Anda di halaman 1dari 16

n S D M I n t e r

m e n a
j e s io
n a n

al
a
M
" KESETARAAN GENDER "

KELOMPOK 3 :

1. Aldi Riansyah R 191010551011


2. Cintia Dwi R 191010550841
3. Siska Oktafiani 191010550917
Pengertian Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender, atau kesetaraan antara laki-laki dan


perempuan, mengacu pada pemenuhan hak-hak, kesempatan
dan perlakuan yang adil oleh laki-laki dan perempuan dari
semua kelompok umur di segala tahapan kehidupan dan
pekerjaan. Kesetaraan jender berarti bahwa semua manusia
bebas mengembangkan kemampuan pribadi mereka dan
memilih tanpa dibatasi oleh stereotip dan prasangka tentang
peran jender atau karakteristik laki-laki dan perempuan.
Kesetaraan tidak jender berarti bahwa laki-laki dan perempuan
adalah sama, atau hak menjadi sama, tapi hak-hak,
tanggungjawab, status sosial dan akses ke sumberdaya mereka
tidak tergantung dari mereka gender.
Bentuk Diskriminasi Gender

SUBORDINASI STEREOTYPE

Subordinasi Merupakan suatu Stereotype merupakan

penilaian atau anggapan bahwa pemberian label/cap kepada

suatu peran yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang

satu jenis kelamin lebih rendah didasarkan pada suatu anggapan

dari yang lain. Telah diketahui, yang salah atau sesat. Pelabelan

nilai-nilai yang berlaku di umumnya dilakukan dalam dua

masyarakat, telah memisahkan hubungan atau lebih dan


dan memilah-milah peran-peran seringkali digunakan sebagai

gender, laki-laki dan perempuan. alasan untuk membenarkan suatu

Perempuan dianggap tindakan dari satu kelompok atas

bertanggung jawab dan memiliki kelompok lainnya. Pelabelan

peran dalam urusan domestik negative juga dapat dilakukan

atau reproduksi, sementara laki- atas dasar anggapan gender.

laki dalam urusan public atau Namun seringkali pelabelan

produksi. negative ditimpakan kepada

perempuan.
BEBAN GANDA MARJINALISASI

beban pekerjaan yang diterima


Merupakan suatu proses

salah satu jenis kelamin lebih


peminggiran akibat perbedaan

banyak dibandingkan jenis


jenis kelamin yang

KEKERASAN
kelamin lainnya. Peran
mengakibatkan kemiskinan.
Kekerasan (violence) artinya
reproduksi perempuan seringkali
Banyak cara yang dapat

tindak kekerasan, baik fisik

maupun non fisik yang dilakukan

dianggap peran yang statis dan

permanen. Walaupun sudah ada

KETIGA
digunakan untuk memarjinalkan

seseorang atau kelompok. Salah

oleh salah satu jenis kelamin atau


peningkatan jumlah perempuan
satunya adalah dengan

sebuah institusi keluarga,


yang bekerja diwilayah public,
menggunakan asumsi gender.

masyarakat atau negara terhadap


namun tidak diiringi dengan
Misalnya dengan anggapan

jenis kelamin lainnya. Peran


berkurangnya beban mereka di
bahwa perempuan berfungsi

gender telah membedakan


wilayah domestic. Upaya
sebagai pencari nafkah

karakter perempuan dan laki-laki.


maksimal yang dilakukan mereka
tambahan, maka ketika mereka
Perempuan dianggap feminism
adalah mensubstitusikan
bekerja diluar rumah (sector

dan laki-laki maskulin. Karakter ini


pekerjaan tersebut kepada
public), seringkali dinilai dengan

kemudian mewujud dalam ciri-


perempuan lain, seperti
anggapan tersebut. Jika hal

ciri psikologis, seperti laki-laki


pembantu rumah tangga atau
tersebut terjadi, maka

dianggap gagah, kuat, berani dan


anggota keluarga perempuan
sebenarnya telah berlangsung

sebagainya. Sebaliknya
lainnya. Namun demikian,
proses pemiskinan dengan alasan

perempuan dianggap lembut,


tanggung jawabnya masih tetap
gender.
lemah, penurut dan sebagainya. berada di pundak perempuan.

