c. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.
d. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Oleh karena
itu, agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, maka
diibutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
2) Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasasn jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas
sebagian ini dibagi menjadi dua yaitu:
2) Imbilitas intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan
otak akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba
dalam menyesuaikan diri. Contohnya, keadaan seseorang
yang mengalami stress berat yang dapat disebabkan karena
bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.
4) Imobilitas sosial
Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya
sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan
sosial.
b. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur,
misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki).
f. Perubahan kardiovaskuler
1) Penurunan kardiak reserve
Imobilisasi mengakibatkan pengaruh simpatis atau sistem
adrenergik lebih besar dari pada sistem kolinerik atau sistem
vagal. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung yang
menyebabkan waktu pengisian diastolik memendek dan
terjadi penurunan kapasitas jantung untuk merespons terhadap
kebutuhan metabolisme tubuh (kozier,dkk, 1995 dalam
Asmadi, 2009, hlm.125).
2) Peningkatan beban kerja jantung
Pada kondisi bedrest yang lama, jantung bekerja lebih keras
dan kurang efesien,disertai urah kardiak yang turun
selanjutnya akan menurunkan efisiensi jantung dan
meningkatkan beban kerja jantung (Asmadi, 2009, hlm.125)
3) Hipotensi ortostatik
Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh
menurunnya kemampuan saraf otonom (Alimul Hidayat,
2006, hlm.177). Hipotensi ortostatik merupakan turunnya
tekanan 15 mmHg atau lebih ktika pasien bangkit dari tidur
atau pada saat duduk untuk berdiri (Asmadi, 2009, hlm.126).
4) Phlebotrombosis
Kejadian phlebotrombosis lebih sering terjadi pada pasien
yang mengalami paralisis dibandingkan bukan paralisis. Hal
ini disebabkan adanya perubahan hemodinamik, statik venous
dan disertai gangguan pembekuan darah (Asmadi, 2009,
hlm.126)
2) Gangguan skeletal
Misalnya terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atrofi dan
memendeknya otot.
i. Perubahan eliminasi
Mungkin disebabkan penurunan jumlah urin yang disebabkan
oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga
aliran darah renal dan urin berkurang.
j. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, emas, emosional tinggi,
depresi, perubahan siklus tidur dan menurunnya mekanisme
koping.
B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian keperawatan (Alimul Hidayat, 2006, hlm.178-180)
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saai ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadinya keluhan atau gangguan dalam mobilitas
dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan,
tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas
dan imobilitas,dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
d. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk
menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Tingkat Kategori
aktivitas/mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri
secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
bagian dalam lengan bawah
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan
80-90
dari posisi fleksi
70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan
ke arah belakang sejauh mungkin.
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
30-50
Adduksi: Tekuk pergelangan tangan ke
arah kelingking, telapak tangan
menghadap ke atas
Tangan dan jari
Fleksi: Buat kepalan tangan 90
Ekstensi:Luruskan jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan 90
ke belakang sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan
20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan
20
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping dan lain-
lain.
Intervensi:
Wahit, Iqbal M. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia; teori dan
aplikasi. Jakarta: EGC.