Anda di halaman 1dari 15

TATA LAKSANA PAJANAN DARAH

PASIEN HIV / AIDS


No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
:
Halaman

RINI RANIATI, SP
UPTD NIP.
197810152005012017
PUSKESMAS
PADASUKA
1. Pengertian Luka tusuk pada petugas, karena alat benda tajam/jarum bekas pasien
HIV/AIDS tanpa disengaja.
2. Tujuan Mencegah resiko penularan dari penderita ke petugas kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan petugas kesehatan karena luka tusuk
akibat benda tajam/jarum bekas pasien HIV/AIDS.

3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesamas Padasuka No.


Tentang PPI
4. Referensi Permenkes No 11 Tentang Keselamatan Pasien

5. Prosedur/ Langkah-langkah
Langkah Kerja 1. Bila terjadi luka tusuk jangan panik, atasi dengan prosedur dalam
waktu 4 jam
2. Segera cuci bagian tubuh yang tertusuk dengan air mengalir dan
sabun atau aniseptik, luka jangan di pencet-pencet
3. Percikan pada mukosa atau kulit segera dibilas dengan guyuran
air.
4. Mata di irigasi menggunakan larutan NaCl 0,9%
5. Segera laporkan kepada tim HIV/AIDS dan Tin Pengendali
infeksi RS
6. Segera ikuti penatalaksanaan profilaksis pasca pajanan.
3. Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Ketenangan dalam bertindak
2. Cermat dan teliti

6. Bagan Alir

7. Dokumen
terkait
8. Unit terkait

9. Rekaman
NO Yang diubah Isi Perubahan Mulai
histori
diberlakukan
perubahan

KONSELING HIV / AIDS


: /UKP/Pusk- Pdsk/SOP
No. Dokumen
/ /2018
No.Revisi : 00
Tanggal Terbit :
SOP :1/2
Halaman

UPTD RINI RANIATI, SP


PUSKESMAS NIP. 197810152005012017
PADASUKA
1. Pengertian Suatu proses konsultasi untuik membantu pasien mempelajari situasi mereka,
mengenali dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang
diberikan lingkungan.
2. Tujuan 1. Menyediakan dukungan psikologik.
2. Mencegah penularan HIV.
3. Menyediakan informasi tenteng perilaku beresiko.
4. Membantu mengembangkan keahlian pribadi yang diperlukan untuk
menjalani kebiasaan hidup aman.
5. Memastikan pengobatan yang efektif.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Padasuka Nomor : 030/Pusk-Pdsk/SK/ 2018
tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Padasuka
4. Referensi Pedoman Pelatihan HIV tahun 2018

5. Prosedur Langkah – langkah :.


1. Konseling Pre test
2.1.1. Motivasi pelaksanaan test sukarela.
2.1.2. Interpretsi hasil yest meliputi:
2.1.2.1. penapisan dan konfirmasi
2.1.2.2. tanpa gejala dan gejala nyata.
2.1.2.3. Pemahaman infeksi HIV dan dampaknya. HIV tidak dapat
sembuh namun dapat tetap produktif.
2.1.2.4. Infeksi opotunistis dapat diobati.
2.1.3. Estimasi hasil
2.1.3.1. Kesiapan mental emosional penerimaaan hasil pemeriksaan.
2.1.3.2. Mengkaji factor resiko
2.1.3.3. Periode jendela.
2.1.4. Membuat rencana jika didapatkan hasil.
2.1.4.1. Apa yang dilakukan jika hasil positif atau negatif.
2.1.4.2. Memperkirakan dukungan dari orang dekat / sekitar pasien.
Membangun pemahaman hidup sehat dan mendorong
perilaku sehat.
2.1.4.3. Membuat keputusan : melaksanakan test / tidak.
2. Konseling Pasca test
2.2.1. menilai situasi psikososial terkini, mendukung mental emosional
pasien.
2.2.2. Menilai pemahaman klien.
2.2.3. Membacakan hasil.
2.2.4. Mendukung emosi klien, ventilasi dan mendorong klien bicara lebih
lanjut.
2.2.5. Manajemen pemecahan masalah : gali masalah, pahami dan jelaskan
pada klien, susun rencana. Membantu membuat rencana menghadapi
kehidupan pasca pemberitahuan hasil dengan perubahan kearah
perilaku sehat.
3. Konseling menghadapi kematian
2.3.1. Pemahaman akan makna hidup.
2.3.2. Pemahaman kan makna meninggal duania.
2.3.3. Cita-cita yang sudah tercapai.
2.3.4. Cita-cita yang belum tercapai.
2.3.5. Bagaimana dengan cita-cita yang belum tercapai kepada siapa mau
disampaikan.
4. Konseling kepatuhan berobat
2.4.1. Pemahaman jenis, cara dan proses pengobatan.
2.4.2. Pemahaman dampak putus obat.
2.4.3. Dukungan untuk mengurangi beban psikologik yang membuat
pasien merasa sakit / cacat / tidak berdaya, tak ada harapan
menghadapi kehidupan karena ia harus meggunakan obat dalam
jangka waktu panjang

6. Bagan Alir

7. Dokumen 1. Formulir PITC


terkait 2. Formulir VCT
8. Unit Terkait

9. Rekaman
Histori NO Yang diubah Isi Perubahan Mulai diberlakukan

perubahan
PROSEDUR TETAP
VOLUNTARY COUNSELING AND
TESTING (VCT)
: /UKP/Pusk-Pdsk/SOP/
No. Dokumen
2018
SOP No.Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
RINI RANIATI, SP
UPTD
NIP.
PUSKESMAS
197810152005012017
PADASUKA
1. Pengertian 1. Konseling dan tes sukarela selanjutnya disebut VCT (Voluntary Counseling
and Testing) adalah kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia
antara konselor dari Tim penanggulanggan HIV-AIDS puskesmas cicalengka
dengan orang yang ingin mengetahui status HIV nya atau orangyang berisiko
tertular HIV.
1. Disebut telahmenjalani VCT apabila menjalani : konseling pre tes, testing,
dan konseling pasca tes.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan baagi petugas medis & non medis di puskesmas Padasuka
dalam pelaksanaan VCT.
2. Sebagai acuan bagi orang yang akan menjalani tes HIV.
3. Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan tes HIV di puskesmas
Padasuka.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Padasuka Nomor :


030/Pusk-Pdsk/SK/2018 tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Padasuka.

4. Referensi Pedoman Pelatihan HIV tahun 2018

5. Prosedur/ Langkah-langkah :
Langkah Kerja
1. Klien atau pasien yang akan menjalani VCT baik datang sendiri atau dikirim
oleh petugas medis terlebih dahulu mendaftar di tempat pendaftaraan
2. Klien/Pasien menjalani konseling.
3. Apabila setuju untuk diperiksa tes HIV, klien/pasien menandatangani
Informed Consent yang disediakan
4. Klien menjalani tes di laboratorium .
5. Untuk pembukaan hasil tes anti HIV, klien/pasien menjalani konseling
pasca tes.
6. Bagi pasien yang belum setuju untuk menjalani tes pada saat itu dianjurkan
untuk kunjungan ulang pada waktu yang disepakati.
6. Bagan Alir
Klien datang sendiri untuk
VCT melakukan pendaftaran

Klien melakukan konseling di ruang


konseling

Mengisi infirmconcent bila klien


setuju melakukan pemeriksaan HIV

Klien menjalani test laboratorium

Klien menjalani konseling pasca test


untuk buka hasil

Bila pasien belum mau test


HIV dianjurkan untuk
melakukan test pd lain waktu
yg telah disepakati

7. Dokumen Terkait 1. Formulir VCT


2. Formulir informconcent
8. Unit Terkait

9. Rekaman histori
perubahan NO Yang diubah Isi Perubahan Mulai
diberlakukan
PROSEDUR TETAP
PROVIDER INITIATED TESTING
AND COUNSELING (PITC)
:
No. Dokumen /UKP/Pusk-Pdsk/SOP/
/ 2018
SOP No.Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2

UPTD RINI RANIATI, SP


PUSKESMAS NIP.
19781015200501201
PADASUKA
1. Pengertian PITC (Provider Initiated Testing and Counseling) adalah testing dan konseling
yang diinisiasi oleh petugas kesehatan untuk kepentingan : 1. Diagnostik
(Diagnostic testing)
2. Tawaran Rutin(Routine Offer)
2. Tujuan Tujuan pembuatan Protap ini adalah :
1. Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas medis yang akan
melaksanakan PITC.
2. Untuk dapat mendeteksi lebih dini status HIV pasien.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Padasuka Nomor :
030/Pusk-Pdsk/SK/ 2018 tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Padasuka.

4. Referensi Pedoman Pelatihan HIV tahun 2018

5. Prosedur/ Langkah Langkah-langkah :


Kerja 1. Dokter/petugas yang memeriksa atau merawat pasien menawarkan
pemeriksaan tes HIV kepada pasien,
2. Dokter memberikan informasi singkat tentang HIV dan alasan menjalani
tes.
3. Apabila pasien setuju untuk diperiksa maka pasien menandatangani
persetujuan tes pada kartu rekam medik.
4. Kalau pasien tidak setuju, dianjurkan untuk menjalani VCT
5. Bagi pasiean yang setuju, diambil darahnya kemudian dibawa ke
laboratorium.
6. Setelah hasil pemeriksaan laboratorium selesai,dokter yang merawat
meminta konselor untuk melakukan konseling pembukaan hasil
pemeriksaan laboratorium.
6. Bagan Alir
Dokter, Rawat jalan ,
UGD ,KIA
Curiga HIV - AIDS

1.Menawarkan Tes
2.Memberikan info pretest:
 Penularan
 Pencegahan HIV

Tidak Setuju
Setuju

Penandatanganan
inform Concent

Hasil dibuka oleh


Pasien dirujuk ke dokter pengirim/
laboratorium petugas

Reaktif Non Reaktif

Penanganan Lanjut Ulang pemeriksaan


setelah 12 mg

7. Dokumen terkait

8. Unit Terkait

9. Rekaman histori
perubahan NO Yang diubah Isi Perubahan Mulai diberlakukan
PELAYANAN KONSELING PASCA
TES DI KLINIK VCT
No. :
Dokumen
No.Revisi :
SOP Tanggal :
Terbit
Halaman :

UPTD RINI RANIATI, SP


PUSKESMAS NIP.19781015200501201
PADASUKA
Pelayanan pasca test yang diberikan kepada klien yang beresiko tinggi
1. Pengertian
terkena HIV.
1. Klien mendapatkan hasil pemeriksaan test HIV dengan penjelasan
implikasinya dari Konselor.
2. Tujuan
2. Klien mendapatkan dukungan sesuai dengan hasil tes.
3. Klien mendapat dukungan tindak lanjut.
Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Padasuka Nomor : 030/Pusk-

3. Kebijakan Pdsk/SK/ 2018 tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Padasuka.

Pedoman Pelatihan HIV tahun 2018


4. Referensi
5. Prosedur/ Langkah Kerja :
Langkah kerja
1. Konselor memanggil klien (dengan menyebutkan nomor
registrasi) dan mempersilahkan masuk ruangan.
2. Konselor memperhatikan komunikasi non verbal saat klien
memasuki ruang konseling
3. Konselor mengkaji ulang secara singkat dan menanyakan keadaan
umum pasien
4. Konselor memperlihatkan amplop hasil tes yang masih tertutup
kepada klien.
5. Konselor menanyakan kesiapan klien untuk menerima hasil tes
- Apabila klien menyatakan sudah siap/sanggup menerima hasil
tes, maka Konselor menawarkan kepada klien untuk membuka
amplop bersama Konselor.
- Apabila klien menyatakan belum siap, Konselor memberikan
dukungan kepada klien untuk menerima hasil dan beri waktu
sampai klien menyatakan dirinya siap.
6. Konselor membuka amplop dan menyampaikan secara lisan hasil
testing HIV.
7. Konselor memberi kesempatan klien membaca hasilnya.
8. Sediakan waktu yang cukup untuk menyerap informasi tentang
hasil
Bila hasil positif:
1. Konselor menjelaskan dengan tenang arti hasil testing
2. Konselor memberikan kesempatan pada klien untuk
mengendalikan emosinya dan memfasilitasi penyelesaian masalah
3. Setelah pasien cukup tenang dan konseling dapat dilanjutkan,
Konselor menjelaskan beberapa informasi:
- Pengobatan ARV
- Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual
- Menawarkan konseling pasangan
4. Konselor menawarkan secara rutin klien mengikuti pemeriksaan
IMS dan manfaatnya.
5. Untuk klien perempuan terdapat fasilitas layanan pemeriksaan
kehamilan dan rencana penggunaan alat kontrasepsi bagi laki-laki
dan perempuan.
6. Memotivasi agar datang ke klinik untuk evaluasi awal secara
medis.
7. Konselor dan klien menyepakati waktu kunjungan berikutnya, jika
klien pada saat yang ditentukan klien tidak bisa hadir, disarankan
untuk menghubungi Konselor untuk perjanjian berikutnya.
8. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum diketahui dan memotivasi untuk
didampingi MK.
9. Jika tidak ada pertanyaan, sesi konseling ditutup dan Konselor
mengisi form pasca konseling.
Bila hasil negatif:
1. Konselor mendiskusikan kemungkinan klien masih berada dalam
periode jendela.
2. Konselor membuat kesimpulan dan gali lebih lanjut berbagai
hambatan.
3. Konselor memastikan klien paham dengan hasil tes dan pengertian
periode jendela.
4. Menjelaskan kebutuhan untuk tes ulang dan pelayanan VCT bagi
pasangan.
5. Menjelaskan upaya penurunan resiko yang dapat dilakukan.
6. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
tentang hal yang belum diketahuinya.
7. Konselor memotivasi klien agar bersedia didampingi MK
(Manajer Kasus) untuk mempertahankan perilaku yang aman.
8. Apabila tidak ada pertanyaan, sesi konseling ditutup dan Konselor
membuat perjanjian untuk kunjungan berikutnya. Konselor
mengisi form pasca konseling.

6. Bagan Alir

7. Dokumen
terkait Formulir Hasil pemeriksaan laboratorium

 Dokter konsultan HIV/AIDS

8. Unit terkait  Poliklinik VCT

NO Yang diubah Isi Perubahan Mulai


diberlakukan

9. Rekaman
histori
perubahan
PENANGANAN DAN
PELAPORAN KTD, KPC,
KNC DAN RESIKO KLINIS
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
:
Halaman

KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Kepala CICALENGKA DTP
CICALENGKA DTP Puskesmas Cicalengka DTP
drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010
1.Pengertian Prosedur ini mencakup semua kegiatan yang terkait dengan
identifikasi, dokumentasi dan pelaporan kasus KTD,KPC dan
KNC.
2.Tujuan Pelayanan klinis yang bermutu sangat dipengaruhi oleh
kemampuan puskesmas dalam mengidentifikasi,
mendokumentasi, menganalisis dan melaporkan permasalahan
mutu pelayanan klinis seperti KTD,KPC,KNC untuk itu perlu
dibuat suatu standar prosedur yang dapat membakukan
manajemen resiko klinis.
3.Kebijakan SK Kepala puskesmas tentang kebijakan mutu dan keselamatan
pasien.
4.Referensi

5.Prosedur 1. Pemberi pelayanan klinis yang mendapatkan KTD atau


resiko medis melakukan pertolongan dan penanganan awal
sesuai kondisi
2. Pemberi pelayanan klinis yang mengetahui adanya
KTD,KNC, KPC dan resiko klinis melakukan pengaman
berupa isolasi bukti, laporan dan lingkungan, selanjutnya
melaporkan kondisi tersebut kepada tim peningkatan mutu
pelayanan klinis dan petugas klinis yang berkompeten
3. Pemberi pelayanan klinis memberi tindakan medis dan
observasi sesuai kondisi.
4. Ketua tim peningkatan mutu pelayanan klinis melakukan
identifikasi dengan mengumpulkan informasi dan bukti
yang menyangkut input, proses dan output terjadinya
KTD,KNC, KPC dan resiko klinis. Semua hasil identifikasi
di dokumentasikan dalam lembar manajemen
KTD,KNC,KPC dan resiko medis (formulir pelaporan
insiden keselamatan)
5. Kepala puskesmas dan tim peningkatan mutu pelayanan
mengadakan analisis penyebab dan tindak lanjut
penanganan
6. Sosialisasi rencana tindak dan pelaksanaannya pada rapat
rutin puskesma
6.Distribusi Kepala puskesmas, penanggung jawab klinis, tim peningkatan
mutu pelayanan klinis, dokter, perawat, bidan, analis kesehatan,
nutrisionis, sanitarian.
7.Dokumen Terkait Blangko manajemen KTD, KPC,KNC, dan resiko medis

TATA CARA / PROSEDUR


PELAPORAN INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN (
IKP )
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Kepala CICALENGKA DTP
CICALENGKA DTP Puskesmas Cicalengka DTP
drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010
Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian
PENGERTIAN yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.
Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :
1. Diagnostik : kesalahan atau keterlambatan diagnosis
2. Treatment : kesalahan pada operasi, prosedur atau tes,
pelaksanaan terapi
3. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif,
monitoring atau follow up yang tidak sesuai pada suatu
pengobatan
4. Other : gagal melakukan komunikasi, gagal alat atau sistem
lain
1. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan insiden
keselamatan pasien
2. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai
pada akar masalah
TUJUAN 3. Untuk memperoleh data / angka insiden keselamatan pasien
4. Upaya pencegahan terjadinya kejadian / insiden
keselamatan pasien berikutnya
5. Didapatkannnya pembelajaran untuk perbaikan asuhan
kepada pasien
Surat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang
KEBIJAKAN penunjukkan sebagai Tim Keselamatan Pasien RS
1. Siapapun yang mengetahui / melihat terjadinya IKP
terutama dapat melaporkan kepada Sekretariat Tim
Keselamatan Pasien
2. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan
formulir yang tersedia atau dapat membuat laporan di
Sekretariat Tim Keselamatan Pasien paling lambat 2 x 24
PROSEDUR jam
3. Laporan meliputi : kejadian tidak diharapkan ( KTD ),
kejadian nyaris cedera ( KNC / Near Miss ), kejadian
sentinel dan lain – lain
4. Laporan saat kejadian untuk pencegahan cedera atau
pertolongan segera secara langsung memberitahukan
ke dokter penanggung jawab pelayanan
5. Laporan tertulis ditujukan ke Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit….Alamat
Sekretariat dan No telp yang bisa dihubungi
6. Laporan tidak boleh difotokopi hanya disimpan
dikantor Sekretariat Tim Keselamatan Pasien. Laporan
tidak boleh disimpan di file ruangan perawatan atau di
status pasien
7. Contoh hal yang perlu dilaporkan : salah diagnosa dan
berakibat buruk bagi pasien, kejadian yang terkait
dengan pembedahan, kejadian yang terkait pengobatan
dan prosedur, kejadian yang terkait dengan darah,
kejadian yang terkait dengan IV, follow up yang tidak
memadai, pasien jatuh, benda asing yang tertinggal di
tubuh pasien, lain – lain kejadian yang berakibat pasien
/ pengunjung cedera.
Seluruh unit – unit pelayanan dan tindakan kesehatan
1. Rawat Inap
2. Laboratorium
3. Farmasi
UNIT TERKAIT
4. UGD
5. Unit Kesling
6. Unit Nosokomial
7. Unit Peristi

Anda mungkin juga menyukai