1974 Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di
berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai Jakarta dan Bandung saja namun meluas secara nasional
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan,Bogor,
dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. [1] 28
yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu Oktober 1977, delapan ribu anak muda menyemut di depan
dialami adalah konfrontasi dengan militer. "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!".
disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum Turunkan Harga; sebuah versi terakhir Tritura yang muncul segera berstatus darurat perang. Namun, sekejap kembali
menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung tentram.[2]
melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktik sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya
kekuasaan rezim Orde Baru, seperti: jabatan Asisten Pribadi Presiden. Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977, berkumpulnya
mahasiswa kembali[
1977-1978
Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama pada 10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda.
masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang. Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita Setelah peristiwa di ITB pada Oktober 1977, giliran
tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan,
Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari
Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian
tinggal di lokasi tersebut. Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi
protes kecil tetap ada. Sejak pertemuan 28 Oktober di Bandung, ITS didaulat menjadi
Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka pusat konsentrasi gerakan di front timur. Hari pahlawan dianggap
disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian disepakati
Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya.
Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang progaram yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik
utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga
korupsi. pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima
rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 (kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan
pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan daerah-daerah, strategi dan hakikat pembangunan, sampai
dengan tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan ini Kami Mengadu". Juga dengan pengawalan ketat tentara.
membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai
oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan
Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui
haru-biru, mulai membuat gerah. Beberapa batalyon tempur PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra
sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya. kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi
Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas
rakyat. Aksi mereka dibungkam dengan cerdik. (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi
masih menggema jelas, menggegerkan semua pihak. Banyak pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh mereka yang
korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional yang ikut menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun
mengabarkan, dibubarkan paksa. dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan
mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan,
Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda
tiap pernyataan sikap secara nasional. Senat mahasiswa fakultas untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong
tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu suara. kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar
Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga kampus.
poin namun berarti. "Kembali pada Pancasila dan UUD 45,
meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah setia Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di
bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan".[2] berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini.
Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas
Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus.
oleh penguasa Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan
Peringatan 12 tahun Tritura, 10 Januari 1978, peringatan 12 Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh
tahun Tritura itu jadi awal sekaligus akhir. Penguasa berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi
menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang
penyebaran benih-benih teror dan pengekangan. independen.
Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih
Bukan hanya dikurung, sebagian mereka diintimidasi lewat independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan
interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara. Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan
mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT,
Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus. Berikutnya, ITB menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa pada tahun 1990-
kedatangan pria loreng bersenjata. Rumah rektornya secara an.
misterius ditembaki orang tak dikenal.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk
Di UI, panser juga masuk kampus. Wajah mereka garang, kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam
lembaga pendidikan sudah menjadi medan perang. Kemudian kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa
hari, dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu
dari jabatannya. Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi
yang keras kepala. dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.
Di ITS, delapan fungsionaris DM masuk "daftar dicari" 1998[
Detasemen Polisi Militer. Sepulang aksi dari Jakarta, di depan
kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS waktu Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN"
itu, Prof Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998,
dan Kebudayaan untuk segera membubarkan aksi dan men-drop lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa,
out para pelakunya. Sikap rektor seragam, sebisa mungkin ia akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya.
melindungi anak-anaknya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa
dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di
Beberapa berhasil tertangkap, sisanya bergerilya dari satu rumah antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi
ke rumah lain. Dalam proses tersebut, mahasiswa tetap Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan
"bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari daftar, ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.
mereka tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan
kampus masih panas, walau Para Rektor berusaha menutupi,
intelejen masih bisa membaca jelas.[2]
1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad
Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar