Anda di halaman 1dari 4

Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 539

PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DALAM PERSFEKTIF


KEADILAN GENDER
Andi Kasmawati
Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara
Universitas Negeri Makassar

Abstrak Gender adalah seperangkat peran seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang
lain bahwa kita adalah feminim atau maskulin. Sedankan perempuan merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang
maha esa, yang memiliki keistimewaan dan kodrat untuk melahirkan, mengasuh, menjaga tumbuh kembang anak, dan
mengatur rumah tangga, sekaligus mamapu berperan sebagai pencari nafkah, serta berkiprah diberbagai bidang.
Namun tidak sedikit perempuan mengalami permasalahan baik dalam rumah tangga maupun dalam dunia kerja, masih
ada diskriminasi terhadap perempuan, dari sisi kesehatan, masih tingginya angka kematian ibu dan tingginya angka
kekerasan terhadap perempuan, belum diakuinya partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan sehingga
kepentingannya tidak terwakili, kondisi ini menyebabkan perempuan makin tertinggal atau tidak setara dibandingkan
dengan laki-laki. Peran perempuan selain melahirkan, peran lainnya dapat dibagi dengan laki-laki sebagai wujud
kesetaraan gender. Terjadinya diskriminasi dan kekerasan karena tidak adnya keadilan gender dalam menjalanakan
kehidupannya, padahal perempuan sudah memberikan sumbangan besar bagi kesejahteraan keluarga dan
pembangunan masyarakat. Untuk memberi perlindungan terhadapa kondisi yang dialami kaum perempuan yang
terindikasi mengalami pelanggaran terhadap hak-haknya, yang mengakibatkan terjadinya diskiriminasi dan kekerasan,
pemerintah mengupanyakan suatu perlindungan dengan melakukan konfensi dan membuat regulasi, serta gerakan-
gerakan yang menjadi ujung tombak perlindungan terhadap perempuan. Upaya ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya
resolusi No. 34/180 Tanggal 18 Desember 1979 tentang Convention an the Elimination of all forms of Discrimination
Againts Women (CEDAW) bagi masyarakat Internasional, Menindak lanjuti CEDAW pemerintah Indonesia melahirkan
undang-undang No. 7 Tahun 1984 yang berlaku 3 September 1981 sebagai wujud komitmen pemerintah memberikan
perlindungan kepada perempuan dalam mewujudkan keadilan dan penegakan Hak Asasi Manusia.

Kata Kunci: Hak Perempuan dan Keadilan Gender

I. PENDAHULUAN membagi peran dan fungsinya dalam menjalankan


kehidupannya, oleh karena itu perjuangan kaum
Pengakuan dan penghormatan terhadap
perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan
perempuan sebagai mahluk ciptaan Tuhan
gender mulai gencar setelah ditetapkannya Deklarasi
merupakan hak asasi perempuan yang inherent (melekat)
Umum Hak-hak Asasi Manusia PBB (1948). Gerakan
pada diri perempuan yang tidak bisa dipisahkan.
perjuangan tersebut berlangsung di seluruh dunia tidak
Pemahaman ini menjadi sangat penting untuk memberi
terkecuali di Indonesia.
posisi bagi perempuan sebagai manusia yang bermartabat.
Perjuangan ini berawal dari isu kesenjangan
Perempuan memiliki perbedaan secara biologis dengan
gender yang terjadi secara global. Dengan demikian
laki-laki dengan demikian peran dan fungsinya sebagai
masalah keadilan dan kesetaraan gender sudah menjadi
manusia tentu juga akan berbeda, namun dalam hal
kebutuhan atau tuntutan universal dan menjadi agenda
tetentu antara perempuan dan laki-laki tentunya juga
bersama setiap negara. Kesadaran dan kemauan bersama
memiliki kesamaan sebagai manusia ciptaan Tuhan dan
untuk terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender harus
sebagai warga negara, perbedaan ini tidaklah berarti
dirintis dan diupayakan dengan dukungan penuh dari
bahwa perempuan akan selalu menjadi orang kelas dua
masing-masing pemerintah negara-negara di dunia yang
dalam menjalanakan kehidupan atau dalam menjalankan
diwujudkan dalam bentuk jaminan hukum, termasuk
perannya.
diantaranya Indonesia. Perjuangan kesetaraan dan
Perempuan dalam situasi tertentu merupakan
keadilan gender sebenarnya telah menarik perhatian
bagian dari kelompok rentan terhadap berbagai
dunia, terutama setelah berakhirnya masa perang dingin
pelanggaran HAM, ketidak adilan dalam peperangan dan
antara Blok Barat dan Blok Timur. Perubahan tersebut
konflik bersenjata tidak sedikit menjadi korban terbesar
sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari
pelanggaran HAM, seperti pemerkosaan, pengungsi,
pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju
perdagangan budak, prostitusi, kerja paksa, dan
pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau
sebagainya, (Vasuki Nesiah dalam Majda El Muhtaj,
dari pendekatan produksi (production centered
2008: 235).
development) ke pendekatan kemanusiaan (people
Masalah lainnya yang masih sering dialami oleh
centered development) dalam suasana yang lebih
perempuan adalah keadilan dalam menduduki posisi di
demokratis dan terbuka.
pemerintahan dan politik, perempuan masih perlu
berjuang lebih keras untuk meraih posisi posisi penting di
pemerintahan dan politik, perempuan harus mampu
Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 540

II. PEREMPUAN DAN GENDER KONVENSI PENGHAPUSAN DISKRIMINASI


TERHADAP PEREMPUAN DI INDONESIA
Perempuan adalah manusia, mahlauk ciptaan
Pada pasal 1 di dalam konvensi penghapusan
Tuhan yang memiliki ciri dan potensi tersendiri yang
diskriminasi terhadap perempuan yang telah disepakati,
berbeda dengan laki-laki, ciri dan potensi perempuan ini
bahwa istilah "diskriminasi terhadap perempuan" berarti
merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan yang perlu
setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang
mendapat perhatian bagi pemerintah dan masyarakat,
dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai
sedangkan gender adalah seperangkat peran yang seperti
pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan
menghapuskan pengakuan, penikmatan, atau penggunaan
kepada orang lain bahwa kita adalah feminin atau
hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di
maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun
penampilan, sikap, kepribadian, bekerja di dalam atau di
lainnya bagi kaum perempuan terlepas dari status
luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga
pekawinan mereka atas dasar persamaan laki-laki dan
dan sebagainya-secara bersama-sama memoles “peran
perempuan.
gender” setiap individu.
Diskriminasi tidak terbatas pada pembedaan
Untuk memahami konsep gender harus
perlakuan yang didasarkan hanya pada jenis kelamin
dibedakan dulu antara gender dengan kata sex (jenis
tetapi juga diskriminasi yang bersumber dari asumsi-
kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan
asumsi sosial budaya negatif yang dilekatkan pada
pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin tertentu
keadaan karena dia adalah 'perempuan' atau yang disebut
yang secara permanen tidak berubah dan merupakan
"ideologi gender." Konstruksi ideologis peran dan
ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai
kemampuan perempuan mempengaruhi akses perempuan
ketentuan Tuhan atau kodrat. (Muhammad Kusuma,
dalam memperoleh berbagai kesempatan di berbagai
Perempuan, HAM, dan Permasalahannya diunduh hari
tingkatan: individu, kelembagaan, dan sistem. Sebagai
Senin, 27 Februari 2017
contoh, kenyataan bahwa pekerjaan yang dilakukan
https://ninanurmilah.wordpress.com/2013/12/11/peremp
perempuan sebagian besar adalah pekerjaan- pekerjaan
uan-ham-dan-permasalahannya/ )
tertentu saja dan di sisi lain tidak adanya perempuan
Konsep gender, yakni sifat yang melekat pada
dalam jenis-jenis pekerjaan lainnya merupakan akibat dari
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi
asumsi-asumsi ideologi bahwa perempuan hanya cocok
secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa
untuk pekerjaan tertentu saja. Bahwa perempuan lebih
perempuan dikenal dengan sifat lemah lembut, cantik,
banyak mengerjakan pekerjaan pengasuhan, pelayanan,
emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap
dan pekerjaan-pekerjaan subordinat lainnya didasarkan
kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari sifat itu
pada pilihan dan kesempatan yang diberikan kepada
sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan.
perempuan pada lingkup pekerjaan tersebut, dan bukan
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, dan
karena perempuan tidak mampu atau tidak berminat untuk
keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat,
pekerjaan lain. Asumsi gender seperti ini telah membatasi
rasional, dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu
kesetaraan kesempatan bagi perempuan di tempat kerja.
dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
Berbagai tindakan pembedaan perlakuan,
tempat lain. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara
pengucilan atau pembatasan hak disebut diskriminasi
sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa berubah dari
tidak hanya karena tindakan tersebut didasarkan pada
waktu ke waktu, berbeda dari kelas ke kelas lainnya,
asumsi berbasis gender, tetapi juga bila tindakan itu
itulah yang dikenal sebagai konsep gender. Konsep
mengakibatkan pengurangan atau penghapusan
gender ini tidak lain adalah bagaiaman mengatasi
pengakuan, penikmatan, dan penerapan hak asasi
kebeutuhan praktis gender yaitu kebutuhan-kebutuhan
manusia serta kebebasan dasar perempuan. Pengurangan
perempuan dan laki-laki untuk dapat melaksanakan
terjadi bila pembatasan atau persyaratan dilekatkan pada
perannya secara lebih mudah, lebih efektif, dan efesien
hak, yang mengakibatkan terbatasnya atau hilangnya
dan biasanya kebutuhan itu dapat diidentifikasi oleh
pengakuan akan hak tersebut serta kemampuan untuk
mereka sendiri.
menuntutnya. Penghapusan merupakan pencabutan hak
Masalah gender pada dasarnya menganut prinsip
dan kebebasan perempuan dalam bentuk penolakan atas
kemitraan dan keharmonisan, meskipun dalam
hak itu atau tidak adanya lingkungan dan mekanisme
kenyataannya sering terjadi perlakuan diskriminasi,
yang memungkinkan perempuan untuk menegaskan atau
marjinalisasi, sub ordinasi, beban ganda, dan tindak
menuntut hak mereka.
kekerasan dari satu pihak kepihak lain baik di dalam
Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu
maupun di luar kehidupan keluarga. Perlakuan yang
bentuk ketidakadilan Gender. Bentuk kekerasan yang
merupakan hasil akumulasi dan akses dari nilai sosio-
terjadi sangat beragam, mulai dari kekerasan fisik
kultural suatu masyarakat tanpa ada klarifikasi yang
(seperti pemukulan), kekerasan psikis (misalnya, kata-
rasional, akan mengakibatkan seluruh kesalahan sering
kata yang merendahkan atau melecehkan), kekerasan
ditimpakan pada kaum laki-laki yang telah mendominasi
seksual (contohnya perkosaan), dll. Bentuk- bentuk
dan memarjinalkan kaum perempuan tanpa menjelaskan
kekerasan ini bisa terjadi pada siapa saja, dan dimana
mengapa budaya tersebut terjadi.
saja, bisa di wilayah pribadi (rumah tangga) atau di
wilayah publik (lingkungan).
Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 541

