Anda di halaman 1dari 32

BEDAH BUKU

Himpunan Mahasiswa Islam

Komisariat Hukum
Universitas Hasanuddin
Cabang Makassar Timur

9 Maret 2021

KELIK WARDIONO
SEJARAH PEMIKIRIN HANS KELSEN

Stanley L. Paulson Carsten Heidemann Eugeno Bulygin


1 fase awal: Konstruktivist (1911-1915), lalu fase pertama, elemen-
konstruktivisme kritis diikuti fase transisi (1915-1922); elemen Kantian dan
(1911-21) positivistis
(1911-1940);

2 fase klasik (circa 1921- fase tradisional berjalan


1960); sekitar 20 tahun (1940-
a. neo-Kantian (1922- fase transendental 1960),
1935) dan (1922-1935);
fase yang secara
b. hybrid fase realist domian positivistis
(1935-1960). (1935-1962) (setelah 1960)

3 fase skeptis fase analitik linguistik (setelah


(1960-1973). 1962).
LATAR BELAKANG
MUNCULNYA TEORI MURNI TENTANG HUKUM

Teori Hukum Empirico - Positivistik


(Empirico –Positvist Law Theory) OBJEK
Madzhab Hukum Empiris TEORI HUKUM
(Sosiologis dan Kontemplatif)

PEMURNIAN TUJUAN DAN


JUKSTAPOSISI ANTINOMI
RUANG LINGKUP
JURISPRUDENCE TEORI HUKUM

Teori Hukum Alam


(Natural Law Theory)
METODOLOGI
Madzhab Hukum Moral TEORI HUKUM

TESIS NORMATIVITAS TANPA TESIS MORALITAS


TESIS KETERPISAHAN TANPA TESIS REDUKTIF
Hukum dan Tesis Normativitas Tesis Reduktif
Hukum empiris (keterpisahan Hukum dan (Ketakterpisahan Hukum
dan Moralitas empiris) dan empiris)

Tesis Moralitas
(Ketakterpisahan Hukum Teori Hukum Alam/
..
dan Moralitas) Idealisme hukum

Tesis Keterpisahan
Teori Hukum empiris
(Keterpisahan Hukum dan Pure Theory of Law
Positivistis/
Moralitas)
realism hukum

TESIS NORMATIVITAS TANPA TESIS MORALITAS


TESIS KETERPISAHAN TANPA TESIS REDUKTIF
PEMURNIAN OBJEK ILMU HUKUM

 ingin menjawab pertanyaan pokok: apakah norma hukum itu dan


bagaimana norma itu dijadikan norma? Dengan kata lain, dari manakah
kualitas “ought (seharusnya)” yang menjadi karakter khas untuk dapat
dikatagorikan sebagai norma, dapat ditemukan di dalam norma itu?
• Menempatkan ilmu hukum sebagai kognisi yang bersifat konstitutif
(merujuk pada argumen-argumen filsafat transendental Neo-Kantinian)
• Menggunakan model teori (metode) analitik struktural

 Bersifat anti ideologis


Bermaksud menyajikan hukum sebagaimana adanya, bukan sebagaimana
seharusnya ada; teori hukum murni mencari tahu hukum yang real (nyata)
dan mungkin, bukan hukum right (benar”) atau hukum ideal.

 Melepaskan penjelasan terhadap suatu fenomena berdasarkan hubungan


kausal, dan menciptakan sebuah model penjelasan baru yaitu berdasarkan
prinsip imputasi/ konsep tanggungjawab normatif (sebagai ciri khas ilmu
normatif yang merupakan lawan dari ilmu kausal)
ASPEK ONTOLOGI
TEORI MURNI TENTANG HUKUM

NORMA HUKUM

NORMA HUKUM SEBAGAI NORMA HUKUM, SEBAGAI NORMA


MAKNA TINDAKAN MORAL RELATIF YANG
BERKEHENDAK (PERILAKU) BERKARAKTER NORMATIF

Perilaku Perilaku
aktual Isi norma

DIMENSI DIMENSI
MORAL BERKARAKTER
ALAMIAH MAKNA
RELATIF NORMATIF
EMPIRIS NORMATIF

Proses penciptaan norma,


sehingga mengada/ sah/
valid (objek ilmu hukum) BERKUALITAS
“OUGHT”
ASUMSI

REALITAS
dunia ideal /
dunia
transenden
DUNIA EMPIRIS/ DUNIA IDEAL/
DUNIA FISIK DUNIA METAFISIK
mendukung
• Bukan meniadakan dunia fisik tetapi
menjelaskan.
• Harus mengosongkon konsep dasarnya
dan selalu mengubah dan menyesuaikan
kandungannya
• Dunia Sein / Is • Dunia Sollen/Ought
• Dunia Empiris • Dunia Normatif
• Dunia pengalaman • Dunia Seharusnya
sederajat
• Pengandaian kondisi (Faktual).
• proposisi yang diberikan a priori oleh rasio
• Diandaikan ada sebagai logiko transendental
ASUMSI

PROBLEM
FILSAFAT
DUALISME
METAFISIS

TEORI IMAJI

DI SINI DI SANA
DAN DAN
SEKARANG MASA DEPAN
DASAR FILOSOFIS
ASEPK ONTOLOGI (OBJEK) ILMU HUKUM

REALITAS
(Wujud Ada)
• Berbeda REALITAS
REALITAS
• Tidak dapat disatukan IDEAL
EMPIRIS
• Sederajat
DUNIA SEIN DUNIA SOLLEN
REALITAS IDEAL APRIORI
DARI RASIO

REALITAS NORMATIF

Kondisi hukum Konsekuensi hukum


(norma) NORMA (sanksi)
HUKUM

MENEMPATKAN NORMA HUKUM MENEMPATKAN NORMA HUKUM


SEBAGAI SKEMA PENAFSIRAN SEBAGAI TEKNIK SOSIAL SPESIFIK
GN GRUND NORM

KONSTITUSI UUD

NORMA UMUM Peraturan


Perundang-undangan

Putusan Badan pengadilan


(tindakan ajudikatif) dan
NORMA KHUSUS transaksi hukum privat

FAKTA EMPIRIS
PENDELAGIASN
GN
PERNYATAAN
KUALITAS
OUGHT
KONSTITUSI

NORMA UMUM
keberlakuan sebuah norma
bukanlah karena Tuhan atau
Putra-Nya mengeluarkan
NORMA KHUSUS norma tertentu pada waktu
tertentu, melainkan karena
kualitas dari apa yang
diucapkannya, yaitu berupa
norma yang secara halus
FAKTA EMPIRIS mengandaikan bahwa: kita
“seharusnya” mematuhi
perintah Tuhan atau Putra-Nya
KEMUNGKINAN BENTUK KONKRIT
MAKNA HUKUM
PERBUATAN (FAKTA ALAMIAH)
MENGHILANGKAN NYAWA ORANG  MENEMBAK
(PASAL 338 KUHP)  MENCEKIK
 MERACUN
 MENUSUK
MENGANIAYA YANG MENYEBANKAN
 MEMUKUL
HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN
 MEMBAKAR ORANG LAIN HINGGA MATI
(PASAL 315 KUHP)
KEMUNGKINAN BENTUK KONKRIT
MAKNA HUKUM
PERBUATAN (FAKTA ALAMIAH)
PENCURIAN  SESEORANG MEMINDAHKAN TALI
(PASAL 362 KUHP) MILIK TETANGGA YANG
DIUNJUNGNYA ADA KAMBING, DARI
RUMAH TETANGGA KE RUMAHNYA
KEMUNGKINAN BENTUK KONKRIT PERBUATAN
MAKNA HUKUM
(FAKTA ALAMIAH)
PERJANJIAN JUAL BELI SAPI  PERJANJIAN KREDIT SAPI
SECARA ANGSURAN
PERJANJIAN CAMPURAN
ANTARA PERJANJIAN JUAL
BELI DENGAN PERJANJIAAN
PINJAM PAKAI HABIS /
PERJANJIAN KREDIT
 Dimensi alamiah – empiris
 Seorang ibu, dengan anaknya berusia 3 tahun, menaiki bus
jurusan Makssar – Tanah Toraja.
 Meskipun masih banyak bangku kosong, akan tetapi Ibu
tersebut hanya menempati satu bangku dan memangku
anaknya.
 Ibu itu pun kemudian hanya membayar ongkos bus, untuk
dirinya sendiri (anaknya tidak membayar karena dipangku)
 Saat akan masuk di Enrekang, karena kelalaian sopir, bus
mengalami kecelakaan.
 Beberapa penumpang mengalami luka-luka, termasuk Ibu dan
anaknya
 Dimensi Makna Normatif
 Mengiventarisasi norma-norma yang diperkirakan mengatur peristiwa yang terjadi,
kemudian menyusunnya secara sistematis dan hierarkis. Melakukan sinkronisasi
vertikal dan horizontal
• Buku III KUH Perdata
• UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
• PP No. 41 Tahun 1993 tentang Transportasi Jalan Raya.
• PP No. 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor
• PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas.
• PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.
• KepMenHub No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan
• KepMenHub No. 61 Tahun 1993 tentang Rambu-rambu Jalan
• KepMenHub No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
• KepMen No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
• UU No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan penumpang
• UU No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan lalu Lintas Jalan
• PP No. 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang.
• PP No. 18 tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 37/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan Dan
Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum Di
Darat, Sungai atau Danau, Ferry atau Penyeberangan, Laut dan Udara
• Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
 Dimensi Makna Normatif
 Mengklasifikasikan peristiwa tersebut dalam 1 atau beberapa katagori hukum,
melalui penafsiran hukum.
 Beberapa pertanyaan kunci
• Apakah terjadi hubungan hukum antara Ibu dengan pengangkut, dan anak dengan
pengangkut
– Siapa sajakah subyek hukum dalam peritiwa tersebut
– Apa obyek hukumnya
– Apa hak dan kewajiban subyek hukum dalam peritiwa tersebut
• Bagaimana hak-hak Ibu dan anak yang mengalami kecelakaan
– Apakah terjadi kecelakaan
– Apakah terjadi wanprestasi
– Siapa yang harus bertanggungjawab
– Bagaimana bentuk dan luas tanggungjawabnya
 Memastikan bahwa peristiwa tersebut (dapat ditafsirkan) sebagai muatan norma,
dan memberikan makna normatif terhadap peritiwa yang terjadi (fakta material)
• Terjadi perjanjian pengangkutan antara Ibu dan pengangkut, dan tidak tidak erjadi
perjanjian pengangkutan antara anak dan pengangkut
• Terjadi kecelakaan lalu lintas
• Yang harus bertanggung jawab : sopir alat angkut.
• Selain itu Ibu berhak memperoleh dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang.
ASPEK EPISTEMOLOGI
TEORI MURNI TENTANG HUKUM

TEORI

MENGETAHUI HUKUM YANG BERLAKU MENJELASKAN HUKUM YANG


TERHADAP SUATU PERILAKU/PERISTIWA DIBERLAKUKAN TERHADAP
KONGKRIT TERTENTU PERILAKU/PERISTIWA FAKTUAL-KONKRIT

PRINSIP IMPUTASI
(PENGATRIBUTAN)
teori struktur
Konsep
hierarkis
Transendental Neo-
(Stufenbaulehre)
Kantinian
Adolf Julius Merkl

Proses penciptaan aturan hukum


KONSEP TRANSENDENTAL
STUFENBAU-THEORY
NEO-KANTINIAN

MENYATUKAN MENGETAHUI HUKUM YANG • MENYUSUN


KESELURUHAN NORMA BERLAKU TERHADAP SUATU SECARA HIERAKIS
SEBAGAI SATU KESATUAN PERILAKU/PERISTIWA KONGKRIT • MEMBANGUN
TERTENTU KESATUAN MATERI
SISTEM YANG BERMAKNA
HUKUM • KONSISTENSI
NORMA-NORMA

GRUND NORM

NORMA
NORMA DASAR
PEMBERI
HIPOTESIS
KONDISI OTORITAS
TRANSEN-
DENTAL
LOGIS

PENGANDAIAN
PERLU
GRUND NORM
GN

UUD KONSTITUSI

Peraturan Perundang-undangan
NORMA UMUM

Putusan Badan pengadilan


(tindakan ajudikatif) dan NORMA KHUSUS
transaksi hukum privat

FAKTA EMPIRIS
GN

KONSTITUSI
DOMAIN
MAKNA NORMATIIF

NORMA UMUM

NORMA KHUSUS

DOMAIN
FAKTA EMPIRIS ALAMIAH EMPIRIS
GN

KONSTITUSI
DOMAIN
MAKNA NORMATIIF

NORMA UMUM

NORMAEMPIRIS
FAKTA KHUSUS
GN
• Buku III KUH Perdata
• UU No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KONSTITUSI • PP No. 41 Tahun 1993 tentang


