Anda di halaman 1dari 18

©2023 Indonesian Journal of International Relations

Vol. 7, No. 1, pp. 101-118.


DOI: 10.32787/ijir.v7i1.444
GERAKAN FEMINISME DALAM UPAYA PERDAMAIAN DI PASIFIK
SELATAN
Khansa Deryqa Prihadiansyah
Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia
Khansa.deryqa.prihadiansyah-2021@fisip.unair.ac.id

INFO ARTIKEL Abstract


This article aims to describe how the values and views of feminism move in
Article History the Pacific Islands region to build peace. The concept of feminism in
peacebuilding is used in qualitative research, as well as in library studies.
Received The results of the study show that the implementation of feminist values in the
women's movement in building peace in the Pacific Islands region arises due
3 February 2023 to the high number of problems women face due to inequality in conflict and
everyday life. The application of feminism in peacebuilding in the Pacific
Revised Islands region is carried out alongside the traditional view of women held by
Pacific Islanders, departing from the majority of movements in the Pacific
21 February 2023 region that do the same thing instead of shifting existing values. However, the
biggest unresolved problem is the lack of representation of women in the
Accepted legislatures of Pacific Island countries, which has encouraged the feminist
movement in peacebuilding to focus on the regional level.
27 February 2023 _____________________________________________________________

___________________ Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana nilai dan pandangan
feminisme bergerak di kawasan Kepulauan Pasifik untuk membangun
Keywords:
perdamaian. Konsep feminisme dalam pembangunan perdamaian digunakan
equality; feminism; dalam penelitian kualitatif, juga dalam studi kepustakaan. Hasil kajian
Pacific Islands; peace- menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai feminis dalam gerakan wanita
building; women. dalam membangun perdamaian di kawasan Kepulauan Pasifik muncul akibat
tingginya permasalahan yang dihadapi wanita akibat ketidaksetaraan dalam
___________________
konflik dan kehidupan sehari-hari. Penerapan feminisme dalam
Kata Kunci: pembangunan perdamaian di kawasan ini dilakukan berdampingan dengan
feminisme; Kepulauan pandangan tradisional tentang wanita yang dianut masyarakat Kepulauan
Pasifik, berangkat dari mayoritas gerakan di kawasan Kepulauan Pasifik yang
Pasifik; kesetaraan;
pembangunan melakukan hal yang sama alih-alih menggeser nilai-nilai yang ada. Namun,
perdamaian; wanita. masalah terbesar yang belum terselesaikan adalah kurangnya keterwakilan
perempuan di legislatif negara-negara Kepulauan Pasifik, yang mendorong
gerakan feminis dalam peacebuilding untuk fokus di tingkat regional.

ISSN: 2548-4109 electronic


ISSN: 2657-165X printed
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

102

PENDAHULUAN pengakuan atas peran mereka untuk


Persamaan antara feminisme dan mencapai perdamaian.
perdamaian dibahas oleh Warren dan Cady Pengakuan atas kekerasan yang
(1994) yang menjelaskan bahwa keduanya dihadapi wanita merupakan dasar dari konsep
merupakan konsep dari hasil interaksi yang feminisme dalam perdamaian dan hak
didominasi oleh sebuah sistem dengan hak manusia. Hal ini dikarenakan dominasi laki-
istimewa. Pentingnya menjaga kesetaraan laki yang masih dianggap normal di dalam
gender dalam berbagai aspek kehidupan berbagai institusi menyebabkan kekerasan
termasuk hubungan internasional saat ini dan ancaman terhadap wanita bertahan
tengah mengalami peningkatan. Ketika (Bunch, 2003). Banyak organisasi berbasis
keluarga sebagai dasar dari masyarakat sudah gender dan dengan sudut pandang feminisme
membiasakan kekerasan berdasarkan berangkat dari gerakan sosial.
diskriminasi gender, maka hal ini akan dilihat Women’s International League for
sebagai sebuah hal yang normal dan wajar Peace and Freedom atau WILPF merupakan
terjadi dalam konflik (Bunch, 2003). Oleh salah satu organisasi dengan paham
karena itu, banyak gerakan wanita dan feminisme yang dibentuk pada masa Perang
organisasi dengan dasar feminisme Dunia II. Dalam laman resmi mereka
mengangkat isu diskriminasi gender sebagai https://www.wilpf.org/ menjelaskan bahwa
langkah awal menghentikan kekerasan dalam feminisme bukanlah upaya untuk mendorong
skala besar seperti konflik bersenjata. wanita agar posisinya berada di atas laki-laki,
Salah satu kebijakan yang paling melainkan kepercayaan bahwa semua
berpengaruh terhadap upaya kesetaraan manusia penting tanpa adanya batas
gender ini dapat dilihat dalam Resolusi 1325 konstruksi gender, baik laki-laki, wanita,
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun gender lainnya (Women’s
yang menjadi dasar dari banyak hukum dan International League for Peace & Freedom,
kebijakan, baik oleh pemerintah sebuah 2022). Gerakan sosial yang dimaksud
negara maupun organisasi non-negara untuk mengangkat berbagai topik, mulai dari upaya
menjamin kesejahteraan wanita dan memberikan suara terkait kebijakan yang
hendak diambil, hingga upaya
Indonesian Journal of International Relations
103

menghilangkan kekerasan dan memberikan diaplikasikan ke dalam berbagai aspek


hak wanita. kehidupan mereka, termasuk politik,
Wilayah Kepulauan Pasifik masih ekonomi, dan perdamaian. Hal ini dapat
mengalami banyak konflik antarkelompok dilihat dalam piagam yang dibentuk dengan
dan wilayah, seperti Fiji yang mengalami dasar femisme pada tahun 2016 di Fiji.
pemberontakan pada tahun 2000 dan Piagam ini menggarisbawahi persamaan
menyebabkan pejabat negara tersebut yang dimiliki oleh masyarakat Kepulauan
dilengserkan dari jabatannya. Selain itu ada Pasifik di antara perbedaan yang
pula Kepulauan Solomon yang mengalami menimbulkan konflik, yaitu wansolwara atau
peningkatan konflik antarsuku dan laut, vanua atau tanah, dan tua’a atau nenek
penurunan jabatan pemerintah, dan sejumlah moyang (Pacific Feminist Forum, 2016).
konflik lainnya di wilayah regional tersebut, Dari pengenalan di atas, pertanyaan
yang sayangnya justru menghasilkan untuk mendasari penelitian ini, yaitu
kebijakan yang menyenggol teritori bagaimana pandangan feminisme digunakan
pergerakan wanita yang berusaha dalam upaya membangun perdamaian di
membangun perdamaian pula (George, wilayah Kepulauan Pasifik? Argumentasi
2014). Konflik-konflik ini juga mendorong bagi penelitian ini adalah bahwa
wanita untuk bergabung ke dalam kelompok penggunaan feminisme sebagai sudut
perdamaian, seperti yang terjadi di Honiara pandang untuk mencapai perdamaian di
dan Guadalcanal (Kabutaulaka, 2002 dalam wilayah Kepulauan Pasifik merupakan salah
Corrin, 2008). satu langkah yang tepat. Patriarki masih
Wilayah Kepulauan Pasifik merupakan menjadi nilai yang kental di wilayah
wilayah yang masyarakatnya masih Kepulauan Pasifik, dan hal ini berlaku ke
mengaplikasikan banyak nilai tradisional ke dalam unsur politik serta ekonomi mereka.
dalam praktik politik mereka, termasuk ke Nilai patriarki dan pemenuhan posisi
dalam upaya untuk mencapai perdamaian. penguasa sering kali menimbulkan masalah
Perbedaan dalam nilai feminisme yang karena adanya keinginan bersaing secara
dijalankan untuk mencapai perdamaian di ekstrim. Seperti yang dinyatakan oleh
wilayah Kepulauan Pasifik dengan negara George (2010), perilaku politik di wilayah
lainnya terletak dalam nilai tradisional yang Kepulauan yang maskulin dan bersaing
masih kental di masyarakat Pasifik dan secara ekstrim tanpa ingin mengalah
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

104

sehingga bertabrakan dengan nilai feminisme Dunia I (WILPF, 2022). Suffragist


di wilayah Kepulauan Pasifik, yaitu dengan merupakan anggota dari suffrage, yaitu
menghubungkan isu yang ada dengan gerakan yang muncul untuk menuntut hak
keluarga dan keibuan sebagai dua sifat yang suara, khususnya bagi para perempuan
kental berada pada wanita di wilayah Pasifik. (Merriam-Webster, 2021). Para suffragist ini
Ini membuktikan pendapat Warren dan Cady percaya bahwa konflik harus diselesaikan
(1996) yang melihat bahwa dominasi pria tanpa kekerasan dan membutuhkan hukum
menyebabkan perang dan perdamaian internasional untuk mengaturnya, sehingga
berputar di sekitar patriarki yang mereka melakukan advokasi terkait
menganggap pacifist atau pihak yang pembentukan institusi, hukum, dan badan
memilih damai sebagai pihak yang naif dan internasional yang dapat mengatur
cengeng, sementara pejuang merupakan (Ballantyne, 2004).
pahlawan. Peningkatan jumlah pergerakan WILPF melihat bahwa penghapusan
wanita dan pandangan feminisme ini harus senjata berimbas kepada keadilan sosial dan
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kesejahteraan yang menjadi langkah penting
mengurangi konflik di wilayah Kepulauan untuk mencapai perdamaian, sehingga
Pasifik. WILPF secara aktif mendukung organisasi
Salah satu pergerakan wanita yang internasional yang berperan dalam
bertujuan untuk membangun perdamaian mengangkat topik mengenai pelucutan
dilakukan oleh Women’s International senjata (Confortini, 2010). Hal ini, seperti
League for Peace and Freedom atau WILPF yang sudah kita bahas sebelumnya,
yang dimulai di wilayah Inggris. WILPF merupakan salah satu perbedaan dari
yang pada awalnya dinamakan Woman’s pandangan para wanita akan perdamaian.
Peace Party (Schott, 1997) dibentuk dengan WILPF yang mendukung pelucutan senjata
tujuan untuk membentuk strategi mediasi didasari kepercayaan mereka bahwa untuk
untuk menyelesaikan perang pada tahun menghilangkan konflik bersenjata dan
1915, satu tahun setelah rencana para memunculkan keadilan sosial, maka
suffragists dari berbagai negara di Eropa dibutuhkan hukum, pemikiran rasional, dan
untuk bertemu harus gagal karena Perang deliberalisasi (Confortini, 2010).
Indonesian Journal of International Relations
105

WILPF membawa agenda khusus yang sebagai upaya untuk membuat posisi wanita
sejalan dengan resolusi PBB terkait wanita di masyarakat berada di atas pria, namun ini
dan perdamaian dan keamanan, seperti tidak benar. Feminisme bertujuan untuk
agenda Women, Peace and Security (WPS), mencapai kesetaraan tanpa memandang
the Convention on the elimination of All gender seseorang dan memberikan ruang
Forms of Discrimination against Women yang sama pada kesempatan yang ada. Hal ini
(CEDAW), the Human Rights Council, dan mencakup tidak hanya urusan politik, namun
analisis berbagai efek konflik dari sudut juga kesetaraan di lapangan pekerjaan untuk
pandang feminisme (WILPF, 2022). urusan ekonomi, dan juga dalam upaya
Belum banyak pembahasan yang mencapai dan membangun perdamaian.
melihat mengenai pembangunan perdamaian Feminisme yang dibahas dalam kajian
dari sudut pandang wanita maupun Hubungan Internasional melihat bagaimana
feminisme di wilayah Kepulauan Pasifik. di wilayah yang mengalami pasca
Sejumlah aspek seperti kentalnya nilai penyebaran kapitalisme, wanita sering kali
tradisional, konflik yang terjadi antar suku, tidak mendapat akses untuk kekuatan politik,
dan peran pria dalam politik di wilayah bantuan hukum, dan kehilangan hak-hak di
Pasifik yang belum lama berkembang tingkat lingkungan sosial seperti akses ke
menjadi contoh di antara alasan lainnya. kantor pemerintahan dan hak untuk memilih
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan (Steans, 2013).
untuk memperlihatkan potensi yang dimiliki Kebanyakan feminis kontemporer
konsep feminisme dan wanita di wilayah berupaya untuk menciptakan kebebasan bagi
Kepulauan Pasifik untuk mendorong wanita dan menghentikan dominasi laki-laki
pembangunan perdamaian pada masyarakat dengan mendorong ide politik yang bebas
yang masih sering terlibat konflik. gender, dengan hak dan kewajiban tidak
dibedakan oleh jenis kelaminnya (Sterba,
FEMINISME UNTUK PEMBANGUNAN
1994). Hal ini berangkat dari kondisi wanita
PERDAMAIAN
dalam sejarah Barat, wanita sering kali tidak

Feminisme sering kali mendapat memiliki hak apapun, mulai dari hak belajar,
prasangka buruk dikarenakan adanya turut serta dalam pemilihan umum,
kesalahpahaman mengenai apa itu kepemilikan atas properti, bahkan hak atas
feminisme. Feminisme sering kali dianggap diri mereka sendiri. Bahkan di beberapa
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

106

wilayah pada abad ke-19 wanita dapat dijual membangun hak asasi wanita (Steans, 2013).
oleh suami mereka sendiri (Burkett & Selanjutnya pada tahun 2000, PBB
Brunell, 2023). mengadopsi Resolusi 1325 atas Wanita,
Para wanita berupaya keras agar Perdamaian dan Agenda Keamanan yang
kekerasan berdasarkan gender dan kekerasan menjelaskan pentingnya peran wanita dalam
seksual dalam perang, serta berbagai efek pencegahan dan resolusi konflik,
lain konflik bersenjata terhadap wanita, pembangunan perdamaian, penjagaan
mendapat perhatian sehingga dapat perdamaian, respons humanitarian,
diselesaikan (Bunch, 2003). Charlesworth rekonstruksi pasca konflik, menekankan
(2008) melihat bahwa ada peningkatan pada pentingnya kesetaraan dalam partisipasi
hubungan internasional yang melihat bahwa mereka, serta partisipasi penuh dalam upaya
wanita memiliki sifat damai, yang didukung menjaga dan mempormosikan perdamaian
oleh pandangan Rey dan McKay (2006, dan keamanan (Office of the Special Adviser
dalam Charlesworth, 2008) yang ia catatkan on Gender Issues and Advancement of
pada tulisannya, yaitu wanita membuka Women, 2005; United Nations, 2005).
pandangan politik dan membantu menengahi Resolusi ini dibentuk oleh berbagai
masalah. organisasi non-pemerintah untuk mendorong
Hubungan antara keamanan. partisipasi wanita dalam proses pembentukan
perdamaian dan feminisme turut mendapat perdamaian, dan disetujui oleh seluruh
perhatian dari PBB yang saat ini menjadi anggota UN Security Council (Confortini,
salah satu aktor penting di tingkat global 2005). Selain Resolusi 1325, PBB juga
karena merupakan organisasi internasional membentuk Peacebuilding Commission atau
yang beranggotakan mayoritas negara di PBC yang menekankan pentingnya peran
dunia. PBB telah melaksanakan empat wanita dalam pencegahan dan penyelesaian
konfrensi yang pembahasannya befokus pada masalah dalam pembangunan perdamaian
wanita, perdamaian, dan pembangunan. yang berkelanjutan dan membantu negara-
Konfrensi keempat yang dilaksanakan di negara untuk menyelesaikan konflik
Beijing pada tahun 1995 dianggap sebagai (Charlesworth, 2008).
konfrensi yang paling berpengaruh dalam
Indonesian Journal of International Relations
107

Sudut pandang mengenai alasan khususnya yang berkulit putih, memiliki


pentingnya feminisme dalam perdamaian kesulitan untuk menghubungkan atau
dibahas dalam sebuah teori yang saat ini tidak melakukan generalisasi antara wanita dan
lagi banyak digunakan namun tetap dapat perdamaian karena mereka tidak pernah
dilihat sebagai posisi post-positifis, yaitu mengalami perang secara langsung meskipun
feminist standpoint. Kemudian disimpulkan militer negaranya telah mengadakan gerakan
kembali oleh Cockburn (dalam Steans, 2013) militer di berbagai negara lain (Bunch, 2003).
yang melihat bahwa dibandingkan hubungan Bunch menyatakan bahwa di abad ke-21
gender yang dapat memicu perang, masyarakat dunia menghadapi lebih banyak
transformasi gender yang diangkat oleh konflik sipil dan etnis yang tidak
feminisme dapat menjadi komponen penting terselesaikan, serta semakin buramnya batas
dalam mencapai perdamaian. antara tentara dan masyarakat sipil akibat
Schmidt dalam The Political Discourse kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh
of Anarchy (1998 dikutip dari Tickner & militer, alih-alih menjadi semakin damai.
True, 2018) menyatakan perlunya Dalam hubungan konseptual, dominasi
mempelajari sejarah untuk memahami merupakan konsep yang menjadi dasar
hubungan internasional kontemporer. Namun hubungan antrara feminisme dan
sayangnya dalam sejarah peran wanita dalam perdamaian. Dominasi menyebabkan perang
sejarah sering kali diabaikan. Permasalahan dan perdamaian berputar di sekitar patriarki
ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti para yang menganggap pacifist atau pihak yang
ahli sejarah yang berpendapat bahwa memilih damai sebagai pihak yang naif dan
pemikiran yang tidak biasa didapatkan dari cengeng, sementara pejuang merupakan
kelompok yang memimpin masyarakat atau pahlawan (Warren & Cady, 1996).
laki-laki, para wanita tidak dapat mengabdi Sementara hubungan empiris melihat
pada kesempatan untuk membangun ide hubungan antara perdamaian dengan
mereka. Ini dikarenakan gaya hidup wanita feminisme, khususnya ekofeminis dengan
yang berbeda, atau usaha untuk memahami menarik garis antara wanita, anak-anak,
konsep yang berkembang tidak manusia dari berbagai ras, dan masyarakat
memperhitungkan pendapat dan sudut miskin dengan kehancuran lingkungan dan
pandang wanita serta budak (Schott, 1997). berbagai jenis kekerasan (Warren & Cady,
Selain itu masyarakat Amerika Serikat, 1996). Warren dan Cady juga menjelaskan
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

