Anda di halaman 1dari 30

PEREMPUAN DAN

HUKUM

Dr. Wahyuni Retnowulandari SH.MH


mempelajari Hukum dalam
perspektif gender
1. perjuangan R A Kartini
2. Kongres perempuan pertama 1928
3. Perjuangan Nasib perempuan yang
mengalami ketidak adilan
4. Hak asasi Perempuan dlm DUHAM tahun 1948 sudah meliputi
4. persamaan hak Perempuan dan laki-laki
5. Konvensi perempuan CEDAW yang
diakomodir PBB yang di Indonesia dikenal
dengan Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita pada
tahun 1979 dan diratifikasi Indonesia dengan
UU No 7 tahun 1984.
Konsep Seks VS gender

Seks : perbedaan biologis dan kodrati antara pria


dan wanita.

Gender : Gender itu berasal dari bahasa latin


“GENUS” yaitu
perbedaan peran , atribut dan sikap tindak atau
prilaku yang dianggap masyarakat pantas untuk
laki-laki dan perempuan
HUBUNGAN GENDER DENGAN SEKS

• Sebagai hubungan sosial antara laki-laki dengan


perempuan yang bersifat saling membantu atau
sebaliknya malah merugikan, serta memiliki
banyak perbedaan dan ketidaksetaraan.
• Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu,
dan antara masyarakat satu dengan masyarakat
lain, akibat perbedan suku, agama, status sosial
maupun nilai tradisi dan norma yang dianut.
HAK PEREMPUAN
• Hak Perempuan dalam DUHAM Pasal 1 menyebutkan
bahwa “Semua Orang dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal budi dan hati nurani dan hendaknya
bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan
Pasal 2 Setiap orang berhak atas semua hak dan
kebebasan yang tercantum dalam DUHAM dengan
tidak ada pengecualian apapun seperti: perbedaan
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik
atau pandangan lain, asal usul kebangsaan, atau
sosial, hak milik, kelahiran atau kedudukan lain.
• Hak Perempuan dalam UUD 1945 hasil Amandemen
disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945 “bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
• Hak Perempuan dalam UU No.7/1984 dalam Mukadiman
Konvensi Perempuan tersebut dinyatakan “Memperhatikan
bahwa Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa menguatkan lagi
keyakinan atas hak asasi manusia dan atas persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan” dan sesuai DUHAM Pasal 1.
Hak Perempuan Muslim
Dirasakan perlu menjelaskan konsep hak perempuan muslim mengingat
mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dalam konsep Islam hak
manusiawi adalah sangat sentral karena manusia di pandang sebagai makhluk
yang dimuliakan oleh Allah lebih dari makhluk-makhluk lain di alam semesta,
sebagaimana di tuliskan dalam Al Qur’an Surat (selanjutnya disingkat dengan
QS) al-Isra’ (17):70.
Jadi Al Qur’an tidak membedakan laki-laki dan perempuan, mempunyai derajat
dan kedudukan yang sama, yang membedakan mereka hanyalah bentuk
biologis dan alat reproduksinya.
Konsep hak Insani dalam Islam menurut al-Ghazali dan segenap usul fikih yang
disebut al-khulliyyat/ al-Maqashid al khamsah (lima hak-hak dasar universal)
yaitu :
a. Hifdz an Nafs (hak yang berhubungan dengan perlindungan jiwa dan
tubuh),
b. b. Hifdz al’Aql(perlindungan atas akal),

c. C. Hifdz ad-Din (Perlindungan atas agama / keyakinan)

d. d. Hifdz ad-Mal (perlindungan atas harta benda),

e. e. Hifdz ad-irdl wa al- Nasl (perlindungan atas kehormatan dan


keturunan).

f.
Menurut Iman al Ghazali, seluruh ketentuan dalam syariat Islam
bermuara pada perlindungan lima aspek kehidupan tersebut. Dengan
kata lain semua aturan atau kebijakan yang bermuara pada perlindungan
lima aspek kehidupan diatas sudah sesuai syariat, benar dan mulia dalam
pandangan agama baik yang telah diwahyukan secara eksplisit maupun
tidak. QS (17) :70 “sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu adam
(manusia), kami angkut mereka di daratan dan dilautan, kami beri rezeki
dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
PERSPEKTIF GENDER menurut pendapat UNIFEM
( United Nations Development Fun For Women )
• 1. Membedakan antara Seks dan gender

