No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
L. AHMAD
PUSKESMAS FAOZAN, S.Kep.Ners
KARANG BARU NIP.19661226 198803 1
005
Pengertian Suatu proses konsultasi untuik membantu pasien mempelajari
situasi mereka, mengenali dan melakukan pemecahan masalah
terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
Tujuan 1. Menyediakan dukungan psikologik.
2. Mencegah penularan HIV.
3. Menyediakan informasi tenteng perilaku beresiko.
4. Membantu mengembangkan keahlian pribadi yang diperlukan
untuk menjalani kebiasaan hidup aman.
5. Memastikan pengobatan yang efektif termasuk pemecahan
masalah dengan menangani isu.
Kebijakan 1. Ruang konseling harus aman, nyaman serta perlu manjaga
kerahasiaan.
2. Menyediakan diri dan waktunya untuk membantu pasien melalui
konseling.
3. Dapat berempati dan mendengarkan dengan perhatian.
4. Memahami proses infeksi HIV dan infeksi opotunistik.
5. Dapat menyimpan rahasia.
Alat dan Bahan 1. Leaflet
2. Ruang konseling
3. Meja dan kursi untuk petugas dan pasien
Prosedur / 1. Petugas melakukan konseling pencegahan :
Langkah - A. Pemahaman HIV / AIDS dan dampak fisik serta psikososial.
langkah B. Cara penularan dan pencegahan.
C. Pemahaman perilaku hidup sehat.
D. Mendorong perubahan perilaku kearah hidup sehat.
2. Petugas melakukan konseling Pre test
A. Motivasi pelaksanaan test sukarela.
B. Interpretsi hasil yest meliputi:
1) penapisan dan konfirmasi
2) tanpa gejala dan gejala nyata.
3) Pemahaman infeksi HIV dan dampaknya. HIV tidak
dapat sembuh namun dapat tetap produktif.
4) Infeksi opotunistis dapat diobati.
C. Estimasi hasil
1) Kesiapan mental emosional penerimaaan hasil
pemeriksaan.
2) Mengkaji factor resiko
3) Periode jendela.
D. Membuat rencana jika didapatkan hasil.
1) Apa yang dilakukan jika hasil positif atau negatif.
2) Memperkirakan dukungan dari orang dekat / sekitar
pasien. Membangun pemahaman hidup sehat dan
mendorong perilaku sehat.
E. Membuat keputusan : melaksanakan test / tidak.
3. Petugas melakukan konseling Pasca test
A. menilai situasi psikososial terkini, mendukung mental
emosional pasien.
B. Menilai pemahaman klien.
C. Membacakan hasil.
D. Mendukung emosi klien, ventilasi dan mendorong klien bicara
lebih lanjut.
E. Manajemen pemecahan masalah : gali masalah, pahami dan
jelaskan pada klien, susun rencana. Membantu membuat
rencana menghadapi kehidupan pasca pemberitahuan hasil
dengan perubahan kearah perilaku sehat.
4. Petugas melakukan konseling menghadapi kematian
A. Pemahaman akan makna hidup.
B. Pemahaman kan makna meninggal duania.
C. Cita-cita yang sudah tercapai.
D. Cita-cita yang belum tercapai.
E. Bagaimana dengan cita-cita yang belum tercapai kepada
siapa mau disampaikan.
5. Konseling kepatuhan berobat
A. Pemahaman jenis, cara dan proses pengobatan.
B. Pemahaman dampak putus obat.
C. Dukungan untuk mengurangi beban psikologik yang membuat
pasien merasa sakit / cacat / tidak berdaya, tak ada harapan
menghadapi kehidupan karena ia harus meggunakan obat
dalam jangka waktu panjang.
Diagram Alir
Unit Terkait 1. Rawat jalan
2. Rawat inap
3. Igd
4. Ruang bersalin
Dokumen Terkait
PERAWATAN JENAZAH
PASIEN
HIV/AIDS
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Kepala CICALENGKA DTP
CICALENGKA DTP Puskesmas Cicalengka
DTP drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010
Pengertian Memberikan perawatan jenazah pasien HIV/AIDS dengan
aman dan benar.
Tujuan 1. Melindungi petugas / keluarga, lingkungan dari tertularnya
virus HIV/AIDS
2. Memberikan rasa aman bagi petugas yang merawat /
memandikan jenazah HIV/AIDS.
Kebijakan 1. Petugas yang merawat jenazah menggunakan alat
pelindung pribadi secara lengkap.
2. Petugas telah mengetahui cara membersihkan mayat yang
infeksius.
3. Jenazah dengan kasus HIV / AIDS tidak boleh dimandikan
di rumah pasien
Prosedur 1. Persiapan :
1.1. Alat :
1.1.1. Masker
1.1.2. Sarung tangan karet
1.1.3. Apron
1.1.4. Sepatu Boot
1.1.5. Kapas / kassa
1.1.6. Plester kedap air
1.1.7. Identitas jenazah
2. Langkah – langkah :
2.1. Tindakan di ruangan :
2.1.1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
karet
2.1.2. Pakai masker penutup mulut dan baju pelindung
(Apron)
2.1.3. Luruskan tubuh, tutup mata telinga dan mulut
jenazah dengan kapas atau kasa.
2.1.4. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.
PROSEDUR TETAP
VOLUNTARY COUNSELING
AND TESTING (VCT)
SOP No. Dokumen :
No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Kepala CICALENGKA DTP
CICALENGKA DTP Puskesmas Cicalengka
DTP drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010
1. PENGERTIAN 1.1 Konseling dan tes sukarela selanjutnya disebut VCT
(Voluntary Counseling and Testing) adalah kegiatan konseling
yang bersifat sukarela dan rahasia antara konselor dari Tim
penanggulanggan HIV-AIDS puskesmas cicalengka dengan
orang yang ingin mengetahui status HIV nya atau orangyang
berisiko tertular HIV.
1.2 Disebut telahmenjalani VCT apabila menjalani : konseling
pre tes, testing, dan konseling pasca tes.
1.3 Konseling adalah saran, anjuran, nasehat profesional
yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai
masalah/problem (oxford Advance Learnes Dictionary 4th ed).
1.4 Konselor adalah petugas yang memiliki ketrampilan
konseling dan pemahaman akan seluk belik HIV/AIDS.
1.5 Prosedur Pelaksanaan VCT adalah alur pelayanan yang
wajib dilalui oleh semua orang yang akan menjalani VCT di
puskesmas cicalengka.
1.6 Tempat melaksanakan VCT adalah poli VCT atau di ruang
rawat inap.
2. TUJUAN Tujuan pembuatan protap ini :
1. Sebagai acuan baagi petugas medis & non medis di
puskesmas cicalengka dalam pelaksanaan VCT.
2. Sebagai acuan bagi orang yang akan menjalani tes HIV.
3. Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan tes HIV di
puskesmas cicalengka.
Tujuan pelaksanaan VCT adalah :
Membantu terduga HIV dan atau ODHA untuk melakukan
perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan aman
melalui:
a. Memberikan dukungan psikologis bagi pasien &
keluarga.
b. Mencegah penularan HIV dengan
- menyampaikan informasi tentang perilaku berisiko
- membantu mengembangkan keahliab pribadi yang
diperlukan untuk mendukung perilaku hidup sehat.
Memastikan pengobatan yang efektif sedini mungkin
termasuk alternatif pemecahan berbagai masalah.
3. KEBIJAKAN 3.1 Pelaksana pelayanan VCT adalah konselor dari Tim
Penanggulangan HIV/AIDS.
3.2 Biaya pelaksanaan pelayanan VCT adalah sesuai dengan
ketentuan puskesmas cicalengka tentang biaya klinik rawat
jalan dan biaya pemeriksaan laboratorium.
4. PROSEDUR 4.1 Klien atau pasien yang akan menjalani VCT baik datang
sendiri atau dikirim oleh petugas medis terlebih dahulu
mendaftar di tempat pendaftaraan
4.2 Klien/Pasien menjalani konseling.
4.3 Apabila setuju untuk diperiksa tes HIV, klien/pasien
menandatangani Informed Consent yang disediakan
4.4 Klien menjalani tes di laboratorium .
4.5 Untuk pembukaan hasil tes anti HIV, klien/pasien menjalani
konseling pasca tes.
4.6 Bagi pasien yang belum setuju untuk menjalani tes pada
saat itu dianjurkan untuk kunjungan ulang pada waktu yang
disepakati.
5. DOKUMEN 5.1 Pedoman Nasional PERAWATAN DUKUNGAN DAN
TERKAIT PENGOBATAN BAGI ODHA, Dirjen Pemberantasan Penyakit
Menular & Penyehatan Lingkungan DEPKES RI tahun 2005.
5.2 Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS
Secara Sukarela,Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan,DEPKES 2005.
5.3 Modul VCT, DEPKES 2004.
5.4 Ketentuan tentang biaya pelayanan Rawat Jalan dan
Rawat inap di puskesmas cicalengka.
5.5 Formulir Informed Consent puskesmas cicalengka
5.6 Formulir Laporan Pajanan puskesmas cicalengka
PROSEDUR TETAP
PROVIDER INITIATED
TESTING AND
COUNSELING (PITC)
PUSKESMAS
CICALENGKA
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Kepala CICALENGKA DTP
CICALENGKA DTP Puskesmas Cicalengka
DTP drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010
1. PENGERTIAN 1.1 PITC (Provider Initiated Testing and Counseling) adalah
testing dan konseling yang diinisiasi oleh petugas kesehatan
untuk kepentingan : 1. Diagnostik (Diagnostic testing)
2. Tawaran Rutin(Routine Offer)
1.2 VCT (Voluntary Counseling and Test) adalah kegiatan
konseling yang bersifat sukarela dan rahasia antara konselor
dan Tim Penanggulangan HIV-AIDS PUSKESMAS
CICALENGKA dengan orang yang ingin mengetahui status
HIV nya atau dengan orang yang berisiko.
2.TUJUAN Tujuan pembuatan Protap ini adalah :
1. Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas medis
yang akan melaksanakan PITC.
2. Untuk diketahui oleh segenap petugas kesehatan tentang
pelaksanaan PITC.
Tujuan PITC adalah :
1. Untuk memeperluas cakupan VCT di lingkungan pelayanan
medis PUSKESMAS CICALENGKA.
2. Agar setiapdokter di lingkungan PUSKESMAS
CICALENGKA dapat mengawali/menginisiasi testing, untuk
kemudian dilanjutkan dengan VCT.
3. Untuk dapat mendeteksi lebih dini status HIV pasien.
3. KEBIJAKAN 3.1 Pelaksanaan kegiatan PITC tetap mengacu kepada
consent, confidentiality, counseling.
3.2 Permintaan awal untuk pemeriksaan tes antibody HIV
dapat dilakukan oleh dokter yang merawat pasien, namun
selanjitnya pasien tetap dianjurkan untuk menjalani konseling
oleh konselor PUSKESMAS CICALENGKA.
4. PROSEDUR - Dokter yang memeriksa atau merawat pasien menawarkan
pemeriksaan tes HIV kepada pasien,
- Dokter memberikan informasi singkat tentang HIV dan alasan
menjalani tes.
- Apabila pasien setuju untuk diperiksa maka pasien
menandatangani persetujuan tes pada kartu rekam medik.
- Kalau pasien tidak setuju, dianjurkan untuk menjalani VCT.
- Bagi pasiean yang setuju, diambil darahnya kemudian
dibawa ke laboratorium.
- Setelah hasil pemeriksaan laboratorium selesai,dokter yang
merawat meminta konselor untuk melakukan konseling
pembukaan hasil pemeriksaan laboratorium.
5.DOKUMEN 5.1 Pedoman Nasional PERAWATAN DUKUNGAN DAN
TERKAIT PENGOBATAN BADI ODHA, Dirjen Pemberantasan Penyakit
Menular & Penyehatan Lingkungan DEPKES RI tahun 2003.
5.2 Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS
Secara Sukarela, Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
5.3 SOP For HIV Counseling and Testing in FHI Supported
Progam Generic Version.June 2006.
5.4 Modul PITC.WHO 2006.
5.5 Prosedur Tetap Pelaksanaan VCT di PUSKESMAS
CICALENGKA.
Protap
5.7 Pemantauan Lingkungan Kerja
5.8 Jadwal Pemantauan Lingkungan Kerja
5.9 Hasil Pemantauan
5.10 Evaluasi dan Tindak Lanjut
6. SUMBER 6.1 Peraturan Menteri Kesehatan RU, Keputusan Direktur
TERKAIT Jenderal PPm & PLP tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, Cetakan ke-4 tahun 1996.
6.2 Departemen Tenaga Kerja, Makalah Training Material K-3
Bidang Kesehatan Kerja Tahun 1995
PELAYANAN KONSELING
PASCATES DI KLINIK VCT
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
:
Halaman
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Kepala CICALENGKA DTP
CICALENGKA DTP Puskesmas Cicalengka
DTP drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010
Pengertian Pelayanan yang diberikan kepada klien yang beresiko tinggi
terkena HIV.
1. Klien mendapatkan hasil pemeriksaan test HIV dengan
penjelasan implikasinya dari Konselor.
Tujuan
2. Klien mendapatkan dukungan sesuai dengan hasil tes.
3. Klien mendapat dukungan tindak lanjut.
1. KEPMENKES RI NO.1507/MENKES/SK/X/2005 Tentang
Pedoman Pelayanan Konseling dan Test HIV/AIDS secara
Sukarela.
2. KEPMENKES NO. 1285/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Kebijakan
Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit
Menular Seksual
3. Buku Pedoman Pelayanan Konseling dan Tes HIV/AIDS
oleh DEPKES RI tahun 2004
Prosedur Alat dan bahan :
1. Ruangan sesuai standar (nyaman untuk 2 atau 3 orang
2. 1 meja dan 2 kursi yang diatur menurut huruf L
3. Lemari file yang dapat dikunci
4. Lampu/penerangan yang cukup
5. Sirkulasi udara yang baik dan cukup
6. Alat peraga yang minimal terdiri dari ; leaflet kesehatan
tentang IMS dan HIV/AIDS, dildo, kondom, poster,
stiker, alat peraga jarum suntik.
7. Buku registrasi
8. Formulir konseling yang di tes
9. Formulir hasil testing dari laboratorium
10. Formulir rujukan ke manajer kasus
11. Ceklis konseling post test
12. Alat tulis, kalender
13. Tissue, tempat sampah
Konseling pasca tes:
1. Konselor memanggil klien (dengan menyebutkan
nomor registrasi) dan mempersilahkan masuk ruangan.
2. Konselor memperhatikan komunikasi non verbal saat
klien memasuki ruang konseling
3. Konselor mengkaji ulang secara singkat dan
menanyakan keadaan umum pasien
4. Konselor memperlihatkan amplop hasil tes yang masih
tertutup kepada klien.
5. Konselor menanyakan kesiapan klien untuk menerima
hasil tes
- Apabila klien menyatakan sudah siap/sanggup
menerima hasil tes, maka Konselor menawarkan
kepada klien untuk membuka amplop bersama
Konselor.
- Apabila klien menyatakan belum siap, Konselor
memberikan dukungan kepada klien untuk
menerima hasil dan beri waktu sampai klien
menyatakan dirinya siap.
6. Konselor membuka amplop dan menyampaikan secara
lisan hasil testing HIV.
7. Konselor memberi kesempatan klien membaca
hasilnya.
8. Sediakan waktu yang cukup untuk menyerap informasi
tentang hasil
Bila hasil positif:
1. Konselor menjelaskan dengan tenang arti hasil testing
2. Konselor memberikan kesempatan pada klien untuk
mengendalikan emosinya dan memfasilitasi
penyelesaian masalah
3. Setelah pasien cukup tenang dan konseling dapat
dilanjutkan, Konselor menjelaskan beberapa informasi:
- Pengobatan ARV
- Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual
- Menawarkan konseling pasangan
4. Konselor menawarkan secara rutin klien mengikuti
pemeriksaan IMS dan manfaatnya.
5. Untuk klien perempuan terdapat fasilitas layanan
pemeriksaan kehamilan dan rencana penggunaan alat
kontrasepsi bagi laki-laki dan perempuan.
6. Memotivasi agar datang ke klinik untuk evaluasi awal
secara medis.
7. Konselor dan klien menyepakati waktu kunjungan
berikutnya, jika klien pada saat yang ditentukan klien
tidak bisa hadir, disarankan untuk menghubungi
Konselor untuk perjanjian berikutnya.
8. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui dan
memotivasi untuk didampingi MK.
9. Jika tidak ada pertanyaan, sesi konseling ditutup dan
Konselor mengisi form pasca konseling.
Bila hasil negatif:
1. Konselor mendiskusikan kemungkinan klien masih
berada dalam periode jendela.
2. Konselor membuat kesimpulan dan gali lebih lanjut
berbagai hambatan.
3. Konselor memastikan klien paham dengan hasil tes
dan pengertian periode jendela.
4. Menjelaskan kebutuhan untuk tes ulang dan pelayanan
VCT bagi pasangan.
5. Menjelaskan upaya penurunan resiko yang dapat
dilakukan.
6. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk
bertanya tentang hal yang belum diketahuinya.
7. Konselor memotivasi klien agar bersedia didampingi
MK (Manajer Kasus) untuk mempertahankan perilaku
yang aman.
8. Apabila tidak ada pertanyaan, sesi konseling ditutup
dan Konselor membuat perjanjian untuk kunjungan
berikutnya. Konselor mengisi form pasca konseling.
Dokter konsultan HIV/AIDS
Unit Terkait
Poliklinik VCT
PENANGANAN DAN
PELAPORAN KTD, KPC,
KNC DAN RESIKO KLINIS
No. Dokumen :
No.Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :
KEPALA PUSKESMAS
PUSKESMAS Disahkan Oleh : Kepala CICALENGKA DTP
CICALENGKA DTP Puskesmas Cicalengka
DTP drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010
1.Pengertian Prosedur ini mencakup semua kegiatan yang terkait dengan
identifikasi, dokumentasi dan pelaporan kasus KTD,KPC dan
KNC.
2.Tujuan Pelayanan klinis yang bermutu sangat dipengaruhi oleh
kemampuan puskesmas dalam mengidentifikasi,
mendokumentasi, menganalisis dan melaporkan
permasalahan mutu pelayanan klinis seperti KTD,KPC,KNC
untuk itu perlu dibuat suatu standar prosedur yang dapat
membakukan manajemen resiko klinis.
3.Kebijakan SK Kepala puskesmas tentang kebijakan mutu dan
keselamatan pasien.
4.Referensi