Artikel CSR PT Freeport Indonesia
Artikel CSR PT Freeport Indonesia
Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
4. Pembahasan
a. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI).
Dalam website resmi PTFI, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam
rangka memenuhi tanggung jawabnya. Kegiatan tersebut diantaranya terdiri dari:
PTFI dan Biro Pendidikan YPMAK melakukan program pengembangan masyarakat dibidang
Pendidikan untuk membuka akses pada putra putri daerah untuk mendapatakan Pendidikan
yang layak. Sejak tahun 1996-2008, pemberian beasiswa pada 11.000 siswa dari tingkat SD
hingga S3 dan secara rutin melakukan monitoring atas program ini. PTFI menyelenggarakan
pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bagi guru di Kabupaten Mimika guna
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme para guru. PTFI membangun Institut
Pertambangan untuk melatih putra putri asli Papua agar terampil menjadi pekerja tambang
kelas dunia dan siap bersaing di dunia industry pertambangan. PTFI melalui Korporasi
Aitomona sejak tahun 2008 memberdayakan perempuan Papua dan memberikan
keterampilan bagi ibu rumah tangga sehingga dapat berperan meningkatkan pendapatan
keluarga. Lewat berbagai pelatihan seperti mengelola keuangan keluarga, menjahit hingga
membuat makanan dari bahan lokal agar dapat tercipta industry skala rumah tangga dimasa
yang akan datang.
Rumah Sakit Mitra Masyarakat dan Rumah Sakit Waa Banti adalah rumah sakit yang
didirikan dengan menggunakan Dana Kemitraan PTFI. Untuk meningkatakan
keterjangkauan, PTFI juga mensponsori beberapa klinik yang ada di Mimika yang tersebar di
beberapa wilayah seperti SP IX, SP XII, Nayaro dan Pomako. Sedangkan program kesehatan
bertujuan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit. PTFI bekerjsama dengan
departemen CPHMC melakukan usaha untuk meningkatkan kesadaran masayrakat dalam
mempraktikan hidup sehat dan bersih.
Tahun 2018 didekat areal pertambangan didaratan tinggi telah dilakukan revegetasi sebagai
bagian dari program reklamasi seluas 378 hektar. PTFI juga menanam ratusan ribu pohon
bakau, mempekerjakan kontraktor yang berasal dari masayrakan Kamoro, pemukim asli di
dataran rendah. PTFI memiliki system pengelolaan limbah yang komprehensif menerapkan
prinsip 3R (Reuse, Recycle, dan Reduction). Program meminimalisasi limbah kami
melibakan pengurangan limbah dan penggantian bahan dengan produk ramah lingkungan.
Dalam melakukan kegiatan CSR, PTFI telah melakukukan dengan berbagai pola, baik itu
keterlibatann langsung, melalui Yayasan atau organisasi social, bermitra dengan pihak lain
maupun dengan bergabung dan mendukung dalam suatu konsorisium. PTFI juga tetap
memperhatikan 3 prinsip dasar yaitu Profit, People dan Plannet.
Meski kegiatan CSR telah dilakukan oleh PTFI, namun dampak dari operasi PTFI di
lingkungan Papua dinilai lebih besar dibandingkan penanggulangan dan perbaikan yang telah
mereka lakukan. Masih banyak surat kabar yang menyatakan bahwa biaya CSR yang
diberikan PTFI tidak mencapai 1% dari keuntungan bersih mereka. Sedangkan rakyat papua
harus membayar mahal karena kerusakan lingkungan serta punahnya habitat dan vegetasi di
Papua yang tak ternilai harganya. Selain itu, permasaalahan yang menyangkut PTFI juga
menyangkut ketenagakerjaan dan peran perusahaan terhadap kesejahteraan masayarakat
Papua. Sejauh ini hanya Sebagian kecil dari karyawan PTFI yang berasal dari warga Papua.
Hal ini diketahui dari Presiden Direktur PTFI yang mengatakan bahwa sekitar 30% - 36%
dari pekerja PTFI adalah warga Papua.
Dalam CSR, terdapat 4 konsep piramida yang sering digunakan. Konsep ini terdiri dari
Economic Responsibility, Legal Responsibility, Ethical Responsibility, dan Philanthropic
Responsibility. Economic Resposibility, pada tingkat ini tujuan CSR adalah untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan. Program CSR berorientasi meningkatkan efisiensi
dalam siklus produksi. Iklan yang memuat subtansi CSR sudah menjadi kelaziman dalam
bisnis modern. Legal Responsibility, menempatkan CSR sebagai kewajiban yang harus
dipatuhi. CSR yang dilakan oleh PTFI juga sudah mengikuti peraturan pemerintah mengenai
kebijak lingkungan. Dibagian Ethical Resposibility, perusahaan bertanggung jawab
mempraktekan hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai, etika dan norma yang
berlaku di masyarakat. PTFI juga menjalankan berbagai kegiatan untuk melestarikan budaya,
agama dan juga lingkungan di Kabupaten Mimika. Konsep yang terakhir adalah
Philanthropic Resposibility, dalam konsep ini perusahaan menempatkan diri sebagai agen
yang turut aktif dalam menyelesaikan masalah global melalui kegiatan CSR. Dalam kasus
PTFI, perusahaan berkontribusi dalam memberikan kesejahteraan di masyarakat Papua
dengan memberikan program Pendidikan, pemberdayaan perempuan, program UMKM dan
Dana Bergulir, serta program Kesehatan yang diharapkan dapat membantu menyejahterakan
masyarakat Papua.
Namun, dari banyak artikel yang beredar. Dana CSR yang dikeluarkan oleh PTFI berpotensi
disalahgunakan karena jumlahnya yang besar (Kompas.com; 2015). Selain itu, dalam artikel
yang dikeluarkan oleh DetikNews (2010), tiga jenis dana dari Freeport yaitu dana abadi yang
diberikan pada Suku Amungme dan Suku Kommoro di Timika, dana CSR, dan dana
voluntary agreement. Semua dana ini dikelola oleh Yayasan, tapi pengelolaannya tidak
transparan.
5. Kesimpulan
Kegiatan CSR yang dilakukan oleh PTFI berupa bantuan dana kemitraan melalui LPMAK
yang nantinya disalurkan pada masyarakat Papua. Terlihat jelas bahwa dana kemitraan yang
diberikan pada pada masyarakat dipilah lebih lanjut, begitu banyak msayarakat di yang masih
hidup di bawah garis kemiskinan dan sangat memerlukan uluran tangan pihak lain. Selain
PTFI diharapkan bahwa pemerintah juga membantu mengawasi dan menjadi penengah antara
PTFI, dan masyarakat Papua.
Daftar Pustaka
_. 2010. Aliran Dana PT Freeport Diduga Jadi Salah Satu Akar Konflik di Papua.
Detik News. Sumber: https://news.detik.com/berita/d-1282539/aliran-dana-pt-freeport-
diduga-jadi-salah-satu-akar-konflik-di-papua. Diakses: 13 April 2023