108

beberapa jenis hubungan lain antara bahwa wanita memang memiliki opini yang
perdamaian dan feminisme, namun penulis berbeda dibandingkan pria dalam hal militer,
menggaris bawahi dua hubungan di atas. perang senjata, dan solusi dari sebuah konflik
Menurut penulis dua hubungan itulah yang (Brock-Utne, 1984). Hal ini dikarenakan
paling berkaitan dengan perkembangan kondisi wanita yang sudah terdiskriminasi
pergerakan dengan latar belakang feminisme dan menerima kekerasan berdasarkan gender,
dan tujuan perdamaian selain hubungan semakin buruk akibat perang dan konflik
mereka dengan sejarah. bersenjata (Bunch, 2003). Para wanita juga
Mazurana dan McKay menyatakan berpendapat bahwa perang menyebabkan
bahwa: hilangnya upaya pemenuhan kebijakan
Peace-building includes gender- domestik terkait kesehatan wanita (Plastas,
aware and women-empowering
2001). Mereka juga melakukan protes terkait
political, social, economic and human
rights. It involves personal and group tidak diikut sertakannya wanita dalam upaya
accountability and reconciliation
negosiasi perdamaian, padahal wanita dapat
processes which contribute to the
reduction or prevention of violence. It membawa sudut pandang baru dalam
fosters the ability of women, men, girls
pembentukan perjanjian perdamaian dan
and boys in their own cultures to
promote conditions of nonviolence, resolusi konflik (Plastas, 2001).
equality, justice, and human rights of
Meskipun tertinggal akibat
all people, to build democratic
institutions, and to sustain the diskriminasi yang mereka terima, wanita
environment (McKay, 2004).
berhasil menciptakan perdamaian dengan
Hubungan wanita dengan konflik berfokus pada komunitas dan level regional
bersenjata sangatlah kompleks. Konstruksi melalui berbagai cara yang dapat
sosial yang didominasi maskulinitas sering membangun perdamaian dan keamanan
kali melihat bahwa wanita sebagai pihak manusia, misalnya rekonsiliasi (McKay,
yang selalu mendorong perdamaian, padahal 2004). Sejak awal tahun 1920-an, banyak
banyak sekali wanita yang melakukan dan organisasi wanita yang mengangkat isu
mendukung perang serta gerakan militer perdamaian dan pelucutan senjata bersamaan
(Bunch, 2003). Namun sebuah survei yang dengan dibentuknya departemen terkait topik
dilakukan di wilayah Barat menunjukkan tersebut setelah menangnya para suffrage
Indonesian Journal of International Relations
109

dalam memengaruhi proses legislatif, lalu Sementara pengumpulan data dilakukan


berkembang semakin besar hingga bersifat dengan cara studi pustaka. Studi ini
internasional dan transnasional (Plastas, merupakan proses pengumpulan data yang
2001). didasari oleh empat ciri, yaitu peneliti
Konflik tertentu sering kali menjadi berhadapan dengan teks atau data angka dan
alasan mengapa wanita membentuk sebuah bukan turun ke lapangan atau bertemu
gerakan perdamaian meskipun rencana awal dengan saksi, data dapat digunakan langsung
pembentukan gerakan tersebut bukanlah oleh peneliti, data biasanya bersifat sekunder,
perdamaian dunia (Bunch, 2003). Contoh serta tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
dari pernyataan tersebut terjadi di Amerika (Zed, 2004). Data yang didapat kemudian
Serikat. Perang Dunia I merupakan kejadian dianalisis dengan menghubungkannya
sejarah yang sangat besar, juga memicu dengan konsep yang digunakan, yaitu
respons berupa demonstrasi wanita pertama feminisme dalam upaya pembangunan
pada tahun 1914 yang bertujuan untuk perdamaian. Sehingga tulisan ini dapat
membawa pandangan baru dan persuasi menjawab pertanyaan bagaimana pandangan
bahwa suara para wanita harus didengar feminisme digunakan dalam upaya membangun
dalam memperjuangkan perdamaian dan perdamaian di wilayah Kepulauan Pasifik.

keamanan, serta dipicu oleh kekesalan para HASIL DAN DISKUSI


wanita akan diskriminasi terhadap wanita
Feminisme dalam Pembangunan
dalam asosiasi perdamaian yang didominasi
Perdamaian di Kepulauan Pasifik
oleh pria (Plastas, 2001).
Globalisasi membuat hubungan antar
METODE PENELITIAN
aktor internasional semakin mudah dengan
Penelitian ini dilakukan dengan menghilangnya hambatan batas geografis.
menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini tentu memudahkan konflik untuk
Denzin dan Lincoln (2009) antara lain terjadi. Namun seperti dua sisi dari koin yang
menyatakan bahwa penelitian kualitatif berbeda, hilangnya hambatan batas geografis
merupakan penelitian yang menggabungkan juga mempermudah upaya mencapai
sejumlah disiplin ilmu, metode, dan hasil perdamaian. Terdapat dua perdamaian, yaitu
penelitian. perdamaian negatif dengan konflik
bersenjata atau kekerasan berhenti dan
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

110

perang tidak terjadi, serta perdamaian positif gender memengaruhi tingkatan seseorang,
yang merupakan pandangan alternatif dengan capaian seorang pria akan lebih dihargai
seluruh kekerasan dihapuskan dan kehidupan dibanding capaian seorang wanita, meski
bergerak kearah yang ideal (Bunch, 2003). keduanya melakukan hal yang sama dengan
Sesuai dengan pertanyaan yang diajukan hasil yang sama pula (Lorber, 2000) dan
dalam penelitian ini, pertanyaan terbesar menyebabkan wanita sering kali tidak
yang muncul saat ini adalah bagaimana mendapat akses untuk kekuatan politik,
pandangan feminisme yang melihat konflik bantuan hukum, dan kehilangan hak-hak di
sebagai hasil dari ekstrimisme patriarki tingkat lingkungan sosial seperti akses ke
kemudian membangun perdamaian di kantor pemerintahan dan hak untuk memilih
wilayah Pasifik, baik perdamaian negatif (Steans, 2013). Hal inilah yang terjadi di
maupun perdamaian positif? wilayah Kepulauan Pasifik sebagai salah satu
McKay (2004) menyatakan bahwa wilayah yang memiliki masalah besar dalam
dalam proses peace-building dengan dasar keamanan Wanita. Masalah ini disebabkan
feminisme, tujuan utamanya ialah menarik oleh rendahnya partisipasi wanita dalam
perhatian pada opresi, marginalisasi, dan politik sehingga menimbulkan ketimpangan
ketidakamanan yang dihadapi wanita, serta dalam penyelesaian isu gender, pemenuhan
mengutarakan agenda perdamaian yang hak, dan kekerasan (Lee-Koo &
mengikut sertakan wanita sebagai aktor Trojanowska, 2017).
utama. Pengakuan atas kekerasan yang Sebelumnya dalam pembahasan
dihadapi wanita merupakan dasar dari konsep mengenai feminisme telah disinggung
feminisme dalam perdamaian dan hak tentang bagaimana untuk dapat memahami
manusia, dikarenakan dominasi laki-laki sebuah pembahasan dalam hubungan
yang masih dianggap normal di dalam internasional. Terlebih dulu harus dipahami
berbagai institusi menyebabkan kekerasan sejarah dari kejadian yang terlaksana dan
dan ancaman terhadap wanita bertahan pihak yang terlibat (Schmidt, 1998 dalam
(Bunch, 2003). Dalam kehidupan sehari-hari, Tickner & True, 2018). Namun seperti yang
khususnya di masyarakat yang kehidupan sudah dijelaskan bahwa hal ini menjadi sulit
sosialnya didasari oleh pandangan bahwa dilakukan karena wanita sering kali tidak
Indonesian Journal of International Relations
111

dianggap dalam pembahasan mengenai pertimbangan penting. Tradisi, kebiasaan,


upaya perdamaian. Permasalahan ini, dan nilai-nilai yang lekat di masyarakat
menurut sejumlah ahli, disebabkan oleh merupakan hal penting dalam kehidupan
beberapa hal. Antara lain, pemikiran tidak masyarakat di Kepulauan Pasifik yang tidak
biasa dari kelompok pria, kurangnya ruang terbatas pada kehidupan sehari-hari saja,
untuk para wanita berpartisipasi akibat namun juga dalam pelaksanaan politik. Dan
perbedaan gaya hidup, maupun tidak dalam upaya pembangunan perdamaian
diperhitungkannya wanita dan budak sebagai berarti gerakan yang dilakukan harus
bagian dari masyarakat pada saat memahami berfokus pada proses psikologikal, relasi, dan
dan mengimplementasikan sebuah konsep spiritual secara keseluruhan (Mazurana dan
yang sedang berkembang (Schott, 1997). McKay 2001 dalam McKay, 2004). Inilah
Namun ada hal lain yang berkaitan dengan yang dilakukan oleh kelompok, organisasi,
sejarah dan dipegang erat oleh dan aktivis wanita di wilayah Kepulauan
masyarakatnya, yaitu tradisi. Pasifik.
Pembahasan mengenai wanita di Menggunakan nilai yang sudah
wilayah Kepulauan Pasifik masih berfokus menjadi bagian penting dari kehidupan
pada bagiamana menjadikan ide global atas sebagai patokan untuk kebersamaan.
keamanan dan perdamaian serta kesetaraan Berangkat dari sejarah kelompok advokasi
gender dapat terikat dengan nilai-nilai lokal sosial di Pasifik Selatan yang dibentuk sesuai
di wilayah tersebut dengan melakukan dengan isu lokal yang ada, mulai dari
lokalisasi atau penerjemahan hasil diskusi kemiskinan, ketimpangan gender, hingga isu
global (George, 2013). Hal ini dilaksanakan perubahan iklim (Bhagwan-Rolls & Stone,
karena wilayah Asia-Pasifik merupakan 2016). Penggunaan persamaan nilai
wilayah yang negaranya mementingkan tradisional masyarakat dalam pelaksanaan
otonomi negara dan masih memiliki budaya gerakan feminisme untuk mencapai
untuk tidak menerima pengaruh dan tekanan perdamaian di wilayah Kepulauan Pasifik
dari luar, serta membatasi penerimaan ide merupakan hal yang tepat untuk dilakukan.
global (Lee-Koo & Trojanowska, 2017). Di Civil Society Organizations atau CSO di
wilayah Kepulauan Pasifik sendiri, selain wilayah Pasifik sering kali muncul dengan
nilai-nilai yang dibawa oleh modernitas, nilai persamaan yang ada, seperti wantok, kastom,
yang berasal dari leluhur juga menjadi dan big men di wilayah Melanesia. Hal inilah
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

