Anda di halaman 1dari 4

Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 1

PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DALAM PERSFEKTIF


KEADILAN GENDER
Andi Kasmawati
Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara
Universitas Negeri Makassar

Abstrak Gender adalah seperangkat peran seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang
lain bahwa kita adalah feminim atau maskulin. Sedankan perempuan merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang
maha esa, yang memiliki keistimewaan dan kodrat untuk melahirkan, mengasuh, menjaga tumbuh kembang anak, dan
mengatur rumah tangga, sekaligus mamapu berperan sebagai pencari nafkah, serta berkiprah diberbagai bidang.
Namun tidak sedikit perempuan mengalami permasalahan baik dalam rumah tangga maupun dalam dunia kerja, masih
ada diskriminasi terhadap perempuan, dari sisi kesehatan, masih tingginya angka kematian ibu dan tingginya angka
kekerasan terhadap perempuan, belum diakuinya partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan sehingga
kepentingannya tidak terwakili, kondisi ini menyebabkan perempuan makin tertinggal atau tidak setara dibandingkan
dengan laki-laki. Peran perempuan selain melahirkan, peran lainnya dapat dibagi dengan laki-laki sebagai wujud
kesetaraan gender. Terjadinya diskriminasi dan kekerasan karena tidak adnya keadilan gender dalam menjalanakan
kehidupannya, padahal perempuan sudah memberikan sumbangan besar bagi kesejahteraan keluarga dan
pembangunan masyarakat. Untuk memberi perlindungan terhadapa kondisi yang dialami kaum perempuan yang
terindikasi mengalami pelanggaran terhadap hak-haknya, yang mengakibatkan terjadinya diskiriminasi dan kekerasan,
pemerintah mengupanyakan suatu perlindungan dengan melakukan konfensi dan membuat regulasi, serta gerakan-
gerakan yang menjadi ujung tombak perlindungan terhadap perempuan. Upaya ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya
resolusi No. 34/180 Tanggal 18 Desember 1979 tentang Convention an the Elimination of all forms of Discrimination
Againts Women (CEDAW) bagi masyarakat Internasional, Menindak lanjuti CEDAW pemerintah Indonesia melahirkan
undang-undang No. 7 Tahun 1984 yang berlaku 3 September 1981 sebagai wujud komitmen pemerintah memberikan
perlindungan kepada perempuan dalam mewujudkan keadilan dan penegakan Hak Asasi Manusia.

Kata Kunci: Hak Perempuan dan Keadilan Gender

I. PENDAHULUAN membagi peran dan fungsinya dalam menjalankan


Pengakuan dan penghormatan terhadap kehidupannya, oleh karena itu perjuangan kaum
perempuan sebagai mahluk ciptaan Tuhan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan
merupakan hak asasi perempuan yang inherent (melekat) gender mulai gencar setelah ditetapkannya Deklarasi
pada diri perempuan yang tidak bisa dipisahkan. Umum Hak-hak Asasi Manusia PBB (1948). Gerakan
Pemahaman ini menjadi sangat penting untuk memberi perjuangan tersebut berlangsung di seluruh dunia tidak
posisi bagi perempuan sebagai manusia yang bermartabat. terkecuali di Indonesia.
Perempuan memiliki perbedaan secara biologis dengan Perjuangan ini berawal dari isu kesenjangan
laki-laki dengan demikian peran dan fungsinya sebagai gender yang terjadi secara global. Dengan demikian
manusia tentu juga akan berbeda, namun dalam hal masalah keadilan dan kesetaraan gender sudah menjadi
tetentu antara perempuan dan laki-laki tentunya juga kebutuhan atau tuntutan universal dan menjadi agenda
memiliki kesamaan sebagai manusia ciptaan Tuhan dan bersama setiap negara. Kesadaran dan kemauan bersama
sebagai warga negara, perbedaan ini tidaklah berarti untuk terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender harus
bahwa perempuan akan selalu menjadi orang kelas dua dirintis dan diupayakan dengan dukungan penuh dari
dalam menjalanakan kehidupan atau dalam menjalankan masing-masing pemerintah negara-negara di dunia yang
perannya. diwujudkan dalam bentuk jaminan hukum, termasuk
Perempuan dalam situasi tertentu merupakan diantaranya Indonesia. Perjuangan kesetaraan dan
bagian dari kelompok rentan terhadap berbagai keadilan gender sebenarnya telah menarik perhatian
pelanggaran HAM, ketidak adilan dalam peperangan dan dunia, terutama setelah berakhirnya masa perang dingin
konflik bersenjata tidak sedikit menjadi korban terbesar antara Blok Barat dan Blok Timur. Perubahan tersebut
pelanggaran HAM, seperti pemerkosaan, pengungsi, sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari
perdagangan budak, prostitusi, kerja paksa, dan pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju
sebagainya, (Vasuki Nesiah dalam Majda El Muhtaj, pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau
2008: 235). dari pendekatan produksi (production centered
Masalah lainnya yang masih sering dialami oleh development) ke pendekatan kemanusiaan (people
perempuan adalah keadilan dalam menduduki posisi di centered development) dalam suasana yang lebih
pemerintahan dan politik, perempuan masih perlu demokratis dan terbuka.
berjuang lebih keras untuk meraih posisi posisi penting di
pemerintahan dan politik, perempuan harus mampu
II. PEREMPUAN DAN GENDER merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan yang perlu
mendapat perhatian bagi pemerintah dan masyarakat,
Perempuan adalah manusia, mahlauk ciptaan
sedangkan gender adalah seperangkat peran yang seperti
Tuhan yang memiliki ciri dan potensi tersendiri yang
halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan
berbeda dengan laki-laki, ciri dan potensi perempuan ini
kepada orang lain bahwa kita adalah feminin atau
Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 2

maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup KONVENSI PENGHAPUSAN DISKRIMINASI
penampilan, sikap, kepribadian, bekerja di dalam atau di TERHADAP PEREMPUAN DI INDONESIA
luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga Pada pasal 1 di dalam konvensi penghapusan
dan sebagainya-secara bersama-sama memoles “peran diskriminasi terhadap perempuan yang telah disepakati,
gender” setiap individu. bahwa istilah "diskriminasi terhadap perempuan" berarti
Untuk memahami konsep gender harus setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang
dibedakan dulu antara gender dengan kata sex (jenis dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai
kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin tertentu menghapuskan pengakuan, penikmatan, atau penggunaan
yang secara permanen tidak berubah dan merupakan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di
ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun
ketentuan Tuhan atau kodrat. (Muhammad Kusuma, lainnya bagi kaum perempuan terlepas dari status
Perempuan, HAM, dan Permasalahannya diunduh hari pekawinan mereka atas dasar persamaan laki-laki dan
Senin, 27 Februari 2017 perempuan.
https://ninanurmilah.wordpress.com/2013/12/11/peremp Diskriminasi tidak terbatas pada pembedaan
uan-ham-dan-permasalahannya/ ) perlakuan yang didasarkan hanya pada jenis kelamin
Konsep gender, yakni sifat yang melekat pada tetapi juga diskriminasi yang bersumber dari asumsi-
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi asumsi sosial budaya negatif yang dilekatkan pada
secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa keadaan karena dia adalah 'perempuan' atau yang disebut
perempuan dikenal dengan sifat lemah lembut, cantik, "ideologi gender." Konstruksi ideologis peran dan
emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kemampuan perempuan mempengaruhi akses perempuan
kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari sifat itu dalam memperoleh berbagai kesempatan di berbagai
sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. tingkatan: individu, kelembagaan, dan sistem. Sebagai
Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, dan contoh, kenyataan bahwa pekerjaan yang dilakukan
keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat, perempuan sebagian besar adalah pekerjaan- pekerjaan
rasional, dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu tertentu saja dan di sisi lain tidak adanya perempuan
dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke dalam jenis-jenis pekerjaan lainnya merupakan akibat dari
tempat lain. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara asumsi-asumsi ideologi bahwa perempuan hanya cocok
sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa berubah dari untuk pekerjaan tertentu saja. Bahwa perempuan lebih
waktu ke waktu, berbeda dari kelas ke kelas lainnya, banyak mengerjakan pekerjaan pengasuhan, pelayanan,
itulah yang dikenal sebagai konsep gender. Konsep dan pekerjaan-pekerjaan subordinat lainnya didasarkan
gender ini tidak lain adalah bagaiaman mengatasi pada pilihan dan kesempatan yang diberikan kepada
kebeutuhan praktis gender yaitu kebutuhan-kebutuhan perempuan pada lingkup pekerjaan tersebut, dan bukan
perempuan dan laki-laki untuk dapat melaksanakan karena perempuan tidak mampu atau tidak berminat untuk
perannya secara lebih mudah, lebih efektif, dan efesien pekerjaan lain. Asumsi gender seperti ini telah membatasi
dan biasanya kebutuhan itu dapat diidentifikasi oleh kesetaraan kesempatan bagi perempuan di tempat kerja.
mereka sendiri. Berbagai tindakan pembedaan perlakuan,
Masalah gender pada dasarnya menganut prinsip pengucilan atau pembatasan hak disebut diskriminasi
kemitraan dan keharmonisan, meskipun dalam tidak hanya karena tindakan tersebut didasarkan pada
kenyataannya sering terjadi perlakuan diskriminasi, asumsi berbasis gender, tetapi juga bila tindakan itu
marjinalisasi, sub ordinasi, beban ganda, dan tindak mengakibatkan pengurangan atau penghapusan
kekerasan dari satu pihak kepihak lain baik di dalam pengakuan, penikmatan, dan penerapan hak asasi
maupun di luar kehidupan keluarga. Perlakuan yang manusia serta kebebasan dasar perempuan. Pengurangan
merupakan hasil akumulasi dan akses dari nilai sosio- terjadi bila pembatasan atau persyaratan dilekatkan pada
kultural suatu masyarakat tanpa ada klarifikasi yang hak, yang mengakibatkan terbatasnya atau hilangnya
rasional, akan mengakibatkan seluruh kesalahan sering pengakuan akan hak tersebut serta kemampuan untuk
ditimpakan pada kaum laki-laki yang telah mendominasi menuntutnya. Penghapusan merupakan pencabutan hak
dan memarjinalkan kaum perempuan tanpa menjelaskan dan kebebasan perempuan dalam bentuk penolakan atas
mengapa budaya tersebut terjadi. hak itu atau tidak adanya lingkungan dan mekanisme
yang memungkinkan perempuan untuk menegaskan atau
menuntut hak mereka.
Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu
bentuk ketidakadilan Gender. Bentuk kekerasan yang
terjadi sangat beragam, mulai dari kekerasan fisik
(seperti pemukulan), kekerasan psikis (misalnya, kata-
kata yang merendahkan atau melecehkan), kekerasan
seksual (contohnya perkosaan), dll. Bentuk- bentuk
kekerasan ini bisa terjadi pada siapa saja, dan dimana
saja, bisa di wilayah pribadi (rumah tangga) atau di
wilayah publik (lingkungan).
Pada kebanyakan kasus, korban KDRT adalah 69 persen dari pasangan hidup di dunia, perempuan
perempuan. Tentu saja laki-laki pun bisa jadi korban menjadi korban kekerasan fisik dari pasangannya.
kekerasan dalam rumah tangga meskipun jumlahnya Prosentase ini belum termasuk pada kekerasan psikis
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah korban (mental) dan seksual, yang tentunya menimbulkan
kekerasan terhadap perempuan. Dari sekitar 10 sampai dampak lebih panjang dan kompleks bukan hanya bagi
Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 3

korban kekerasan tersebut (perempuan) tapi juga bagi terhadap perempuan harus dihapuskan karena tidak sesuai
yang menyaksikan kekerasan tersebut terjadi di dalam dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republi
keluarga, yaitu anak-anak. Indonesia Tahun 1945.
Secara konstitutif jaminan Hak Asasi Mmanusia
PERAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN termasuk hak-hak perempuan dalam Undang-Undang
PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DAN Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang tercantum
KEADILAN GENDER dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 A
samapai 28 J, ini memberikan kepastian Juridis normatif
Perlindungan hak perempuan dan keadilan bahwa pada kalimat “setiap orang berhak ” kalimat ini
gender, secara resmi pemerintah telah menganut dan semakin menguatkan bahwa perempuan dan laki-laki
secara resmi pula menetapkan atas persamaan antara memiliki hak yang sama secara konstitusional. Kalimat
perempuan dan laki-laki sebagaimana termuat dalam tersebut menyiratkan penghormatan dan perlindungan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27: “Segala warga HAM, termasuk hak perempuan.
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan Upaya pemerintah dalam melakukan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan perlindungan terhadap hak perempuan dan keadilan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” jender terus dijalankan, pada tahun 2000 pemerintah
Ketentuan ini sebagai dasar untuk memberikan mengeluarkan instruksi presiden No. 9 Tahun 2000
akses, partisipasi dan kontrol bagi perempuan dan laki- tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan
laki dalam bidang ekonomi, sosial dan politik. Dan Nasional, hal ini memberikan semangat bagi aktualisasi
dengan ini pula Indonesia kemudian meratifikasi kepentingan perempuan dalam konteks kebijakan
sejumlah konvensi Internasional tentang penghapusan pembangunan, baik level pusat maupun daerah.
diskriminasi dan peningkatan status perempuan. Namun
demikian perundang-undangan dan kebijakan tersebut III. KESIMPULAN
dalam pelaksanaannya masih belum efektif. Secara ideal
Undang-undang diciptakan dengan tujuan agar Perlindungan terhadap hak perempuan dalam
kehidupan menjadi teratur dan melindungi segenap perfektif keadilan gender sudah diperjuangkan sejak
masyarakat. sekitas 60 an tahun lalu bersamaan dengan perjuangan
Informasi tentang perjuangan kaaum menegakkan hak asasi manusia sebagai tindak lanjut
perempuan dalam menuntut kesetaraan dengan kaum pernyataan sedunia tentang hak asasi manusia yang
laki-laki menjadi sangat relevan itu diketahui. Kaum dicanangkan pada 10 Desember 1948.
perempuan menyadari ketertinggalannya dibanding Upaya pemerintah Indonesia dalam menindak
kaum laki-laki dalam banyak aspek kehidupan. Untuk lanjuti hasil konvensi yang dialukan secara Internsaional
mengejar ketertinggalan tersebut, maka dengan membuat regulasi sebagai payung hukum dalam
dikembangkanlah konsep emansipasi (kesamaan) antara melakukan tindakan pemenuhan hak asasi manusia
perempuan dan laki-laki di tahun 1950 dan 1960-an dan termasuk hak perempuan dan keadilan gender.
hingga saat ini masih terus dikembangkan dan Hak perempuan sebagai mana diatur dalam
diperjuangkan. berbagai kebijakan diantaranya sebagaimana di tetapkan
Bentuk penerimaan kebijakan pemerintah yang pada World Conference International Year Of Women
patut diapresiasi positif adalah lahirnya undang-undang PBB Pada tahun 1975 di Mexico City, yang menghasilkan
no. 7 tahun 1984 tentang pengesahan Convention on the deklarasi kesamaan antara perempuan dan laki-laki dalam
Elimination of All Forms of Discrimination against hal:
Women (CEDAW) yang manarik dari undang-undang ini a) Pendidikan dan Pekerjaan;
lahir lebih cepat, haya lebih kurang tiga tahun dari b) Memprioritaskan pembangunan bagi kaum perempuan;
berlaku efektifnya 3 september 1981, ini menunjukkan c) Memperluas partisipasi perempuan dalam
bahwa komitmen pemerintah terhadap nasib dan masa pembangunan;
depan kaum perempuan begitu tinggi. d) Tersedia data dan informasi partisipasi perempuan;
Dalam konsiderannya undang-undang ini e) Pelaksanaan analisis perbedaan peran berdasarkan jenis
menyatakan dengan tegas bahwa segala warga negara kelamin.
bersamaan kedudukannya didalam hukum dan Mencermati hak hak yang disepakati pada
pemerintahan sehingga segala bentuk diskriminasi petemuan World Conference International Year Of
Women PBB inti dari hasil pertemuan tersebut
menghendaki adanya persamaan hak perempuan dengan
pria, dan mendapat kedudukan yang sejajar antara
perempuan dengan pria.
Dalam melakukan perlindungan terhadap hak
perempuan dapat dilakukan dengan memperhatikan dari
sudut mana kekhasan perempuan yang berbeda dengan
pria, hal ini dapat dilihat dari:
1. Prinsip Persamaan menuju persamaan substantif, yaitu 3. Prinsip kewajiban negara Menurut Konvensi ini, negara
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, yang menandatangani konvensi tersebut berkewajiban
sebagai “Hak untuk sama dengan laki-laki”. untuk melaksanakan ketentuannya atau yang disebut
2. Prinsip Non Diskriminasi antara laki-laki dan dengan Prinsip Kewajiban Negara.
perempuan. Secara tegas Konvensi Wanita tersebut
dalam pasal 1 mendefinisikan Diskriminasi terhadap DAFTAR PUSTAKA
Wanita.
Andi Kasmawati / Perlindungan Hak Perempuan Dalam Persfektif Keadilan Gender 4

[1] Affandi, Idrus. dan Suryadi, Karim. 2006, Hak Asasi [5] Haspels, Nelien dan Suriyasarn, Busakorn. 2005,
Manusia (HAM). Universitas Terbuka: Meningkatkan Kesetaraan Gender dalam
Jakarta. Aksi Penanggulangan Pekerja Anak serta
[2] Achie S. Luhulima. 2007, CEDAW, Mengembalikan Perdagangan Perempuan dan Anak. Kantor
Hak-hak Perempuan. Perburuhan Internasional, Jakarta.
[3] Baso, Zohra Andi (ed). 2000, Perempuan Bergerak [6] Jimly Asshiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata
Membingkai Gerakan Konsumen dan Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT.
Penegakan Hak-Hak Perempuan. Sulawesi Buana Ilmu Populer, Jakarta Barat.
Selatan: Yayasan Lembaga Konsumen [7] Majda El Muhtaj, 2008, Dimensi – Dimensi HAM
Sulawesi Selatan, 2000. Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
[4] Eddyono, Sri Wiyanti. 2005 Hak Asasi Perempuan Rajawali Pers PT. Raja Grapindo Persada,
Dan Konvensi Cedaw. Lembaga Studi dan Jakarta.
Advokasi Masyarakat, Jakarta. [8] Muhammad Kusuma, Perempuan, HAM, dan
Permasalahannya, diunduh hari Senin, 27
Februari 2017
https://ninanurmilah.wordpress.com/2013/12/
11/perempuan-ham-dan permasalahannya.
[9] Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakikat, Konsep,
dan Implementasi dalam perspektif hukum
dan masyarakat, Refika Aditama, Bandung.
[10] PUSHAM-UII, 2007, Mengurai Kompleksitas Hak
Asasi Manusia (Kajian Multi Perspektif).
Jogyakarta.
[11] LBH Makassar, 2006, Catatan Hak Asasi Manusia
2006

Anda mungkin juga menyukai