Anda di halaman 1dari 13

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara.

Kabupaten Gresik

BAB – 2
KETENTUAN UMUM

2.1. ISTILAH DAN DEFINISI


Pengertian RDTR WP Gresik Utara adalah sebagai berikut :
1. Daerah adalah Kabupaten Gresik.
2. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
Pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi jawa Timur.
4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gresik.
5. Bupati adalah Bupati Gresik.
6. Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan daerah yang bertugas
untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan
pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
8. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Gresik.
12. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kabupaten.
13. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

MATERI TEKNIS II-1


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

14. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,


pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
15. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
16. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
17. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional.
19. Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat WP adalah bagian dari
kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu
disusun RDTR-nya, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
20. Sub Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat SWP adalah bagian dari WP
yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri atas beberapa blok.
21. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan
ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan
rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota.
22. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
23. Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan merupakan merupakan pusat pelayanan
ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah Kota/Kawasan
Perkotaan dan/atau regional.
24. Sub Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan merupakan pusat pelayanan ekonomi,
sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah kota.
25. Pusat Lingkungan merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi
lingkungan permukiman kotaKawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau Budi Daya.
26. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.

MATERI TEKNIS II-2


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

27. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan
dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.
28. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah,
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
29. Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah,
atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
30. Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal
dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
31. Jalan Lingkungan Primer adalah Jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di
dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
32. Jalan Lingkungan Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil dalam
kawasan perkotaan
33. Terminal Khusus adalah Terminal yang terletak di luar daerah lingkungan kerja dan
daerah lingkungan kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan
terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
34. Pelabuhan Perikanan Pantai adalah Tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan kelas C.
35. Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi adalah Prasarana utama yang mendukung
seluruh kebutuhan minyak dan gas bumi, di permukaan tanah atau di bawah
permukaan tanah.
36. Jaringan yang Menyalurkan Gas Bumi dari Kilang Pengolahan-Konsumen adalah
Jaringan yang menyalurkan seluruh kebutuhan gas bumi di permukaan tanah atau di
bawah permukaan tanah dari kilang pengolahan-konsumen, termasuk jaringan
pipa/kabel bawah laut

MATERI TEKNIS II-3


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

37. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah Saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan nominal 35 kV
sampai dengan 230 kV
38. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah Saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara bertegangan di bawah 35 kV
sesuai standar di bidang ketenagalistrikan.
39. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) adalah Saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat (penghantar) di udara bertegangan di 220 volt sampai dnegan
1000 volt sesuai standar di bidang ketenagalistrikan.
40. Gardu Induk adalah Gardu yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari jaringan
subtransmisi menjadi tegangan menengah.
41. Gardu distribusi adalah Gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
primer menjadi tegangan sekunder.
42. Jaringan Bergerak Terestrial adalah Jaringan yang melayani pelanggan bergerak
tertentu meliputi antara lain jasa radio trunking dan jasa radio panggil untuk umum.
43. Jaringan Bergerak Seluler adalah jaringan yang melayani telekomunikasi bergerak
dengan teknologi seluler di permukaan bumi.
44. Jaringan Bergerak Satelit adalah jaringan yang melayani telekomunikasi bergerak
melalui satelit.
45. Jaringan Serat Optik adalah Jaringan telekomunikasi utama yang berbasis serat optik,
menghubungkan antaribu kota provinsi dan/atau antarjaringan lainnya yang
menghubungkan kota/kabupaten sehingga terbentuk konfigurasi ring, termasuk
pipa/kabel bawah laut telekomunikasi.
46. Telepon Fixed Line adalah telepon yang mengacu pada link transmisi nirkabel
menggunakan seluler untuk menghubungkan pelanggan di lokasi tetap untuk
pertukaran lokal, termasuk pipa/kabel bawah laut telekomunikasi.
47. Menara Base Transceiver Station (BTS) adalah Bangunan sebagai tempat yang
merupakan pusat automatisasi sambungan telepon.
48. Stasiun Bumi adalah Bangunan berfungsi sebagai stasiun telekomunikasi.
49. Jaringan Irigasi Primer adalah Bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan
utama, saluran induk/ primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
50. Jaringan Irigasi Sekunder adalah Bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap, dan bangunan pelengkapnya

MATERI TEKNIS II-4


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

51. Bangunan Sumber Daya Air adalah bangunan yang menunjang kegiatan pengelolaan
air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.
52. Pintu Air adalah Pintu/bangunan pelengkap yang berfungsi untuk mengatur debit, dan
dapat dipasang diantaranya pada: saluran masuk (inlet) siphon, saluran masuk (inlet)
dan saluran keluar (outlet) kolam detensi dan retensi, inlet stasiun pompa dan di
ujung saluran yang berhubungan dengan badan air
53. Unit Produksi adalah Infrastruktur yang dapat digunakan untuk proses pengolahan air
baku menjadi air minum melalui proses fisika, kimia, dan/ atau biologi, termasuk
pipa/kabel bawah laut air minum.
54. Bangunan Penampung Air adalah bangunan atau konstruksi yang dibangun dengan
segala perlengkapannya dan dipergunakan sebagai tempat untuk menampung air
minum.
55. Jaringan Transmisi Air Minum adalah pipa yang digunakan untuk pengambilan air
minum, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum.
56. Unit Distribusi adalah Sarana pengaliran air minum dari bangunan penampungan
sampai unit pelayanan, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum.
57. Jaringan Distribusi Pembagi adalah Pipa yang digunakan untuk pengaliran Air Minum
dari bangunan penampungan sampai unit pelayanan.
58. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah Serangkaian kegiatan pengelolaan air
limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan air
limbah domestik, termasuk pipa/kabel bawah laut air limbah.
59. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disingkat IPAL adalah perangkat
peralatan teknik beserta perlengkapannya yang emmproses/mengolah cairan sisa
proses produksi, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan.
60. IPAL Skala Kawasan Tertentu/ Permukiman adalah IPAL untuk cakupan pelayanan
skala permukiman atau skala Kawasan tertentu.
61. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah Tempat sebelum sampah diangkut ke
tempat pendaur ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu
62. Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS 3R) adalah Tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan
pendauran ulang skala kawasan.
63. Jaringan Drainase Primer adalah Jaringan untuk menampung dan mengalirkan air
lebih dari saluran drainase sekunder dan menyalurkan ke badan air penerima
64. Jaringan Drainase Sekunder adalah Jaringan untuk menampung air dari saluran
drainase tersier dan membuang air tersebut ke jaringan drainase primer.

MATERI TEKNIS II-5


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

65. Jaringan Drainase Tersier adalah Jaringan untuk menerima air dari saluran penangkap
dan menyalurkannya ke jaringan drainase sekunder.
66. Jalur Evakuasi Bencana adalah Jalur yang menghubungkan hunian dengan TES dan
jalur yang menghubungkan TES dengan TEA
67. Tempat Evakuasi Sementara adalah Tempat berkumpul sementara bagi pengungsi
yang dapat berfungsi sebagai tempat hunian sementara saat terjadi bencana alam
geologi yang juga berfungsi sebagai pos informasi bencana
68. Tempat Evakuasi Akhir adalah Tempat berkumpul akhir bagi pengungsi yang dapat
berfungsi sebagai tempat hunian sementara saat terjadi bencana alam geologi yang
juga berfungsi sebagai pos informasi bencana.
69. Tempat Evakuasi Sementara adalah Tempat berkumpul sementara bagi pengungsi
yang dapat berfungsi sebagai tempat hunian sementara saat terjadi bencana alam
geologi yang juga berfungsi sebagai pos informasi bencana.
70. Jaringan Pejalan Kaki adalah Bangunan pematang besar di tepi sungai dan/atau
lainnya yang bersifat mengikat atau menahan massa tanah yang bergerak.
71. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
72. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
73. Zona Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
74. Zona Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk diBudi
Dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan.
75. Zona Badan Air dengan kode BA adalah Air permukaan bumi yang berupa sungai,
danau, embung, waduk, dan sebagainya
76. Zona Perlindungan Setempat dengan kode PS adalah daerah yang diperuntukkan bagi
kegiatan pemanfaatan lahan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam tata
kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari, serta dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas penyediaan tata air,
kelancaran, ketertiban pengaturan, dan pemanfaatan air dari sumber-sumber air,
termasuk didalamnya kawasan kearifan lokal dan sempadan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung antara lain sempadan pantai, sungai, mata air, situ, danau, embung,
dan waduk, serta kawasan lainnya yang memiliki fungsi perlindungan setempat.

MATERI TEKNIS II-6


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

77. Zona Ruang Terbuka Hijau dengan kode RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dengan
mempertimbangkan aspek fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya, dan
estetika.
78. Zona Ekosistem Mangrove dengan kode EM adalah peruntukan ruang yang merupakan
kesatuan antara komunitas vegetasi mangrove berasosiasi dengan fauna dan mikro
organisme sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang pantai
terutama di daerah pasang surut.
79. Zona Badan Jalan dengan kode BJ adalah bagian jalan yang berada di antara kisi-kisi
jalan dan merupakan lajur utama yang meliputi jalur lalu lintas dan bahu jalan
80. Zona Hutan Produksi dengan kode KHP adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan.
81. Zona Pertanian dengan kode P adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan
tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan
untuk pribadi atau tujuan komersial.
82. Zona Perikanan dengan kode IK adalah peruntukan ruang yang di kembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan, mengusahan
perikanan tertentu, pembibitan, pengolahan dan pemeliharaan untuk pribadi atau
tujuan komersial.
83. Zona Kawasan Peruntukan Industri dengan kode KPI adalah bentangan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
84. Zona Pariwisata dengan kode W adalah peruntukan ruang yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata baik alam, buatan,
maupun budaya.
85. Zona Perumahan dengan kode R adalah peruntukan peruntukan ruang yang
difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian.
86. Zona Sarana Pelayanan Umum dengan kode SPU adalah peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan,
peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi dengan fasilitasnya yang
dikembangkan dalam bentuk tunggal/renggang, deret/rapat dengan skala pelayanan.

MATERI TEKNIS II-7


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

87. Zona Perdagangan dan Jasa dengan kode K adalah peruntukan ruang yang
difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi.
88. Zona Perkantoran dengan kode KT adalah peruntukan ruang yang difungsikan untuk
pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha,
tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya..
89. Sub-zona Taman Kota dengan kode RTH-2 adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial
dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota.
90. Sub-zona Taman Kecamatan dengan kode RTH-3 adalah taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kecamatan.
91. Sub-zona Taman Kelurahan dengan kode RTH-4 adalah taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kelurahan.
92. Sub-zona Pemakaman dengan kode RTH-7 adalah penyediaan ruang terbuka hijau
yang berfungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah. selain itu juga dapat
berfungsi sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi,
pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat
disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.
93. Sub-zona Jalur Hijau dengan kode RTH-8 adalah jalur penempatan tanaman serta
elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di
dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA), sering disebut jalur hijau karena dominasi
elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.
94. Sub-zona Hutan Produksi Tetap dengan kode HP adalah hutan dengan faktor-faktor
kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125 (seratus dua puluh
lima) di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan
taman buru..
95. Sub-zona Tanaman Pangan dengan kode P-1 adalah peruntukan ruang lahan basah
beririgasi, rawa pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan
kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan
96. Sub-zona Hortikultura dengan kode P-2 adalah peruntukan ruang lahan kering
potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara
monokultur maupun tumpang sari.
97. Sub-zona Peternakan dengan kode P-4 adalah Peruntukan ruang yang secara khusus
diperuntukkan untuk kegiatan peternakan atau terpadu dengan komponen usaha tani

MATERI TEKNIS II-8


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

(berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi


ekonomi dan berakses dan hulu sampai hilir.
98. Sub-zona Perikanan Budi Daya dengan kode IK-2 adalah peruntukan ruang yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk budi daya ikan atas dasar potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan kondisi lingkungan serta kondisi prasarana sarana
umum yang ada.
99. Sub-zona Perumahan Kepadatan Tinggi dengan kode R-2 adalah peruntukan ruang
yang difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar
antara jumlah bangunan rumah seluas lahan.
100. Sub-zona Perumahan Kepadatan Sedang dengan kode R-3 adalah peruntukan ruang
yang difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir
seimbang antara jumlah bangunan rumah seluas lahan
101. Sub-zona Perumahan Kepadatan Rendah dengan kode R-4 adalah peruntukan ruang
yang difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang kecil
antara jumlah bangunan rumah seluas lahan
102. Sub-zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota dengan kode SPU-1 adalah peruntukan
ruang yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala kota;
103. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan dengan kode SPU-2 peruntukan
ruang yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala kecamatan;
104. Sub-Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan dengan kode SPU-3 adalah
peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala kelurahan; dan
105. Sub-zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan dengan kode SPU-4 adalah
peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani peduduk skala RW.
106. Sub-zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota dengan kode K-1 adalah peruntukan
ruang yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan
dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan
skala pelayanan Kota; dan
107. Sub-zona Perdagangan dan Jasa Skala WP dengan kode K-2 adalah peruntukan ruang
yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau
jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala
pelayanan WP; dan
108. Sub-zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP dengan kode K-3 adalah peruntukan
ruang yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan
dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan
skala pelayanan Sub-WP.

MATERI TEKNIS II-9


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

109. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap Blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
110. Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona
terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah Hijau (KDH)
baik di atas maupun di bawah permukaan tanah.
111. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah bilangan pokok atas
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan seluas kapling/pekarangan.
112. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah bilangan pokok atas
perbandingan antara total luas lantai bangunan seluas kapling/pekarangan.
113. Ketentuan Tata Bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran,
peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga keselamatan dan
keamanan bangunan.
114. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah jarak bebas
minimum dari bidang-bidang terluar suatu massa bangunan terhadap batas tepi
Ruang Milik Jalan (Rumija), batas lahan yang dikuasai, batas tepi sungai/pantai, antar
massa bangunan dan rencana saluran jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa
gas dan sebagainya dan memiliki pengertian sama dengan Ruang Pengawasan Jalan
(Ruwasja) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan.
115. Ketinggian Bangunan adalah jarak antara garis potong mendatar/horizontal
permukaan atap dengan muka bangunan bagian luar dan permukaan lantai denah
bawah.
116. Teknik Pengaturan Zonasi yang selanjutnya disingkat dengan TPZ adalah ketentuan
lain dari Zonasi konvensional yang dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas
dalam penerapan aturan Zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai
permasalahan dalam penerapan peraturan Zonasi dasar, mempertimbangkan kondisi
kontekstual kawasan dan arah penataan ruang.
117. Bonus zoning adalah TPZ yang memberikan izin kepada pengembang untuk
meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang melebihi aturan dasar, dengan imbalan
(kompensasi) pengembang tersebut harus menyediakan sarana publik tertentu,
misalnya RTH, terowongan penyeberangan, dan sebagainya.
118. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Tata Ruang.

MATERI TEKNIS II-10


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

119. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang, korporasi,dan/atau


Pemangku Kepentingan non pemerintah lain dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.

2.2. KEDUDUKAN RDTR


Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW Kabupaten/Kota harus menyusun RDTR.
Penyusunan RDTR kabupaten/kota dapat mencakup kawasan dengan karakteristik
perkotaan, karakteristik perdesaan, serta kawasan lintas kabupaten/kota. RDTR dengan
peraturan kepala daerah kabupaten/ kota sesuai wilayah administrasinya
Rencana Detail Tata Ruang adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota yang
merupakan penjabaran dari rencana pola ruang dan struktur ruang. Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan terbatas, ke dalam
rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik mengikat dan bersifat
operasional. RDTR merupakan rencana rinci dari rencana umum tata ruang selain rencana
kawasan strategis yang mempunyai fungsi sebagai instrumen perwujudan ruang khususnya
sebagai acuan dalam permberian advise planning dalam pengaturan bangunan setempat
dan rencana tata bangunan dan lingkungan. RDTR disusun sebagai perangkat operasional
rencana umum tata ruang yang disusun apabila :
 Rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih rinci; dan/atau,
 Rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta
dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan
RDTR disusun sesuai kebutuhan dalam arti diperlukan untuk melengkapi RTRW
kabupaten/kota dengan acuan lebih detil untuk pengendalian pemanfaatan ruang
kabupaten/kota. Dalam hal RTRW kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR
yang muatan materinya lengkap, termasuk Peraturan Zonasi sebagai salah satu dasar dalam
pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-
zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan
dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama
dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.

MATERI TEKNIS II-11


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

Berikut merupakan kedudukan RDTR:


1. RDTR merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah, kebijaksanaan-
kebijaksanaan pembangunan yang berlaku, serta pola dasar pembangunan daerah
2. RDTR menjadi dasar pertimbangan dalam Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
antarsektor; dan penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.

2.3. FUNGSI DAN MANFAAT RDTR


RDTR berfungsi sebagai:
a. Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kota berdasarkan RTRW ;
b. Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan
ruang yang diatur dalam RTRW;
c. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
d. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
e. Acuan dalam penyusunan RTBL.

RDTR bermanfaat sebagai :


a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan
permukiman dengan karakteristik tertentu;
b. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
swasta dan/atau masyarakat;
c. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan
fungsinya di dalam struktur ruang kota secara keseluruhan; dan
d. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program
pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat WP
atau SWP.

2.4. MASA BERLAKU RDTR


Rencana Detail Tata Ruang Kawasan WP Gresik Utara ini berlaku dalam jangka waktu
20 tahun (Tahun 2023-2043) dan Peninjauan kembali RTR dilakukan 1 (satu) kali dalam
setiap periode 5 (lima) tahunan.

MATERI TEKNIS II-12


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Gresik Utara. Kabupaten Gresik

Peninjauan kembali RDTR WP Gresik Utara ini dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang-undang;
c. perubahan Batas Daerah yang ditetapkan dengan undang-undang; atau
d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis.

Peninjauan kembali peraturan kepala daerah kabupaten/kota tentang RDTR akibat


adanya perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis dapat direkomendasikan oleh
Forum Penataan Ruang berdasarkan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.

MATERI TEKNIS II-13

Anda mungkin juga menyukai