___________________ Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana nilai dan pandangan
feminisme bergerak di kawasan Kepulauan Pasifik untuk membangun
Keywords:
perdamaian. Konsep feminisme dalam pembangunan perdamaian digunakan
equality; feminism; dalam penelitian kualitatif, juga dalam studi kepustakaan. Hasil kajian
Pacific Islands; peace- menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai feminis dalam gerakan wanita
building; women. dalam membangun perdamaian di kawasan Kepulauan Pasifik muncul akibat
tingginya permasalahan yang dihadapi wanita akibat ketidaksetaraan dalam
___________________
konflik dan kehidupan sehari-hari. Penerapan feminisme dalam
Kata Kunci: pembangunan perdamaian di kawasan ini dilakukan berdampingan dengan
feminisme; Kepulauan pandangan tradisional tentang wanita yang dianut masyarakat Kepulauan
Pasifik, berangkat dari mayoritas gerakan di kawasan Kepulauan Pasifik yang
Pasifik; kesetaraan;
pembangunan melakukan hal yang sama alih-alih menggeser nilai-nilai yang ada. Namun,
perdamaian; wanita. masalah terbesar yang belum terselesaikan adalah kurangnya keterwakilan
perempuan di legislatif negara-negara Kepulauan Pasifik, yang mendorong
gerakan feminis dalam peacebuilding untuk fokus di tingkat regional.
Khalilah Mukarramah
102
Khalilah Mukarramah
104
WILPF membawa agenda khusus yang sebagai upaya untuk membuat posisi wanita
sejalan dengan resolusi PBB terkait wanita di masyarakat berada di atas pria, namun ini
dan perdamaian dan keamanan, seperti tidak benar. Feminisme bertujuan untuk
agenda Women, Peace and Security (WPS), mencapai kesetaraan tanpa memandang
the Convention on the elimination of All gender seseorang dan memberikan ruang
Forms of Discrimination against Women yang sama pada kesempatan yang ada. Hal ini
(CEDAW), the Human Rights Council, dan mencakup tidak hanya urusan politik, namun
analisis berbagai efek konflik dari sudut juga kesetaraan di lapangan pekerjaan untuk
pandang feminisme (WILPF, 2022). urusan ekonomi, dan juga dalam upaya
Belum banyak pembahasan yang mencapai dan membangun perdamaian.
melihat mengenai pembangunan perdamaian Feminisme yang dibahas dalam kajian
dari sudut pandang wanita maupun Hubungan Internasional melihat bagaimana
feminisme di wilayah Kepulauan Pasifik. di wilayah yang mengalami pasca
Sejumlah aspek seperti kentalnya nilai penyebaran kapitalisme, wanita sering kali
tradisional, konflik yang terjadi antar suku, tidak mendapat akses untuk kekuatan politik,
dan peran pria dalam politik di wilayah bantuan hukum, dan kehilangan hak-hak di
Pasifik yang belum lama berkembang tingkat lingkungan sosial seperti akses ke
menjadi contoh di antara alasan lainnya. kantor pemerintahan dan hak untuk memilih
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan (Steans, 2013).
untuk memperlihatkan potensi yang dimiliki Kebanyakan feminis kontemporer
konsep feminisme dan wanita di wilayah berupaya untuk menciptakan kebebasan bagi
Kepulauan Pasifik untuk mendorong wanita dan menghentikan dominasi laki-laki
pembangunan perdamaian pada masyarakat dengan mendorong ide politik yang bebas
yang masih sering terlibat konflik. gender, dengan hak dan kewajiban tidak
dibedakan oleh jenis kelaminnya (Sterba,
FEMINISME UNTUK PEMBANGUNAN
1994). Hal ini berangkat dari kondisi wanita
PERDAMAIAN
dalam sejarah Barat, wanita sering kali tidak
Feminisme sering kali mendapat memiliki hak apapun, mulai dari hak belajar,
prasangka buruk dikarenakan adanya turut serta dalam pemilihan umum,
kesalahpahaman mengenai apa itu kepemilikan atas properti, bahkan hak atas
feminisme. Feminisme sering kali dianggap diri mereka sendiri. Bahkan di beberapa
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea
Khalilah Mukarramah
106
wilayah pada abad ke-19 wanita dapat dijual membangun hak asasi wanita (Steans, 2013).
