A. PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, diperlukan
dukungan dari berbagai bidang. Puskesmas berperan penting dalam
memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
Permenkes Nomor 23 Tahun 2014, Pelayanan gizi di masyarakat diarahkan
untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi. Pelayanan gizi dilakukan
untuk mewujudkan perbaikan gizi pada seluruh kelompok rawan gizi. Kelompok
rawan gizi tersebut meliputi bayi dan balita; anak usia pra sekolah dan sekolah;
remja perempuan, ibu hamil, ibu nifas dan menyusui; pekerja wanita dan usia
lanjut.
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
khususnya pada Bab VIII tentang Gizi, pada pasal 141 ayat I menyatakan
bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi
perorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses mutu pelayanan
gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu serta teknologi. Upaya
pembinaan dan intervensi gizi yang dilakukan oleh pemerintah secara bertahap
dan berkesinambungan yaitu dengan program Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan (PMT-P) Balita Kurang Energi Protein (KEP).
B. LATAR BELAKANG
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah
gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi
buruk; gizi lebih 11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut
kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-
laki pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur
lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat
khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita
gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
berdasarkan hasil survey nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil
Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan
local dan tidak diberikan dalam bentuk uang. PMT pemulihan hanya sebagai
tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh balita sasaaran sehari –
hari, bukan sebagai pengganti makanan utama.
Mulai tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran
untuk kegiatan PMT-P bagi balita gizi kurang melalui dana bantuan operasional
kesehatan (BOK). Dengan adanya dana BOK di setiap puskesmas kegiatan
penyelenggaraan PMT-P diharapkan dapat dukungan oleh pimpinan puskesmas
dan jajarannya. Maka perlu dilakukan kegiatan Pemberian PMT Pemulihan,
sehingga tercapai visi dan misi Puskesmas Serayu Larangan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan PMT-Pemulihan bagi balita gizi kurang dan buruk (BGM) usia 6-59
bulan.
2. Tujuan Khusus
a. Semua balita gizi kurang dan buruk (BGM) usia 6-59 bulan memperoleh PMT
Pemulihan
b. Semua balita gizi kurang usia 6-59 bulan mendapat PMT-Pemulihan selama
90 hari
c. Semua balita gizi buruk (BGM) mendapat PMT-Pemulihan selama 90 hari.
D. TATA NILAI
Tata Nilai yang menjadi budaya kerja yaitu CANTIK
CAN CEKATAN
Bahwa dalam melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan
dilakukan dengan cepat, tepat, tanggap, dan profesional
TI TERTIB
Bahwa dalam melaksanakan tugas dan dalam memberikan pelayanan
dilakukan dengan tertib sesuai standard yang berlaku
K KOMPAK
Bahwa dalam bekerja dilakukan dengan satu visi, satu misi dan satu
tujuan
H. SASARAN
Sasaran dalam pelaksanaan pemberian PMT Pemulihan Balita KEP adalah balita
gizi kurang/ buruk dengan standar BB/U < -2 SD sejumlah 20 anak.