Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Ekspor Indonesia

Biro Riset LMFEUI

Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan
pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional.
Perkembangan ekspor juga bisa dijadikan sebagai salah satu tolok ukur
perkembangan ekonomi nasional dan daya saing produk nasional di pasar dunia.
Karena itulah, setiap rejim pemerintahan berkepentingan untuk mencari langkah
terobosan untuk meningkatkan nilai ekspor, terutama ekspor non‐migas. Berikut
disampaikan hasil riset Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (LMFEUI) yang bisa dijadikan masukan baik bagi pemerintah dalam
perumusan kebijakan bidangf ekspor maupun bagi dunia usaha swasta dan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).

Neraca Perdagangan Indonesia

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, dalam kurun waktu 2009‐2013 nilai ekspor
Indonesia mengalami peningkatan dari 116.510 juta US$ tahun 2009 menjadi 182.551,8 juta
US$ atau mengalami peningkatan sebesar 11,45%. Dalam periode ini ekspor migas
mengalami peningkatan dari 19.018,3 juta US$ tahun 2009 menjadi 32.633 juta US$ tahun
2013 atau meningkat sebesar 14,53%. Hal yang sama juga terjadi dengan ekspor non‐migas
yang mengalami peningkatan dari 97.491,7 juta US$ tahun 2009 menjadi 149.918,8 juta US$
atau meningkat sebesar 10,80%. Pada periode 2009‐2013 pertumbuhan nilai ekspor migas
lebih tinggi dari non‐migas.
Walaupun demikian, terdapat perkembangan yang kurang menggembirakan. Data
Tabel 1 menunjukkan, perkembangan nilai ekspor Indonesia periode 2009‐2013 mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2009, nilai ekspor mencapai 116.510 juta US$, lalu meningkat menjadi
157.779,1 juta US$ tahun 2010 dan mencapai puncak pada tahun 2011, yaitu 203.496,6 juta
US$. Setelah itu, nilai ekspor terus mengalami penurunan menjadi 190.020,1 juta US$ tahun
2012 dan turun lagi menjadi 182.551,8 juta US$ tahun 2013.

Tabel 1.
Neraca Perdagangan Indonesia 2009‐2013 (Juta US$)
NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

I EKSPOR 116.510,0 157.779,1 203.496,6 190.020,1 182.551,8


1 Migas 19.018,3 28.039,6 41.477,0 36.977,3 32.633,0
2 Non‐Mogas 97.491,7 129.739,5 162.019,6 153.042,8 149.918,8
II IMPORT *) 96.829,2 135.663,3 177.435,6 191.689,5 186.628,7
1 Migas 18.980,7 27.412,7 40.701,5 42.564,2 45.266,4
2 Non‐Mogas 77.848,5 108.250,6 136.734,0 149.125,3 141.362,3
III NERACA 19.680,8 22.115,8 26.061,1 ‐1.669,4 ‐4.076,9
1 Migas 37,6 626,9 775,5 ‐5.586,9 ‐12.633,4
2 Non‐Mogas 19.643,2 21.488,9 25.285,5 3.917,6 8.556,5
Sumber: BPS, diolah Kementerian Perdagangan RI (2014)
Hal yang menarik untuk dilihat lebih jauh adalah perkembangan persentase nilai
ekspor migas dan non‐migas terhadap total ekspor sebagaimana ditampilkan pada Gambar
1. Fluktuasi porsi nilai ekspor migas mengikuti fluktuasi total ekspor. Pada saat nilai total
ekspor meningkat, persentase nilai ekspor migas terhadap total ekspor mengalami
peningkatan. Hal sebaliknya terjadi dengan porsi nilai ekspor non‐migas terhadap nilai total
ekspor. Pada saat nilai total ekspor meningkat, persentase nilai ekspor non‐migas justeru
menurun dan sebaliknya, pada saat nilai total ekspor menurun, persentase nilai ekspor non‐
migas meningkat.
Gambar 1.
Perbandingan Nilai Ekspor Migas dan Non‐Migas Indonesia 2009‐2013 (%)
120.00%

100.00%

80.00%

60.00% 82.23% 79.62% 80.54% 82.12% Non‐Migas


83.68%
Migas
40.00%

20.00%
16.32% 17.77% 20.38% 19.46% 17.88%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2014)

Data yang ada juga menunjukkan, pertumbuhan nilai impor Indonesia lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan nilai ekspor sebagaimana terlihat dalam Gambar 2. Nilai
impor Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 18,03% dalam periode 2009‐2013,
sementara pertumbuhan ekspor hanya 11,45%. Perbedaan pertumbuhan ini juga terjadi
pada sektor migas dan non‐migas. Pertumbuhan impor migas pada periode tersebut
mencapai 24,34%, sementara pertumbuhan ekspor migas hanya 14,53%. Pertumbuhan
impor non‐migas mencapai 16,34%, sementara pertumbuhan ekspor non‐migas mencapai
10,80%. Kondisi ini menggambarkan betapa Indonesia digempur produk impor, Indonesia
menjadi salah satu sasaran ‘empuk’ bagi produk negara lain. Sementara Gambar 3
menunjukkan perkembangan perbandingan nilai impor migas dan non‐migas.
Dengan perkembangan seperti ini, maka selisih nilai ekspor dan impor mengalami
penurunan dari surplus 19.680,80 juta US$ tahun 2009 menjadi defisit sebanyak 4.076,90
juta US$ tahun 2013. Data menunjukkan, defisit neraca perdagangan terjadi dalam 2 tahun
terakhir. Defisit perdagangan terutama terjadi pada sektor migas, dari surplus 37,60 juta
US$ tahun 2009 menjadi defisit 12.633,40 juta US$. Sementara sektor non‐migas masih
tercatat surplus, namun nilai surplusnya mengalami penurunan sebesar 28,57%.
Dari sisi sektoral, nilai ekspor Indonesia didominasi sektor non‐migas (Gambar 1.),
terutama industri dan pertambangan. Pemerintah telah menetapkan 10 komoditi utama
dan 10 komoditi potensial untuk ekspor. Ke‐10 komoditi utama tersebut adalah TPT (Tekstil
dan Produk Tekstil), elektronik, karet dan produk karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki,
otomotif, udang, kakao, dan kopi. Ke‐10 komoditi potensial adalah kulit dan produk kulit,
peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak astiri, ikan dan produk perikanan,
kerajinan, perhiasan, rempah‐rempah, dan peralatan kantor. Berikut disampaikan pemetaan
ekspor non‐migas Indonesia.

Gambar 2.
Perbandingan Pertumbuhan Ekspor Migas dan Non‐Migas Indonesia 2009‐2013 (%)
30.00%

24.34%
25.00%

20.00% 18.03%
16.34%
14.53%
15.00% Ekspor
11.45% 10.80% Impor
10.00%

5.00%

0.00%
Total Migas Non‐Migas

Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2014)

Gambar 3.
Perbandingan Nilai Impor Migas dan Non‐Migas Indonesia 2009‐2013 (%)
120.00%

100.00%

80.00%

60.00% 80.40% 79.79% 77.06% 77.80% 75.75% Non‐Migas


Migas
40.00%

20.00%
19.60% 20.21% 22.94% 22.20% 24.25%
0.00%
2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: Diolah LMFEUI berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2014)

Perkembangan Ekspor Non‐Migas ke Negara Mitra Dagang Utama

Indonesia memiliki sejumlah mitra dagang utama. Negara mitra dagang utama dibagi
atas lima kelompok besar, yakni Asia Timur‐3 (Jepang, China, Korea Selatan), India, ASEAN‐4
(Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina), Amerika Serikat, dan Uni Eropa‐5 (Belanda, Jerman,
Inggris, Italia, Perancis). Kinerja perdagangan internasional Indonesia di antaranya dapat
digambarkan oleh kinerja ekspor non‐migas ke negara mitra dagang utama. Data yang
digunakan dalam pengamatan ini adalah pertumbuhan ekspor periode 2009‐ 2013.
Gambar 4 memperlihatkan perkembangan pertumbuhan ekspor non‐migas di kelima
kelompok negara mitra dagang utama. Data tersebut menunjukkan, rata‐rata pertumbuhan
ekspor di tahun 2010 mengalami peningkatan di seluruh kelompok negara mitra dagang.
Pertumbuhan ekspor tertinggi di periode tersebut terjadi pada kelompok negara Asia Timur‐
3, yakni mencapai 43%. Sedangkan untuk kelompok negara ASEAN‐4, Amerika Serikat, Uni
Eropa‐5 terjadi
t kecenderungan perbaikan raata‐rata pertumbuhan, yang sebeluumnya berad da
di level minus,
m kemudian membaaik mencapaai sekitar 26‐‐28% di tahu
un 2010.
Pada tahun 2011, terjadi penurunan pertumb buhan ekspor di seluru uh kelompo ok
negara mitra
m dagangg. Penurunan tersebut mmencapai tittik terendah
h tahun 2012, yakni padda
kisaran ‐6%
‐ sampai dengan ‐12%. Kondisi iini ditengaraai sebagai d
dampak krisiis Eropa yan
ng
berpengaaruh terhad dap kinerja perdagangaan internasional. Tren perbaikan pertumbuha
p an
ekspor mulai terjaadi tahun 2013, walaaupun tidakk pada sem mua kelommpok negara.
Pertumbuhan yang pesat
p terjadi pada 2 kellompok negara, yaitu In
ndia dan Am
merika Serikaat.
Sementara, ekspor ke kelompo ok negara A ASEAN‐4 me engalami peenurunan mencapai
m ‐7%
%.
Penurunaan ini merrupakan salah satu isu u yang harrus diperhattikan menggingat ASEA AN
Economic Communitty (AEC) 2015 yang akan n segera tere
ealisasi.

Gambar 4.
Pertumbuhan Eksspor Non‐M
Migas Negaraa Mitra Dagaang Utama

Sumber: Diolah LMFEUI


L berd
dasarkan data Bank Indo
onesia (2014
4)

Untuk mend
U dapatkan gaambaran leb bih rinci, seelanjutnya disajikan pe erkembangaan
pertumbuhan ekspor di masing‐‐masing neggara mitra dagang utam ma yang dibaagi dalam du ua
kelompok besar, yakkni wilayah Asia
A dan Non n‐Asia. Pemb bagian tersebut tidak lain hanya gun na
mempermudah dalaam hal penggamatan. Treen pertumbuhan ekspor non‐migass di beberap pa
negara dijelaskan melalui Gambar 5. D Data yang ada menun njukkan, keecenderungaan
pertumbuhan ekspo or non‐migaas per negara mitra dagangd utama Indonessia konsisteen
dengan pertumbuhaan ekspor non‐migas
n sebelumnya. Secara um mum, terjadi peningkataan
pertumbuhan ekspo or non‐migas pada seeluruh negaara mitra d dagang di tahun 2010.
Pertumbuhan tertingggi terjadi paada China (5
59%) di wilayyah Asia, serrta Italia (42
2%) di wilayaah
non‐Asia.
Tahun 2011 terjadi
t penu urunan pertu umbuhan ekkspor non‐m migas yang mencapai
m tittik
terendah hnya pada tahun 2012. Penurunan pertumbuh han ekspor n non‐migas terlihat
t cuku up
signifikan
n pada kelom
mpok negara non‐Asia. Hal ini dianttaranya diseebabkan oleh krisis Erop pa
yang beerdampak cukup signifikan terrhadap perekonomian n negara‐neegara maju.
Selanjutnnya, pada taahun 2013 pertumbuhaan ekspor menuju
m bebeerapa negarra mengalam mi
perbaikan, di antaranya China, India,
I Jepang, dan Amerika Serikat yang telah kembali pad
da
level possitif. Namun
n secara umum, kecend derungan peenurunan peertumbuhan n ekspor non
n‐
migas maasih terjadi di
d beberapa negara mitrra dagang uttama Indoneesia.

Gambbar 5.
Pertum
mbuhan Eksp
por Non‐Miggas di Kelom
mpok Negaraa Asia dan N
Non‐Asia Pe
eriode 2009‐‐
2013

Sumbeer: Diolah LM
MFEUI berdaasarkan data Bank Indon
nesia (2014)

Gambaran peta
p ekspo or akan leebih lengkaap dengan mencermati rata‐ratta
pertumbuhan ekspo or pada peeriode lima tahun terrakhir, sertaa tingkat sttabilitas nilai
pertumbuhan terse ebut. Pengu ukuran stabilitas perttumbuhan ekspor dilaakukan gun na
menggam mbarkan volatilitas keceenderungan pertumbuhaan ekspor noon‐migas di suatu negara.
Stabilitass pertumbuhan eksporr non‐migass diukur dengan Coeffi ficient of Va
ariation (CV
V).
Sedangkaan, ukuran bubble
b dalam pemetaan menggam mbarkan panngsa pasar ekspor
e negarra
tersebut terhadap total
t ekspor Indonesia. Pemetaan kinerja eksp por non‐miggas Indonesia
pada lima kelompok negara mitrra dagang uttama, dijelasskan pada Gaambar 6.

Gambar 6.
Pemetaan Kinerja Ekspor
E Non‐M
Migas Indon
nesia Period
de 2009‐2013
3
˜‡”ƒ‰
‰‡
”‡
‰‹
Sumbeer: Diolah LM
MFEUI berdaasarkan dataa Bank Indon
nesia (2014)

H
Hasil olahan data menunjukkan bah hwa kelima kelompok n negara terseebut memiliki
nilai CV yang
y lebih keecil dari 1. Dengan
D demiikian, kondissi fluktuasi p
pertumbuhan n ekspor non n‐
migas Ind donesia cukkup stabil daalam periodee lima tahunn terakhir. Tercatat
T bahwa kelompo ok
negara yang
y memiliki rata‐rata pertumbu uhan ekspo or yang relaatif rendah,, antara lain
kelompok negara Un ni Eropa‐5 (3%),
( ASEAN
N‐4 (4%), daan Amerika Serikat (5%)). Sedangkan,
kelompok negara Asia Timur‐3 dan d India meemiliki rata‐rrata pertumb buhan ekspo or yang relattif
tinggi, masing‐masing sebesar 12 2% dan 15%. Rendahnyaa rata‐rata p pertumbuhan n ekspor non n‐
migas In ndonesia ke e negara ASSEAN perlu menjadi perhatian
p gu
una mempeersiapkan diiri
menghad dapi AEC 201 15.

Gambbar 7.
Pemetaaan Kinerja Ekspor
E Non‐‐Migas Kelom
mpok Negarra Asia dan Non‐Asia Pe
eriode 2009‐‐
2013

˜‡”ƒ‰‡ ˜‡”ƒ‰‡
”‡ ”‡
‰‹‘
‰‹

Sumbeer: Diolah LM
MFEUI berdaasarkan dataa Bank Indon
nesia (2014)

G
Gambar 7 meemperlihatkaan secara sp pesifik kinerja ekspor non n‐migas bebberapa negarra
mitra dagang utamaa Indonesia. Data yang ada menunjukkan, perggerakan perrtumbuhan di
seluruh negara mitra dagang utama Indo onesia cukup stabil dalam periodee lima tahu un
terakhir. Hal ini mengacu padaa nilai CV yaang berada pada nilai dibawah 1 pada seluru uh
negara mitra.
m Selain itu, dapat terlihat
t bahwa rata‐rataa pertumbuhan ekspor non‐migas di
kelompok negara Asia A (12%) relatif
r lebih tinggi dibaandingkan rata‐rata pada kelompo ok
negara non
n Asia (3,,5%). Hal ini menunjukkan pangsa pasar di neegara‐negarra Asia masih
cukup doominan, dibaandingkan dengan di neggara non‐Asia.
D
Dari sisi ini tergambarkkan isu strategis, yaitu rendahnya rata‐rata pertumbuha p an
ekspor non‐migas
n paada beberap pa negara d dengan panggsa pasar ekkspor yang tinggi,
t seperrti
Jepang, Singapura,
S d Korea Seelatan. Hal ini tercermin
dan n dari besarn nya ukuran bubble ketigga
negara tersebut pada Gambaar 7. Di sisi s lain, beberapa neegara denggan rata‐ratta
pertumbuhan yang relatif
r tinggi,, antara lain adalah Chinna, India, Filiipina, dan Th
hailand untu
uk
wilayah Asia,
A serta Ittalia, Amerikka Serikat, daan Jerman untuk wilayah h non‐Asia.
Perkemb bangan Eksp por Non‐Miggas ke Negarra Mitra Daggang Prospe ektif
D samping mitra dagan
Di ng utama, pengemban ngan eksporr juga dilakukan dengaan
mengidentifikasi mittra dagang prospektif,
p m
mitra yang memiliki
m poteensi perdagaangan di massa
depan. Untuk
U itu, kitta perlu melakukan pem metaan kinerrja ekspor no
on‐migas ke negara mitrra
dagang prospektif.
p N
Negara mitrra dagang p
prospektif dibagi menjaadi dua kelo ompok besaar,
yakni kelompok neggara Asia (Taaiwan, Honggkong, Turkii, Myanmar,, Kamboja, Saudi Arabiaa)
dan negara non‐Asia (Rusia, Brazil, Meksiko, Argentin na, Australia, Afrika Seelatan). Sam
ma
seperti mitra
m dagangg utama, pem metaan mitrra dagang propspektif in
ni juga delakkukan dengaan
menggun nakan data perdagangan
p n periode 20
009‐2013.

Gamb bar 8.
Pertu
umbuhan Ekkspor Non‐M
Migas Negaraa Mitra Dagaang Prospekktif Asia dan
n Non‐Asia
Periodee 2009‐2013
3

Sumbeer: Diolah LM
MFEUI berdaasarkan dataa Bank Indon
nesia (2014)

G
Gambar 8 menggambar
m rkan adanya peningkatan pertumbu uhan eksporr ke beberap pa
negara mitra
m dagangg prospektif tahun
t 2010. Beberapa negara
n yangg tumbuh cukup signifikaan
antara laain Turki, Myyanmar, Sauudi Arabia uuntuk wilayah Asia, sertaa Rusia, Braazil, Argentinna
untuk wilayah non Asia. Pada tahun 2011 1 terjadi penurunan peertumbuhan ekspor pad da
seluruh negara mitra dagang. Penurunan n ini terus berlangsungg hingga mencapai
m tittik
terendah hnya tahun 2012.
2 Pada tahun 2013,, secara umum belum tterlihat perb baikan kondiisi
pertumbuhan ekspo or yang cuku up signifikan
n. Beberapaa negara maasih berada pada kondiisi
pertumbuhan negattif atau perttumbuhan d di bawah 5%. Beberapa negara yang y tumbuuh
cukup siggnifikan di teengah tren penurunan pertumbuhaan ini antaraa lain Myanm mar, Kambojja
dan Turkki.
Seelanjutnya dilakukan an nalisa rata‐raata pertumbbuhan eksp por dan tinggkat stabilitaas
nilai perttumbuhannyya dengan indikator CV V. Dalam pemetaan ini, mitra dagang prospekttif
dibagi daalam dua kelompok besar, yakni Asia dan non‐A Asia. Hasil pemetaan dissajikan dalam
Gambar 9. 9
Gamb bar 9.
Peme
etaan Kinerjaa Ekspor Neggara Mitra Dagang
D Prosspektif Asia dan Non‐Assia Periode
20009‐2013

˜‡”ƒ‰‡
”‡‰‹
‘
˜‡”ƒ‰‡
”‡‰‹
‘

Sumbeer: Diolah LM
MFEUI berdaasarkan dataa Bank Indon
nesia (2014)

G
Gambar 9 meenunjukkan,, rata‐rata ppertumbuhan n ekspor noon‐migas unttuk kelompo ok
negara Asia
A dan kelompok
k negara non‐‐Asia cendeerung seragam, yakni sekitar 15% %.
Sementara, stabilitass pertumbuh han ekspor d di seluruh negara mitra dagang pro ospektif dapaat
dikatakann cukup stabbil, karena memiliki
m nilai CV di bawaah 1. Beberaapa negara memiliki
m rataa‐
rata perrtumbuhan ekspor yan ng relatif reendah, antaara lain adaalah Taiwan n, Hongkong,
Kamboja untuk kelo ompok negaara Asia, seerta Meksiko o, Australia,, Brazil untuk kelompo ok
negara non‐Asia. Sem mentara rataa‐rata pertuumbuhan eksspor yang tinggi terjadi antara lain di
Saudi Araabia (25%), Myanmar
M (23%), Afrika SSelatan (24%
%) dan Rusiaa (27%).

Perkemb bangan Eksp por Jasa Indoonesia


Potret kinerja ekspor jaasa Indonesia dapat dilihat dari perkembangaan ekspornyya
pada negara mitra dagang utaama. Pemettaan dilakukkan dengan membagi negara mitrra
dagang utama dalam lima kellompok bessar, yakni Asia A Timur‐33 (Jepang, China, Koreea
Selatan), India, ASEA
AN‐4 (Singap pura, Malayysia, Thailand
d, Filipina), Amerika Serikat dan Uni
Eropa‐3 (Belanda, Jeerman, Ingggris). Data yang digunakan dalam m pengamataan ini adalaah
pertumbuhan ekspor periode 20 007‐2011.
G
Gambar 10 memperliha
m tkan tren ppertumbuhan ekspor jaasa negara mitram dagan ng
utama paada periode 2007‐2013.. Secara umum, di kelom mpok negaraa Asia dapatt terlihat treen
penurunaan ekspor jasa di seeluruh negaara mitra dagang. d Treen penurunan ini teru us
berlangsung mencap pai titik tere
endah di taahun 2010. Kemudian pada p tahun 2011 terjadi
peningkaatan pertummbuhan eksp por jasa padda kelompokk negara Assia. Adapun,, peningkataan
pertumbuhan ekspo or jasa yang cukup signiifikan terjaddi pada negaara India, yaang mencapai
169% di tahun
t 2011.

Gammbar 10.
Pertum
mbuhan Ekspor Jasa Kellompok Neggara Asia dan Non‐Asia
Sumber: Diolah LMFFEUI berdasaarkan data LLD
L Bank Indonesia (2014)

Seedangkan untuk
u kelommpok negara non‐Asiaa, tren pertumbuhan ekspor jassa
cenderun ng fluktuatiff hingga tahuun 2009. Paada tahun 20 010, terjadi p
penurunan pertumbuha
p an
ekspor jaasa yang cu ukup signifikkan pada seeluruh negara kelompo ok non‐Asia. Selanjutnya,
terjadi peerbaikan kondisi pertum mbuhan eksp por jasa di beberapa
b neegara non‐Asia. Beberap
pa
negara tersebut
t diaantaranya adalah Jermaan dan Ingggris, yang m masing‐masing mencapai
pertumbuhan sebesaar 60% dan 58% 5 di tahun n 2011.

Gamb
bar 11.
Pemettaan Kinerja Ekspor Jasaa Kelompok Negara Asiaa dan Non‐A
Asia Periode 2007‐2011

˜‡”ƒ‰‡ ˜‡”ƒ‰‡
”‡‰‹ ”‡‰‹
‘ ‘

Sumber: Diolah LMFFEUI berdasaarkan data LLD


L Bank Indonesia (2014)

G
Gambar 11 menunjukkan
m n, rata‐rata p
pertumbuhaan ekspor jassa pada kelo ompok negarra
Asia (399%) relatif lebih
l tinggi dibandingkkan rata‐ratta pertumb buhan ekspo or jasa padda
kelompok negara no on Asia (‐9%)). Secara um
mum, pertum mbuhan eksp por jasa di haampir seluru
uh
negara mitra
m dagangg utama cen nderung stab bil. Hanya neegara China yang memiliki nilai CV di
atas 1.
India memiliki rata‐rata pertumbuhan yang relatif tinggi dibandingkan negara Asia
lainnya. Rata‐rata pertumbuhan ekspor jasa pada beberapa negara ASEAN, seperti
Singapura, Thailand, dan Malaysia bernilai negatif, yakni secara berurut ‐7%, ‐11%, dan ‐3%.
Rendahnya rata‐rata pertumbuhan ekspor jasa pada beberapa negara ASEAN secara implisit
menggambarkan rendahnya daya saing Indonesia pada sektor ini. Kondisi ini perlu dicermati
mengingat berlakunya AEC.
Sedangkan pada kelompok negara non‐Asia, rata‐rata pertumbuhan ekspor jasa
tertinggi terjadi pada negara Jerman yang mencapai 6%. Sementara empat negara lain
memiliki rata‐rata pertumbuhan yang bernilai negatif.

******************************

Anda mungkin juga menyukai