Anda di halaman 1dari 13

A.

KONSEP DASAR AKTIFITAS (MOBILISASI) DAN LATIHAN


1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat (Wahit, 2007, hlm.220).

Mobilisasi merupakan suatu pergerakan yang merupakan aspek


kehidupan manusia yang digunakan untuk menunjukkan pertahanan
diri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Potter dan
Perry, 2010, hlm.468).

Sedangkan imobilitas atau imobilisasi merupakan ketidakmampuan


untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan
terganggu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan perry, 2006
dalam Asmadi, 2009, hlm.125).

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi (Alimul Hidayat, 2006,


hlm.174)
a. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perlaku
atau kebiasaan sehari-hari.

b. Proses penyakit atau cedera


Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas
karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh.

c. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.

d. Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Oleh karena
itu, agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, maka
diibutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

3. Jenis – jenis mobilitas dan imobilitas (Alimul Hidayat, 2006, hlm.173-174)


a. Jenis-jenis mobilitas
1) Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini
merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2) Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasasn jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas
sebagian ini dibagi menjadi dua yaitu:

a) Mobilitas sebagian temporer


Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnua adalah adanya dislokasi pada
sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan
oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang,poliomielitis karena terganggunya
sistem saraf motorik dan sensorik.

b. Jenis-jenis mobilitas (Alimul Hidayat, 2006, hlm.175)


1) Imobilitas fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga
tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi
tekanan.

2) Imbilitas intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan
otak akibat suatu penyakit.

3) Imobilitas emosional
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba
dalam menyesuaikan diri. Contohnya, keadaan seseorang
yang mengalami stress berat yang dapat disebabkan karena
bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.

4) Imobilitas sosial
Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya
sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan
sosial.

4. Tingkatan imobilitas (Wahit, 2007, hlm.224-225)


a. Imobilitas komplet
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan
tingkat kesadaran.

b. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur,
misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki).

c. Imobilitas karena alasan pengobatan


Imobilitas ini dilakukan pada individuyang menderita gangguan
pernafasan (misal sesak nafas), atau pada penyakit jantung.

5. Perubahan sistem tubuh akibat imobilisasi (Alimul Hidayat, 2006)


a. Perubahan metabolisme
Imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh sehingga menurunkan kecepatan basal
metabolic rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi
untuk perbaikan sel-sel tubuh (Alimul Hidayat, 2006, hlm.175).
Selain itu, bedrest yang terus-menerus juga akan menurunkan
aktivitas pankreas dimana insulin yang diproduksi tidak cukup
untuk menoleransi glukosa, sehingga menyebabkan peningkatan
kadar glukosa dalam serum. Efek tersebut dapat kembali normal
setelah pasien melakukan aktivitas. Selama imobilisasi juga
terjadi peningkatan ekskresi nitrogen yang negatif. Kondisi ini
akan mengubah osmolalitas plasma dan akan menyebabkan
terjadinya perpindahan cairan intervaskuler akan keluar ke ruang
interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga terjadilah
edema (Asmadi, 2009, hlm.127).
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai
dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein
menurun dan konsentrasi serum berkurang sehingga dapat
mengganggu kebutuhan cairan tubuh (Alimul Hidayat, 2006,
hlm.176).

c. Gangguan pengubahan zat gizi


Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat megakibatkan pengubahan
zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi
menerima glukosa, asam amino, dan oksigen dalam jumlah yang
cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.

d. Gangguan fungsi gastrointestinal


Hal ini disebabakan karena imobilitas dapat menurunkan hasil
makanan yang dicerna,sehingga penurunan jumlah masukan yang
cukup dapat menyebabkan keluhan seperti perut kembung, mual
dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses
eliminasi.

e. Perubahan sistem pernafasan


Akibat imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru
menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat mengakibatkan
proses metabolisme terganggu.

f. Perubahan kardiovaskuler
1) Penurunan kardiak reserve
Imobilisasi mengakibatkan pengaruh simpatis atau sistem
adrenergik lebih besar dari pada sistem kolinerik atau sistem
vagal. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung yang
menyebabkan waktu pengisian diastolik memendek dan
terjadi penurunan kapasitas jantung untuk merespons terhadap
kebutuhan metabolisme tubuh (kozier,dkk, 1995 dalam
Asmadi, 2009, hlm.125).
2) Peningkatan beban kerja jantung
Pada kondisi bedrest yang lama, jantung bekerja lebih keras
dan kurang efesien,disertai urah kardiak yang turun
selanjutnya akan menurunkan efisiensi jantung dan
meningkatkan beban kerja jantung (Asmadi, 2009, hlm.125)

3) Hipotensi ortostatik
Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh
menurunnya kemampuan saraf otonom (Alimul Hidayat,
2006, hlm.177). Hipotensi ortostatik merupakan turunnya
tekanan 15 mmHg atau lebih ktika pasien bangkit dari tidur
atau pada saat duduk untuk berdiri (Asmadi, 2009, hlm.126).

4) Phlebotrombosis
Kejadian phlebotrombosis lebih sering terjadi pada pasien
yang mengalami paralisis dibandingkan bukan paralisis. Hal
ini disebabkan adanya perubahan hemodinamik, statik venous
dan disertai gangguan pembekuan darah (Asmadi, 2009,
hlm.126)

g. Perubahan sistem muskuloskeletal


1) Gangguan muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot ditandai dengan
menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot
dapat menyebabkan atrofi pada otot.

