SPESIFIKASI TEKNIS
untuk
Paket Pengadaan
KEGIATAN :
PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM IPA SMP AZ ZAHRA SEKURO
MLONGGO (DAK 2023)
Pekerjaan : : PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM IPA SMP AZ ZAHRA SEKURO MLONGGO (DAK 2023)
1. Latar Belakang : Salah satu program pemerintah adalah wajib belajar
pendidikan dasar Sembilan tahun, artinya setiap peserta
didik usia sekolah wajib untuk mengenyam pendidikan
hingga jenjang SMP. Minat peserta didik lulusan SD/MI yang
akan melanjutkan sekolah cukup tinggi sehingga tidak
tertampungnya oleh sekolah yang ada pemerintah daerah
terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, salah
satunya adalah peningkatan pemenuhan prasarana
pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sehingga menjadi lebih representatif dan nyaman.
PEKERJAAN BETON
PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
PEKERJAAN PLAFOND
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
PEKERJAAN PENGECATAN
9. Lokasi : SMP AZ ZAHRA SEKURO MLONGGO
Pekerjaan
10. Jangka : 120 (Seratus Dua Puluh ) Hari Kalender
Waktu
Pelaksanaan
11. Keluaran / : PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM IPA SMP AZ ZAHRA SEKURO
Produk yang MLONGGO
dihasilkan
12. Spesifikasi : Terlampir
- Wastafel TOTO
A. PENJELASAN Peraturan-peraturan pembangunan yang mengikat dalam pekerjaan ini, adalah sebagai
UMUM berikut:
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
2. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor:
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 61/KPTS/1981 Tentang Prosedur
Pokok Pengadaan Bangunan Gedung Negara
6. Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung SNI 03-6572-2001
7. Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung SNI 03-
6575-2001
8. Sistem Plambing 2000 SNI 03-6570-2001
9. Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung SNI 03-6481-2000
10. Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung SNI 03-1736-2000
11. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F
12. Paku dan kawat paku SNI 03-0323-1989
13. Batu alam untuk bahan bangunan SNI 03-0394-1989
14. Agregat beton SNI 03-1750-1990
15. Pasir untuk adukan dan beton SNI 03-1756-1990
16. Pedoman mendirikan bangunan SNI 03-1728-1989
17. Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung SNI 03-2407-1991
18. Tata cara pengecatan dinding tembok dengan cat emulsi SNI 03-2410-1991
19. Semen Portland NI.8.
20. Bata merah sebagai bahan bangunan.
B. JENIS PEKERJAAN Jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada pelelangan ini adalah:
Kegiatan : Pembangunan Sarana, Prasarana Dan Utilitas Sekolah
Pekerjaan : Pembangunan Toilet Sd Negeri 11 Jambu - DAK
C.TEMPAT TITIK Titik duga (0,00) permukaan lantai dari bangunan ditentukan dilapangan oleh direksi
DUGA DAN (PPK, Tim Teknis, Pengawas, dan Perencana). Ukuran-ukuran pada denah dan ukuran-
UKURAN -UKURAN ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-gambar dengan catatan :
1. Jika terdapat perbedaan dalam gambar-gambar, maka yang menentukan adalah
ukuran-ukuran pada gambar dengan skala lebih besar/gambar detail.
2. Jika terdapat ketidaksesuaian antara gambar dan rencana kerja dan syarat-syarat
(RKS) maka harus dikonsultasikan dengan direksi.
3. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum/selama dan sesudah
pekerjaan dilaksanakan menjadi tanggung jawab Penyedia sepenuhnya.
4. Penetapan ukuran dan sudut siku tetap dijaga dan diperhatikan ketelitiannya.
D. PEKERJAAN 1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor dapat membuat Kantor Kontraktor,
PERSIAPAN barak-barak untuk pekerja atau gudang tempat penyimpanan bahan (Boukeet),
yang sebelumnya telah mendapat persetujuan dari Pihak Direksi/ Pengawas ,
Tim Teknis berkenaan dengan konstruksi atau penempatannya.
2. Semua Boukeet perlengkapan Penyedia dan sebagainya, pada waktu pekerjaan
berakhir (serah terima kedua) harus dibongkar.
3. Pengukuran Tapak Kembali.
3.1 Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai
peil ketinggian tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah
ditera kebenarannya.
3.2 Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi/ Pengawas untuk
dimintakan keputusannya.
3.3 Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/Theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
3.4 Kontraktor harus menyediakan Theodolith/waterpas beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi / Pengawas
pelaksanaan proyek.
3.5 Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas Segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Direksi/ Pengawas, Tim Teknis/ PTP
3.6 Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan
Kontraktor.
a. Pengukuran dan Titik Peil (0.00) Bangunan.
Penyedia harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan
letak/kedudukan bangunan terhadap titik patok/pedoman yang telah
ditentukan, siku bangunan maupun datar (waterpas) dan tegak lurus
bangunan harus ditentukan dengan memakai alat waterpas instrument/
theodolith. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan tegel, langit-
langit dan sebagainya dengan hasil yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi
yang tercantum pada gambar rencana (Lay Out), dan bila terjadi
penyimpangan atau tidak sesuainya antara kondisi lapangan dan gambar
Lay Out, Penyedia harus melapor pada Direksi/ Pengawas.
b. Pemasangan Bouplank.
1. Penyedia bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran
persiapan bouplank/pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi
ketinggian, dan benchmark yang diberikan Direksi secara tertulis,
serta bertanggung jawab atau ketinggian, posisi, dimensi, serta
kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan,
tenaga kerja yang diperlukan.
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada
kesalahan dalam hal tersebut diatas, maka hal tersebut merupakan
tanggung jawab Penyedia serta wajib memperbaiki kesalahan
tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut
disebabkan referensi tertulis dari Direksi / Pengawas.
3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Direksi atau wakilnya
tidak menyebabkan tanggung jawab Penyedia menjadi
berkurang.Penyedia wajib melindungi semua bench mark, dan lain-
lain atau seluruh referensi dan realisasi yang perlu pada pengukuran
pekerjaan ini.
4. Bahan dan Pelaksanaan
4.1 Tiang bowplank menggunakan kayu Keras ukuran 4/6 dipasang setiap
siku bangunan dengan jarak 2,00 m' dari AS bangunan (Tarik simpul),
sedangkan papan bouplank ukuran 2/20 cm dari kayu keras diketam
halus dan lurus bagian atasnya dan dipasang datar (waterpas).
4.2 Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m
dari as tepi bangunan dengan patok-patok yang kuat, bouplank tidak boleh
dilepas/dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya
sehingga dapat dimanfaatkan hingga pekerjaan mencapai tahapan trasram
tembok bawah.
5. Penyedia bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaannya yang dianggap penting selama
6. pelaksanaan, dan sekaligus menempatkan petugas keamanan untuk mengatur
sirkulasi/ arus kendaraan keluar/ masuk proyek.
E. PEKERJAAN 1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
PENYEDIAAN AIR tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas dari
DAN DAYA LISTRIK lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air
UNTUK BEKERJA harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi/ Pengawas.
2. Listrik untuk bekerja harus‚ disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan, atau penggunaan diesel
untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
atas persetujuan pengawas. Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor
Direksi Lapangan.
3. Segala biaya atas pemakaian daya dan air di atas adalah beban Kontraktor.
b. Masalah Pekerjaan
Pada tahap pekerjaan ini, yang menjadi kendala atau masalah adalah material
bahan batu bata merah yang mudah patah, pada saat penurunan kesite bila
kurang hati-hati, Penumpukan batu bata yang jauh dari lokasi kerja dan tidak
teratur menyebabkan batu bata mudah patah-patah saat dipindahkan lagi.
c. Teknis Pelaksanaan
ebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
emasangan dinding pot bata dilakukan bertahap,
d. Hasil Pelaksanaan
Pekerjaan dinding bata rata, spesi pengisi antara bata penuh tidak
bergelombang diberi stek-stek setiap pertemuan dengan beton, sesuai dengan
ukuran yang diberikan, mengacu kepada gambar-gambar kerja, kemudian
diteruskan Pekerjaan selanjutnya.
b. Masalah Pekerjaan
Pekerjaan ini sangat berhubungan dengan bahan yang mudah mengeras
bila terkena air (semen), mengingat permukaan dinding cukup luasdan
waktuyang sempit,sehingga perlu bahan material yang selalu siap ditempat,
dengan penempatan bahan-bahan material mudah diambil dan tidak
menggangu pekerjaan dan terlindung dar iair.
c. Teknis Pelaksanaan
Untuk penyimpanan bahan-bahan material dibuatkan gudang
penyimpanan model panggung, menjaga agar terlindung dari air.
Membersihkan permukaan dinding batu bata dari debu akibat tanah
urugan site dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat
sebelum pekerjaan plesteran dilakukan.
Menyingkirkan semua hal yang dapat merusak/mengganggu pekerjaan
plesteran.
Gunakan besi siku yang rata untuk menciptakan hasil pekerjaan yang
rata.
Tentukan batas atas dan batas bawah dari dinding bata yang hendak
diplester.
Bentuk screed sementara (untuk pembentukan dasar yang permanen) untuk menjamin
adanya ketebalan yang sama dan permukaan plester
Pekerjaan plesteran harus lurus, sama rata, datar dan tegak lurus untuk
dinding dengan garis sudut yang lurus pula.
Sebelum dipasang, batu bata harus dicelup air hingga jenuh terutama
jika pengerjaannya dimusim kemarau, dengan maksud agar
pengeringan pasangan tidak terlalu cepat sehingga dapat terjadi ikatan
yang sempurna antara bata dengan adukan.
Pasangan dinding bata yang menempel pada beton harus diangkur pada
beton tersebut, dan dalam proses pengeringanya, pasangan harus
selalu dibasahi.
d. Hasil Pelaksanaan
Plesteran dan acian yang rata tidak bergelombang sesuai syarat teknis dan
petunjuk dari Konsultan Pengawas.
2.1 Pelaksanaan.
a. Dimana diperlukan menurut Direksi, Penyedia harus membuat shop drawing
untuk pelaksanaan pembuatan adukan dan pasangan.
b. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang diperlukan.
Adukan dilaksanakan sesuai standart spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk Tim Teknis / Direksi.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar arsitektur terutama gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
d. Pasangan Bata merah harus dipasang tegak lurus, siku, rata dan tidak
boleh terdapat retak-retak, dipasang dengan fungsi, ukuran ketebalan dan
ketinggian yang ditentukan dalam gambar rencana.
e. Perekat harus dicampur dalam alat pencampur yang telah disetujui atau
dicampur dengan tangan pada permukaan yang keras, dilarang memakai
perekat yang sudah mulai mengeras untuk dipakai lagi.
f. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum setinggi 2 m
untuk setiap harinya.
g. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan Bata merah sama
sekali tidak diperkenankan.
h. Pasangan tembok dipasang seluas 12,00 m2, bila lebih harus dipasang beton
praktis ukuran penampang 10 x 15 cm dengan tulangan 4Ø10, beugel Ø6-150.
i. Pada semua sambungan-sambungan vertikal dari kolom beton dengan
dinding, Penyedia harus memberi batang tulangan dari baja lunak yang
berdiameter 8 mm panjang 50 cm (15 cm /dibengkok masuk pada beton dan
35 cm/ lurus masuk pada pasangan. dan dipasang setiap jarak 50 cm.
j. Syarat-syarat penerimaan :
1 Pasangan Bata merah dapat diterima/ diserahkan apabila deviasi
bidang pada arah diagonal dinding seluas 12 m² tidak lebih dari 0.5 cm
(sebelum diaci/diplester).
2 Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum
diaci/diplester) .
k. Pasangan Bata merah untuk dinding harus menghasilkan dinding finish
setebal 9.5 cm untuk Bata merah tebal 7,5 cm dan tebal 12 cm untuk Bata
merah tebal 12 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar
tegak lurus.
G. PEKERJAAN A. RANGKA ATAP KAYU
Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan kuda-kuda, nok, gording, usuk dan
PENUTUP ATAP reng, balok tembok (murplat) dan plisir (lisplank), serta pemasangan penutup atap
(genteng/seng gelombang/atap metal lainnya, dsb).
Oleh karena lebar ruangan 9 m sedangkan kayu yang ada di pasaran pada umumnya
ukuran panjang 4 m, maka diperlukan sambungan pada rangka kuda-kuda, balok
bubungan/nok, maupun gording. Untuk penyambungan rangka kuda-kuda kayu, yang
harus diperhatikan adalah arah gaya yang terjadi pada masing-masing batang pada rangka
tersebut. Gaya yang terjadi berupa gaya tekan dan gaya tarik. Pada batang yang menerima
gaya tekan, dapat dibuat sambungan lubang dan pen. Apabila batang menerima gaya tarik,
sambungan dapat berbentuk sambungan miring berkait atau menggunakan alat
penyambung baut. Untuk perkuatan pada sambungan kayu disarankan dipasang plat besi
(beugel) dan dibaut. Ukuran kayu yang digunakan untuk kuda-kuda umumnya 8/12 cm
atau 8/15 cm dan atau disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk usuk umumnya digunakan
kayu berukuran 5/7 cm, dan untuk reng dapat digunakan kayu ukuran 2/3 cm atau 3/5 cm.
Pemasangan usuk dan reng hendaknya dipasang pada jarak sesuai dengan kebutuhan.
Masing-masing jenis penutup atap memiliki ukuran yang berbeda sehingga penggunaan
ukuran kayu, baik untuk kunda-kuda, nok dan gording serta jarak usuk dan reng harus
menyesuaikan. Apabila menggunakan penutup atap standar pabrik/pabrikan, disarankan
untuk memeriksa ketentuan pemasangan usuk dan reng yang tertera pada brosur.
Beberapa catatan penting dalam urutan pelaksanaan pakerjaan atap antara lain:
Perakitan kuda-kuda harus sudah selesai pada saat balok ring selesai dicor.
Pemasangan rangka atap dilakukan setelah beton balok ring mengering. Pekerjaan
pemasangan atap ini dilakukan secara berurutan yang dimulai dari pemasangan kuda-
kuda, gording, usuk dan yang terakhir adalah reng. Untuk jenis atap seng atau metal sheet
yang lain tidak menggunakan usuk dan reng.
Sangat penting penggunaan residu pada rangka atap agar kayu awet (sebagai anti rayap).
Pemasangan penutup atap dapat dilakukan secara bertahap setelah reng terpasang (untuk
penutup atap genteng), untuk penutup atap jenis seng atau metal sheet, pemasangan bisa
dilakukan setelah gording terpasang.
Pelapisan Galvanised
Jenis Hot-dip zinc
Kelas Z22
katebalan pelapisan 220 gr/m2
komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran
Galvalume (AZ100)
Pelapisan Zinc-Aluminium
Jenis Hot-dip-allumunium-zinc
Kelas AZ100
katebalan pelapisan 100 gr/m2
komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.
Multigrip ( MG )
Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi untuk
menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis sebagai berikut:
Galvabond Z275
Yield Strength 250 MPa
Design Tensile Strength 150 MPa
Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar elemen
rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw sebagai
berikut:
Kekuatan Mekanikal
Persyaratan Pra-Konstruksi
Persyaratan Pelaksanaan
Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja
Ringan, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang
tercantum pada “Cold formed code for structural steel”(Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan
”Dead and live loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind
load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan
ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566).
C. PEKERJAAN GENTENG
Penutup atap untuk bangunan yang mempunyai beratap datar pada
umumnya dari beton bertulang, sedangkan atap runcing (walaupun
mempunyai sudut atap relatif kecil), penutup atap dapat terdiri dari (a)
genteng, (b) asbes gelombang, (c) seng gelombang atau seng datar, (d)
sirap dan (e) rumbia setts (f) ijuk.
Ada beberapa bangunan tradisional yang masih mempergunakan atap
rumbia atau atap ijuk, misalnya bangunan di Bali, Tanah Toraja, Papua
Barat dan sebagainya.
Sudut atap tergantung bahan penutup atap, seperti tersebut di bawah ini
5 Beton 10 - 3°
H. PEKERJAAN 1. Semua pekerjaan beton bertulang dengan campuran sesuai dengan Rencana Anggaran
Biaya.
BETON
2. Bagian-bagian yang dibuat dari beton bertulang adalah yang tertera pada gambar
konstruksi lazimnya dibuat konstruksi beton bertulang, seperti kolom dan pengaku
dinding, balok lateu dan lain-lain. Pada garis besarnya konstruksi beton bertulang ini
adalah :
Rangkaian sloof
Rangkaian kolom tiang/kolom
Konstruksi pengaku (balok ring dan kolom praktis)
3. Mutu beton yang dipakai sesuai standart PBI 1971 dan khusus untuk bangunan lantai
2 kualitas mutu beton ditentukan dengan tes kubus/ Silinder per 5 m3 (3 sample),
dengan nilai Slump (penurunan) sebesar 1/3.
4. Besi beton dipakai dari mutu U.24 sesuai PBI 1971 penampang tekuk 180, bila
diragukan kemampuannya dan kwalitasnya akibar dari pabrikasi, angkutan selisih
ukuran (dimensi) dan lain-lain. Pemakainnya hanya diijinkan bila ada sertifikasi dari
laboratorium penyelidikan dan ada petunjuk dari direksi.
5. Bahan-bahan tambahan (admixture) dapat dipergunakan untuk memudahkan
pekerjaan pengecoran dengan mengadakan konsultasi dengan direksi
6. Permukaan Bekisting dibuat dari bahan multiplex 9 mm, sebelum dicor kayu
begesting dibersihkan dari kotoran-kotoran dan disiram dengan air hingga basah
semua.
7. Tulangan dan sengkangan/beugel tidak boleh melekat pada begesting atau tumpuan
lain, untuk itu harus dibuat ganjal-ganjal beton balok dengan syarat pemasangan tebal
sesuai PBI 1971
8. Sebelum pengecoran dilakukan, Penyedia diwajibkan melapor pada direksi untuk
diperiksa penulangan dan mendapatkan persetujuannya.
9. Bahan beton yang digunakan adalah pasir yang bersih dan atau yang tidak
mengandung lumpur.
10. Semua penulangan-penulangan dan ukuran-ukuran beton harus disesuaikan gambar
detail (tidak ada ukuran besi kurus/gemuk/ toleransi)
11. Balok lanteu digunakan diatas kosen.
12. Penyambungan pengecoran dilakukan apabila diperlukan dan harus mendapat
persetujuan dari direksi. Permukaan yang terdahulu kemudian disiram dengan air
secukupnya beserta semen kental sebelum dilakukan pengecoran selanjutnya. Panjang
sambungan besi beton minimal 15x2 atau 40 cm.
13. Penggunaan vibrator utnuk mendapatkan beton yang kompak dan kedap maka
diperlukan penggunaan vibrator yang kontinyu dan batasan tata cara penggunaan
disesuaikan dengan penggunaan yang berlaku.
14. Perawatan beton dilakukan agar mendapatkan hasil yang baik, beton yang baru dicor
dapat terlindungi dari panas dan suhu yang mendadak, sehingga pengeringan dan
penguapan yang terlalu cepat dari beton dapat diatasi dengan perawatan dengan
dibasahi secara terus menerus selama 14 hari.
15. Penjagaan dan membuat beton basah (curig), disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku (PBI 1971), kerusakan dari pekerjaan beton, pasangan dan plesteran jika
misal ada bagian yang lepas atau retak-retak sebagai akibat dari tidak/kurang
dibasahi.
16. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai sesuatu kekuatan yang dapat
menahan beban 2 x berat beton itu sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban yang tinggi dari beban rencana, maka
cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
17. Pengadukan Beton
Syarat pelaksanaan pekerjaan beton dan mengaduk sampai perawatannya
hendaknya sesuai dengan yang disyaratkan SKSNI 1991.
Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton sebaiknya dilaksanakan pada
cuaca yang baik. Bila hari hujan atau panas, maka harus dilakukan usaha-usaha
untuk melindungi alat-alat pengadukan/pengerjaan pengadukan, pengangkutan
sedemikian sehingga didapat jaminan bahwa nilai air semen tidak akan berubah
karenanya.
Bila di dalam hal ini Direksi berpendapat usaha-usaha untuk melindungi
pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton itu tidak cukup atau dalam
beberapa hal tidak dapat dijamin nilai air semen dapat dipertahankan, Direksi
dapat memutuskan untuk menunda pengecoran sampai pada cuaca yang lebih
baik, akibat penundaan ini tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk
menuntut ganti rugi, karena sudah harus diperhitungkan pada saat mengajukan
harga penawaran.
Beton harus dicampur dengan alat pengaduk mekanis (beton molen). Untuk
beton mutu lebih besar dari fc = 19,3 Mpa, peralatan hendaknya dari tipe yang
sesuai guna mengerjakan beton denan nilai air semen yang rendah.
Alat-alat tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara dengan baik. Terutama
container harus tetap bersih dari material-material atau bekas-bekas beton yang
mengeras, dimana untuk itu Direksi akan melakukan pemeriksaan dalam waktu-
waktu tertentu, paling tidak sebelum / sesudah pekerjaan pengadukan, beton, alat
tersebut harus dibersihkan.
Beton harus diaduk di lapangan atau pada central mixing plant, dengan alat-alat
yang sesuai dimana akan didapatkan hasil adukan yang homogen dimana semen
ditakar dalam jumlah zaknya maka harus diusahakan sedemikian agar campuran
terdiri dari jumlah semen bulan dalam zak. Kapasitas maksimum mesin
pengaduk hendaknya tidak dilampaui.
Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh daari 1 menit, dihitung dari saat
tercampurnya semua bahan-bahan termasuk air. Untuk mixer dengan kapasitas
lebih tinggi dari 1 m3 waktu minimum itu dapat diperlama sesuai dengan
ketentuan Direksi. Sebelum waktu minimum itu dapat diperlama sesuai dengan
ketentuan Direksi. Sebelum waktu minimum pengadukan itu berakhir tidak
diperbolehkan menghentikan mesin dan atas mengambil sebagian isinya.
Putaran mesin itu hendaknya selalu diperiksa agar tetap kontinyu sesuai dengan
rekomendasi dari pabriknya.
Pada permulaan pengadukan jumlah semen, pasir, dan air dari adukan itu akan
menempel pada dinding container, karena itu hendaknya pada pengadukan
pertama diperhitungkan sedemikian sehingga hasil dari adukan yang pertama itu
jumlahnya semen, pasir, dan air tidak kurang dari persyaratan yang sebenarnya.
Sebelum membuat adukan yang baru, adukan yang lama harus seluruhnya telah
dikeluarkan dari container, harus selalu disediakan di tempat pekerjaan sebuah
ayau beberapa mixer yang selalu siap dapat digunakan bila dibutuhkan antara
lain dalam keadaan dimana segera dibutuhkan antara lain dalam keadaan dimana
segera dibutuhkan adukan beton, untuk mengisi kembali bagian-bagian yang
rusak.
Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai mengeras tidak
diperbolehkan beton di dalam keadaan seperti itu, bila dianggap rusak harus
dibuang/disingkirkan dari tempat pekerjaan. Dimana kekuatiran adanya
keterlambatan dalam pengecoran beton, pengadukan dapat dilanjutkan sampai 10
menit kemudian.
Untuk jangka waktu yang lebih lama yaitu 1,5 jam, beton pada waktu-waktu
tertentu harus dibalik-balik seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
Pengangkutan adukan dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran khusus
dilakukan dengan cara-cara dimana dapat dicegah segregasi dan kehilangan
bahan-bahan (air, semen, atau butir-butir halus).
Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan
dicor.
Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
dengan perantara talang-talang miring hanya dilakukan setelah disetujui oleh
Direksi.
Dalam hal ini Direksi mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring
ini telah mempelajari usul dari Kontraktor mengenai konstruksi, kemiringan, dan
panjang talang itu.
Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu jam setelah
pengadukan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan
waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu itu dapat diperpanjang sampai
dua jam, apabila adukan beton digerakkan kontinyu secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
penggunaannya harus seijin Direksi.
18. Pengecoran Beton
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah acuan pada
pekerjaan persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Direksi.
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat, material, dan pekerjaan-pekerjaan
harus ada di tempat dimana seharusnya dan alat-alat dalam keadaan bersih serta
siap untuk dipakai.
Permukaan sebelum dalam acuan harus sudah dibersihkan dari bahan-bahan
lepas, kotoran-kotoran maupun potongan-potongan kawat besi. Acuan yang
terbuat dari kayu dan dimana dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu,
kayu harus dibasahi terlebih dahulu oleh air sehingga jernih.
Tulangan-tulangan harus seluruhnya mendapat ijin direksi mengenai
penempatannya dan telah cukup diberi beton deking sedemikian sehingga
pengecoran dan pemadatan beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan-
tulangan bergeser atau terlalu permukaan tulangan beton.
Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan
acuan setelah beton mengeras telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
mengganggu pelekatan antara besi dan beton.
Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jernih.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton lama tersebut
harus disapu dengan spesi mortal dengan campuran yang sesuai dengan
betonnya, atau diberi alur pengait beton lama dan beton baru.
Bilamana pengecoran yang akan dilakukan diperkirakan sampai malam hari,
perlengkapan-perlengkapan penerangan dan lain-lain yang diperlukan untuk
pekerjaan ini telah dipersiapkan dengan baik sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum
beton mulai mengeras. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan
dalam waktu paling lama 20 menit sesudah keluar dari mixer, kecuali bila
diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses
pengerasan beton.
Cara pengerjaan pengecoran hendaknya dikerjakan sedemikian sehingga tidak
terjadi pemisahan bahan (segregation) dan pengerjaan kembali beton yang sudah
selesai dicor itu.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi 1,5 meter, tidak diperkenankan
menimbul beton dalam jumlah banyak dalam suatu tempat dengan maksud untuk
kemudian meratakan sepanjang acuan.
Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari fc = 25 Mpa, fy = 240 Mpa, atau
beton-beton dengan persyaratan yang lebih tinggi pengecoran harus dilakukan
secepatnya sesudah selesai pengadukan.
Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara berlapis horisontal setebal 30
cm, menerus seluruh panjangnya sampai dengan pengakhiran yang disokong oleh
acuan yang kokoh atau konstruksi khusus (Construction joinis) seperti terlihat
pada gambar rencana.
Beton, acuan, dan atau tulang-tulang yang menonjol keluar harus dicegah dari
kemungkinan kena sentuh atau getaran yang dapat membahayakan daya lekatnya
beton.
Slump test harus sering diadakan selama pelaksanaan pekerjaan beton, untuk
menjamin agar nilai semen tetap sesuai dengan beton yang telah diisyaratkan
kecuali ditetapkan lain oleh Direksi dengan mengingat cuaca pada waktu
pengecoran (kering atau lembab).
Cara pelaksanaan slump test harus sesuai dengan SKSNI 1991.
Selama pada pengecoran, beton harus dipadatkan dengan pemadat (internal atau
external vibrator) mekanis, kecuali bila Direksi mengijinkan cara pemadatan
dengan tenaga manusia.
Cara pemadatan dengan tenaga manusia terdiri dari memukul-mukul acuan dari
sebelah luar, menjorok dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinue (hal ini
sebagai pembantu dan bukan sebagai fungsi pokok pemadatan).
Ketelitian dalam hal ini sangat diperhatikan agar semua sudut-sudut dapat terisi,
sela-sela diantara dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser
kedudukan tulangan tersebut membuat agar permukaan menjadi rata dan menjadi
halus, mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan mengisi semua rongga.
Harus juga diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat memisahkan bahan-bahan (segregation). Tenaga yang
mengerjakan pekerjaan ini harus telah banyak dan pekerjaan harus dilaksanakan
sesuai petunjuk Direksi. Alat pemadat mekanis yang digunakan harus mampu
memberikan getaran paling tidak 5000 per menit (RPM).
External vibrators harus diletakkan sedemikian pada acuan sehingga akan
menghasilkan getaran-getaran mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan
jarak harus diatur sedemikian sehingga tidak menyebabkan kerusakan alat
lainnya.
Pada beton precast, dapat dibuat satu meja getar dari konstruksi yang disetujui
oleh Direksi dan alat penggetar yang dapat memberikan paling tidak 5000
getaran per menit (rpm). Untuk lantai beton atau pelat-pelat beton pemakaian
eksternal vibrator yang diletakkan pada acuan digunakan seijin Direksi.
Internal vibrator digunakan dengan cara memasukkan alat-alat penggetar ke
dalam adukan beton yang baru dicor. Alat tersebut harus paling tidak
memberikan 5000 getaran per menit bila dimasukkan ke dalam adukan beton
yang mempunyai nilai slump 2,5 cm, yang akan memberikan daerah yang
kelihatan bergetar pada radius kurang dari 45 cm.
Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton searah dengan as memanjang,
sedalam menurut perkiraan bahwa beton secara keseluruhan tingginya telah
dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-lahan dan dimasukkan lagi pada
posisi selanjutnya.
Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih lama dari 30 detik, dan
ditempatkan pada posisi yang lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak diperbolehkan
guna mendorong beton ke samping, dan selanjutnya tidak boleh menumpu pada
tulangan.
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton harus
cukup dan paling sedikit seperti daftar di bawah ini : Jumlah minimum internal
vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6
Diharuskan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar apabila
terjadi kerusakan alat pekerjaannya tidak tertunda.
19. Perawatan Beton
Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan
dan panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh
gaya-gaya sentuhan sampai beton mengeras. Permukaan beton harus diusahakan
tetap dalam keadaan lembab dengan cara menutupi dengan karung-karung basah,
pasir basah, atau menggenanginya dengan air.
Setelah pekerjaan lantai aus (concreate wearing surface) selesai dan sesudah
mengeras permukaannya harus segera ditutup dengan karung-karung basah atau
bahan-bahan lain yang sejenis dan diusahakan agar tetap lembab dengan tiap kali
menyiramnya dengan air sampai beton mengeras dengan sempurna.
Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak memakai bahan pembantu
lainnya harus diusahakan pembersihan untuk selama minimum 14 hari.
Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal paling
tinggi, atau beton yang menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan
pembantu, harus tetap dibasahi sampai saat dimana kekuatannya mencapai 70%
dari kekuatan minimum test kubus beton dari macam-macam yang sama dan
berumur 28 hari.
20. Pembongkaran Acuan dan Perancah
Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk dibuka kecuali dari direksi telah
memberikan persetujuannya. Direksi akan memperhitungkan kekuatan kontruksi
untuk menahan berat sendiri dan dapat ditampung seluruhnya berdasarkan
kekuatan kubus test pada umur yang sama dengan masa mulai selesainya
pengecoran sampai waktu pembongkaran acuan dan perancah.
Pada umumnya perancah dan acuan dapat dibongkar setelah beton berumur 3
minggu.
Dalam hal-hal dimana pembongkaran acuan dan perancah akan dilakukan
secepatnya maka syarat-syarat minimum di bawah ini harus dipenuhi.
Dalam hal yang lain dari yang disebutkan disini, ketentuan yang sama dalam
SKSNI 1991 harus diikuti sejauh mana hal itu memungkinkan, bilamana terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam hal ini harus seijin Direksi.
Pada pembongkaran acuan dan perancah harus disaksikan oleh Direksi dan
tempat-tempat yang ternyata kropos tidak bolehsegera ditutup semensebelum
diadakan pemeriksaan.
21. Pembesian
Besi yang digunakan sebagai tulangan hendaknya menurut persyaratan yang
disebut dalam bagian II “Material”. Besi-besi tersebut hendaknya bersih, bebas
dari karat, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas, gemuk, minyak, cat, lumpur,
bahan-bahan aduk ataupun bahan-bahan lain yang menempel.
Besi tulangan hendaknya disimpan pada tempat terlindung, ditumpu agar tidak
menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat ataupun rusak karena cuaca.
Besi tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau diluruskan secara hati-
hati, terutama pada besi tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan kedua kali.
Pemanasan besi tulangan tidak diijinkan, kecuali Direksi menentukan lain, itupun
harus dilaksanakan dengan temperatur yang serendah mungkin yang dapat
dipakai dan dalam daerah yang seminimal mungkin.
Bila radius pembengkokan tidak disebutkan pada gambar rencana, maka
pembengkokan besi tulangan harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang
yang bersangkutan (untuk tulangan biasa) atau 6 kali diameter tulangan yang
bersangkutan (untuk besi-besi dengan sifat getas).
Besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan gambar rencana dipegang
teguh posisinya dan didudukkan pada landasan yang dibuat dari adukan semen
dengan ukuran 5x5x5 cm, dengan campuran 1 pc : 3 pc, diikat antara sesamanya
atau pada acuan dengan kawat pipa stainleesteel, atau cara-cara lain yang
memenuhi ketentuan Direksi.
Bagaimana tulangan tidak boleh didudukkan pada bahan metal, atau tulangan
duduk langsung pada acuan yang akan menyebabkan bagian besi nanti langsung
berhubungan dengan udara luar. Tulangan juga tidak boleh duduk pada kayu atau
partikel koral/agregat.
Sebelum dimulainya suatu pengecoran maka Direksi harus diberitahu dan
dibiarkan waktu yang cukup untuk melakukan pemeriksaan besi-besi tulangan.
Tulangan tidak boleh disambung pada seluruh panjang yang dibutuhkannya.
Sambungan yang dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang tertera
pada gambar rencana, kecuali atas ijin dan pengawasan Direksi.
Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat dengan tegangan
maksimum dan sedapat mungkin diselang-seling, sehingga sambungan tidak
semuanya/sebagian besar terjadi di suatu tempat.
Bila ruangan memungkinkan pada sambungan dimana batang-batang saling
memulai (over laping), diganjal dengan potongan-potongan tulangan agar tidak
saling menempel, dan kemudian harus diikat kuat minimum diduga tempat
sambungan. Panjang sambungan harus seperti yang diterangkan dalam gambar
rencana.
Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka panjang sambungan lewatan
(over laping) harus sesuai dengan SKSNI 1991.
Tulangan dengan kekuatan tinggi (pipa stainleesteel keras) dan tulangan-tulangan
yang ditarik dalam keadaan dingin tidak boleh dilas. Tulangan dengan mutu yang
dapat dilas, harus dilas dengan las listrik dan alat-alat yang sesuai untuk itu atas
sepengetahuan Direksi.
Pada suatu batang tidak diperkenankan ada lebih dari satu las, kecuali pada
tualngan spiral dan tempatnya akan ditentukan oleh Direksi.
Bila las tidak harus diharuskan ada pada gambar rencana dan tidak atas kehendak
Direksi dan dalam hal kontraktor berpendapat lain, maka kontraktor harus
membuktikan bahwalas tersebut memang diperlukan.
Dalam daerah yang akan dilas, batang harus bersih dari minyak, karat atau
bahan-bahan yang mudah lepas lainnya yang akan mempengaruhi hasil las.
Sebelum dilaksanakan batang-batang harus ditahan kuat agar setelah pengelasan
selesai batang akan terletak pada posisi yang dikehendaki lurus dan
penampungnya tidak menjadi berkurang.
Bila digunakan cara flasn butt welding, bidang kontak hendaknya dibuat sebaik
mungkin agar aliran listrik dapat mengalir dengan baik.
Pengelasan harus dilakukan oleh pekerja-pekerja ahli di bawah pengawasan
terus-menerus dari pengawas yang ahli dalam bidang pengelasan.
Hasil las harus menunjukkan bentuk yang padat dan kokoh, tidak tampak tanda-
tanda retakan, lubang-lubang, dan sebagainya. Sisa-sisa las, tonjolan yang tidak
perlu di sekitar penyambung las harus sesuai dengan persyaratan pada SKSNI
1991.
I. PEKERJAAN Adapun beton tidak bertulang (beton tumbuk) adalah fc’=7,4 Mpa dipergunakan antara
lain:
BETON TIDAK
Lantai kerja konstruksi beton bertulang.
BERTULANG
Dan lain-lain pekerjaan dimana menurut syarat pelaksanaan yang baik dan sempurna,
menurut petunjuk direksi harus dikerjakan dan dibuat dari beton tumbuk.
J. PEKERJAAN 1. Pada pasangan Bata merah plesteran menggunakan mortar khusus plesteran tujuan
supaya plesteran dapat lebih kokoh menempel pada pasangan.
PLESTERAN
2. Semua pekerjaan beton bertulang dimana permukaan kelihatan, harus diplester
dengan Mortar / render khusus dengan tebal tidak boleh lebih dari 1,5 cm kesuali
ditentukan lain. Pada permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar dengan
jalan memahatnya kemudian dilakukan pemlesteran sesungguhnya.
3. Plesteran harus menghasilkan bidang yang rata serta sponengan harus menghasilkan
garis yang lurus dan tajam.
4. Pekerjaan plesteran baru boleh dikerjakan sesudah bangunan tertutup atap.
5. Semua dinding tembok harus diplester dengan mortar kecuali ditentukan lain.
6. Pasangan tembok yang tidak tampak juga harus diplester (sesuai RAB)
K. PEKERJAAN Termasuk dalam pekerjaan halaman adalah pasamangan rabat beton keliling
HALAMAN bangunan/paving blok, saluran air hujan dan lain-lain.
Dalam pekerjaan ini termasuk pekerjaan pembersihan tapak bangunan / sekeliling
bangunan dari segala kotoran dan lain-lain.
P. PEMERIKSAN 1. Sebagai peraturan dalam pelaksanaan ditetapkan bahwa sebelum mengerjakan bahan-
BAHAN- bahan yang dimaksud, Penyedia harus memberikan contoh-contoh lebih dulu kepada
BAHAN direksi.
2. Semua bahan-bahan yang ditolak oleh direksi karena menurut pendapatnya
kurang/tidak memenuhi syarat-syarat, maka dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam
terhitung mulai saat penolakan, harus telah disingkirkan keluar dari halaman
pekerjaan atas biaya Penyedia.
3. Jika Penyedia tidak menaati tersebut ayat 2 ini, bahan-bahan yang ditolak direksi
tersebut akan diangkut keluar oleh direksi atas biaya Penyedia. Sedang jika bahan-
bahan / barang-barang tersebut ada yang rusak atau hilang, menjadi resiko pemorong.
4. Pemeriksaan bahan-bahan didasarkan atas pemeriksaan umum untuk pemeriksaan
bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan lain dalam bestek.
5. Untuk bahan-bahan beton bertulang didasarkan atas peraturan beton bertulang untuk
Indonesia 1971.
6. Semua bahan-bahan yang telah ada dalam pekerjaan dan telah diterima baik dari
direksi, tidak boleh dipindah-pindahkan, ditukar atau diangkut ketempat lain, tanpa
ijin tertulis dari direksi.
Q. LAIN-LAIN 1. Semua bahan-bahan dan alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada
bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperikasakan dan diluluskan oleh direksi.
2. Pemasangan dan penggunaan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat tersebut akan
ditolak atau dikeluarkan atas perintah direksi dengan segala resiko Penyedia.
3. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas bahan maka biaya pemeriksaan
ditanggung Penyedia.
4. Meskipun dalam bestek ini Pada uraian pekerjaan dan urutan bahan tidak dinyatakan
tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) mengenai suatu bagian
pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Penyedia Barang/Jasa, maka bagian pekerjaan
tersebut dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini.
5. Pekerjaan yang nyata menjadi bagian dari pekerjaan bangunan ini. Tetapi tidak
diuraikan dan tidak dimuat dalam bestek ini tetap diselenggarakan dan
diselesaikan oleh Penyedia Barang/Jasa.