Akibatnya mereka mengalami

beban yang berlipat ganda.


Kesetaraan gender dalam dunia

pendidikan di Indonesia
Perempuan sesungguhnya membutuhkan pendidikan seperti halnya dengan laki
– laki. Akan terlihat jelas apabila dilihat dari sejarah masa lalu saat Indonesia
masih di jajah, Para penjajah kurang menghargai kaum perempuan. Mereka
berlaku sewenang – wenang sesuka hati terhadap kaum perempuan di
Indonesia. Peristiwa ini menggambarkan bahwa kesetaraan gender sama sekali
belum ditegakkan. Dampak dari peristiwa tersebut, pandangan – pandangan
masyarakat sepeninggalnya yaitu terdapat masyarakat yang beranggapan
bahwa perempuan belum memiliki kesempatan untuk berperan sentral
diberbagai bidang seperti sekarang ini. Orang tua yang memiliki pandangan
seperti itu, akan menyekolahkan anak laki – lakinya setinggi – tingginya
sedangkan anak perempuan tidak harus bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu factor peristiwa tersebut yaitu orang tua hanya beranggaoan bahwa
peran perempuan dalam kehidupan tidak lain adalah sebagai ibu rumah tangga
yang tak perlu sekolah tinggi – tinggi.
Pandangan agama terhadap

kesetaraan gender
A. Menurut Agama Islam
Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat – ayat
AlQur’an. Suatu kenyataan, masih banyak masyarakat, tidak terkecuali beberapa guru
agama yang belum memahami makna qodrat, apabila berbicara soal jenis kelamin
perempuan, dikaitkan dengan upaya mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.
Salah satu akibat Page 5 of 10 dari salah memahami alasan untuk mempertahankan
subordinasi, marginalisasi, dan diskriminasi terhadap perempuan. Al-Qur an sebagai
“Hudan linnasi”, petunjuk bagi umat manusia, dan kehadiran Nabi Muhammad Rasulullah
SAW dengan sunnahnya, sebagai “Rahmatan lil alamin”, tentu saja menolak anggapan
di atas. Islam datang untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk ketidak-adilan.
Sejak awal dipromosikan, Islam adalah agama pembebasan. Islam adalah agama
ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan dan kemasyarakatan. Dalam pandangan
Islam, manusia mempunyai dua kapasitas, yaitu sebagai hamba dan sebagai
representasi Tuhan (khalifah) tanpa membedakan jenis kelamin, etnik, dan warna kulit.
Islam mengamanatkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan,
keserasian, keselarasan, dan keutuhan, baik sesama manusia maupun manusia dengan
lingkungan alamnya.
B. Menurut Agama Katolik
Permasalahan gender dalam Katolik tidak terlepas dari konteks tradisi dan budaya,
khususnya budaya agama Yahudi. Dalam agama Yahudi, laki-laki mempunyai posisi
yang lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Dominasi ini menciptakan
ketidakadilan gender. Ketika suatu perbuatan itu dilakukan oleh laki-laki, maka
dianggap sebagai suatu kebenaran. Begitu juga di Indonesia, ajaran kristen tidak
dapat terlepas dari budaya warga Indonesia. Dalam Kejadian 2 (Kejadian 2 (disingkat
Kej 2) adalah bagian dari Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di
Alkitab Kristen.) Disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dari bumi. Manusia
yang pertama kali diciptakan adalah Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam
diciptakanlah Hawa. Kemudian disebutkan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa karena
Hawa. Teks ini memunculkan pandangan bahwa perempuan adalah manusia kedua.
Perempuan juga dipandang sebagai sumber dosa. Gereja mengambil teks ini sebagai
dasar pandangan hubungan (relasi) antara laki-laki dengan perempuan. Hubungan ini
dipandang hanya berdasarkan jenis kelamin saja. Posisi subordinat (posisi yang
rendah) perempuan seperti inilah yang menjadi dasar pandangan awal gereja
mengenai perempuan.
C. Menurut Agama Kristen

Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan perempuan dan laki-laki


menurut gambar dan rupa Allah: “Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej.1:27). Maksud dari ungkapan ‘menurut
gambar Allah’ dalam ayat ini tidak dalam arti bahwa manusia itu sama
hakekat dengan Sang Pencipta. Ungkapan itu lebih berarti bahwa Allah
menciptakan manusia sebagai makluk mulia, kudus, dan berakal budi,
sehingga manusia bisa berkomunikasi dengan Allah, serta layak menerima
mandat dari Allah untuk menjadi pemimpin bagi segala makluk (Kej.1:28-30).
Status se-“gambar” dengan Allah dimiliki tidak hanya oleh laki-laki, tetapi
juga oleh perempuan. Kedua pihak punya status yang sama. Sebab itu tidak
dibenarkan adanya diskriminasi atau dominasi dalam bentuk apapun hanya
karena perbedaan jenis kelamin.
D. Menurut Agama Budha

Dalam kehidupan bermasyarakat, sang budha tidak membedakan peran laki-laki


maupun perempuan. Mereka memliki peran yang setara dan adil. Seperti laki-
laki, perempuan juga bisa menjadi majikan, atasan, guru(brahmana) sesuai
kotbah sang Budha. Mengacu pada perkembangan budha Dharma bahwa
pemberdayaan dan kemitrasejajaran perempuan telah diperjuangkan dan
ditumbhkembangkan oleh sang Budha. Hal ini dapat dikaji dari kisah-kisah siswa
Budha yang sebagian adalah perempuan dan diterangkan pula bahwaperempuan
membawa peran penting dalam perkembangan agama Budha Kesetaraan gender
dalam agama Budha didasari kewajiban dan tanggungjawab bersama dalam
rumah tangga dan adanya kehendak bersama dalam menjalankan kehidupan
berumah tangga. Menurut agama Budha, manusia terdiri dari laki-laki dan
perempuan yang muncul bersama di muka bumi ini.dan dia dapat terlahir sesuai
dengan karmanya masing-masing, sehingga kedudukan antara laki-laki maupun
perempuan dalam agama budha tidak dipermasalahkan . agama budha
membimbing umatnya untuk menghargai gender.
E. Menurut Agama Hindu

Pengertian gender dalam agama Hindu merupakan hubungan sosial yang membedakan perilaku
antara perempuan secara proposional menyangkut moral, etika, dan budaya, bagaimana seharusnya
laki-laki dan perempuan diharapkan untuk berperan dan bertindak sesuai ketentuan sosial, moral,
etika, dan budaya di mana mereka berada. Ada yang pantas dikerjakan oleh laki-laki ditinjau dari
sudut sosial, moral, dan budaya, tetapi tidak pantas dikerjakan oleh perempuan,demikian pula
sebaliknya.Sesuai ajaran agama hindu, gender bukan merupakan perbedaan sosial antara laki-laki
dan perempuan. agama hindu mengajarkan bahwa seluruh umat manusia di perlakukan sama di
hadapan tuhan sesuai dengan dharma baktinya. Manusia yang dilahirkan ke dunia merdeka dan
mempunyai martabat serta hak yang sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, baik laki-laki maupun
perempuan. Istilah dewa-dewi lingga yoni dalam ajaran hindu menggambarkan bahwa dualism ini
sesungguhnya ada dan saling membutuhkan karena tuhan yang maha esa menciptakan semua
mahluk hidup selalu berpasangan.di dalam kitab suci hubungan suami dan istri dalam ikatan
perkawinan disebut sebagai satu jiwa dari dua badan yang berbeda . Lebih jauh di dalam
manapadharmasastra di uraikan bahwa tuhan yang maha esa menciptakan alam semesta beserta
segala isinya dalam wujud “ardha-nari-isvari”,sebagai sebagian laki-laki dan sebagian lagi sebagai
perempuan.
Dampak Kesetaraan Gender
Dampak Positif
Biasanya para wanita akan memiliki lebih banyak bentuk akan kebebasan
untuk melakukan kegiatan sekolah hingga kepada jenjang yang dimana
kemudian lebih tinggi, melakukan sebuah pengembangan ide, kreatifitas
hingga kemudian kepada bakat dan juga kemampuan yang dimiliki.

Dampak Negatif
Dengan adanya kesetaraan gender maka akan didapatkan beberapa macam
masalah yang dimaan para wanita tersebut akan melakukan
penyalahgunaan terhadpa sebuah bentuk arti daripada emansipasi wanita
dan juga kesetaraan wanita itu sendiri. Kemudian akan sangat banyak
wanita yang dimana melakukan penyalah artian terhadap sebuah bentuk
dari arti emansipasi dan juga persamaan terhada gender yang dimana akan
menyebabkan sebuah bentuk dari hubungan keluarga yang terjadi diantara
suami dan juga istri menjadi sebuah hubungan yang dimana tidaklah
harmonis.
Faktor Penyebab Terjadinya

Kesetaraan Gender
1. Pelabelan sifat-sifat tertentu (stereotipe)
Perempuan cenderung mendapat stereotipe yang merendahkan seperti: perempuan adalah mahkluk yang lemah, emosional,
cengeng, tidak tahan banting.
2. Pemiskinan ekonomi terhadap perempuan.
Pemiskinan ekonomi banyak dialami oleh perempuan desa yang berprofesi sebagai petani, hal ini berawal dari asumsi bahwa
petani identik dengan profesi laki-laki. Di luar pekerjaan petani, pekerjaan perempuan dianggap lebih rendah, sehingga
berimbas pada perbedaan gaji yang diterima perempuan dan laki-laki
3. Subordinasi pada salah satu jenis kelamin yaitu perlakuan menomorduakan perempuan.
Pemimpin masyarakat hanya pantas dipegang oleh lelaki, perempuan hanya dapat menjadi pemimpin hanya sebatas pada
kaumnya (sesama perempuan).
4. Tindak kekerasan (violence) terhadap perempuan.
Perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah secara fisik sehingga seringkali mengalami kekerasan dalam bentuk:
pemukulan, pemerkosaan dan pelecehan seksual.
5. Budaya patriarkhi yang berkembang di masyarakat.
Budaya patriarkhi menganggap kaum laki-laki secara kodrati memiliki superioritas atas kaum perempuan dalam kehidupan
pribadi, keluarga,masyarakat dan bernegara.
Cara Mencegah Terjadinya

Diskriminasi Gender
1. Membuat kesetaraan
Terapkan aturan untuk menyetarakan antara perempuan dengan laki- laki dalam bidang pekerjaannya. Setiap orang
memiliki dan kemampuan yang dijalaninya dengan cara yang berbeda- beda.
2. Buktikan melalui hasil pekerjaan
Pada awalnya mungkin kamu akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan lingkungan tempat kerja. Seiring
berjalannya waktu dengan hasil pencapaian, kamu akan bisa menggeser berbagai diskriminasi gender yang ada.
Buktikan bahwa kamu sebagai perempuan bisa melakukan apa yang selama ini diremehkan dari diri kamu.
3. Sebagai atasan adakan arahan mengenai gender
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya pengkotak kotakan terhadap gender perempuan dengan laki- laki
sebaiknya dimulai pencegahand ari atasan langsung. Mencegah terjadinya hal tersebut, perlu diberikan arahan
mengenai gender baik perempuan maupun laki- laki.
4. Jika ada keluhan tentang diskriminasi gender segera atasi
Baik laki- laki maupun perempuan yang merasa bahwa dirinya mengalami perbedaan karena masalah gender,
sebaiknya segera diatasi. Semakin cepat mengatasi maka, akan semakin mengembalikan kenyamanan lingkungan
kerja.
5. Sadari apakah kamu menyinggung atau tidak
Pada dasarnya setiap orang memiliki yang namanya bias tidak sadar yang menyebabkannya melakukan hal tersebut.
Salah satu caranya yang bisa kamu lakukan dengan menjaga ucapan dan berfikir terlebih dahulu sebelum kamu
membicarakan sesuatu. Walaupun pada kenyataannya tidak sadar ini terjadi tanpa disengaja.
Bentuk Kesetaraan Gender Bagi

Perempuan
1. Posisi di masyarakat sama dengan laki-laki
Perempuan tidak disubordinasi oleh laki-laki di masyarakat, walaupun masih ada kasus dimana posisi perempuan tidak terlalu penting dalam
masyarakat. Perempuan tetap memiliki posisi penting di masyarakat untuk menentukan keputusan, demi keadilan bagi perempuan maupun laki-laki.
2. Mendapatkan kesempatan pendidikan formal setinggi-tingginya
Pada masa kini perempuan memiliki akses yang sama untuk sekolah setinggi mungkin. Seperti contoh beberapa selebritas perempuan yang
menempuh pendidikan hingga jenjang S-2 dan S-3.
3. Tidak diperlakukan kasar
Tentu ini merupakan melanggar hak seseorang untuk diperlakukan baik oleh sesama. Perempuan dan laki-laki tetap memiliki kesetaraan, keadilan
satu sama lain. Tidak diperlakukan kasar sudah menjadi wujud kesetaraan gender maupun kesetaraan seksual.
4. Tidak ada kesenjangan di dunia pekerjaan
Dalam dunia pekerjaan terkadang masih kerap ditemui diskriminasi bagi perempuan. Mulai dari jam kerja, sampai gaji. Bahkan dalam pendaftaran di
suatu pekerjaan pun perempuan kerap dikategorikan untuk bidang tertentu, misalnya harus terlihat menarik, cantik, berbadan tinggi, langsing,
sampai berwarna kulit tertentu.
5. Mendapatkan ruang untuk berpolitik
Perempuan masa kini sudah menempati posisi di bidang pemerintahan, birokrasi, dan politik. Hal ini sudah menunjukkan bahwa masyarakat semakin
sadar akan kesetaraan gender. Namun mungkin saja posisi pejabat perempuan untuk andil dalam membuat kebijakan masih kurang diperhatikan.
Tidak hanya itu, perempuan juga berhak untuk menjadi seorang pemimpin organisasi bahkan negara.
6. Memiliki hak kepemilikan yang sama
Persoalan kesetaraan gender di masyarakat harus tetap diberi penerangan dan edukasi. Agar tidak ada lagi bias gender dan ketidakadilan terhadap
perempuan. Ini menegaskan bahwa manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama, setara di setiap segi kehidupan.
KESIMPULAN
Kesetaraan gender dan keadilan gender harusnya dapat ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain bermasyarakat kesetaraan
gender dan keadilan gender haruslah di tegakkan juga di dunia pendidikan. Bukan hanya kaum laki - laki saja yang harus sekolah tinggi
namun perempuan juga punya hak untuk dapat bersekolah setinggi – tingginya. Pada dasarnya semua agama di Indonesia memaparkan
bagaimana Tuhan mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa memandang jenis kelamin, dari golongan mana, berapa usianya, terang
kasih Tuhan tidak ada yang mendominasi. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dibentuk sedemikian rupa menurut rupa dan
gambarnya dan Tuhan melihat bahwa ciptaannya itu sungguh amat baik. Pada dasarnya perbedaan kodrat laki-laki dan perempuan
berkaitan dengan fungsi biologis dan perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi agar menjadi utuh. Dalam agama mengajarkan
bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan kondisi untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai