersial dilaporkan secara
deskriptif.
28
Hasil
Tabel 2 Nilai absorbansi dan recovery standar kit ELISA adiponektin kambing
Konsentrasi hormon Konsentrasi
Nilai Recovery
Standar sesungguhnya terukur
absorbansi (%)
(μg/ml) (μg/ml)
1 2 0.178 2.08 103.9
2 4 0.356 4.32 107.9
3 8 0.730 8.12 101.4
4 16 1.308 15.92 99.5
5 32 2.152 33.71 105.3
6 64 2.454 59.32 92.7
Rata-rata recovery (%) 101.8
Kurva konsentrasi hormon standar dari kit ELISA adiponektin yang terukur
bersifat linear, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
2
Absorbansi
0
2 4 8 16 32 64
Konsentrasi Standar (μg/ml)
Gambar 6 Kurva standar hasil pengujian kit ELISA adiponektin pada kambing
Uji presisi diperoleh nilai CV intra assay sebesar 5.87%. Sementara itu hasil
dari CV inter assay baik pada kontrol standar, dan kontrol sampel (1 dan 2) dari
tiga microplate masing-masing adalah 4.87%, 11.77 % dan 9.08% (Tabel 3).
29
Pembahasan
Simpulan
Daftar Pustaka
Abstract
The aim of the current study was to determine the concentrations of
adiponectin and testosterone in various ages of Anpera bucks, and the correlation
of adiponectin and testosterone with semen quality as a male fertility indicator.
Nineteen anpera bucks belonged to the Indonesian Research Institute for Animal
Production were classified into four different age groups: 24 months, 30 months,
36 months, and more than 48 months. The concentrations of adiponectin and
testosterone in blood plasma samples were analyzed using enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA). The semen characteristics were evaluated both
macroscopically and microscopically. The results of this study showed that
concentrations of adiponectin in Anpera bucks in the 24, 30, 36, and more than 48
months age groups were 14.10±1.73 μg/ml, 18.36±8.25 μg/ml, 20.38±8.67 μg/ml,
and 15.41±7.31 μg/ml, respectively. Adiponectin was correlated with semen
volume, morphology, and sperm concentration. The concentration of testosterone
for the 24, 30, 36, and more than 48 months age groups were 9.76±2.46 ng/ml,
9.81±1.56 ng/ml, 10.05±0.94 ng/ml, and 9.93±2.71 ng/ml, respectively.
Testosterone concentration was correlated with semen volume, motility, and sperm
concentration. In conclusion, adiponectin and testosterone hormones correlated
with semen quality parameter that is related to male fertility.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk penentuan konsentrasi adiponektin dan
testosteron pada berbagai umur kambing anpera jantan, dan korelasi adiponektin
dan testosteron dengan kualitas semen sebagai indikator fertilitas pejantan.
Sembilan belas ekor kambing anpera jantan milik Balai Penelitian Ternak
diklasifikasikan menjadi empat kelompok umur yang berbeda: 24 bulan, 30 bulan,
36 bulan, dan lebih dari 48 bulan. Konsentrasi adiponektin dan testosteron dalam
plasma darah dianalisis menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA). Karakteristik semen dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi adiponektin dalam kambing
anpera jantan pada kelompok umur 24, 30, 36, dan lebih dari 48 bulan masing-
masing adalah 14.10±1.73 μg/ml, 18.36±8.25 μg/ml, 20.38±8.67 μg/ml, dan
15.41±7.31 μg/ml. Konsentrasi adiponektin berkorelasi dengan volume semen,
morfologi, dan konsentrasi sperma. Konsentrasi testosteron pada kelompok umur
24, 30, 36, dan lebih dari 48 bulan masing-masing adalah 9.76±2.46 ng/ml,
9.81±1.56 ng/ml, 10.05±0.94 ng/ml, dan 9.93±2.71 ng/ml. Konsentrasi testosteron
memiliki korelasi dengan volume semen, motilitas, dan konsentrasi sperma.
Kesimpulannya, hormon adiponektin dan testosteron berkorelasi dengan parameter
kualitas semen yang berhubungan dengan fertilitas pejantan.
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hewan Coba
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah semen dan darah yang
dikoleksi dari sembilan belas ekor kambing anpera jantan, kisaran berat badan 32-
58 kg dan umur 24-66 bulan. Kambing anpera merupakan kambing milik Balai
Penelitian Ternak, yang dipelihara secara individu. Hewan diberikan pakan hijauan
3-4 kg/hari dan konsentrat 0.5-0.7 kg/hari, serta air minum secara ad libitum.
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
atas perlakuan etik dari Komisi Pengawasan Kesejahteraan dan Penggunaan Hewan
Penelitian IPB, Nomor : 81 – 2017 IPB.
Prosedur Penelitian
Kambing dibagi menjadi empat kelompok umur yaitu kelompok umur 24
bulan (n=6), 30 bulan (n=6), 36 bulan (n=4) dan lebih dari 48 bulan (n=3).
Pengamatan libido, koleksi dan evaluasi semen dan pengambilan sampel darah
masing-masing hewan dilakukan pada pagi hari sebanyak lima kali pengambilan
dengan selang waktu 10 hari, mengikuti siklus epitel seminiferus pada kambing
yaitu 10.6±0.5 hari (França et al. 1999). Seluruh hewan dilakukan penyeragaman
perlakuan dengan koleksi semen satu hari sebelum sampel pertama dikoleksi.
Penilaian Libido
Libido kambing anpera dinilai berdasarkan skor mulai dari 0 s.d 10 selama
10 menit. Skor 0, tidak tertarik; 1, tertarik hanya satu kali saja; 2, tertarik lebih dari
satu kali; 3, tertarik sepanjang tes; 4, satu kali menaiki atau mencoba, tidak ada
ejakulasi; 5, dua kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 6, lebih dari dua
kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 7, satu kali ejakulasi, tidak ada
ketertarikan lebih lanjut; 8, satu kali ejakulasi diikuti oleh ketertarikan; 9, dua kali
ejakulasi, tidak ada ketetarikan lebih lanjut; 10, dua kali ejakulasi diikuti oleh
ketetarikan (termasuk menaiki dan/atau ejakulasi) (Mickelsen et al. 1982).
Analisis Data
Pola konsentrasi adiponektin, testosteron dan karakteristik reproduksi pada
empat kelompok umur disajikan secara deskriptif. Penentuan korelasi konsentrasi
adiponektin dan testosteron dengan karakteristik semen menggunakan uji korelasi
Pearson.
Hasil
30
Adiponektin (μg/ml)
25
20
15
10
5
0
24 (n=6)
30 (n=6) 36 (n=4) >48 (n=3)
Umur (bulan)
Gambar 7 Konsentrasi adiponektin plasma darah kambing anpera jantan pada
berbagai kelompok umur
14 a 14 b
Testosteron (ng/mL)
12 12
Libido (skor)
10 10
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
24 30 36 >48 24 30 36 >48
(n=6) (n=6) (n=4) (n=3) (n=6) (n=6) (n=4) (n=3)
Umur (bulan) Umur (bulan)
Gambar 8 Konsentrasi testosteron (a) dan skor libido (b) kambing anpera jantan
pada berbagai kelompok umur
Pembahasan
Simpulan
Daftar Pustaka
Brito LF, Barth AD, Rawlings NC, Wilde RE, Crews DH, Mir PS, Kastelic JP.
2007. Effect of improved nutrition during calfhood on serum metabolic
hormones, gonadotropins, and testosterone concentrations, and on testicular
development in bulls. Domest Anim Endocrin. 33(4):460-469.doi:10.1016/
j.domaniend.2006.09.004.
Byrne CJ, Fair S, English AM, Urh C, Sauerwein H, Crowe MA, Lonergan P,
Kenny DA. 2017. Effect of breed, plane of nutrition and age on growth, scrotal
development, metabolite concentrations and on systemic gonadotropin and
testosterone concentrations following a GnRH challenge in young dairy bulls.
Theriogenology. 96:58-68.doi:10.1016/j.theriogenology.2017.04.002.
Caminos JE, Nogueiras R, Gaytán F, Pineda R, González CR, Barreiro ML,
Castaño JP, Malagón MM, Pinilla L, Toppari J et al. 2008. Novel expression and
direct effects of adiponectin in the rat testis. Endocrinology. 149(7):3390-3402.
doi:10.1210/en.2007-1582.
Campos DB, Palin MF, Bordignon V, Murphy BD. 2008. The ‘beneficial’
adipokines in reproduction and fertility. Int J Obes. 32:223–231.doi:10.1038/sj.
ijo.0803719.
Cawthorn WP, Scheller EL, MacDougald OA. 2012. Adipose tissue stem cells meet
preadipocyte commitment: going back to the future. J Lipid Res. 53(2):227-246.
doi:10.1194/jlr.R021089.
Choubey M, Ranjan A, Bora PS, Baltazar F, Martin LJ, Krishna A. 2019. Role of
adiponectin as a modulator of testicular function during aging in mice. Biochim
Biophys Acta. 1865(2):413-427.doi:10.1016/j.bbadis.2018.11.019.
Cnop M, Havel PJ, Utzschneider KM, Carr DB, Sinha MK, Boyko EJ, Retzlaff BM,
Knopp RH, Brunzell JD, Kahn SE. 2003. Relationship of adiponectin to body
fat distribution, insulin sensitivity and plasma lipoproteins: evidence for
independent roles of age and sex. Diabetologia. 46(4):459-469.doi:10.1007/
s00125-003-1074-z.
Dianingtyas BD, Retnani Y, Evvyernie D. 2017. Legume wafer supplementation to
increase the performance of post-weaning Etawah grade goats. Med Pet.
40(1):42-46.doi:10.5398/medpet.2017.40.1.42.
Dickson KA, Sanford LM. 2005. Breed diversity in FSH, LH and testosterone
regulation of testicular function and in libido of young adult rams on the
southeastern Canadian prairies. Small Rumin Res. 56(1):189-203.doi:10.1016/
j.smallrumres.2004.06.002.
Elfassy Y, Bastard J-P, McAvoy C, Fellahi S, Dupont J, Levy R. 2018. Adipokines
in semen: physiopathology and effects on spermatozoas. Int J Endocrinol.
2018:1-11.doi:10.1155/2018/3906490.
Fahey A, Duffy P, Fair S. 2012. Effect of exposing rams to a female stimulus before
semen collection on ram libido and semen quality. J Anim Sci. 90(10):3451-
3456.doi:10.2527/jas.2011-4859.
Ferasyi TR, Akmal M, Hamdani B, Razali, Azhari, Wahyuni S, Amiruddin, Anwar,
Pamungkas FA, Nasution S et al. 2015. Potency of combination of palm kernel
meal and katuk leaf powder to improve the production performance of Peranakan
Etawah (PE) goat: toward a strategy for quality control of meat using “CGE”
concept. Procedia Food Sci. 3:389-395.doi:10.1016/j.profoo.2015.01.043.
42
Kawwass JF, Summer R, Kallen CB. 2015. Direct effects of leptin and adiponectin
on peripheral reproductive tissues: a critical review. Mol Hum Reprod.
21(8):617-632.doi:10.1093/molehr/gav025.
Ledoux S, Campos DB, Lopes FL, Dobias-Goff M, Palin MF, Murphy BD. 2006.
Adiponectin induces periovulatory changes in ovarian follicular cells.
Endocrinology. 147(11):5178-5186.doi:10.1210/en.2006-0679.
Lumeng CN, Liu J, Geletka L, Delaney C, Delproposto J, Desai A, Oatmen K,
Martinez-Santibanez G, Julius A, Garg S et al. 2011. Aging is associated with
an increase in T cells and inflammatory macrophages in visceral adipose tissue.
J Immunol. 187(12):6208-6216.doi:10.4049/jimmunol.1102188.
Malik MI, Jamil H, Qureshi ZI, Mehfooz A, Rizvi SNB, Ullah S, Dilshad SR,
Zaman A, Ullah N, Safdar SK. 2018. Investigation on relationship of hormonal
profile and biochemical constituents of seminal plasma with physical
characteristics of Damani buck semen. Pure Appl Biol. 7(2):684-691.
doi:10.19045/bspab.2018.70085.
Martin LJ. 2014. Implications of adiponectin in linking metabolism to testicular
function. Endocrine. 46(1):16-28.doi:10.1007/s12020-013-0102-0.
Mickelsen WD, Paisley LG, Dahmen JJ. 1982. The relationship of libido and
serving capacity test scores in rams on conception rates and lambing percentage
in the ewe. Theriogenology. 18(1):79-86.doi:10.1016/0093-691X(82)90051-6.
Montoto LG, Magaña C, Tourmente M, Martín-Coello J, Crespo C, Luque-Larena
JJ, Gomendio M, Roldan ERS. 2011. Sperm competition, sperm numbers and
sperm quality in Muroid rodents. PLoS One. 6(3):e18173.doi:10.1371/journal.
pone.0018173.
Pezzanite L, Bridges A, Nearly M, Hutchens T. 2017. Breeding Soundness
Examination of Rams and Bucks. West Lafayette (US): Purdue University
Cooperative Extension Service.
Pfaehler A, Nanjappa MK, Coleman ES, Mansour M, Wanders D, Plaisance EP,
Judd RL, Akingbemi BT. 2012. Regulation of adiponectin secretion by soy
isoflavones has implication for endocrine function of the testis. Toxicol Lett.
209(1):78-85.doi:10.1016/j.toxlet.2011.11.027.