oleh suami mereka sendiri (Burkett & Selanjutnya pada tahun 2000, PBB
Brunell, 2023). mengadopsi Resolusi 1325 atas Wanita,
Para wanita berupaya keras agar Perdamaian dan Agenda Keamanan yang
kekerasan berdasarkan gender dan kekerasan menjelaskan pentingnya peran wanita dalam
seksual dalam perang, serta berbagai efek pencegahan dan resolusi konflik,
lain konflik bersenjata terhadap wanita, pembangunan perdamaian, penjagaan
mendapat perhatian sehingga dapat perdamaian, respons humanitarian,
diselesaikan (Bunch, 2003). Charlesworth rekonstruksi pasca konflik, menekankan
(2008) melihat bahwa ada peningkatan pada pentingnya kesetaraan dalam partisipasi
hubungan internasional yang melihat bahwa mereka, serta partisipasi penuh dalam upaya
wanita memiliki sifat damai, yang didukung menjaga dan mempormosikan perdamaian
oleh pandangan Rey dan McKay (2006, dan keamanan (Office of the Special Adviser
dalam Charlesworth, 2008) yang ia catatkan on Gender Issues and Advancement of
pada tulisannya, yaitu wanita membuka Women, 2005; United Nations, 2005).
pandangan politik dan membantu menengahi Resolusi ini dibentuk oleh berbagai
masalah. organisasi non-pemerintah untuk mendorong
Hubungan antara keamanan. partisipasi wanita dalam proses pembentukan
perdamaian dan feminisme turut mendapat perdamaian, dan disetujui oleh seluruh
perhatian dari PBB yang saat ini menjadi anggota UN Security Council (Confortini,
salah satu aktor penting di tingkat global 2005). Selain Resolusi 1325, PBB juga
karena merupakan organisasi internasional membentuk Peacebuilding Commission atau
yang beranggotakan mayoritas negara di PBC yang menekankan pentingnya peran
dunia. PBB telah melaksanakan empat wanita dalam pencegahan dan penyelesaian
konfrensi yang pembahasannya befokus pada masalah dalam pembangunan perdamaian
wanita, perdamaian, dan pembangunan. yang berkelanjutan dan membantu negara-
Konfrensi keempat yang dilaksanakan di negara untuk menyelesaikan konflik
Beijing pada tahun 1995 dianggap sebagai (Charlesworth, 2008).
konfrensi yang paling berpengaruh dalam
Indonesian Journal of International Relations
107
Khalilah Mukarramah
108
beberapa jenis hubungan lain antara bahwa wanita memang memiliki opini yang
perdamaian dan feminisme, namun penulis berbeda dibandingkan pria dalam hal militer,
menggaris bawahi dua hubungan di atas. perang senjata, dan solusi dari sebuah konflik
Menurut penulis dua hubungan itulah yang (Brock-Utne, 1984). Hal ini dikarenakan
paling berkaitan dengan perkembangan kondisi wanita yang sudah terdiskriminasi
pergerakan dengan latar belakang feminisme dan menerima kekerasan berdasarkan gender,
dan tujuan perdamaian selain hubungan semakin buruk akibat perang dan konflik
mereka dengan sejarah. bersenjata (Bunch, 2003). Para wanita juga
Mazurana dan McKay menyatakan berpendapat bahwa perang menyebabkan
bahwa: hilangnya upaya pemenuhan kebijakan
Peace-building includes gender- domestik terkait kesehatan wanita (Plastas,
aware and women-empowering
2001). Mereka juga melakukan protes terkait
political, social, economic and human
rights. It involves personal and group tidak diikut sertakannya wanita dalam upaya
accountability and reconciliation
negosiasi perdamaian, padahal wanita dapat
processes which contribute to the
reduction or prevention of violence. It membawa sudut pandang baru dalam
fosters the ability of women, men, girls
pembentukan perjanjian perdamaian dan
and boys in their own cultures to
promote conditions of nonviolence, resolusi konflik (Plastas, 2001).
equality, justice, and human rights of
Meskipun tertinggal akibat
all people, to build democratic
institutions, and to sustain the diskriminasi yang mereka terima, wanita
environment (McKay, 2004).
berhasil menciptakan perdamaian dengan
Hubungan wanita dengan konflik berfokus pada komunitas dan level regional
bersenjata sangatlah kompleks. Konstruksi melalui berbagai cara yang dapat
sosial yang didominasi maskulinitas sering membangun perdamaian dan keamanan
kali melihat bahwa wanita sebagai pihak manusia, misalnya rekonsiliasi (McKay,
yang selalu mendorong perdamaian, padahal 2004). Sejak awal tahun 1920-an, banyak
banyak sekali wanita yang melakukan dan organisasi wanita yang mengangkat isu
mendukung perang serta gerakan militer perdamaian dan pelucutan senjata bersamaan
(Bunch, 2003). Namun sebuah survei yang dengan dibentuknya departemen terkait topik
dilakukan di wilayah Barat menunjukkan tersebut setelah menangnya para suffrage
Indonesian Journal of International Relations
109
Khalilah Mukarramah
110
perang tidak terjadi, serta perdamaian positif gender memengaruhi tingkatan seseorang,
yang merupakan pandangan alternatif dengan capaian seorang pria akan lebih dihargai
seluruh kekerasan dihapuskan dan kehidupan dibanding capaian seorang wanita, meski
bergerak kearah yang ideal (Bunch, 2003). keduanya melakukan hal yang sama dengan
Sesuai dengan pertanyaan yang diajukan hasil yang sama pula (Lorber, 2000) dan
dalam penelitian ini, pertanyaan terbesar menyebabkan wanita sering kali tidak
yang muncul saat ini adalah bagaimana mendapat akses untuk kekuatan politik,
pandangan feminisme yang melihat konflik bantuan hukum, dan kehilangan hak-hak di
sebagai hasil dari ekstrimisme patriarki tingkat lingkungan sosial seperti akses ke
kemudian membangun perdamaian di kantor pemerintahan dan hak untuk memilih
wilayah Pasifik, baik perdamaian negatif (Steans, 2013). Hal inilah yang terjadi di
maupun perdamaian positif? wilayah Kepulauan Pasifik sebagai salah satu
McKay (2004) menyatakan bahwa wilayah yang memiliki masalah besar dalam
dalam proses peace-building dengan dasar keamanan Wanita. Masalah ini disebabkan
feminisme, tujuan utamanya ialah menarik oleh rendahnya partisipasi wanita dalam
perhatian pada opresi, marginalisasi, dan politik sehingga menimbulkan ketimpangan
ketidakamanan yang dihadapi wanita, serta dalam penyelesaian isu gender, pemenuhan
mengutarakan agenda perdamaian yang hak, dan kekerasan (Lee-Koo &
mengikut sertakan wanita sebagai aktor Trojanowska, 2017).
utama. Pengakuan atas kekerasan yang Sebelumnya dalam pembahasan
dihadapi wanita merupakan dasar dari konsep mengenai feminisme telah disinggung
feminisme dalam perdamaian dan hak tentang bagaimana untuk dapat memahami
manusia, dikarenakan dominasi laki-laki sebuah pembahasan dalam hubungan
yang masih dianggap normal di dalam internasional. Terlebih dulu harus dipahami
berbagai institusi menyebabkan kekerasan sejarah dari kejadian yang terlaksana dan
dan ancaman terhadap wanita bertahan pihak yang terlibat (Schmidt, 1998 dalam
(Bunch, 2003). Dalam kehidupan sehari-hari, Tickner & True, 2018). Namun seperti yang
khususnya di masyarakat yang kehidupan sudah dijelaskan bahwa hal ini menjadi sulit
sosialnya didasari oleh pandangan bahwa dilakukan karena wanita sering kali tidak
Indonesian Journal of International Relations
111
Khalilah Mukarramah
112
dihadapi oleh masyarakat Kepulauan Pasifik nuklir dilaksanakan. Respons atas konflik
(Bhagwan-Rolls & Stone). bersenjata ini bergeser menjadi upaya untuk
Menurut data yang didapatkan oleh mencapai perdamaian menggunakan
Lee-Koo dan Trojanowska (2017), wilayah perspektif feminisme setelah dilakukannya
Asia Pasifik merupakan wilayah terakhir adaptasi pada tahun 1995 terkait hasil dari
yang melakukan implementasi Resolusi 1325 Konfrensi Dunia terkait Wanita oleh PBB
mengenai wanita, perdamaian, dan agenda yang menghasilkan Beijing Platform for
keamanan atau Women, Peace, and Security Action (Rolls & Evans, 2020). Meski begitu,
Agenda (WPS) yang diresmikan oleh PBB akar dari pergerakan yang dilaksanakan oleh
pada tahun 2000. Sekretariat Forum wanita di wilayah Kepulauan Pasifik sudah
Kepulauan Pasifik sendiri baru dimulai pada upaya pembangunan regional
mengeluarkan Rencana Aksi Regional terkait pada tahun 1940-an (Bhagwan-Rolls &
isu ini pada tahun 2012 (Lee-Koo & Stone, 2016). Saat ini peningkatan kesadaran
Trojanowska, 2017),10 tahun setelah dan implementasi feminisme dalam upaya
berbagai gerakan advokasi dan lobi mencapai perdamaian berhubungan erat
dilakukan oleh aktivis wanita di tingkat dengan meningkatnya konflik kekerasan
nasional dan regional (George, 2014). Salah yang didasari ketimpangan sosial dan gender
satu kelompok yang berusaha untuk dalam perkembangan kapitalisme
mengangkat Resolusi 1325 ke dalam cakupan (Underhill-Sem, 2019).
kepentingan pemerintah regional ialah Namun di samping mengalami
Pacific PeaceWomen Project yang peningkatan, tentu saja ada sejumlah
melakukan kampanye dan menghubungkan permasalahan yang dihadapi dalam
resolusi tersebut dengan institusi pemerintah mengimplementasikan nilai feminisme
nasional dan regional (George, 2014). kedalam aktivitas yang berupaya untuk
Rolls dan Evans (2020) juga mencapai perdamaian. Salah satunya
menjelaskan bahwa feminisme yang berasal diangkat oleh de Alwis, Mertus, dan Sajjad
dari respons terhadap konflik bersenjata dan (2013, dalam George, 2016) yang menggaris
krisis politik di wilayah Kepulauan Pasifik bawahi tentang bagaimana pembentukan
mulai mengalami peningkatan di tahun 1980- Rencana Aksi Regional ini dapat menjadi
an pada saat kampanye untuk kemerdekaan pisau dengan dua sisi bagi gerakan
negara Pasifik dan implementasi penghentian feminisme dan wanita di wilayah Pasifik
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea
Khalilah Mukarramah
114
dengan melihat keberadaan wanita sebagai Selanjutnya melakukan lobi untuk urusan
formalitas dalam upaya negosiasi wanita, perdamaian, dan agenda keamanan
perdamaian. Ditambah kondisi PIF yang pada Rencana Aksi Regional (Bhagwan-
aktivitasnya seringkali didasari oleh Rolls & Stone, 2016). Selain itu, upaya
kepentingan negara anggota yang lebih kuat aktivis wanita di wilayah Kepulauan Pasifik
dibandingkan kepentingan regional secara juga memunculkan kesempatan bagi para
keseluruhan (George, 2016). Ketakutan ini wanita untuk menunjukkan peran mereka di
sudah tercermin dari pandangan mengenai tingkat internasional dan regional. Ini
pergerakan feminisme dalam upaya merupakan sebuah hal yang telah diupayakan
perdamaian sejak awal, yang pada awalnya sejak tahun 1940-an dan mampu mendorong
terdapat ketakutan akan terkuburnya inti dari adanya birokrasi dan konfrensi wanita Pasifik
feminisme itu sendiri ketika wanita ikut serta di tahun 1980-an dan diskusi di Forum
dalam pembicaraan atau tindakan yang Kepulauan Pasifik terkait isu gender di tahun
mengangkat topik perdamaian (Vellacott, 1990-an (George, 2011).
1993).