2) Gangguan skeletal
Misalnya terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atrofi dan
memendeknya otot.

h. Perubahan sistem integumen


Adanya penurunan elastisistas kulit karena menurunnya sirkulasi
darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis
jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat
tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.

i. Perubahan eliminasi
Mungkin disebabkan penurunan jumlah urin yang disebabkan
oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga
aliran darah renal dan urin berkurang.

j. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, emas, emosional tinggi,
depresi, perubahan siklus tidur dan menurunnya mekanisme
koping.

6. Penatalaksanaan (Alimul Hidayat, 2006, hlm.181-182)


a. Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur
tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah
jadwal tentang perubahan posisi selamkurang lebih setengah jam.
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahapagar kemampuan kekuatan
otot dan ketahanan dapat meningkat secara berangsur-angsur.
b. Ambulasi dini merupakan saah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berdiri di
samping tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan seterusnya. Kegiatan
ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih kekuatan
dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak.
d. Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat digunakan untuk
melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban
yang ringan, kemudian beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic
exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung ringan dan nadi.
e. Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif. ROM merupakan
tindakan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada
otot.

B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian keperawatan (Alimul Hidayat, 2006, hlm.178-180)
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saai ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadinya keluhan atau gangguan dalam mobilitas
dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan,
tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas
dan imobilitas,dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan moblitas, misalnya adanya riwayat
penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskuler, trauma
kepala, peningkatan tekanan intrakranial, cedera medulla spinalis,
dan lain-lain). Riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infark
miokard, gagal jantung kongestif). Riwayat penyakit sistem
muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis). Riwayat
penyakitistek pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia). Riwayat pemakaian obat (seperti sedative, hipnotik,
depresan sistem saraf pusat).

c. Kemampuan fungsi motorik


Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kaki kiri untuk menilai ada atau tidaknya
kelemahan, kekuatan atau spastis.

d. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk
menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat Kategori
aktivitas/mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri
secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan,


pengawasan orang lain,dan
peralatan
Tingkat 4 Sangat bergantung dan tidak
dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam
perawatan

e. Kemampuan rentang gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada
daerah bahu, siku,lengan, panggul, dan kaki.

Gerak sendi Derajat


rentang
normal
Bahu
Abduksi: Gerakan lengan ke Lateral 180
dari posisi samping atas
Kepala: Telapak tangan menghadap ke
posisi yang paling jauh

Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
bagian dalam lengan bawah
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan
80-90
dari posisi fleksi
70-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan
ke arah belakang sejauh mungkin.
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
30-50
Adduksi: Tekuk pergelangan tangan ke
arah kelingking, telapak tangan
menghadap ke atas
Tangan dan jari
Fleksi: Buat kepalan tangan 90
Ekstensi:Luruskan jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan 90
ke belakang sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan
20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan
20

f. Perubahan intoleransi aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perubahan pada sistem pernafasan antara lain suara nafas, analisa
gas darah, gerakan dinding thoeak, adanya mukus, batuk yang
produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian
intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistm kardiovaskuler
seperti nasddi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan
aktivitas atau perubahan posisi

g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara
bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan
dengan:
S Presentasi Karakteristik
k Kekuatan
a Normal
l
a
0 0 Paralisis sempurna.
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal.
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh.

h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping dan lain-
lain.

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan


a. Hambatan mobilitas fisik
Yang berhubungan dengan:

1) Penurunan kekuatan dan daya tahan tubuh, sekunder akibat


(penyakit sistem saraf, distrofi otot, paralisis parsial, defisit sensorik,
gangguan muskuloskeletal, fraktur).
2) Edema
3) Peralatan eksternal (gips, bidai, slang infus)
4) Insufisiensi kekuatan dan daya tahan tubuh untuk bergerak dengan
(prostesis,kruk, walker)
5) Kelelahan
6) Nyeri
7) Kelemahan otot
8) Gaya berjalan yang abnormal, sekunder akibat (osteomielitis,
defisiensi skeletal kongenital)
Kriteria hasil:

Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya


tahan ekstremitas

Intervensi:

1) Kaji faktor peyebab, misal trauma (robekan kartilago, fraktur,


amputasi), prosedur pembedahan (perbaikan letak sendi, reduksi
fraktur, bedah vaskuler)
2) Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal
3) Instruksikan klien untuk melakukan latihan ROM aktif pada
ekstremitas yang sehat sedikitnya empat kali sehari, jika
memungkinkan. Lakukan ROM pasif pada ekstremitas yang
sakit.Lakukan latihan secara perlahan guna memberi kesempatan
otot untuk rileks, sokong ekstremitas yang berada diatas dan
dibawah persendian untuk mencegah ketegangan pada persendian
dan jaringan.
4) Posisikan tubuh yang sejajar untuk mencegah komplikasi
5) Pertahankan kesejajaran tubuh yang baik pada saat menggunakan
alat bantu (misal: gips, traksi, dan lain-lain).
6) Lakukan mobilisasi yang progresif
a) Bantu klien bangkit ke posisi duduk secara perlahan.
b) Beri kesempatan klien menggantungkan tungkainya di sisi
tempat tidur selama beberapa menit sebelum berdiri.
c) Lanjutkan dengan ambulasi dengan atau tanpa alat bantu
Referensi
Alimul Hidayat, Aziz. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia; aplikasi
konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba medika.

Asmadi, 2009. Teknik prosedural keperawatan; konsep dan aplikasi


kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba medika.

Wahit, Iqbal M. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia; teori dan
aplikasi. Jakarta: EGC.

Potter dan Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan keperwatan


konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai