1
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
Kementerian Perdagangan memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui upaya
peningkatan ekspor dan penguatan pasar dalam negeri. Salah satu strategi untuk peningkatan
ekspor dan penguatan pasar dalam negeri adalah melalui branding produk, sehingga masyarakat
lebih mencintai produk Indonesia dan dikenal secara global.
Indonesia merupakan penghasil utama Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl/SSP) di dunia
dengan produksi per tahun sekitar 5 ton atau 50% dari produksi total dunia yang sebesar 10-12
ton (Data Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2019). Selain Indonesia, beberapa negara lain
juga memproduksi SSP yaitu: Australia, Filipina dan Myanmar.
Daerah penghasil Mutiara Laut Selatan di Indonesia tersebar di berbagai daerah yaitu Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Maluku, Maluku Utara, Papua.
Mutiara Laut Selatan/Mutiara Indonesia berasal dari spesies kerang Pinctada maxima yang
dibudidayakan di air asin. Kualitas Mutiara Laut Selatan terbilang lebih baik kualitasnya
dibandingkan jenis mutiara lainnya yang ada di pasar dunia seperti Mutiara Air Tawar (Fresh
Water Pearl) diproduksi di China sebesar 1.500 ton per tahun, Mutiara Akoya (Akoya Pearl)
diproduksi Jepang dan China sebesar 15-20 ton dan Mutiara Hitam (Black Pearl) diproduksi di
Tahiti dengan produksi per tahun sebesar 8-10 ton.
Meskipun Indonesia produsen terbesar Mutiara Laut Selatan, namun Mutiara Laut Selatan yang
beredar di pasar tidak dikenal sebagai mutiara yang berasal dari Indonesia. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian besar Mutiara Indonesia diekspor dalam bentuk loose pearl (butiran
mutiara belum diolah), pembelinya bukanlah end user, melainkan trader ataupun perajin dan
perusahaan perakitan jewelry yang berada di Hongkong, Jepang, dan China. Berdasarkan data
Trademap tahun 2020, Indonesia merupakan eksportir terbesar mutiara belum diolah (loose
pearl) HS 710121 (36,08%) yaitu senilai USD 38,09 juta, diikuti Hongkong (21,44%), Jepang
(17,12%), French Polynesia (15,35%) dan Vietnam (2,86%).
Selain kurang dikenal, ekspor Mutiara Indonesia yang sebagian besar dalam bentuk belum diolah
perhiasan menyebabkan nilai perdagangan yang tercatat juga belum optimal. Untuk Mutiara
dalam bentuk barang/perhiasan HS 711610 Indonesia hanya menempati urutan ke-39 negara
pengekspor. Ekspor produk mutiara yang sudah dalam bentuk perhiasan ini sebagian besar
diekspor oleh Hongkong, Amerika, China, Jepang dan Perancis.
Di dalam negeri pasar Mutiara Indonesia juga masih belum berkembang. Mutiara Indonesia tidak
begitu banyak digunakan sebagai perhiasan maupun sebagai pilihan investasi. Masyarakat
umum lebih memilih Mutiara Air Tawar dibandingkan Mutiara Indonesia.
Sebagai produsen utama Mutiara Indonesia di dunia, Indonesia memiliki peluang untuk
mengoptimalkan nilai perdagangan Mutiara Indonesia baik di dalam negeri maupun ke luar
negeri. Dengan jumlah penduduk yang besar pasar dalam negeri sangat potensial untuk
ditingkatkan. Selain itu ekspor mutiara dalam bentuk telah diolah atau diikat dalam perhiasan
menjadikan nilainya lebih tinggi. Dengan jumlah penduduk yang besar pasar dalam negeri sangat
potensial untuk ditingkatkan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu upaya untuk meningkatkan
branding Mutiara Indonesia sehingga lebih dikenal dan disukai oleh masyarakat.
2
LATAR BELAKANG
Matriks Data Ekspor SSP Dunia
3
DASAR HUKUM
▪ PP 48/2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2015 Tentang
Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang
Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
▪ Peraturan Menteri Perdagangan No 03 Tahun 2018 Tentang Ketentuan Impor Mutiara
PEMBICARA/ NARASUMBER
1. N. Gustaf F. Mamangkey, Universitas Sam Ratulangi.
2. Mulyanto, Sekretaris Jenderal Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia.
3. Trisna Ningsih, Direktur Pengolahan dan Bina Mutu, Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
4. Dedy Miharja, Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing, Kemenko Bidang
Kemaritiman dan Investasi.
5
PELAKSANAAN