Transportasi Jalan Raya.
• PP No. 42 Tahun 1993 tentang
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor
• PP No. 43 Tahun 1993 tentang
Prasarana Jalan Raya dan Lalu
NORMA UMUM Lintas.
• PP No. 44/1993 tentang Kendaraan
dan Pengemudi.
• KepMenHub No. 60 Tahun 1993
tentang Marka Jalan
NORMA KHUSUS • Dst……
GN

KONSTITUSI

PP No. 41 Tahun 1993 tentang Transportasi Jalan Raya. UJI TARAF SINKRONISASI
PP No. No.
UU 22 Tahun
42 Tahun 2009
1993 Tentang
tentang Lalu Lintas Kendaraan
Pemeriksaan dan Angkutan VERTIKAL DAN HORIZONTAL
PPJalan NORMA UMUM
No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.
Bermotor
PP No. 43 Tahun
KepMenHub 1993
No. 60 tentang
Buku
Tahun Prasarana
III KUH
1993 JalanJalan
Perdata
tentang Marka Raya dan Lalu
Lintas.
Dst……

NORMA KHUSUS
GN

KONSTITUSI

PP No. 41 Tahun 1993 tentang Transportasi Jalan Raya. ATURAN HUKUM


PP No. No.
UU 22 Tahun
42 Tahun 2009
1993 Tentang
tentang Lalu Lintas Kendaraan
Pemeriksaan dan Angkutan
PPJalan NORMA UMUM
No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.
Bermotor
PP No. 43 Tahun
KepMenHub 1993
No. 60 tentang
Buku
Tahun Prasarana
III KUH
1993 JalanJalan
Perdata
tentang Marka Raya dan Lalu
Lintas.
Dst……

NORMA KHUSUS
PRINSIP IMPUTASI
“seharusnya / semestinya”
(Perintah, pemberian perintah, pemberian wewenang/izin)

KONDISI KONSEKUENSI
KONDISI TIDAK
LANGSUNG /
KONDISI PERANTARA
DIMENSI
ALAMIAH EMPIRIS
ditafsirkan AKIBAT HUKUM YANG
diimputasikan menjadi MUNCUL DARI DIMENSI
katagori hukum MAKNA NORMATIF

DIMENSI
MAKNA NORMATIF
SANKSI
KONDISI
LANGSUNG
diimputasikan

PERTANGGUNGJAWABAN
 DIMENSI ALAMIAH EMPIRIS
 “A” dan “B” bertemu di suatu tempat
 Setelah lama bebrincang-bincang kemudian “A” bersa-laman
dengan dan bersepakat dengan “B”, bahwa:
 “A” sebagai pemilik rumah, menyerahkan rumahnya kepada “B”.
 “B” hanya mempergunakan rumah milik “A”
 “B”, menguasai rumah “A” dan menyerahkan sejumlah uang
kepada “A”
 “B” memiliki rumah “A” dan menyerahkan sejumlah uang

 DIMENSI MAKNA NORMATIF


 PINJAM PAKAI
 SEWA – MENYEWA
 JUAL BELI
 DIMENSI ALAMIAH EMPIRIS : DALAM PINJAM PAKAI
 Selama mempergunakan rumah “A”, anak “B” yang masih
sekolah SD ( C) memecahkan kaca jendela dan Anaknya “B”
yang hampir lulus kuliah (D) , merusak pintu kamar.
 Bila setelah waktunya berakhir “B”, tidak mau mengembalikan
rumahnya pada “A”

 DIMENSI MAKNA NORMATIF


 WANPRESTASI
 ATAU PERBUATA MELAWAN HUKUM
 WANPRESTASI

SANKSI  SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB


ASPEK AKSIOLOGI
TEORI MURNI TENTANG HUKUM

NORMA HUKUM

SISTEM MORAL (IDEAL) MEWUJUDKAN


YANG BERSIFAT RELATIF KEADILAN

KEPASTIAN
HUKUM
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai