m e n a
j e s io
n a n
al
a
M
" KESETARAAN GENDER "
KELOMPOK 3 :
SUBORDINASI STEREOTYPE
dari yang lain. Telah diketahui, yang salah atau sesat. Pelabelan
perempuan.
BEBAN GANDA MARJINALISASI
KEKERASAN
kelamin lainnya. Peran
mengakibatkan kemiskinan.
Kekerasan (violence) artinya
reproduksi perempuan seringkali
Banyak cara yang dapat
KETIGA
digunakan untuk memarjinalkan
sebagainya. Sebaliknya
lainnya. Namun demikian,
proses pemiskinan dengan alasan
pendidikan di Indonesia
Perempuan sesungguhnya membutuhkan pendidikan seperti halnya dengan laki
– laki. Akan terlihat jelas apabila dilihat dari sejarah masa lalu saat Indonesia
masih di jajah, Para penjajah kurang menghargai kaum perempuan. Mereka
berlaku sewenang – wenang sesuka hati terhadap kaum perempuan di
Indonesia. Peristiwa ini menggambarkan bahwa kesetaraan gender sama sekali
belum ditegakkan. Dampak dari peristiwa tersebut, pandangan – pandangan
masyarakat sepeninggalnya yaitu terdapat masyarakat yang beranggapan
bahwa perempuan belum memiliki kesempatan untuk berperan sentral
diberbagai bidang seperti sekarang ini. Orang tua yang memiliki pandangan
seperti itu, akan menyekolahkan anak laki – lakinya setinggi – tingginya
sedangkan anak perempuan tidak harus bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu factor peristiwa tersebut yaitu orang tua hanya beranggaoan bahwa
peran perempuan dalam kehidupan tidak lain adalah sebagai ibu rumah tangga
yang tak perlu sekolah tinggi – tinggi.
Pandangan agama terhadap
kesetaraan gender
A. Menurut Agama Islam
Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat – ayat
AlQur’an. Suatu kenyataan, masih banyak masyarakat, tidak terkecuali beberapa guru
agama yang belum memahami makna qodrat, apabila berbicara soal jenis kelamin
perempuan, dikaitkan dengan upaya mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.
Salah satu akibat Page 5 of 10 dari salah memahami alasan untuk mempertahankan
subordinasi, marginalisasi, dan diskriminasi terhadap perempuan. Al-Qur an sebagai
“Hudan linnasi”, petunjuk bagi umat manusia, dan kehadiran Nabi Muhammad Rasulullah
SAW dengan sunnahnya, sebagai “Rahmatan lil alamin”, tentu saja menolak anggapan
di atas. Islam datang untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk ketidak-adilan.
Sejak awal dipromosikan, Islam adalah agama pembebasan. Islam adalah agama
ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan dan kemasyarakatan. Dalam pandangan
Islam, manusia mempunyai dua kapasitas, yaitu sebagai hamba dan sebagai
representasi Tuhan (khalifah) tanpa membedakan jenis kelamin, etnik, dan warna kulit.
Islam mengamanatkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan,
keserasian, keselarasan, dan keutuhan, baik sesama manusia maupun manusia dengan
lingkungan alamnya.
B. Menurut Agama Katolik
Permasalahan gender dalam Katolik tidak terlepas dari konteks tradisi dan budaya,
khususnya budaya agama Yahudi. Dalam agama Yahudi, laki-laki mempunyai posisi
yang lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Dominasi ini menciptakan
ketidakadilan gender. Ketika suatu perbuatan itu dilakukan oleh laki-laki, maka
dianggap sebagai suatu kebenaran. Begitu juga di Indonesia, ajaran kristen tidak
dapat terlepas dari budaya warga Indonesia. Dalam Kejadian 2 (Kejadian 2 (disingkat
Kej 2) adalah bagian dari Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di
Alkitab Kristen.) Disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dari bumi. Manusia
yang pertama kali diciptakan adalah Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam
diciptakanlah Hawa. Kemudian disebutkan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa karena
Hawa. Teks ini memunculkan pandangan bahwa perempuan adalah manusia kedua.
Perempuan juga dipandang sebagai sumber dosa. Gereja mengambil teks ini sebagai
dasar pandangan hubungan (relasi) antara laki-laki dengan perempuan. Hubungan ini
dipandang hanya berdasarkan jenis kelamin saja. Posisi subordinat (posisi yang
rendah) perempuan seperti inilah yang menjadi dasar pandangan awal gereja
mengenai perempuan.
C. Menurut Agama Kristen
Pengertian gender dalam agama Hindu merupakan hubungan sosial yang membedakan perilaku
antara perempuan secara proposional menyangkut moral, etika, dan budaya, bagaimana seharusnya
laki-laki dan perempuan diharapkan untuk berperan dan bertindak sesuai ketentuan sosial, moral,
etika, dan budaya di mana mereka berada. Ada yang pantas dikerjakan oleh laki-laki ditinjau dari
sudut sosial, moral, dan budaya, tetapi tidak pantas dikerjakan oleh perempuan,demikian pula
sebaliknya.Sesuai ajaran agama hindu, gender bukan merupakan perbedaan sosial antara laki-laki
dan perempuan. agama hindu mengajarkan bahwa seluruh umat manusia di perlakukan sama di
hadapan tuhan sesuai dengan dharma baktinya. Manusia yang dilahirkan ke dunia merdeka dan
mempunyai martabat serta hak yang sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, baik laki-laki maupun
perempuan. Istilah dewa-dewi lingga yoni dalam ajaran hindu menggambarkan bahwa dualism ini
sesungguhnya ada dan saling membutuhkan karena tuhan yang maha esa menciptakan semua
mahluk hidup selalu berpasangan.di dalam kitab suci hubungan suami dan istri dalam ikatan
perkawinan disebut sebagai satu jiwa dari dua badan yang berbeda . Lebih jauh di dalam
manapadharmasastra di uraikan bahwa tuhan yang maha esa menciptakan alam semesta beserta
segala isinya dalam wujud “ardha-nari-isvari”,sebagai sebagian laki-laki dan sebagian lagi sebagai
perempuan.
Dampak Kesetaraan Gender
Dampak Positif
Biasanya para wanita akan memiliki lebih banyak bentuk akan kebebasan
untuk melakukan kegiatan sekolah hingga kepada jenjang yang dimana
kemudian lebih tinggi, melakukan sebuah pengembangan ide, kreatifitas
hingga kemudian kepada bakat dan juga kemampuan yang dimiliki.
Dampak Negatif
Dengan adanya kesetaraan gender maka akan didapatkan beberapa macam
masalah yang dimaan para wanita tersebut akan melakukan
penyalahgunaan terhadpa sebuah bentuk arti daripada emansipasi wanita
dan juga kesetaraan wanita itu sendiri. Kemudian akan sangat banyak
wanita yang dimana melakukan penyalah artian terhadap sebuah bentuk
dari arti emansipasi dan juga persamaan terhada gender yang dimana akan
menyebabkan sebuah bentuk dari hubungan keluarga yang terjadi diantara
suami dan juga istri menjadi sebuah hubungan yang dimana tidaklah
harmonis.
Faktor Penyebab Terjadinya
Kesetaraan Gender
1. Pelabelan sifat-sifat tertentu (stereotipe)
Perempuan cenderung mendapat stereotipe yang merendahkan seperti: perempuan adalah mahkluk yang lemah, emosional,
cengeng, tidak tahan banting.
2. Pemiskinan ekonomi terhadap perempuan.
Pemiskinan ekonomi banyak dialami oleh perempuan desa yang berprofesi sebagai petani, hal ini berawal dari asumsi bahwa
petani identik dengan profesi laki-laki. Di luar pekerjaan petani, pekerjaan perempuan dianggap lebih rendah, sehingga
berimbas pada perbedaan gaji yang diterima perempuan dan laki-laki
3. Subordinasi pada salah satu jenis kelamin yaitu perlakuan menomorduakan perempuan.
Pemimpin masyarakat hanya pantas dipegang oleh lelaki, perempuan hanya dapat menjadi pemimpin hanya sebatas pada
kaumnya (sesama perempuan).
4. Tindak kekerasan (violence) terhadap perempuan.
Perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah secara fisik sehingga seringkali mengalami kekerasan dalam bentuk:
pemukulan, pemerkosaan dan pelecehan seksual.
5. Budaya patriarkhi yang berkembang di masyarakat.
Budaya patriarkhi menganggap kaum laki-laki secara kodrati memiliki superioritas atas kaum perempuan dalam kehidupan
pribadi, keluarga,masyarakat dan bernegara.
Cara Mencegah Terjadinya
Diskriminasi Gender
1. Membuat kesetaraan
Terapkan aturan untuk menyetarakan antara perempuan dengan laki- laki dalam bidang pekerjaannya. Setiap orang
memiliki dan kemampuan yang dijalaninya dengan cara yang berbeda- beda.
2. Buktikan melalui hasil pekerjaan
Pada awalnya mungkin kamu akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan lingkungan tempat kerja. Seiring
berjalannya waktu dengan hasil pencapaian, kamu akan bisa menggeser berbagai diskriminasi gender yang ada.
Buktikan bahwa kamu sebagai perempuan bisa melakukan apa yang selama ini diremehkan dari diri kamu.
3. Sebagai atasan adakan arahan mengenai gender
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya pengkotak kotakan terhadap gender perempuan dengan laki- laki
sebaiknya dimulai pencegahand ari atasan langsung. Mencegah terjadinya hal tersebut, perlu diberikan arahan
mengenai gender baik perempuan maupun laki- laki.
4. Jika ada keluhan tentang diskriminasi gender segera atasi
Baik laki- laki maupun perempuan yang merasa bahwa dirinya mengalami perbedaan karena masalah gender,
sebaiknya segera diatasi. Semakin cepat mengatasi maka, akan semakin mengembalikan kenyamanan lingkungan
kerja.
5. Sadari apakah kamu menyinggung atau tidak
Pada dasarnya setiap orang memiliki yang namanya bias tidak sadar yang menyebabkannya melakukan hal tersebut.
Salah satu caranya yang bisa kamu lakukan dengan menjaga ucapan dan berfikir terlebih dahulu sebelum kamu
membicarakan sesuatu. Walaupun pada kenyataannya tidak sadar ini terjadi tanpa disengaja.
Bentuk Kesetaraan Gender Bagi
Perempuan
1. Posisi di masyarakat sama dengan laki-laki
Perempuan tidak disubordinasi oleh laki-laki di masyarakat, walaupun masih ada kasus dimana posisi perempuan tidak terlalu penting dalam
masyarakat. Perempuan tetap memiliki posisi penting di masyarakat untuk menentukan keputusan, demi keadilan bagi perempuan maupun laki-laki.
2. Mendapatkan kesempatan pendidikan formal setinggi-tingginya
Pada masa kini perempuan memiliki akses yang sama untuk sekolah setinggi mungkin. Seperti contoh beberapa selebritas perempuan yang
menempuh pendidikan hingga jenjang S-2 dan S-3.
3. Tidak diperlakukan kasar
Tentu ini merupakan melanggar hak seseorang untuk diperlakukan baik oleh sesama. Perempuan dan laki-laki tetap memiliki kesetaraan, keadilan
satu sama lain. Tidak diperlakukan kasar sudah menjadi wujud kesetaraan gender maupun kesetaraan seksual.
4. Tidak ada kesenjangan di dunia pekerjaan
Dalam dunia pekerjaan terkadang masih kerap ditemui diskriminasi bagi perempuan. Mulai dari jam kerja, sampai gaji. Bahkan dalam pendaftaran di
suatu pekerjaan pun perempuan kerap dikategorikan untuk bidang tertentu, misalnya harus terlihat menarik, cantik, berbadan tinggi, langsing,
sampai berwarna kulit tertentu.
5. Mendapatkan ruang untuk berpolitik
Perempuan masa kini sudah menempati posisi di bidang pemerintahan, birokrasi, dan politik. Hal ini sudah menunjukkan bahwa masyarakat semakin
sadar akan kesetaraan gender. Namun mungkin saja posisi pejabat perempuan untuk andil dalam membuat kebijakan masih kurang diperhatikan.
Tidak hanya itu, perempuan juga berhak untuk menjadi seorang pemimpin organisasi bahkan negara.
6. Memiliki hak kepemilikan yang sama
Persoalan kesetaraan gender di masyarakat harus tetap diberi penerangan dan edukasi. Agar tidak ada lagi bias gender dan ketidakadilan terhadap
perempuan. Ini menegaskan bahwa manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama, setara di setiap segi kehidupan.
KESIMPULAN
Kesetaraan gender dan keadilan gender harusnya dapat ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain bermasyarakat kesetaraan
gender dan keadilan gender haruslah di tegakkan juga di dunia pendidikan. Bukan hanya kaum laki - laki saja yang harus sekolah tinggi
namun perempuan juga punya hak untuk dapat bersekolah setinggi – tingginya. Pada dasarnya semua agama di Indonesia memaparkan
bagaimana Tuhan mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa memandang jenis kelamin, dari golongan mana, berapa usianya, terang
kasih Tuhan tidak ada yang mendominasi. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dibentuk sedemikian rupa menurut rupa dan
gambarnya dan Tuhan melihat bahwa ciptaannya itu sungguh amat baik. Pada dasarnya perbedaan kodrat laki-laki dan perempuan
berkaitan dengan fungsi biologis dan perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi agar menjadi utuh. Dalam agama mengajarkan
bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan kondisi untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Terimakasih