Rajak SK, Kumaresan A, Gaurav MK, Layek SS, Mohanty TK, Aslam MKM,
Tripathi UK, Prasad S, De S. 2014. Testicular cell indices and peripheral blood
testosterone concentrations in relation to age and semen quality in crossbred
(Holstein Friesian × Tharparkar) bulls. Asian-Australas J Anim Sci.
27(11):1554-1561.doi:10.5713/ajas.2014.14139.
Rak A, Mellouk N, Froment P, Dupont J. 2017. Adiponectin and resistin: potential
metabolic signals affecting hypothalamo-pituitary gonadal axis in females and
males of different species. Reproduction. 153(6):R215-R226.doi:10.1530/REP-
17-0002.
Ray PF, Toure A, Metzler-Guillemain C, Mitchell MJ, Arnoult C, Coutton C. 2017.
Genetic abnormalities leading to qualitative defects of sperm morphology or
function. Clin Genet. 91(2):217-232.doi:10.1111/cge.12905.
Rodrigues M, Souza C, Martins J, Rego J, Oliveira J, Domont G, Nogueira F,
Moura A. 2013. Seminal plasma proteins and their relationship with sperm
motility in Santa Ines rams. Small Rumin Res. 109(2):94-100.doi:10.1016/
j.smallrumres.2012.07.032.
44
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
Seleksi pejantan yang ketat pada program pemuliaan ternak memiliki peran
penting dalam perbaikan genetik ternak dibandingkan betina. Hal tersebut karena
pejantan berkontribusi lebih besar terhadap nilai ekonomi pada produksi ternak
(Chudleigh et al. 2019). Disamping itu, faktor penting peran pejantan disebabkan
pejantan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menghasilkan keturunan
dan peningkatan performan generasi berikutnya (Syamyono et al. 2014).
46
Di Indonesia, dari beberapa kambing lokal maupun eksotik yang sudah cukup
dikenal sebagai kambing perah adalah kambing peranakan etawah. Produksi susu
kambing peranakan etawah masih sangat bervariasi yaitu antara 0.6-4.2
liter/ekor/hari (Sutama 2014; Suranindyah et al. 2018), sehingga perlu dilakukan
peningkatan performan reproduksi dan produksinya. Salah satu langkah yang perlu
dilakukan adalah perbaikan genetik melalui persilangan dengan kambing eksotik
seperti anglo nubian. Di beberapa negara, terutama yang beriklim tropis telah
terbukti dengan adanya introduksi genetik kambing anglo nubian pada kambing
lokalnya dapat meningkatkan produksi susu yang tinggi, baik secara kuantitas
maupun kualitas serta memiliki daya adaptif tinggi dengan iklim tropis (García-
Peniche et al. 2012; Momani et al. 2012; Sanogo et al. 2013). Di Indonesia sendiri,
kambing anglo nubian mampu memproduksi susu mencapai puncak produksi 2.60
liter/ekor/hari dan kambing hasil persilangannya (anpera) memiliki produksi susu
mencapai 1.95 liter/ekor/hari (Praharani 2014). Oleh karena itu, untuk
keberlanjutan program pemuliabiakan breed kambing baru di Indonesia, perlu
dievaluasi pengaruh perbedaan breed terhadap beberapa variabel karakteristik
reproduksi pejantan.
Variabel karakteristik reproduksi pejantan yang pernah dilaporkan
menunjukkan pengaruh genetik diantaranya adalah libido (Petherick 2005), dan
kualitas semen (García-Tomás et al. 2006; Mohammed et al. 2013; Praharani dan
Sianturi 2014). Sedangkan, variabel karakteristik reproduksi pejantan yang baru-
baru ini dilaporkan berkorelasi positif dengan fertilitas pejantan yaitu hormon
adiponektin (Kasimanickam et al. 2013), dan adiponektin telah diusulkan sebagai
kandidat biomarker fertilitas pejantan oleh Hafizuddin et al. (2019). Selanjutnya,
Hafizuddin et al. (2020) melaporkan pada kambing anpera jantan bahwa
konsentrasi adiponektin berkorelasi positif dengan parameter karakteristik semen.
Namun, pengaruh perbedaan konsentrasi adiponektin dan karakteristik reproduksi
antar breed kambing maupun hewan lain, belum pernah ada yang melaporkan.
Adiponektin merupakan hormon protein yang dihasilkan oleh jaringan
adiposa. Laporan terakhir pada mamalia jantan menunjukkan adiponektin
berkorelasi dengan fertilitas, baik dengan variabel testosteron maupun kualitas
semen (Pfeffer et al. 2007; Kasimanickam et al. 2013; Thomas et al. 2013; Kadivar
et al. 2016). Sedangkan, testosteron merupakan hormon steroid yang aktif terlibat
dalam proses spermatogenesis, dan menunjukkan bahwa testosteron dapat
digunakan untuk penilaian fertilitas pejantan, walaupun masih memerlukan
penggabungan dengan parameter fisik dan kualitas semen (Singh et al. 2014).
Disamping itu, libido juga menjadi salah satu parameter penilaian fertilitas pejantan
(Fahey et al. 2012), dan kejadian libido dipengaruhi oleh kosentrasi testosteron
(Swelum et al. 2017). Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasi pengaruh
perbedaan breed terhadap hormon adiponektin dan parameter karakteristik
reproduksi lainnya, sehingga dengan adanya penelitian ini mampu memberikan
informasi dan menjawab peran genetik dalam fungsional hormon dan karakteristik
reproduksi.
47
Metode Penelitian
Sampel Hewan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu masing-masing empat ekor
kambing anglo nubian, peranakan etawah dan anpera dengan kisaran umur 24-42
bulan. Kambing yang digunakan merupakan milik Balai Penelitian Ternak, yang
dipelihara secara individu. Hewan diberikan pakan hijauan 3-4 kg/hari dan
konsentrat 0.5-0.7 kg/hari, serta air minum secara ad libitum. Pengamatan libido,
koleksi dan evaluasi semen dan pengambilan sampel darah masing-masing hewan
dilakukan pada pagi hari sebanyak 5 kali pengambilan dengan selang waktu 10 hari,
mengikuti siklus epitel seminiferus pada kambing yaitu 10.6±0.5 hari (França et al.
1999). Seluruh hewan dilakukan penyeragaman perlakuan dengan koleksi semen
satu hari sebelum sampel pertama dikoleksi. Penggunaan hewan percobaan dalam
penelitian ini telah mendapatkan persetujuan atas perlakuan etik dari Komisi
Pengawasan Kesejahteraan dan Penggunaan Hewan Penelitian IPB, Nomor : 81 –
2017 IPB.
Penilaian Libido
Libido kambing anpera dinilai berdasarkan skor mulai dari 0 s.d 10 selama
10 menit. Skor 0, tidak tertarik; 1, tertarik hanya satu kali saja; 2, tertarik lebih dari
satu kali; 3, tertarik sepanjang tes; 4, satu kali menaiki atau mencoba, tidak ada
ejakulasi; 5, dua kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 6, lebih dari dua
kali menaiki atau mencoba, tidak ada ejakulasi; 7, satu kali ejakulasi, tidak ada
ketertarikan lebih lanjut; 8, satu kali ejakulasi diikuti oleh ketertarikan; 9, dua kali
ejakulasi, tidak ada ketetarikan lebih lanjut; 10, dua kali ejakulasi diikuti oleh
ketetarikan (termasuk menaiki dan/atau ejakulasi) (Mickelsen et al. 1982).
Analisis Data
Efek heterosis dihitung menggunakan formula seperti yang dilaporkan oleh
Zaman et al. (2002) dan Praharani et al. (2019). Heterosis (%) = (KA – ((KN +
TE)/2)) / ((KN + KE)/2) x 100; KA = Kinerja rata-rata anpera; KN = Kinerja rata-rata
anglo nubian; KE = Kinerja rata-rata peranakan etawah.
Untuk mengatasi data tidak normal, dilakukan transformasi data baik untuk
perhitungan efek heterosis maupun untuk analysis of variance (ANOVA).
Perbandingan data antar breed yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan's pada taraf
kepercayaan P<0.05.
49
Hasil
Pembahasan
Simpulan
Daftar Pustaka
6 PEMBAHASAN UMUM
Simpulan
Saran
1. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam menggunakan sampel lebih banyak dan
seragam, untuk mendapatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
konsentrasi adiponektin yang lebih akurat.
2. Diperlukan kajian faktor-faktor lain yang memengaruhi adiponektin, seperti
body condition score (BCS) pada kambing maupun ternak lain.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut konsentrasi adiponektin pada masa
pertumbuhan kambing jantan.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut analisis konsentrasi adiponektin
menggunakan kit ELISA komersial yang spesifik untuk sampel plasma semen.
59
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 3 Pengukuran libido, koleksi dan evaluasi semen, dan koleksi darah
]
64
RIWAYAT HIDUP
2 Adiponectin and testosterone levels and its Trop Anim Sci J Siap terbit
correlation with fertility in Anglo-Nubian (2020)
x Etawah Grade crossbred bucks