Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN
“Contextual Teaching and Learning (CTL)”

Dissusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pendidikann

Dosen Pengampu : Rahmat Afandi, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 17
1. Riska Aapriani Harahap
2. Michael Waruwu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONNESIA


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PERGURUAN TAPANULI SELATAN
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu tercurah limpah kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, sehingga
pada saat ini kami dapat menyelesaikan tugas dengan lancar.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman
yaitu Nabi Muhammad saw. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan sampai
kepada kita selaku umatya yang senantiasa mengikuti ajarannya serta taat dan
patuh kepadanya.
Hasil Tugas Makalah ini dimaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah “Strategi
Pembelajaran”.Dalam penulisan kali ini, kami tidak luput dari berbagai kesulitan.
Namun, berkat pertolongan dan rahmat Allah swt. Serta bimbingan dari semua
pihak yang pada akhirnya kami dapat menyelesaikan Tugas ini dengan tepat
waktu.

Padangsidimpuan, Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)..................................3
B. Latar Belakang Contextual Teaching and Learning (CTL)..........................4
C. Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional..................................6
D. Peran Guru dan Siswa Dalam CTL...............................................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. KESIMPULAN...........................................................................................10
B. SARAN.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita
sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai
dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum,
fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah
yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses
pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya
itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya
banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara
teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(UU Sisdiknas, 2003).
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung
jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses
pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang
dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses
pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
2. Bagaimana latar belakang Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
3. Bagaimana Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional ?
4. Bagaimana Peran Guru dan Siswa Dalam CTL ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Contextual Teaching and
Learning (CTL) !
2. Untuk Mengetahui Bagaimana latar belakang Contextual Teaching and
Learning (CTL) !
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran
Konvensional !
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Guru dan Siswa Dalam CTL !s
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)


Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti
“hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. (KUBI, 2002 : 519).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama,
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa
hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan
siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana
materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran CTL siswa bukan hanya sekedar mendengarkan
dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.
Melalui pengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh
yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek
afektif dan juga psikomotor. Selain itu, materi pelajaran dalam konteks CTL
bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala
bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

B. Latar Belakang Contextual Teaching and Learning (CTL)


1. Latar belakang filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang
mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh
Jean Piaget. Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran
epistemology Giambatista Vico (Suparno, 1997). Vico mengungkapkan:
“ Tuhan adalah pencipta alam smesta dan manusia adalah tuan dari
ciptaannya.” Mengetahui menurut Vico berarti mengetahui bagaimana
membuat sesuatu. Artinya seseorang dikatakan mengetahui manakala ia
dapat menjelaskan unsure-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Oleh
karena itu menurut Vico, pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subyek)
yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari subyek yang
mengamati. Selanjutnya teori filsafat konstruktivisme tentang hakikat
pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar bahwa belajar
bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan
melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang
lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan
oleh setiap individu. Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan
menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari
kerja Piaget, Vygotzky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur,
2002:8)
Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skemata. Skemata terbentuk karena
pengalaman. Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema
yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru
(akomodasi). Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya
pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak sangat
berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran kontekstual.
Menurut pembelajaran kontekstual pengetahuan itu akan bermakna
manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah
dilupakan dan tidak fungsional.

2. Latar Belakang Psikologis


Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan
terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut
psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran
ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan Stimulus dan
Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental
yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau
pengalaman. Apa yang tampak, pada dasarnya adalah wujud dari adanya
dorongan yang berkembang dalam diri seseorang. Sebagai peristiwa
mental perilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik
saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang
ada dibelakang gerakan fisik itu. Mengapa demikian? Sebab manusia
selamanya memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya. Kebutuhan
itulah yang mendorong manusia untuk berperilaku. Dari asumsi dan latar
belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus
dipahami tentang belajar dalam konteks CTL menurut Sanjaya
(2005:114) antara lain:
a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh
karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin
banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh.
b. Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua
yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan
berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola
berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan
termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin
pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin
efektif dalam berpikir.
c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan
memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang
bukan hanya perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan
emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak
menghadapi persoalan.
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara
bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu
belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama
kemampuan siswa.
e. Belajar pada hakikatnya adalah menagkap pengetahuan dari
kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah
pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak (Real
World Learning).

C. Perbedaan CTL Dengan Pembelajaran Konvensional


Ada  perbedaan  pokok  antara  pembelajaran  CTL dan  pembelajaran
konvensional.   Dibawah  ini  dijelaskan  perbedaan  kedua  model  tersebut
dilihat dari konteks tertentu.
a. CTL   menempatkan    peserta didik   sebagai   subjek   belajar,   artinya   
peserta didik berperan  aktif dalam  setiap  proses  pembelajaran  dengan  
cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam 
pembelajaran  konvensional  pesertadidik  ditempatkan  sebagai  objek  bel
ajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
b. Dalam pembelajaran CTL, peserta didik belajar melalui kegiatan 
kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima d
an memberi. Sedangkan   dalam   pembelajaran   konvensional  
peserta didik   lebih   banyak belajar secara individual dengan me
nerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
c. Dalam   CTL,   kemampuan   didasarkan   atas   pengalaman;   sed
angkan dalam  pembelajaran   konvensional   kemampuan   diper
oleh   melalui latihan-latihan.
d. Tujuan  akhir  dari  proses  pembelajaran  melalui  CTL  adalah  kepua
sandiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena 
ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat;
sedangkan  dalam  pembelajaran  konvensional,  tindakan  atau  peril
aku individu  didasarkan  oleh  faktor  dari  luar  dirinya,  misalnya  i
ndividu tidak   melakukan   sesuatu   disebabkan   takut   hukuman   at
au   sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.
e. Dalam  CTL,  pengetahuan  yang  dimiliki  setiap  individu  selalu
berkembang  sesuai  dengan  pengalaman  yang  dialaminya,  oleh  se
bab itu setiap peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam memaknai 
hakekat pengetahuan  yang  dimilikinya.  Dalam  pembelajaran  konv
ensional  hal ini  tidak  mungkin  terjadi. Kebenaran  yang  dimiliki  
bersifat  absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi 
oleh orang lain.
f. Dalam pembelajaran  CTL, peserta didik bertanggung jawab dalam 
memonitor dan mengembangkan  pembelajaran  mereka   masing ma
sing sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah pene
ntu jalannya proses pembelajaran.
g. Dalam  pembelajaran   CTL,  pembelajaran   bisa  terjadi  di  mana  
saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuh
an; sedangkan   dalam   pembelajaran   konvensional   pembelajaran 
hanya terjadi di dalam kelas.
h. Oleh  karena  tujuan  yang  ingin  dicapai  adalah  seluruh  aspek per
kembangan peserta
didik, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan b
erbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya peserta di
dik, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagain
ya;   sedangkan   dalam  pembelajaran   konvensional keberhasilan 
pembelajaran  biasanya hanya diukur dari tes.
Beberapa perbedaan pokok diatas, menggambarkan bahwa CTL memang 
memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pe
laksanaan dan pengelolaannya (Sanjaya, 2006: 260).

D. Peran Guru dan Siswa Dalam CTL


Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda. Perbedaan yang
dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Sehingga,
ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetis.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih
cepat belajar dengan cara menggunakan indra penglihatannya. Tipe auditorial
adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya;
sedangkan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami
tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya
mengajar terhadap gaya belajar siswa. Sehubungan dengan hal di atas,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala
menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu:
1. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak
bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang
sedang dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat
ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur, atau penguasa yang
memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap
aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba
memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru
berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk
dipelajari oleh siswa.
3. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan
antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan
demikian, peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu
menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya.
4. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi). Dengan
demikian, tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak
mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas maka dapat
disimpulkan beberapa hal berikut ini:
1. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Terdapat enam karakteristik penting dalam proses pembelajaran CTL,
yaitu: pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activing knowledge), pembelajaran yang kontekstual adalah
belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
(acquiring knowledge), pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge), mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
(applying knowledge), melakukan refleksi (reflecting knowledge),dan
bekerjasama ( collaborating ).
3. Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) ada
7 ,antara lain: konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry),
bertanya (Quesrioning), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian nyata (Authentic
Assessment).
4. Langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut :
membangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya. Kemudian melaksanakan sejauh
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic dan kembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya, ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok) lalu hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan dan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara.
5. Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional secara
umum yaitu pendekatan kontekstual lebih menekankan pada pemahaman
makna, hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian
autentik.Sedangkan pendekatan tradisional menyandarkan pada hafalan,
hasil belajar diukur melalui test/ujian saja.
6. Kelebihan pendekatan CTL secara umum yaitu pembelajaran menjadi
lebih bermakna , riil , lebih produktif serta siswa dituntut berfikir kritis
dan kreatif. Sedangkan kelemahannya yaitu kurang efisien karena
membutuhkan waktu yang lama serta peran guru tidak terlalu penting
lagi .

B. SARAN
Dari makalah yang telah di buat, penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan
metode, strategi, dan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa
mudah memahami pelajaran/materi yang disampaikan.
2. Tidak hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, namun siswa juga
harus aktif dalam mencari pengetahuan melalui pengalaman siswa itu
sendiri serta penerapan pada keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Paul,Suparno.1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.
Yogyakarta:Kanisius
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta :Kencana
http://gakuseishinsetsu.wordpress.com/2013/03/31/model-pembelajaran-
konstektual/
//PDRTJS_settings_1036222_post_228={“id”:1036222,”unique_id”:”wp-
post-228″,”title”:”Model Pembelajaran Konstektual”,”permalink”

Anda mungkin juga menyukai