Pada kebanyakan kasus, korban KDRT adalah terhadap perempuan harus dihapuskan karena tidak sesuai
perempuan. Tentu saja laki-laki pun bisa jadi korban dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republi
kekerasan dalam rumah tangga meskipun jumlahnya Indonesia Tahun 1945.
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah korban Secara konstitutif jaminan Hak Asasi Mmanusia
kekerasan terhadap perempuan. Dari sekitar 10 sampai termasuk hak-hak perempuan dalam Undang-Undang
69 persen dari pasangan hidup di dunia, perempuan Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang tercantum
menjadi korban kekerasan fisik dari pasangannya. dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 A
Prosentase ini belum termasuk pada kekerasan psikis samapai 28 J, ini memberikan kepastian Juridis normatif
(mental) dan seksual, yang tentunya menimbulkan bahwa pada kalimat “setiap orang berhak.....” kalimat ini
dampak lebih panjang dan kompleks bukan hanya bagi semakin menguatkan bahwa perempuan dan laki-laki
korban kekerasan tersebut (perempuan) tapi juga bagi memiliki hak yang sama secara konstitusional. Kalimat
yang menyaksikan kekerasan tersebut terjadi di dalam tersebut menyiratkan penghormatan dan perlindungan
keluarga, yaitu anak-anak. HAM, termasuk hak perempuan.
Upaya pemerintah dalam melakukan
PERAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN perlindungan terhadap hak perempuan dan keadilan
PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DAN jender terus dijalankan, pada tahun 2000 pemerintah
KEADILAN GENDER mengeluarkan instruksi presiden No. 9 Tahun 2000
tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan
Perlindungan hak perempuan dan keadilan Nasional, hal ini memberikan semangat bagi aktualisasi
gender, secara resmi pemerintah telah menganut dan kepentingan perempuan dalam konteks kebijakan
secara resmi pula menetapkan atas persamaan antara pembangunan, baik level pusat maupun daerah.
perempuan dan laki-laki sebagaimana termuat dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27: “Segala warga III. KESIMPULAN
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan Perlindungan terhadap hak perempuan dalam
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” perfektif keadilan gender sudah diperjuangkan sejak
Ketentuan ini sebagai dasar untuk memberikan sekitas 60 an tahun lalu bersamaan dengan perjuangan
akses, partisipasi dan kontrol bagi perempuan dan laki- menegakkan hak asasi manusia sebagai tindak lanjut
laki dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Dan pernyataan sedunia tentang hak asasi manusia yang
dengan ini pula Indonesia kemudian meratifikasi dicanangkan pada 10 Desember 1948.
sejumlah konvensi Internasional tentang penghapusan Upaya pemerintah Indonesia dalam menindak
diskriminasi dan peningkatan status perempuan. Namun lanjuti hasil konvensi yang dialukan secara Internsaional
demikian perundang-undangan dan kebijakan tersebut dengan membuat regulasi sebagai payung hukum dalam
dalam pelaksanaannya masih belum efektif. Secara ideal melakukan tindakan pemenuhan hak asasi manusia
Undang-undang diciptakan dengan tujuan agar termasuk hak perempuan dan keadilan gender.
kehidupan menjadi teratur dan melindungi segenap Hak perempuan sebagai mana diatur dalam
masyarakat. berbagai kebijakan diantaranya sebagaimana di tetapkan
Informasi tentang perjuangan kaaum pada World Conference International Year Of Women
perempuan dalam menuntut kesetaraan dengan kaum PBB Pada tahun 1975 di Mexico City, yang menghasilkan
laki-laki menjadi sangat relevan itu diketahui. Kaum deklarasi kesamaan antara perempuan dan laki-laki dalam
perempuan menyadari ketertinggalannya dibanding hal:
kaum laki-laki dalam banyak aspek kehidupan. Untuk a) Pendidikan dan Pekerjaan;
mengejar ketertinggalan tersebut, maka b) Memprioritaskan pembangunan bagi kaum perempuan;
dikembangkanlah konsep emansipasi (kesamaan) antara c) Memperluas partisipasi perempuan dalam
perempuan dan laki-laki di tahun 1950 dan 1960-an dan pembangunan;
hingga saat ini masih terus dikembangkan dan d) Tersedia data dan informasi partisipasi perempuan;
diperjuangkan. e) Pelaksanaan analisis perbedaan peran berdasarkan jenis
Bentuk penerimaan kebijakan pemerintah yang kelamin.
patut diapresiasi positif adalah lahirnya undang-undang Mencermati hak hak yang disepakati pada
no. 7 tahun 1984 tentang pengesahan Convention on the petemuan World Conference International Year Of
Elimination of All Forms of Discrimination against Women PBB inti dari hasil pertemuan tersebut
Women (CEDAW) yang manarik dari undang-undang ini menghendaki adanya persamaan hak perempuan dengan
lahir lebih cepat, haya lebih kurang tiga tahun dari pria, dan mendapat kedudukan yang sejajar antara
berlaku efektifnya 3 september 1981, ini menunjukkan perempuan dengan pria.
bahwa komitmen pemerintah terhadap nasib dan masa Dalam melakukan perlindungan terhadap hak
depan kaum perempuan begitu tinggi. perempuan dapat dilakukan dengan memperhatikan dari
Dalam konsiderannya undang-undang ini sudut mana kekhasan perempuan yang berbeda dengan
menyatakan dengan tegas bahwa segala warga negara pria, hal ini dapat dilihat dari:
bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan sehingga segala bentuk diskriminasi
Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 542