• 2.Mengacu pada status dan kedudukan laki-laki


dan perempuan serta ketidak setaraan yang
merugikan perempuan yg dittkan bukan secara
biologis tetapi sosial
• 3. Mengakui penilaian rendah/ kurang terhadap
peran perempuan. ( memarginalisasi perempuan
dari hak memiliki, mengakses, menikmati dan
mengontol atas harta keluarga
• 4. mempertimbangkan interaksi antar gender
dan kategori sosial lain seperti strata, suku.
• 5. meyakini ketidak setaraan gender terkondisi
secara sosial oleh karenanya dapat dirubah
baik dlm tingkat individual maupun sosial,
kearah keadilan kesebandingan atau
kepatutan ( equity) dan kemitraan atara laki-
laki dan perempuan .
Bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi
gender?
• Marginalisasi (peminggiran). Peminggiran banyak terjadi dalam bidang
ekonomi. Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang
tidak terlalu bagus, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari
pekerjaan yang didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan
yang mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di
rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang bersumber
keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-asumsi
ilmu pengetahuan (teknologi)
• Subordinasi (penomorduaan), anggapan bahwa perempuan lemah, tidak
mampu memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan
perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki
• Stereotip (citra buruk) yaitu pandangan buruk terhadap perempuan.
Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan
berbagai sebutan buruk lainnya.
• Violence (kekerasan), yaitu serangan fisik dan psikis.
Perempuan, pihak paling rentan mengalami kekerasan,
dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi
maupun stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual atau
perampokan contoh kekerasan paling banyak dialami
perempuan.
• Beban kerja berlebihan, yaitu tugas dan tanggung jawab
perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya, seorang
perempuan selain melayani suami (seks), hamil, melahirkan,
menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia
juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak
berarti menghilangkan tugas dan tanggung jawab diatas.
Prinsip dasar dari Konvensi Wanita

• yaitu: a. Prinsip persamaan substantive,

• b. Prinsip non diskriminasi,

• c. Prinsip kewajiban actor.

(1). Prinsip Persamaan Subtantif.


• Pendekatan yang terdiri atas langkah-langkah khusus agar perempuan
mempunyai akses yang sama dan dapat menikmati manfaat yang
sama dengan laki-laki terhadap kesempatan dan peluang yang ada.
Contoh: secara formal ditetapkan serta berasumsi perempuan dan
laki-laki adalahsama, dengan akibat harus diperlakukan sama dan
mempunyai kesempatan yang sama serta masing-masing akan
melaksanakan kinerja yang sama pula, namun faktanya tidak demikian
• Kewajiban Pemerintah untuk mengembangkan kebijakan dan
peraturan berkaitan dengan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai persamaan substantif, hak yang sama dan persamaan legal
standard antara laki-laki dan perempuan (misalnya; hak yang sama
dalam keluarga, peluang kerja yang sama, pemberian gaji yang sama,
kewarisan, kewarganegaraan, kesempatan di bidang politik).

(2). Prinsip Non Diskriminasi


• Selain sudah jelas apa pengertian diskriminasi dalam Pasal 1, dapat
disimak dalam Pasal 4, bahwa yang tidak dianggap diskriminasi ialah
tindakan yang disebut affirmative action yaitu tindakan khusus yang
bersifat sementara dengan tujuan untuk mendapatkan persamaan
kesempatan dan perlakuan sama yang nyata antara perempuan dan
laki-Iaki. Misalnya : perlindungan kehamilan bagi perempuan (cuti
hamil, cuti haid) hal ini tidak dapat dianggap sebagai pemberian
kesempatan yang diskriminatif bagi pekerja laki- laki.
•Prinsip Kewajiban Negara
•Menjamin hak-hak perempuan di bidang hukum dan kebijaksanaan serta
jaminan kepada perempuan agar dapat menikmati hasil pelaksananya. Negara
tidak saja wajib menjamin persamaan hak secara de jure (substansi hukumnya)
tetapi juga dari segi de facto yaitu dengan mendorong realisasi terwujudnya hak
perempuan (Pasal 2)
•Misalnya : mencabut/mengamandir peraturan, kebijaksanaan, kekuasaan
praktek yang diskriminatif terhadap perempuan dan mengadakan
pembaharuan-pembaharuan hukum/ kebijakan yang sensitif jender.
•Secara ringkas kewajiban negara meliputi: mencegah diskriminasi terhadap
perempuan, melarang diskriminasi perempuan, melakukan identifikasi adanya
diskriminasi terhadap perempuan dan menjalankan langkah-langkah untuk
mengatasinya, melaksanakan sanksi atas tindakan diskriminatif terhadap
perempuan, memberikan dukungan pada penegakan hak-hak perempuan dan
mendorong persamaan, kesetaraan dan keadilan melalul langkah proaktif, dan
meningkatkan persamaan de facto perempuan dan laki-laki.
Patriarchy

is a social system in which males hold


primary power, predominate in roles of
political leadership, moral authority, social
privilege and control of property; in the
domain of the family, fathers or father-
figures hold authority over women and
children. Many patriarchal societies are
also patrilineal, meaning that property and
title are inherited by the male lineage
Diskriminasi
• merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu
tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam
masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk
membeda-bedakan yang lain.
• Article 1 CEDAW / UU no 7 th 1984 Diskriminasi terhadap wanita

• For the purposes of the present Convention, the term "discrimination against
women" shall mean any distinction, exclusion or restriction made on the basis
of sex which has the effect or purpose of impairing or nullifying the
recognition, enjoyment or exercise by women, irrespective of their marital
status, on a basis of equality of men and women, of human rights and
fundamental freedoms in the political, economic, social, cultural, civil or any
other field.
• Double Burden is a term used to describe the
situation of women who perform paid work
outside the domestic sphere as well as
homemaking and child-care work inside the
home.

GERAKAN FEMINIS
• Gerakan Feminis di luar negeri dikenal Simone de Beaovoir sebagai
pelopor gerakan feminisme, di Indonesia juga memiliki seorang
pejuang feminisme yang sangat terkenal sampai saat ini, RA Kartini.
Bahkan, perjuangan Kartini untuk memajukan kaum wanita telah
dimulai sebelum Beauvoir, yakni sejak abad ke-18. Sama seperti
Beauvoir, Kartini pun dilahirkan dari keluarga ningrat yang memiliki
kedudukan di mata masyarakat pada saat itu. Keinginan Kartini untuk
memajukan wanita yang pada saat itu dinilai tidak berhak mengenyam
bangku pendidikan bermula ketika ia aktif berkomunikasi melalui surat
dengan seorang feminis sosialis dari Belanda, Stella Zeehandaler.
• sama halnya dengan di luar negeri gerakan feminis memiliki beberapa
fase atau gelombang (first wave, second wave, third wave), di
Indonesia pun demikian adanya.
“first wave, second wave, third wave “
gerakan feminis di Indonesia
• sebelum kemerdekaan, gerakan feminisme ditujukan agar kaum
wanita bisa memperoleh pendidikan seperti halnya kaum pria.
• Setelah itu, pada masa Orde Lama, perempuan menuntut agar
mereka ikut dilibatkan dalam kebijakan elite politik.
• Pada masa Orde Baru, dimana kita melihat kaum perempuan
sangat dibatasi perannya di ranah publik, menuntut agar ruang
gerak mereka tidak dibatasi seperti dalam masalah memilih
pekerjaan.
• Yang terbaru di era Reformasi saat ini, gerakan feminisme di
Indonesia menyuarakan tindak anti kekerasan yang kerap
dialami perempuan, serta tema liberal lainnya.
Sejarah Gerakan
feminisme di Indonesia
DIawalinya pemikiran dan gerakan feminisme oleh Kartini tersebut,
kemudian muncullah beberapa organisasi perempuan di Indonesia.
• Gerakan feminisme di Indonesia sendiri semakin diperkuat dengan
digelarnya Kongres Perempuan Indonesia yang secara nasional pertama
kali diadakan pada tahun 1928 di kota Yogyakarta. Kongres tersebut
dihadiri oleh beberapa organisasi perempuan di Indonesia yang sudah
berdiri. Bisa dikatakan, kongres perempuan ini menjadi fondasi utama
dari munculnya organisasi-orgaisasi perempuan di Indonesia.
• Setelah kongres perempuan tersebut, pergerakan feminisme yang
muncul kebanyakan menentang poligini, serta praktik poligami. Salah
satu organisasi yang terkenal yakni gerakan Istri Sedar, yang kemudian
menjadi Gerwis (Gerakan Wanita Sosialis), dan menjadi cikal bakal dari
Gerwani.
• Salah satu organisasi yang mendapat sorotan pada
awal kemerdekaan saat itu adalah Sarekat Rakyat.
Organisasi ini yang dinilai paling progresif dan
mayoritas anggotanya adalah perempuan dari
golongan bawah seperti buruh dan petani. Gerakan ini
pun mendapat reaksi keras dari pemerintah Indonesia,
karena dinilai memiliki keterlibatan dengan PKI, yang
pada saat itu dianggap sebagai gerakan yang radikal.
Tokoh perempuan seperti Sukaesih dan Munasisah
serta beberapa anggota lainnya pun dikirim ke kamp
konsentrasi Belanda yang terletak di Digul
• Apapun kondisinya, gerakan feminisme tetaplah
menjadi sebuah usaha berat yang diperjuangkan oleh
Kartini pada awalnya, serta diteruskan oleh perempuan-
perempuan Indonesia sesudahnya. Semangat yang
diserukan oleh para feminis pun masih saling berkaitan
satu sama lain, yakni membawa

a. persamaan hak antara laki’ dan perempuan ,

b. menghapuskan diskriminasi yang kerap ditujukan


kepada kaum perempuan baik di wilayah domestik
maupun ruang publik.
BENTUK BIAS GENDER
• Marginalisasi
Proses peminggiran atau penyisihan yang mengakibatkan dalam keterpurukan. Hal
ini banyak terjadi dalam msyarakat di Negara berkembang seperti penggusuran dari
kampung halaman, eksploitasi. Namun, pemiskinan atas prempuan maupun laki-laki
yang disebabkan jenis kelamin merupakan salah satu bentuk ketidak adilan yang
disebabkan gender. Sebagai contoh, banyak pekerja prempuan tersingkir dan
menjadi miskin akibat dari progam permbangunan seperti intersifikasi pertanian
yang hanya menfokuskan petani laki-laki.

• Prempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industry yang
lebih memerlukan ketrampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki.
• Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang

semula dikerjakan secara manual oleh prempuan diambil alih oleh

mesin yang umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki


• Contoh lain marginalisasi:

• a.    Design teknologi terbaru diciptakan untuk laki laki, dengan


postur tu
• b.    Mesin mesin digerakkan  membutuhkan tenaga laki laki

• c.    Babysister adalah perempuan

• d.    Perusahaan garmen banyak membutuhkan perempuan

• e.    Direktur banyak oleh laki laki.


•2.     Sub ordinasi
Sub ordinasi pada dasaranya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis
kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama disbanding jenis
kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan
kedudukan dan peran prempuan lebih rendah dari laki-laki. Banyak kasus
dalam tradisi, tafsiran ajaran agama mupun dalam aturan birokrasi yang
meletakkan kaum prempuan sebagai subordinasi dari kaum laki-laki.
Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masayarkat yang
membatasi ruang gerak terutama prempuan dalam kehidupan. 
•Contoh sub ordinasi :

•a.    Persyaratan melanjutkan studi untuk istri hatus ada ijin suami


•b.    Dalam kepanitiaan perempuan paling tinggi pada jabatan sekretaris.
•3.     Pandangan stereotip

• Adalah penandaan atau cap yang sering bermakna negative. Pelabelan negative secara umum
selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotype yang berkembang berdasarkan pengertian
gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin prempuan, misalnya

a.    Pekerjaan dirumah seperti mencucui, memasak, membersihkan rumah diidentikkan dengan
pekerjaan perempuan atau ibu rumah tangga
• b.    Laki laki sebagai pencari nafkah yang utama, harus diperlakukan dengan istimewa di dalam
rumah tangga, misalnya yang berkaitan dengan makan
• Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan
masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah dan Negara. Apabila seorang laki-laki marah, ia
dianggap tegas, tetapi bila prempuan marah atau tersinggng dianggap emosional dan tidak
dfapat menahan diri. Standar nilai terhadap perilaku prempuan dan laki-laki berbeda, namun
standar nilai tersebut banyak menghakimi dan merugikan prempuan. Label kaum prempuan
sebagai “ibu rumah tangga” merugilkan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-laki” seperti
berpolitik, bisnis atau birokrat. Smentra label laki-laki sebagai pencari nafkah utama,
(breadwinner) ,mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh prempuan dianggap sebagai
Sambilan atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan.
•4.     Kekerasan
Berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap prempuan sebagai akibat perbedaan muncul dalam
berbagai bentuk. Kata kekerasan merupakan terjemahan dari violence artinya suatu serangan
terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Oleh karena itu kekerasan tidak
hanya menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaa, pemukulan dan penyiksaan tetapi
bersifat non fisik seperti pelecehan seksual sehingga secara emosional terusik.
Adapun contoh-contoh tindak kekerasan yaitu :
•a.    Suami memperketat istri dalam urusan ekonomi keluarga
•b.    Suami melarang istri bersosialisasi di masyarakat
•c.    Istri mencela pendapat suami di depan umum
•d.    Istri merendahkan martabat suami di hadapan masyarakat
•e.    Suami membakat/ memukul istri.
•Dan lain-lain.
•Pelaku kekerasan bermacam-macam, ada yang bersifat individu, baik di dalam rumah tangga
sendiri maupun di tempat umum, ada juga di dalam masayarakat itu sendiri. Pelaku bisa saja
suami/ayah, keponakan, sepupu, paman, mertua, anak laki-laki, tetangga, majikan
• 5.     Beban kerja

• Beban kerja yang dilakukan oleh jenis kelamin terlalu lebih banyak.
Bagi perempuan di rumah mempunyai beban kerja lebih besar dari
pada laki laki, 90% pekerjaan domestic/rumah tangga dilakukan oleh
perempuan belum lagi jika dijumlahkan dengan bekerja di luar rumah
• Dalam proses pembangunan, kenyataannya prempuan sebagai
sumber daya insane masih mendapat pembedaan perlakuan terutama
bila bergerak dalam bidang public. Dirasakan banyak ketimpangan,
meskipun ada juga ketimpangan yang dialami kaum laki-laki di satu sisi.

Anda mungkin juga menyukai