Meskipun tertinggal akibat
Selain itu permasalahan terbesar yang
diskriminasi yang mereka terima, wanita
dihadapi oleh wanita di wilayah Kepulauan
berhasil menciptakan perdamaian dengan
Pasifik yang hendak mengangkat isu gender
berfokus pada komunitas dan level regional
dan perdamaian ialah rendahnya perwakilan
melalui berbagai cara yang dapat
wanita di tingkat legislatif negara Kepulauan
membangun perdamaian dan keamanan
Pasifik. Permasalahan ini dihadapi dalam
manusia (McKay, 2004). Kesadaran
upaya implementasi Rencana Aksi Regional
pelaksana politik di wilayah Kepulauan
Women Peace and Security yang dibentuk
Pasifik atas pentingnya kesetaraan dan peran
oleh para pemimpin dari Kepulauan Pasifik
seluruh gender dapat dilihat dari
(Rolls & Evans, 2020). Hal ini diselesaikan
implementasi United Nations Security
melalui pembentukan kerja sama dengan
Council Resolution atau UNSCR 1325 ke
media dan memanfaatkan komitmen
dalam Rencana Aksi Regional yang dibentuk
pembentuk kebijakan untuk melakukan
oleh Forum Kepulauan Pasifik atau Pacific
diskusi dengan kelompok masyarakat.
Islands Forum (PIF) sebagai bentuk
Indonesian Journal of International Relations
115
implementasi formal atas kebijakan politik yang rawan konflik dianggap dapat
kebijakan Wanita, Perdamaian, dan Agenda diselesaikan dengan mengizinkan paham
Keamanan yang sebelumnya telah kita bahas feminisme masuk melalui sifat keibuan yang
(George, 2016). Institusionalisasi ini menjaga dan damai.
mendorong terbukanya ruang politik bagi
Pergerakan wanita dalam upaya untuk
pembahasan dan pembentukan kebijakan
mencapai perdamaian berfokus pada level
yang memperhitungkan keamanan dan
komunitas dan regional. Hal ini dapat dilihat
gender yang akan membahas permasalahan
terjadi di wilayah Kepulauan Pasifik.
keamanan bagi wanita sebagai hasil dari
Implementasi Resolusi 1325 terkait wanita,
konflik di tingkat lokal hingga konflik
perdamaian, dan agenda keamanan di
bersenjata (George, 2014).
wilayah regional Kepulauan Pasifik memang
SIMPULAN dibilang cukup lambat. Resolusi ini dibentuk
Organisasi wanita yang bergerak untuk pada tahun 2000 dan baru dimasukkan ke
menyelesaikan konflik dan berupaya untuk dalam Rencana Aksi Regional Kepulauan
mencapai perdamaian semakin berkembang, Pasifik pada tahun 2012, 12 tahun setelah
termasuk di wilayah rawan konflik seperti peresmian resolusi dan 10 tahun upaya
feminisme dan kelompok atau organisasi Pergerakan feminisme untuk mengangkat isu
wanita yang bergerak untuk menghentikan wanita dan perdamaian di wilayah Pasifik
konflik dan membangun perdamaian mulai juga mengalami sejumlah permasalahan. Isu
seperti laut, tanah, dan tetua. Selain itu dimasukkan ke dalam Rencana Aksi
mereka juga membandingkan nilai politik Regional Kepulauan Pasifik untuk berbalik
tradisional yang patriarki dan maskulin menyerang posisi wanita yang mewakili
dengan sifat keibuan yang dianggap penting dalam upaya perdamaian di wilayah Pasifik
Khalilah Mukarramah
116
Namun hal ini tidak menyurutkan semangat Legal Studies, 16(3), 347–361.
kelompok wanita di wilayah Pasifik untuk https://doi.org/10.1007/s10691-008-
9101-6on September 8, 2022
terus melakukan lobi dan gerakan untuk
Confortini, C. (2005). Women, Feminism,
mencapai perdamaian dengan mengangkat
and Peace: Highlights from the 2005
pentingnya peran wanita dalam World Social Forum. Peace and
pembangunan perdamaian. Freedom, 65(1).
Confortini, C.C. (2010). Links between
REFERENSI
Women, peace, and Disarmament:
Ballantyne, E. (2004). WILPF History: Past, Snapshots from the WILPF from
Present, Future. Peace and Freedom Gender, War, and Militarism. Santa
vol. 64 (2). Philadelphia: WILPF. Barbara: ABC-CLIO.
Corrin, J. (2008). Ples Bilong Mere*: Law,
Bhagwan-Rolls, S., & Stone, L. (2016). The
Role of Women in Regional Peace and Gender and Peace-Building in
Security. In Civil Society, Peace, and Solomon Islands. Feminist Legal
Power. Maryland: Studies, 16(2), 169–194.
Rowman&Littlefield. https://doi.org/10.1007/s10691-008-
9095-0 on January 26, 2023
Brock-Utne, B. (1984). The Relationship of
Feminism to Peace and Peace Denzin, N., & Lincoln, Y. (2009). Handbook
Education. Bulletin of Peace of Qualitative Research. Yogyakarta:
Proposals, 15(2), 149–153. Pustaka Pelajar.
https://doi.org/10.1177/096701068401 George, N. (2010). ‘Just like your Mother?’
500207 the Politics of Feminism and Maternity
in the Pacific Islands. Australian
Bunch, C. (2003). Feminism, Peace, Human
Rights, and Human Security. Canadian Feminist Law Journal, 32(1), 77–96.
Woman Studies/Les Cahiers de La https://doi.org/10.1080/13200968.201
Femme, 22(2). 0.10854438 on January 26, 2023
George, N. (2011). Pacific Women Building
Burkett, E., & Brunell, L. (2023). Feminism.
Peace: A Regional Perspective. The
Retrieved from
https://www.britannica.com/topic/femi Contemporary Pacific, 23(1).
nismon on January 26, 2023 George, N. (2013). 7 Beyond ‘Cultural
Charlesworth, H. (2008). Are Women Constraint’: Gender, Security and
Participation in the Pacific Islands. In
Peaceful? Reflections on the Role of
Responsibility to Protect and Women,
Women in Peace-Building. Feminist
Indonesian Journal of International Relations
117
Peace and Security (pp. 155–180). Human Security: A Search for New
Brill | Nijhoff. Approaches of Peace-Building.
https://doi.org/10.1163/978900425769
Office of the Special Adviser on Gender
6_009 on January 26, 2023
Issues and Advancement of Women.
George, N. (2014). Promoting Women, Peace (2005). Landmark Resolution on
and Security in the Pacific Islands: hot Women, Peace, and Security. United
conflict/slow violence. Australian Nations.
Journal of International Affairs, 68(3),
Pacific Feminist Forum. (2016). Charter of
314–332.
Feminist Principles for Pacific
https://doi.org/10.1080/10357718.201
Feminist.
4.902032 on January 26, 2023
Plastas, M. (2001). ‘A band of noble women’:
George, N. (2016). Institutionalising
The WILPF and the politics and
Women, Peace and Security in the
consciousness of race in the women’s
Pacific Islands: Gendering the
peace movement, 1915-1945 [Thesis].
‘architecture of entitlements’?
State University of New York.
International Political Science Review,
37(3), 375–389. Rolls, S., & Evans, A. (2020). Feminist
https://doi.org/10.1177/019251211662 Peace and Security in Pacific Islands.
9819 on January 26, 2023 Oxford: Oxfam International.
Lee-Koo, K., & Trojanowska, B. K. (2017). Schott, L. (1997). Reconstructing Women’s
Does the United Nations’ Women, Thoughts : The Women’s International
Peace and Security agenda speak with, League for Peace and Freedom Before
for or to women in the Asia Pacific? World War II. Redwood City: Stanford
The development of National Action University Press.
Plans in the Asia Pacific. Critical
Steans, J. (2013). Gender & International
Studies on Security, 5(3), 287–301.
Relations. . Cambridge: Polity Press.
https://doi.org/10.1080/21624887.201
7.1411667 on January 26, 2023 Sterba, J. P. (1994). Feminist Justice and the
Pursuit of Peace. Hypatia, 9(2), 173–
Lorber, J. (2000). The Social Construction of
187. https://doi.org/10.1111/j.1527-
Gender. In The Social Constructiion of
2001.1994.tb00439.x on September 8,
Difference and Inequality: Race, Class,
2022
Gender, and Sexuality. California City:
Mayfield Publishing Company. Tickner, J. A., & True, J. (2018). A Century
of International Relations Feminism:
McKay, S. (2004). Women, Human Security,
From World War I Women’s Peace
and Peace-Building: A Feminist
Pragmatism to the Women, Peace and
Analysis. In IPSHU English Research
Security Agenda. International Studies
Report Series no.19, Conflict and
Quarterly.
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea
Khalilah Mukarramah
118