112

yang dilaksanakan oleh masyarakat pembicaraan politik dan upaya untuk


Kepulauan Pasifik untuk mencapai mencapai perdamaian di wilayah Kepulauan
perdamaian dengan menggunakan perspektif Pasifik. Penggunaan perspektif ini sering kali
feminisme pada Charter of Feminist dilakukan dengan membandingkan perilaku
Principles for Pacific Feminist yang politik maskulin yang bersaing secara
merupakan hasil dari forum yang diadakan di ekstrim tanpa ingin mengalah dengan
Fiji pada tahun 2016 (Underhill-Sem, 2019). menghubungkan isu yang ada dengan
Piagam ini menggaris bawahi persamaan keluarga dan keibuan, dua hal yang berkaitan
yang dimiliki oleh masyarakat Kepulauan erat dengan wanita di wilayah Pasifik
Pasifik di antara perbedaan yang ada, yaitu (George, 2010). Penggunaan perspektif ini
wansolwara atau laut, vanua atau tanah, dan sebelumnya juga telah sering digunakan
tua’a atau nenek moyang (Pacific Feminist untuk implementasi ide-ide yang dianggap
Forum, 2016). bertentangan dengan ide populer, disebabkan
oleh masih besarnya komentar mengenai
Selain persamaan yang dimiliki sebagai
aplikasi feminisme di wilayah Kepulauan
masyarakat Kepulauan Pasifik, paham
Pasifik bertujuan untuk meningkatkan status
feminisme untuk perdamaian di wilayah
para wanita (George, 2010). Hal ini dapat
tersebut juga dilakukan dengan mengangkat
dilihat salah satunya dalam upaya
nilai keibuan. Nilai ini berasal dari
menyelesaikan permasalahan dalam urusan
gelombang kedua feminisme yang
bahasa. Bhagwan-Rolls dan Stone (2016)
menggunakan penggambaran earth mother
menjelaskan bahwa aktivis wanita di wilayah
dan representasi akan sifat penuh kedamaian
Kepulauan Pasifik memanfaatkan celah yang
yang ditawarkan seorang ibu namun tetap
ditimbulkan UNSCR 1325 karena PBB
terbuka atas ide dan tindakan sebagai
mewajibkan pengunaan bahasa yang telah
penyemangat kelompok perdamaian yang
mereka akui dan menyebabkan kerugian bagi
beranggotakan wanita (Corrin, 2008).
kelompok masyarakat yang masih
Penggambaran ini terjadi di wilayah
menjunjung nilai budaya dan sosial lokal. Hal
Kepualauan Pasifik dan dibahas oleh George
ini dilakukan dengan menyesuaikan
(2010) dalam tulisannya tentang bagaimana
penerjemahan resolusi dengan masalah yang
penggunaan perspektif feminisme dalam
Indonesian Journal of International Relations
113

dihadapi oleh masyarakat Kepulauan Pasifik nuklir dilaksanakan. Respons atas konflik
(Bhagwan-Rolls & Stone). bersenjata ini bergeser menjadi upaya untuk
Menurut data yang didapatkan oleh mencapai perdamaian menggunakan
Lee-Koo dan Trojanowska (2017), wilayah perspektif feminisme setelah dilakukannya
Asia Pasifik merupakan wilayah terakhir adaptasi pada tahun 1995 terkait hasil dari
yang melakukan implementasi Resolusi 1325 Konfrensi Dunia terkait Wanita oleh PBB
mengenai wanita, perdamaian, dan agenda yang menghasilkan Beijing Platform for
keamanan atau Women, Peace, and Security Action (Rolls & Evans, 2020). Meski begitu,
Agenda (WPS) yang diresmikan oleh PBB akar dari pergerakan yang dilaksanakan oleh
pada tahun 2000. Sekretariat Forum wanita di wilayah Kepulauan Pasifik sudah
Kepulauan Pasifik sendiri baru dimulai pada upaya pembangunan regional
mengeluarkan Rencana Aksi Regional terkait pada tahun 1940-an (Bhagwan-Rolls &
isu ini pada tahun 2012 (Lee-Koo & Stone, 2016). Saat ini peningkatan kesadaran
Trojanowska, 2017),10 tahun setelah dan implementasi feminisme dalam upaya
berbagai gerakan advokasi dan lobi mencapai perdamaian berhubungan erat
dilakukan oleh aktivis wanita di tingkat dengan meningkatnya konflik kekerasan
nasional dan regional (George, 2014). Salah yang didasari ketimpangan sosial dan gender
satu kelompok yang berusaha untuk dalam perkembangan kapitalisme
mengangkat Resolusi 1325 ke dalam cakupan (Underhill-Sem, 2019).
kepentingan pemerintah regional ialah Namun di samping mengalami
Pacific PeaceWomen Project yang peningkatan, tentu saja ada sejumlah
melakukan kampanye dan menghubungkan permasalahan yang dihadapi dalam
resolusi tersebut dengan institusi pemerintah mengimplementasikan nilai feminisme
nasional dan regional (George, 2014). kedalam aktivitas yang berupaya untuk
Rolls dan Evans (2020) juga mencapai perdamaian. Salah satunya
menjelaskan bahwa feminisme yang berasal diangkat oleh de Alwis, Mertus, dan Sajjad
dari respons terhadap konflik bersenjata dan (2013, dalam George, 2016) yang menggaris
krisis politik di wilayah Kepulauan Pasifik bawahi tentang bagaimana pembentukan
mulai mengalami peningkatan di tahun 1980- Rencana Aksi Regional ini dapat menjadi
an pada saat kampanye untuk kemerdekaan pisau dengan dua sisi bagi gerakan
negara Pasifik dan implementasi penghentian feminisme dan wanita di wilayah Pasifik
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

114

dengan melihat keberadaan wanita sebagai Selanjutnya melakukan lobi untuk urusan
formalitas dalam upaya negosiasi wanita, perdamaian, dan agenda keamanan
perdamaian. Ditambah kondisi PIF yang pada Rencana Aksi Regional (Bhagwan-
aktivitasnya seringkali didasari oleh Rolls & Stone, 2016). Selain itu, upaya
kepentingan negara anggota yang lebih kuat aktivis wanita di wilayah Kepulauan Pasifik
dibandingkan kepentingan regional secara juga memunculkan kesempatan bagi para
keseluruhan (George, 2016). Ketakutan ini wanita untuk menunjukkan peran mereka di
sudah tercermin dari pandangan mengenai tingkat internasional dan regional. Ini
pergerakan feminisme dalam upaya merupakan sebuah hal yang telah diupayakan
perdamaian sejak awal, yang pada awalnya sejak tahun 1940-an dan mampu mendorong
terdapat ketakutan akan terkuburnya inti dari adanya birokrasi dan konfrensi wanita Pasifik
feminisme itu sendiri ketika wanita ikut serta di tahun 1980-an dan diskusi di Forum
dalam pembicaraan atau tindakan yang Kepulauan Pasifik terkait isu gender di tahun
mengangkat topik perdamaian (Vellacott, 1990-an (George, 2011).
1993).
Meskipun tertinggal akibat
Selain itu permasalahan terbesar yang
diskriminasi yang mereka terima, wanita
dihadapi oleh wanita di wilayah Kepulauan
berhasil menciptakan perdamaian dengan
Pasifik yang hendak mengangkat isu gender
berfokus pada komunitas dan level regional
dan perdamaian ialah rendahnya perwakilan
melalui berbagai cara yang dapat
wanita di tingkat legislatif negara Kepulauan
membangun perdamaian dan keamanan
Pasifik. Permasalahan ini dihadapi dalam
manusia (McKay, 2004). Kesadaran
upaya implementasi Rencana Aksi Regional
pelaksana politik di wilayah Kepulauan
Women Peace and Security yang dibentuk
Pasifik atas pentingnya kesetaraan dan peran
oleh para pemimpin dari Kepulauan Pasifik
seluruh gender dapat dilihat dari
(Rolls & Evans, 2020). Hal ini diselesaikan
implementasi United Nations Security
melalui pembentukan kerja sama dengan
Council Resolution atau UNSCR 1325 ke
media dan memanfaatkan komitmen
dalam Rencana Aksi Regional yang dibentuk
pembentuk kebijakan untuk melakukan
oleh Forum Kepulauan Pasifik atau Pacific
diskusi dengan kelompok masyarakat.
Islands Forum (PIF) sebagai bentuk
Indonesian Journal of International Relations
115

implementasi formal atas kebijakan politik yang rawan konflik dianggap dapat
kebijakan Wanita, Perdamaian, dan Agenda diselesaikan dengan mengizinkan paham
Keamanan yang sebelumnya telah kita bahas feminisme masuk melalui sifat keibuan yang
(George, 2016). Institusionalisasi ini menjaga dan damai.
mendorong terbukanya ruang politik bagi
Pergerakan wanita dalam upaya untuk
pembahasan dan pembentukan kebijakan
mencapai perdamaian berfokus pada level
yang memperhitungkan keamanan dan
komunitas dan regional. Hal ini dapat dilihat
gender yang akan membahas permasalahan
terjadi di wilayah Kepulauan Pasifik.
keamanan bagi wanita sebagai hasil dari
Implementasi Resolusi 1325 terkait wanita,
konflik di tingkat lokal hingga konflik
perdamaian, dan agenda keamanan di
bersenjata (George, 2014).
wilayah regional Kepulauan Pasifik memang
SIMPULAN dibilang cukup lambat. Resolusi ini dibentuk

Organisasi wanita yang bergerak untuk pada tahun 2000 dan baru dimasukkan ke

menyelesaikan konflik dan berupaya untuk dalam Rencana Aksi Regional Kepulauan

mencapai perdamaian semakin berkembang, Pasifik pada tahun 2012, 12 tahun setelah

termasuk di wilayah rawan konflik seperti peresmian resolusi dan 10 tahun upaya

Kepulauan Pasifik. Penggunaan pandang aktivis wanita untuk melakukan lobi.

feminisme dan kelompok atau organisasi Pergerakan feminisme untuk mengangkat isu

wanita yang bergerak untuk menghentikan wanita dan perdamaian di wilayah Pasifik

konflik dan membangun perdamaian mulai juga mengalami sejumlah permasalahan. Isu

berkembang pada tahun 1980-an. utamanya ialah kurangnya jumlah

Kebanyakan pergerakan wanita di representasi wanita di tingkat legislatif

wilayah Kepulauan Pasifik memanfaatkan pemerintah negara di wilayah Pasifik, dan

nilai-nilai persamaan yang masih kental juga munculnya kemungkinan untuk

penghormatannya di masyarakat Pasifik, Resolusi 1325 yang implementasinya

seperti laut, tanah, dan tetua. Selain itu dimasukkan ke dalam Rencana Aksi

mereka juga membandingkan nilai politik Regional Kepulauan Pasifik untuk berbalik

tradisional yang patriarki dan maskulin menyerang posisi wanita yang mewakili

dengan sifat keibuan yang dianggap penting dalam upaya perdamaian di wilayah Pasifik

di wilayah Kepulauan Pasifik. Sifat maskulin dengan menjadikan kehadiran mereka


sebagai formalitas dalam diskusi resmi.
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

116

Namun hal ini tidak menyurutkan semangat Legal Studies, 16(3), 347–361.
kelompok wanita di wilayah Pasifik untuk https://doi.org/10.1007/s10691-008-
9101-6on September 8, 2022
terus melakukan lobi dan gerakan untuk
Confortini, C. (2005). Women, Feminism,
mencapai perdamaian dengan mengangkat
and Peace: Highlights from the 2005
pentingnya peran wanita dalam World Social Forum. Peace and
pembangunan perdamaian. Freedom, 65(1).
Confortini, C.C. (2010). Links between
REFERENSI
Women, peace, and Disarmament:
Ballantyne, E. (2004). WILPF History: Past, Snapshots from the WILPF from
Present, Future. Peace and Freedom Gender, War, and Militarism. Santa
vol. 64 (2). Philadelphia: WILPF. Barbara: ABC-CLIO.
Corrin, J. (2008). Ples Bilong Mere*: Law,
Bhagwan-Rolls, S., & Stone, L. (2016). The
Role of Women in Regional Peace and Gender and Peace-Building in
Security. In Civil Society, Peace, and Solomon Islands. Feminist Legal
Power. Maryland: Studies, 16(2), 169–194.
Rowman&Littlefield. https://doi.org/10.1007/s10691-008-
9095-0 on January 26, 2023
Brock-Utne, B. (1984). The Relationship of
Feminism to Peace and Peace Denzin, N., & Lincoln, Y. (2009). Handbook
Education. Bulletin of Peace of Qualitative Research. Yogyakarta:
Proposals, 15(2), 149–153. Pustaka Pelajar.
https://doi.org/10.1177/096701068401 George, N. (2010). ‘Just like your Mother?’
500207 the Politics of Feminism and Maternity
in the Pacific Islands. Australian
Bunch, C. (2003). Feminism, Peace, Human
Rights, and Human Security. Canadian Feminist Law Journal, 32(1), 77–96.
Woman Studies/Les Cahiers de La https://doi.org/10.1080/13200968.201
Femme, 22(2). 0.10854438 on January 26, 2023
George, N. (2011). Pacific Women Building
Burkett, E., & Brunell, L. (2023). Feminism.
Peace: A Regional Perspective. The
Retrieved from
https://www.britannica.com/topic/femi Contemporary Pacific, 23(1).
nismon on January 26, 2023 George, N. (2013). 7 Beyond ‘Cultural
Charlesworth, H. (2008). Are Women Constraint’: Gender, Security and
Participation in the Pacific Islands. In
Peaceful? Reflections on the Role of
Responsibility to Protect and Women,
Women in Peace-Building. Feminist
Indonesian Journal of International Relations
117

Peace and Security (pp. 155–180). Human Security: A Search for New
Brill | Nijhoff. Approaches of Peace-Building.
https://doi.org/10.1163/978900425769
Office of the Special Adviser on Gender
6_009 on January 26, 2023
Issues and Advancement of Women.
George, N. (2014). Promoting Women, Peace (2005). Landmark Resolution on
and Security in the Pacific Islands: hot Women, Peace, and Security. United
conflict/slow violence. Australian Nations.
Journal of International Affairs, 68(3),
Pacific Feminist Forum. (2016). Charter of
314–332.
Feminist Principles for Pacific
https://doi.org/10.1080/10357718.201
Feminist.
4.902032 on January 26, 2023
Plastas, M. (2001). ‘A band of noble women’:
George, N. (2016). Institutionalising
The WILPF and the politics and
Women, Peace and Security in the
consciousness of race in the women’s
Pacific Islands: Gendering the
peace movement, 1915-1945 [Thesis].
‘architecture of entitlements’?
State University of New York.
International Political Science Review,
37(3), 375–389. Rolls, S., & Evans, A. (2020). Feminist
https://doi.org/10.1177/019251211662 Peace and Security in Pacific Islands.
9819 on January 26, 2023 Oxford: Oxfam International.
Lee-Koo, K., & Trojanowska, B. K. (2017). Schott, L. (1997). Reconstructing Women’s
Does the United Nations’ Women, Thoughts : The Women’s International
Peace and Security agenda speak with, League for Peace and Freedom Before
for or to women in the Asia Pacific? World War II. Redwood City: Stanford
The development of National Action University Press.
Plans in the Asia Pacific. Critical
Steans, J. (2013). Gender & International
Studies on Security, 5(3), 287–301.
Relations. . Cambridge: Polity Press.
https://doi.org/10.1080/21624887.201
7.1411667 on January 26, 2023 Sterba, J. P. (1994). Feminist Justice and the
Pursuit of Peace. Hypatia, 9(2), 173–
Lorber, J. (2000). The Social Construction of
187. https://doi.org/10.1111/j.1527-
Gender. In The Social Constructiion of
2001.1994.tb00439.x on September 8,
Difference and Inequality: Race, Class,
2022
Gender, and Sexuality. California City:
Mayfield Publishing Company. Tickner, J. A., & True, J. (2018). A Century
of International Relations Feminism:
McKay, S. (2004). Women, Human Security,
From World War I Women’s Peace
and Peace-Building: A Feminist
Pragmatism to the Women, Peace and
Analysis. In IPSHU English Research
Security Agenda. International Studies
Report Series no.19, Conflict and
Quarterly.
Sunshine Policy di Era Moon Jae-in dan Bampaknya
Terhadap Hubungan Antar-Korea

Khalilah Mukarramah

118

https://doi.org/10.1093/isq/sqx091 on Freedom. Retrieved from


September 8, 2022 https://www.WILPF.org/work-
areas/feminist-perspectives-on-peace/
Underhill-Sem, Y. T. R. R. T. (2019). Pacific
on September 8, 2022
Feminism.
WILPF. (2022) Our Herstory. Women’s
United Nations. (2005). Women & Election.
International League for Peace &
United Nations Department of Public
Freedom. Retrieved from
Information.
https://www.WILPF.org/our-herstory/
Vellacott, J. (1993). A place for pacifism and on September 8, 2022
transnationalism in feminist theory: the
early work of the women’s
international league for peace and
freedom. Women’s History Review,
2(1), 23–56.
https://doi.org/10.1080/096120293002
00021 on September 8, 2022
Warren, K., & Cady, D. (1994). Feminism
and Peace: Seeing
Connections. Hypatia, 9(2), 4-20.
doi:10.1111/j.1527-
2001.1994.tb00430.x on January 26,
2023
Warren, K., & Cady, D. (1996). In Warren,
K. & Cady, D. (Ed.), Bringing Peace
Home: Feminism, Violence, and
Nature. Indiana: Indiana University
Press
Meriam-Webster.com Dictionary. (2021).
Suffragist. Meriam-Webster. Retrieved
from https://www.merriam-
webster.com/dictionary/suffragist on
September 8, 2022
WILPF. (2022) Leverage Feminist
Perspectives on Peace. Women’s
International League for Peace &

Anda mungkin juga menyukai