1. Prinsip Persamaan menuju persamaan substantif, yaitu [5] Haspels, Nelien dan Suriyasarn, Busakorn. 2005,
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, Meningkatkan Kesetaraan Gender dalam
sebagai “Hak untuk sama dengan laki-laki”. Aksi Penanggulangan Pekerja Anak serta
2. Prinsip Non Diskriminasi antara laki-laki dan Perdagangan Perempuan dan Anak. Kantor
perempuan. Secara tegas Konvensi Wanita tersebut Perburuhan Internasional, Jakarta.
dalam pasal 1 mendefinisikan Diskriminasi terhadap [6] Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata
Wanita. Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT.
3. Prinsip kewajiban negara Menurut Konvensi ini, negara Buana Ilmu Populer, Jakarta Barat.
yang menandatangani konvensi tersebut berkewajiban [7] Majda El Muhtaj, 2008, Dimensi – Dimensi HAM
untuk melaksanakan ketentuannya atau yang disebut Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
dengan Prinsip Kewajiban Negara. Rajawali Pers PT. Raja Grapindo Persada,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA [8] Muhammad Kusuma, Perempuan, HAM, dan
Permasalahannya, diunduh hari Senin, 27
[1] Affandi, Idrus. dan Suryadi, Karim. 2006, Hak Asasi
Februari 2017
Manusia (HAM). Universitas Terbuka:
https://ninanurmilah.wordpress.com/2013/12/
Jakarta.
11/perempuan-ham-dan permasalahannya.
[2] Achie S. Luhulima. 2007, CEDAW, Mengembalikan
[9] Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakikat, Konsep,
Hak-hak Perempuan.
dan Implementasi dalam perspektif hukum
[3] Baso, Zohra Andi (ed). 2000, Perempuan Bergerak
dan masyarakat, Refika Aditama, Bandung.
Membingkai Gerakan Konsumen dan
[10] PUSHAM-UII, 2007, Mengurai Kompleksitas Hak
Penegakan Hak-Hak Perempuan. Sulawesi
Asasi Manusia (Kajian Multi Perspektif).
Selatan: Yayasan Lembaga Konsumen
Jogyakarta.
Sulawesi Selatan, 2000.
[11] LBH Makassar, 2006, Catatan Hak Asasi Manusia
[4] Eddyono, Sri Wiyanti. 2005 Hak Asasi Perempuan
2006
Dan Konvensi Cedaw. Lembaga Studi dan
Advokasi Masyarakat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai