Anda di halaman 1dari 12

RAMALAN IMPOR PRODUK ELEKTRONIK DI INDONESIA

ELECTRONIC PRODUCT IMPORT FORECAST AT INDONESIAN

Anggita Puspitasari (30408127)

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424
anggitapuspitasari@gmail.com

ABSTRAK
Produk elektronik yang memiliki nominal uang total terbesar serta unit
terbanyak dalam impor adalah telepon genggam. Impor telepon genggam yang tinggi
dapat mengurangi cadangan devisa negara. Demi meminimasi kemungkinan timbulnya
hal tersebut, maka diperlukan proyeksi pertumbuhan impor telepon genggam pada
masa mendatang dengan penentuan metode terbaik. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah nilai impor telepon genggam dalam (US$) Juli 2002 hingga Desember 2011.
Sedangkan, variabel bebas yang mempengaruhi impor telepon genggam adalah indeks
harga konsumen, inflasi, nilai tukar, produk domestik bruto, pengeluaran per kapita,
dan besar pendapatan nasional Indonesia. Metode yang paling akurat untuk
meramalkan impor telepon genggam di Indonesia adalah metode regresi berganda.
Nilai impor telepon genggam Januari 2012 yang diramalkan adalah sebesar
206.253.822 US$ dan terus mengalami peningkatan pada bulan berikutnya. Oleh
karena itu, diharapkan pemerintah dapat mengeluarkan suatu kebijakan tertentu serta
bangsa Indonesia harus dapat meminimasi konsumsi impor telepon genggam.
Kata Kunci: Elektronik, Ramalan, Telepon Genggam, Devisa

ABSTRACT
Electronic product that has nominal money total greatest and majority unit in
import is handphone. Tall handphone import gets to reduce Negara foreign exchange
reserve. To reduce pretty much arises it that thing, therefore needful import growth
projection handphone on approaching term with determination best method. Bonded
variable in observational it is appreciative handphone import in (US$) July 2002 until
Decembers 2011. Meanwhile, free variable that regard handphone import is consumer
price index, inflation, exchange rate, gross domestic product, expenditure per capita,
and outgrows Indonesian national income. Method the most accurate to predict
handphone import at Indonesian is methodic bifilar regression. Handphone import
point January 2012 one are predicted are as big as 206.253.822 US$ and continually
experience step-up on next moon. Therefore, expected government can issue a given
policy and Indonesian has to get reduce handphone import consumption.
Key word: Electronics, Forecast, Handphone, Foreign exchange

PENDAHULUAN
Kedudukan produk impor terbesar kedua Indonesia ditempati oleh elektronik.
Devisa yang harus dikeluarkan untuk memasukkan produk elektronik ke Indonesia
mencapai 15.513.056.482 US$. Sejak tahun 2000 hingga tahun 2010, impor elektronik
mengalami peningkatan secara terus-menerus, kecuali tahun 2002 dan 2009. Turun

1
naiknya jumlah impor tersebut dapat mempengaruhi pendapatan devisa negara. Jika
nilai impor semakin tinggi, maka devisa semakin menurun begitupun sebaliknya.
Produk impor elektronik terbagi menjadi tiga komoditi, yakni produk konsumsi,
komponen dan bagian elektronik, serta produk telematika. Nilai impor tertinggi dari
ketiga komoditi tersebut pada tahun 2009 hingga 2010 dimiliki oleh produk telematika.
Jenis produk telematika yang memiliki nominal uang total terbesar serta unit terbanyak
adalah telepon genggam. Telepon genggam merupakan suatu perangkat telekomunikasi
elektronik yang memiliki kemampuan dasar sama dengan telepon saluran tetap, namun
dapat dibawa ke mana-mana tanpa disambung menggunakan kabel. Adapun nilai impor
telepon genggam tahun 2000 hingga 2011 ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1
Impor Telepon Genggam dalam US $
Nilai Impor Nilai Impor
Tahun Tahun
Telepon Genggam Telepon Genggam
2000 23.617.087 2006 279.958.112
2001 5.841.897 2007 52.636.723
2002 2.603.871 2008 90.555.228
2003 28.593.581 2009 1.760.216.324
2004 89.814.290 2010 2.326.978.040
2005 120.251.657 2011 2.408.543.277
Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

Turun naiknya nilai impor telepon genggam tersebut dapat dipengaruhi oleh
minat konsumen. Tingginya minat konsumen terhadap produk tersebut dikarenakan
keunggulan spesifikasi dibandingkan telepon genggam lainnya. Apabila minat
konsumen terhadap produk telepon genggam terus meningkat, maka nominal impor
telepon genggam akan semakin bertambah dan cadangan devisa negara akan berkurang.
Kekurangan cadangan devisa tersebut dapat membuat stabilitas ekonomi nasional
semakin melemah. Demi meminimasi kemungkinan timbulnya hal tersebut, maka
diperlukan proyeksi pertumbuhan impor telepon genggam pada masa mendatang.
Penelitian mengenai proyeksi impor di Indonesia telah dilakukan sebelumnya
oleh Nusantara (2006) mengenai impor buah, impor susu oleh Amaliah dan Fahmi
(2007), impor tekstil oleh Raswatie (2008), total impor oleh Suswati (2011), impor
bahan baku oleh Atmadji (2004), dan impor gula oleh Dachliani (2006). Tahun 2011
juga terdapat penelitian mengenai dampak impor produk elektronik China yang
dilakukan oleh Salam dan Haryotejo. Sedangkan, proyeksi impor elektronik khususnya
telepon genggam belum pernah dilakukan. Hal ini menyebabkan perlu dilakukan
proyeksi impor telepon genggam di atas tahun 2011. Proyeksi tersebut berguna agar
pemerintah dapat mengantisipasi pertumbuhan ekonomi dimasa akan datang melalui
suatu kebijakan.

METODE PENELITIAN
Varibel, Data, dan Sumber Data
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah nilai impor telepon genggam
dalam (US$). Sementara variabel bebas (X) yang mempengaruhi impor telepon
genggam, yaitu indeks harga konsumen, inflasi, nilai tukar (kurs), pertumbuhan
ekonomi dari perubahan produk domestik bruto, pengeluaran per kapita, dan besar

2
pendapatan nasional Indonesia. Data yang digunakan termasuk data sekunder, berupa
nilai impor telepon genggam (US$) bulan Juli 2002 hingga Desember 2011.
Kurun waktu tidak dimulai dari Januari 2002 karena, pada bulan Mei 2002
nominal uang impor telepon genggam bernilai nol. Nilai tersebut tidak dapat
dipergunakan sebagai landasan untuk peramalan. Selain itu, beberapa metode peramalan
seperti, logistik dan Gompertz membutuhkan banyak data yang habis dibagi tiga.
Apabila data digunakan mulai bulan Juni 2002, maka data tidak habis dibagi tiga. Demi
mengantisipasi hal tersebut, lebih baik digunakan data dalam kurun waktu Juli 2002
hingga Desember 2011.
Data impor elektronik Indonesia dapat diperoleh melalui situs web Kementerian
Perindustrian. Sementara data uang impor telepon genggam, inflasi, produk domestik
bruto, pengeluaran per kapita, indeks harga konsumen, pendapatan nasional Indonesia,
dan nilai tukar dapat dikumpulkan berdasarkan situs web Badan Pusat Statistik dan
Bank Indonesia.

Pengolahan Data
Pengolahan data pada peramalan impor telepon genggam memiliki beberapa
tahapan. Gambar 1 menunjukkan tahap pengolahan data untuk melakukan peramalan
tersebut.

Gambar 1 Pengolahan Data Ramalan

3
PEMBAHASAN
Eksplorasi Data
Uji pola data penting dilakukan sebelum peramalan dibuat. Uji pola data
dilakukan dengan memeriksa sifat stasioner data. Uji pola data impor telepon genggam
periode Juli 2002 sampai Desember 2009 ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Uji Pola Data Impor Telepon Genggam

Demi membuktikan data tersebut memiliki pola kecenderungan, maka


dibutuhkan pengujian autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Nilai autokorelasi pertama mencapai 0,9 dan setelah itu menurun secara bertahap.
Sembilan angka korelasi melewati garis batas merah, sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat autokorelasi pada data ini (Santoso, 2009). Angka korelasi yang tinggi dan
menurun secara bertahap menandakan bahwa data mengikuti kecenderungan tertentu.

uji autokorelasi

1.0
0.8
0.6
0.4
Autocorrelation

0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Lag

Gambar 3 Uji Autokorelasi

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pola data impor telepon genggam
mengikuti kecenderungan tertentu dan dapat digunakan untuk peramalan jangka
panjang. Metode yang dapat membantu penyelesaian ramalan tersebut adalah metode
kecenderungan logistik, model Gompertz, kecenderungan eksponensial, dan regresi
berganda.

4
Metode Kecenderungan Logistik
Kecenderungan logistik atau kurva S merupakan metode yang menggambarkan
pertumbuhan suatu jenis industri, penduduk, dan lain-lain (Supranto, 1993). Nilai impor
telepon genggam bulan Januari 2012 hingga Desember 2014 yang didapatkan melalui
metode kecenderungan logistik ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Peramalan Impor Telepon Genggam Metode Kecenderungan Logistik
Peramalan Peramalan Peramalan
Bulan Kecenderungan Bulan Kecenderungan Bulan Kecenderungan
Logistik Logistik Logistik
Jan-12 -32.891.600 Jan-13 -21.820.767 Jan-14 -17.526.340
Feb-12 -31.186.357 Feb-13 -21.296.693 Feb-14 -17.302.385
Mar-12 -29.699.955 Mar-13 -20.814.123 Mar-14 -17.091.556
Apr-12 -28.393.570 Apr-13 -20.368.582 Apr-14 -16.892.851
May-12 -27.237.046 May-13 -19.956.211 May-14 -16.705.369
Jun-12 -26.206.600 Jun-13 -19.573.670 Jun-14 -16.528.290
Jul-12 -25.283.228 Jul-13 -19.218.047 Jul-14 -16.360.875
Aug-12 -24.451.556 Aug-13 -18.886.798 Aug-14 -16.202.449
Sep-12 -23.699.016 Sep-13 -18.577.686 Sep-14 -16.052.397
Oct-12 -23.015.234 Oct-13 -18.288.737 Oct-14 -15.910.160
Nov-12 -22.391.569 Nov-13 -18.018.204 Nov-14 -15.775.223
Dec-12 -32.891.600 Dec-13 -17.764.533 Dec-14 -15.647.118

Model Gompertz
Model ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat kejenuhan atau target
maksimum. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu penerapan dalam model ini
(Supranto, 1993). Persamaan Gompertz untuk meramalkan impor telepon genggam
ditunjukkan oleh Persamaan (1).

t
Y  (1376236,525).(1,32146)1,02961 ........................... (1)
Model ini memiliki nilai r sebesar 1,02961. Nilai tersebut tidak memenuhi syarat
utama model Gompertz. Sehingga dapat dikatakan bahwa data impor telepon genggam
yang diproses tidak termasuk dalam model Gompertz.

Metode Kecenderungan Eksponensial


Merupakan metode dengan kecepatan pertumbuhan impor untuk meramalkan
jumlah impor telepon genggam (Supranto, 1993). Berdasarkan persamaan tersebut,
didapatkan nilai peramalan bulan Januari 2012 hingga Desember 2014 yang ditunjukkan
pada Tabel 3.

5
Tabel 3 Peramalan Impor Telepon Genggam Metode Kecenderungan Eksponensial
Peramalan Peramalan Peramalan
Bulan Kecenderungan Bulan Kecenderungan Bulan Kecenderungan
Eksponensial Eksponensial Eksponensial
Jan-12 273.549.508 Jan-13 519.624.595 Jan-14 987.059.788
Feb-12 288.573.924 Feb-13 548.164.423 Feb-14 1.041.272.998
Mar-12 304.423.540 Mar-13 578.271.771 Mar-14 1.098.463.810
Apr-12 321.143.679 Apr-13 610.032.733 Apr-14 1.158.795.766
May-12 338.782.154 May-13 643.538.132 May-14 1.222.441.391
Jun-12 357.389.403 Jun-13 678.883.780 Jun-14 1.289.582.685
Jul-12 377.018.636 Jul-13 716.170.749 Jul-14 1.360.411.643
Aug-12 397.725.984 Aug-13 755.505.666 Aug-14 1.435.130.805
Sep-12 419.570.661 Sep-13 797.001.012 Sep-14 1.513.953.839
Oct-12 442.615.133 Oct-13 840.775.445 Oct-14 1.597.106.144
Nov-12 466.925.299 Nov-13 886.954.142 Nov-14 1.684.825.500
Dec-12 492.570.674 Dec-13 935.669.155 Dec-14 1.777.362.749

Uji Asumsi Regresi


Sebelum membuat persamaan regresi lebih baik dilakukan pengujian asumsi
linieritas, normalitas, homoskedasitas, dan multikolinieritas. Asumsi linieritas
menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat garis lurus
baik positif maupun negatif. Asumsi ini merupakan asumsi terpenting, karena model
yang tidak linier akan mengganggu fungsi peramalan (Santoso, 2009). Gambar 4 dapat
digunakan sebagai alat untuk mengetahui adanya hubungan antara beberapa variabel
bebas dengan variabel terikat.
Hubungan antara impor telepon genggam terhadap inflasi, kurs dollar Amerika,
dan indeks harga konsumen tidak membentuk pola garis yang semakin naik. Sedangkan,
impor telepon genggam terhadap pengeluaran per kapita, produk domestik bruto, dan
pendapatan nasional Indonesia apabila dibuat garis akan membentuk pola garis yang
semakin naik. Dengan demikian, asumsi linieritas yang terpenuhi hanya hubungan
antara impor telepon genggam terhadap pengeluaran per kapita, produk domestik bruto,
dan pendapatan nasional Indonesia.
Data pada grafik normal probabilitas bergerombol disekitar garis teoritis. Hal ini
menandakan bahwa asumsi normalitas data impor telepon genggam telah dipenuhi.
Begitupula dengan sebaran residu pada histogram memiliki bentuk yang mengarah ke
bentuk teoritis distribusi normal, yaitu seperti bentuk lonceng.
Uji homoskedasitas dilakukan dengan melihat grafik sebaran error dan nilai
ramalan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan bahwa
asumsi homoskedasitas telah terpenuhi, karena tidak membentuk pola tertentu.
Asumsi multikolinieritas merupakan asumsi yang menunjukkan bahwa variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat dan antar variabel bebas tidak boleh saling
mempengaruhi. Pada kasus ini asumsi multikolinieritas memang dilanggar akan tetapi,
model regresi tetap dapat digunakan. Hal ini dikarenakan asumsi normalitas dan
homoskedasitas berdasarkan variabel impor telepon genggam terhadap inflasi, kurs
dollar Amerika, indeks harga konsumen, pengeluaran per kapita, produk domestik
bruto, dan pendapatan nasional Indonesia telah terpenuhi. Sedangkan, asumsi linieritas

6
yang terpenuhi hanya hubungan antara impor telepon genggam terhadap pengeluaran
per kapita, produk domestik bruto, dan pendapatan nasional Indonesia.

Gambar 4 Diagram Pencar

Gambar 5 Uji Normalitas

Gambar 6 Uji Homoskedasitas

Namun, apabila dilihat antara kurs dollar Amerika dengan variabel bebas
pengeluaran per kapita, produk domestik bruto, dan pendapatan nasional Indonesia nilai
korelasi masih bersifat positif walaupun lemah. Berbeda halnya dengan variabel inflasi
dan indeks harga konsumen terhadap pengeluaran per kapita, produk domestik bruto,
dan pendapatan nasional Indonesia memiliki korelasi negatif yang cukup berarti. Demi
didapatkannya suatu persamaan regresi yang baik, maka variabel yang dieliminasi

7
adalah inflasi dan indeks harga konsumen. Sedangkan, variabel yang dianggap dapat
meramalkan impor telepon genggam adalah kurs dollar Amerika, pengeluaran per
kapita, produk domestik bruto, dan pendapatan nasional Indonesia.

Metode Regresi Berganda


Pengolahan data yang dilakukan menghasilkan persamaan regresi berganda seperti yang
ditunjukkan oleh Persamaan (2).

Y  (567801114)  17410 X1  14566 X2  15417082 X3  873X4 ......... (2)

Nilai R2 yang didapat adalah sebesar 85,4%. Persentase tersebut menunjukkan


bahwa 85,4% impor telepon genggam dapat dijelaskan oleh variasi dari kurs dollar
Amerika (X1), produk domestik bruto (X2), pengeluaran per kapita (X3), dan
pendapatan nasional Indonesia (X4). Sedangkan, 14,6% dapat dijelaskan oleh faktor
seperti selera konsumen. Nilai F sebesar 159,12 merupakan nilai yang sangat tinggi dan
nilai probabilitas 0,00 berada jauh di bawah 0,05. Nilai probabilitas tersebut
menunjukkan bahwa keempat variabel memiliki pengaruh penting terhadap impor
telepon genggam. Angka probabilitas 0,05 merupakan angka yang biasa dipergunakan
dalam ilmu sosial untuk menjadi batas penerimaan atau penolakan suatu pengujian
(Santoso, 2009).
Konstanta, kurs dollar Amerika, produk domestik bruto, dan pengeluaran per
kapita memiliki nilai probabilitas 0,000. Sedangkan, pendapatan nasional Indonesia
memiliki nilai probabilitas 0,001. Nilai tersebut berada jauh di bawah angka batas
probabilitas 0,05. Maka dari itu, dapat dikatakan baik konstanta maupun koefisien
regresi dalam persamaan memiliki pengaruh terhadap impor telepon genggam.

Pemilihan Metode Terbaik


Metode yang memiliki nilai kesalahan terkecil merupakan metode terbaik untuk
meramalkan impor telepon genggam tahun-tahun berikutnya (Santoso, 2009). Tabel 4
merupakan nilai kesalahan kuadrat dari ketiga metode tersebut.
Tabel 4 Nilai Kesalahan Peramalan
Metode Kesalahan Kuadrat
Kecenderungan Logistik 1,70112x1017
Kecenderungan eksponensial 2,35452x1015
Regresi berganda 1,09020x1015

Nilai kesalahan peramalan terkecil ada pada metode regresi berganda. Selain
memiliki nilai kesalahan peramalan terkecil, metode ini mempertimbangkan beberapa
pengaruh dari impor telepon genggam (Santoso, 2009). Sehingga metode ini dapat
dikatakan sebagai metode paling akurat untuk meramalkan impor telepon genggam di
Indonesia. Nilai hasil peramalan berdasarkan persamaan regresi berganda ditunjukkan
pada Tabel 5.

8
Tabel 5 Peramalan Impor Telepon Genggam Metode Regresi Berganda
Peramalan Peramalan Peramalan
Bulan Bulan Bulan
Regresi Regresi Regresi
Jan-12 206.253.822 Jan-13 227.354.742 Jan-14 248.455.662
Feb-12 208.012.232 Feb-13 229.113.152 Feb-14 250.214.072
Mar-12 209.770.642 Mar-13 230.871.562 Mar-14 251.972.482
Apr-12 211.529.052 Apr-13 232.629.972 Apr-14 253.730.892
May-12 213.287.462 May-13 234.388.382 May-14 255.489.302
Jun-12 215.045.872 Jun-13 236.146.792 Jun-14 257.247.712
Jul-12 216.804.282 Jul-13 237.905.202 Jul-14 259.006.122
Aug-12 218.562.692 Aug-13 239.663.612 Aug-14 260.764.532
Sep-12 220.321.102 Sep-13 241.422.022 Sep-14 262.522.942
Oct-12 222.079.512 Oct-13 243.180.432 Oct-14 264.281.352
Nov-12 223.837.922 Nov-13 244.938.842 Nov-14 266.039.762
Dec-12 225.596.332 Dec-13 246.697.252 Dec-14 267.798.172

Analisis
Metode terbaik untuk meramalkan impor telepon genggam di Indonesia adalah
metode regresi berganda. Berdasarkan persamaan regresi berganda dapat diketahui
setiap kenaikan satu rupiah kurs dollar Amerika akan menurunkan 17.410 US$ impor
telepon genggam. Sedangkan, penurunan satu rupiah kurs dollar Amerika dapat
menaikkan 17.410 US$ impor telepon genggam. Berbeda halnya dengan kenaikan satu
rupiah produk domestik bruto dapat menaikkan 14.566 US$ impor telepon genggam
atau setiap penurunan satu rupiah produk domestik bruto akan menurunkan 14.566 US$
impor telepon genggam (Santoso, 2009).
Kenaikan satu persen pengeluaran per kapita akan menurunkan 15.417.082 US$
impor telepon genggam dan penurunan satu persen pengeluaran per kapita dapat
menaikkan 15.417.082 US$ impor telepon genggam. Sedangkan, pendapatan nasional
Indonesia yang mengalami kenaikan satu rupiah dapat menurunkan 873 US$ impor
telepon genggam, kemudian penurunan satu rupiah pendapatan nasional Indonesia akan
menaikkan 873 US$ impor telepon genggam (Santoso, 2009).
Hasil ramalan impor telepon genggam di Indonesia menunjukkan penurunan
dari bulan Desember 2011 yang bernilai 224.357.298 US$ menjadi 206.253.822 US$ di
bulan Januari 2012. Februari 2012 impor telepon genggam meningkat hingga
208.012.232 US$ dan terus menerus mengalami peningkatan pada bulan berikutnya.
Kenaikkan nilai impor ini harus segera diwaspadai oleh pemerintah agar cadangan
devisa negara tidak terus berkurang.
Salah satu cara agar devisa negara semakin meningkat adalah dengan
memperbanyak ekspor. Akan tetapi, nilai ekspor telepon genggam tidak pernah
melebihi nilai impornya. Tahun 2003 nilai ekspor telepon genggam 4.735.124 US$
sedangkan, nilai impor telepon genggam 28.593.581 US$. Tahun 2011 ekspor telepon
genggam mencapai 116.131.205 US$ sedangkan, nilai impor telepon genggam
2.408.543.277 US$. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat mengeluarkan
kebijakan untuk mengatasi kenaikan impor tersebut (BPS, 2011).
Penjualan impor telepon genggam tahun 2010 mencapai 60% sedangkan,
telepon genggam lokal meningkat hingga 40%. Namun akibat persaingan pasar, harga

9
telepon genggam lokal justru menurun tajam hingga mencapai 15% dan impor telepon
genggam berkuasa 85% (Direktur HT Mobile, 2011).
Salah satu merk telepon genggam lokal, yakni polytron memiliki kapasitas
produksi sebesar 50.000 unit per bulan (Suhendra, 2011). Namun, produksi tersebut
belum seutuhnya dilakukan oleh Indonesia, karena sebagian produksi masih dilakukan
di China. Berdasarkan hal tersebut, seharusnya telepon genggam yang diproduksi di
Indonesia harus lebih banyak dan produsen telepon genggam harus memiliki niat untuk
membangun pabrik di dalam Negeri (Dirjen Industri, 2011).
Beberapa waktu yang lalu Kementerian Perindustrian telah berusaha mendorong
pembangunan industri produksi telepon genggam di Indonesia. Selain itu pemerintah
sudah bersedia untuk menyiapkan insentif bagi investor yang berminat membangun
pabrik telepon genggam di Indonesia. Namun hingga saat ini, bangsa Indonesia belum
terlihat minatnya untuk melakukan pembangunan pabrik telepon genggam di Indonesia
atau minimal mencoba untuk mengurangi konsumsi impor telepon genggam
(Kemenperin, 2011). Oleh karena itu, selain diperlukannya kebijakan lain dari
pemerintah untuk mengantisipasi masalah kenaikan impor telepon genggam, maka
bangsa Indonesia harus memiliki kesadaran tinggi untuk tidak terus menerus
mengkonsumsi impor telepon genggam.

SIMPULAN DAN SARAN


Metode terbaik dalam meramalkan impor produk elektronik khususnya telepon
genggam adalah regresi berganda. Demi melengkapi penelitian ini, diharapkan kepada
peneliti selanjutnya untuk menguji variabel bebas persepsi kualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Amaliah dan Fahmi. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Susu Indonesia”.
Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol. 4, No.2, pp. 91-102.
Amin, Nur. 10 Juli 2011. Brand Switching Pengguna Posel Lokal Menjadi Smartphone
Global. http://benyahya.student.umm.ac.id.
Anonim. 10 September 2012. Urutan Merek Telepon Genggam yang Paling diminati
2011. http://www.topbrand-award.com.
Anton. 2006. Analisis Model Volatilitas Return Saham. Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Astuti, Sri Wahjuni dan Cahyadi, I Gde. 2007. “Pengaruh Elemen Ekuitas Merek
terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan di Surabaya Atas Keputusan Pembelian
Kartu Perdana IM3”. Majalah Ekonomi. Tahun XVII, No. 2.
Atmadji, Eko. 2004. “Analisis Permintaan Impor Indonesia”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 9, No.2, pp. 165-176.
Badan Pusat Statistik. 12 Juli 2012. Data Ekspor Tahun 2003 hingga 2011.
http://www.bps.go.id/exim-frame.php.
Badan Pusat Statistik. 19 Maret 2012. Data Impor Tahun 2000 hingga 2011.
http://www.bps.go.id/exim-frame.php.
Bank Indonesia. 19 Maret 2012. Kurs Transaksi Bank Indonesia. http://www.bi.go.id.
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi: Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Buffa, Elwood S dan Sarin, Rakesh K. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern.
Edisi: Kedelapan, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

10
Dachliani, Diesy Meireni. 2006. Permintaan Impor Gula Indonesia Tahun 1980 – 2003.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Departemen Keuangan. 19 Maret 2012. Faktor Pengaruh Impor.
http://www.depkeu.go.id.
Dilworth, J.B. 1992. Operations Management: Design, Planning and Control for
Manufacturing and Services. McGraw-Hill, Singapore.
Dirjen Industri. 10 Juli 2011. Produksi Ponsel Didorong ke Dalam Negeri.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/3036/Produksi-Ponsel-Didorong-ke-Dalam-
Negeri.
Firdaus. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gaspersz, Vincent. 2002. Production Planning and Inventory Control. Edisi: Revisi dan
Perluasan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hadisantono. 1999. “Model Ekonometrik: Alat Studi Kebijaksanaan dan Peramalan”.
Jurnal Teknologi Industri. Vol. III, No. 4, pp. 273-280.
Handoko, T.Hani. Dasar-Dasar Manajemen Produksidan Operasi. Edisi: Pertama,
BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Hanke, J.E., Reitsch, A.G. 1995. Business Forecasting. Edisi: Kelima, Prentice-Hall
International Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Edisi: Ketiga, PT. Grasindo, Jakarta.
Kementerian Perindustrian. 12 Maret 2012. Perkembangan Impor Indonesia.
http://x.kemenperin.go.id.
Makridakis dan Wheelwright. 1994. Alih Bahasa Wirajaya, Metode Peramalan untuk
Manajemen. Edisi: Kelima, Binarupa Aksara, Jakarta Barat.
Makridakis, S., Wheelwright, S. C. and Hyndman, R. J. 2001. Forecasting: Method and
Applications. Wiley & Sons, New York.
Nusantara. 2006. Peramalan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Buah
Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Paramita, Citra. 2011. Analisis Perbandingan Metode Peramalan Penjualan Bahan
Bakar Minyak dengan Standar Kesalahan Peramalan pada PT Pertamina (Persero)
Region IV JATENG dan DIY. Universitas Diponegoro, Semarang.
Pardamean, Mei Taripar. 2007. Analisa Box Jenkins pada Pembentukan Model
Produksi Premi Asuransi Kendaraan Bermotor Roda Empat. Universitas
Gunadarma, Jakarta.
Raswatie, Fitria. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Tekstil dan Produk
Tekstil Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Render dan Heizer. 2001. Alih Bahasa Ariyoto, Prinsip-Prinip Manajemen Operasi.
Edisi: Bahasa Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Salam dan Haryotejo. 2011. “Dampak Ekonomi Asean China Fta terhadap Produk
Elektronik Indonesia”. Jurnal Standardisasi. Vol. 13, No. 3, pp. 207-220.
Salendu, Mark Billy Abraham. 2011. Perancangan Program Aplikasi Analisis
Peramalan Nilai Jsx Composite Index Menggunakan Metode Ekonometrik dan
Analisis Teknikal. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Santoso, Singgih. 2009. Bussiness Forecasting. PT Elex Media Computindo, Jakarta.
Suhendra. 10 Juli 2011. Grup Djarum Rambah Bisnis Telepon Seluler.
http://finance.detik.com/read/2011/03/14/113416/1590989/1036/disclamer.html.
Sukandar. 2008. “Studi Model Statistika Data Deret Waktu untuk Peramalan Produksi
Pangan”. Jurnal Media Gizi dan Keluarga. Vol. 32, No. 1, pp. 1-7.
Supranto, Johannes. 1993. Metode Ramalan Kuantitatif. Rineka Cipta, Jakarta.

11
Suswati, Endang. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor di
Indonesia Periode 1992-2009. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Triyono. 2008. “Analisis Perubahan Kurs Rupiah”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 9,
No. 2. pp. 156-167.

12

Anda mungkin juga menyukai