a. PENDAHULUAN
Perbaikan gizi memiliki kaitan yang sangat erat dengan kemampuan
menyediakan makanan ditingkat keluarga dan adanya penyakit menular dan tidak
menular. Kedua factor ini berhubungan erat dengan pendapatan, pelayanan kesehatan,
pengetahuan dan pola asuh yang diterapkan keluarga. Mengingat luasnya dimensi yang
mempengaruhi factor gizi, maka penanggulangan harus dilakukan multi disiplin ilmu
serta secara lintas kementrian/lembaga dengan melibatkan organisasi profesi,
perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat itu sendiri.
Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk berdasarkan pengukuran BB
terhadap TB yang sangat kurus mempunyai resiko kehilangan tingkat kecerdasan (IQ)
sebesar 10-15 poin. Keadaan gizi buruk sewaktu janin dalam kandungan dan setelah
dilahirkan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan otaknya, 66% dari
jumlah sel otak yaitu 25% dari berat otak dewasa. Sisanya akan ditentukan keadaan
gizi setelah lahir. Penelitian pada BBLR menunjukkan penurunan berat otak 12% dan
otak kecil 30%. Pengukuran IQ anak usia 7 tahun yang sebelumnya menderita Gizi
buruk IQ 102, Gizi kurang IQ 106, dan Gizi baik IQ 112. Hal ini menunjukkan bahwa
keadaan gizi masa lalu dapat mempengaruhi kecerdasan di masa yang akan datang.
Kekurangan gizi pada anak balita usia 6-60 bulan berdampak pada lahirnya
generasi muda yang tidak berkualitas dan terjadi kehilangan generasi yang dapat
mengganggu kelangsungan kepentingan bangsa dan Negara. Keberhasilan
pembangunan ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas memiliki fisik yang
tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima serta tangkas daan cerdas. Masalah
gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh factor konsumsi makanan dan
penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan dan
konsumsi pangan beragam, factor social ekonomi, budaya dan politik. Investasi gizi
berperan penting untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi adalah
rendahnya produktivitas kerja, kehilangan kesempatan sekolah, dan kehilangan
sumberdaya karena biaya kesehatan yang tinggi. Untuk mengatasi kekurangan gizi
pada kelompok usia balita gizi kurang perlu diselenggarakan PMT Pemulihan yang
diberikan selama 90 hari makan berupa biskuit balita.
Pelaksanaan kegiatan pemberian pmt-p pada balita gizi kurang dilaksanakan
sesuai dengan visi UPT Puskesmas Bareng yaitu mewujudkan masyarakat Kecamatan
Bareng yang mandiri hidup sehat menuju kabupaten Jombang yang berkarakter dan
berdaya saing sesuai dengan tata nilai UPT Puskesmas Bareng yang telah ditetapkan
yaitu : BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
dan Kolaboratif)
b. LATAR BELAKANG
Masih tingginya angka balita yang menderita gizi kurang yang disebabkan
berbagai faktor diantaranya pola asuh dari orang tua , kesibukan dari orang tua,
pengetahuan orang tua, social ekonomi, anak sering sakit, kelainan pada anak, dan
masih banyak lagi factor lain yang masih berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita.
Dari hasil pelaksanaan pemberian PMT-P pada balita kurus di UPT Puskesmas Bareng
pada tahun 2022 ialah 17% (Target 85%).
c. TUJUAN
I. Tujuan Umum :
Menurunnya prevalensi balita gizi kurang
2
e. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
f. SASARAN
1. Balita bawah garis merah (BGM)/ BBSK
2. Balita 2T
3. Balita kurus
4. Balita Sangat kurus
g. JADWAL PELAKSANAAN
BULAN
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemberian pmt-p pada
1
balita gizi kurang ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü