Anda di halaman 1dari 29

PKPO dalam akreditasi rumah sakit versi SNARS

edisi 1 memiliki 7 Standart


 Standart 1. Pengorganisasian
 Standart 2. Seleksi dan Pengadaan
 Standart 3. Penyimpanan
 Standart 4. Peresepan dan Penyalinan
 Standart 5. Persiapan dan Penyerahan
 Standart 6. Pemberian (Administration) Obat
 Standart 7. Pemantauan (Monitor)
 Penyimpanan obat di rumah sakit :
1. Gudang farmasi
2. Satelit farmasi
3. Bangsal perawatan (obat pasien, obat floor
stok, obat emergensi) untuk obat floor
stok dan emergensi bersifat tetap dalam hal
jenis dan jumlah nya.
FLOOR STOK Kurang jumlah dan jenisnya

LENGKAPI
 Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk
stabilitas produk
1. suhu almari pendigin (2-8 °C)
2. suhu sejuk (8-15 °C)
3. suhu kamar terkendali (15-30 °C)
4. suhu hangat (30-40 °C)

MONITORING SUHU
 Yang diperhatikan saat penerimaan sediaan
farmasi dan BMHP
1. Nama/ jenis barang
2. Jumlah barang
3. No batch
4. ED barang
5. Suhu (termolabil)
6. Fisik barang (warna, endapan, kejernihan)
 Bahan berbahaya dan beracun disimpan
sesuai sifat dan risiko
 Obat narkotika dan psikotropika
1. pengeluaran obat terdokumentasi
2. sisa obat dikembalikan ke farmasi blangko
pengembalian khusus (narkotik/ psikotropik)
 Obat dan zat kimia yang sudah di keluarkan
dari wadah aslinya/ dibuka harus di beri
label nama obat/zat, tgl dan jam obat
dibuka/diracik dan tanggal dan jam BUD nya,
misal obat puyer, insulin vial/ pen, salep, TPN
 Elektrolit konsentrat TIDAK disimpan di unit
pelayanan kecuali masuk dalam kebutuhan obat
emergensi (ICU, ANGGREK, BERSALIN, PONEK,
HND, HD, PICU/NICU)
 Prinsip obat HAM
1. Tempat penyimpanan dibatasi ketat dan
terpisah
2. Obat dilabeli HAM/ LASA
3. Double check saat pemberian ke pasien
 Monitoring penyimpanan obat dilakukan periodik
(1 BULAN sekali) untuk kelayakan obat (ED,
kondisi fisik obat) dan memastikan penyimpanan
obat benar
 Obat emergensi harus tersedia, dimonitor dan
aman bilamana disimpan di luar farmasi
Tata laksana obat emergensi
1. Peyimpanan harus aman (penyalahgunaan,
kehilangan, kerusakan/ kadaluarsa) dan sudah
dikeluarkan dari kotak kemasan (bentuk
ampul/ vial)
2. Pemisahan penempatan BMHP pasien anak dan
dewasa
3. Pengelolaan seragam (penempatan/ tata letak,
pemantauan)
4. Pemeliharaan (dokumentasi penggunaan dan
penggantian obat emergensi (digunakan/
rusak/ kadaluarsa)
 Penarikan (recall) obat, alkes yang rusak,
substandar, ED di satelit/ bangsal
1. Berdasar laporan dari bangsal/ satelit
2. Temuan saat monitoring/ stok opname
3. Kembalikan ke gudang
dokumentasikan (satelit/ bangsal dan
Gudang farmasi)
o Penarikan obat dilakukan 3 bulan
sebelum ED
 Pengelolaan obat ED/ hampir ED di farmasi
1. Kembalikan ke suplier hanya terbatas
pada obat regular
2. Infokan ke DPJP P Obat e-catalog/ obat
reguler
3. Obat ED pemusnahan dengan
membuat berita acara disaksikan petugas DKK/
BPOM
 pengertian Resep
1. Resep adalah permintaan tertulis dari
dokter, dokter gigi atau dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan
menyerahkan obat kepada pasien sesuai
peraturan perudanganyang berlaku.
2. Resep yang benar adalah ditulis secara
jelas, dapat dibaca, lengkap, dan
memenuhi peraturan perundangan serta
kaidah yang berlaku
 PKPO 4.1.Regulasi ditetapkan untuk menentukan syarat kelengkapan
resep
 Kelengkapan resep yang HARUS ada meliputi :
1. Identitas pasien (nama dan nomor RM) dengan stiker
2. Riwayat alergi pasien
3. Berat badan pasien (terutama untuk pasien anak, lansia)
4. Identitas Dokter
5. Diagnosa pasien
6. Ruang rawat pasien (jika rawat inap)
7. Tanggal penulisan resep
8. Nama obat
9. Dosis pasien (terutama untuk pasien anak)
10. Cara Pemberian obat (PO, IV)
11. Jumlah obat yang diminta
12. Signa obat/ aturan pakai (kec. Pemberian infus)
13. Waktu minum obat (per waktu minum obat)
14. Paraf dokter penulis resep
15. Instruksi khusus (tapering, titrasi)
 Jika ada penulisan resep PRN harus
dilengkapi dengan keterangan lanjutan,
contoh : “ JIKA NYERI atau JIKA PANAS” dan
dosis maximal sehari
 Penggunaan obat yang termasuk dalam daftar
HAM harus selalu dilakukan DOUBLE CHECK
sebelum di berikan kepada pasien
(terdokumentasi dalam rekam medis)
 Jika peresepan tidak lengkap atau tidak
terbaca HARUS dilakukan konfirmasi kepada
unit pelayanan (bangsal) dan dokter penulis
resep (Komunikasi Efektif)/ CABAK
 Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat di
rekam medis pasien
Catatan obat pasien di rekam medis :
1. Form Rekonsiliasi memuat Riwayat
alergi, Riwayat obat sebelum dirawat, obat yang
dibawa pasien dari rumah, obat perpindahan
ruangan, obat saat keluar rumah sakit
2. Lembar integrasi memuat pencatatan
obat yang diresepkan atau dipesan untuk setiap
pasien
3. Form pemberian obat memuat catatan
dosis untuk setiap pemberian obat
4. Lembar edukasi memuat pemberian
informasi obat yang dibawa keluar/ pulang
 Dispensing : proses mulai resep diterima sampai
penyerahan obat kepada dokter/ perawat atau
pasien
 Sistem distribusi dan dispensing obat di rawat
jalan : resep individual
 Sistem distribusi dan dispensing obat rawat inap
: UDD per hari
 Proses distribusi sediaan farmasi dan BMHP utk
bangsal dan satelit
1. Gudang menyiapkan sesuai permintaan
2. Double cek petugas ruangan dan petugas
gudang (jenis, jumlah, kondisi fisik, ED, suhu)
3. Penyimpanan oleh petugas ruangan
 Dispensing obat suntik oleh farmasi
1. Obat high alert (high consentrat dan high
risk)
2. Dosis anak
3. Sitostatika
Penyerahan obat ke pasien rawat inap
adalah per waktu minum obat (UDD)
dengan pelabelan, meliputi :
identitas pasien, nama obat, dosis, cara
pakai,waktu pemberian, tanggal dispensing,
BUD (racikan/ TPN)/ ED obat (non racik)
 PKPO 5.1. semua resep/ permintaan obat di telaah
ketepatannya
semua resep yang masuk ke instalasi farmasi
dilakukan telaah resep Apoteker
Telaah resep meliputi :
1. Pengkajian/ telaah administratif : kesesuaian
identitas pasien, ruang rawat, status
pembiayaan,tanggal resep identitas dokter penulis
2. Pengkajian/ telaah farmasetik : nama obat,bentuk
dan kekuatan sediaan, jumlah obat, stabilitas,
inkompatibilitas sediaan
3. Pengkajian/ telaah klinis : tepat obat, dosis, aturan
pakai,waktu pemberian, duplikasi pengobatan,
potensi alergi, interaksi obat, berat badan, kontra
indikasi
 Penyaluran/distribusi obat transporter
obat dokumen serah terima bukti
telah melakukan penyaluran obat dengan
benar

 Untuk perawat di unit pelayanan lakukan


selalu cross check obat saat transporter obat
menyerahkan obat stempel dan paraf
perawat
 PKPO 6.1 Verifikasi obat yang akan diberikan
sesuai resep
Semua resep dilakukan telaah obat
meliputi :
1. Tepat Identitas pasien
2. Tepat nama obat
3. Tepat dosis dan jumlah obat
4. Tepat waktu pemberian
5. Tepat rute pemberian
PKPO 6.2 Obat yang dibawa pasien ke rumah sakit
untuk digunakan sendiri
 Diperoleh dari proses rekonsiliasi
 Rekonsiliasi awal dilakukan di IGD/ Di Bangsal dengan
kebijakan 1x24 jam
 Rekonsiliasi dilakukan oleh Apoteker
 Selama pasien dirawat di rumah sakit tidak
diperbolehkan untuk mengkonsumsi obat dari luar
kecuali sepengetahuan dokter
 Pengelolaan obat yang dibawa pasien/ keluarga
1. Harus diketahui oleh DPJP
2. Di catat di Rekam Medis
3. Di simpan di loker obat pasien/ruang perawat
4. Diberikan per waktu minum obat
 PKPO 7. Efek obat dan efek samping obat
terhadap pasien dipantau
 Pemantauan terapi obat dilakukan secara
kolaborasi antara pasien, dokter, perawat
apoteker dan PPA lainnya
 MESO (Monitoring Efek Samping Obat )
merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
lazim
 PelaporanMESO
Dokter, perawat Profesional Pemberi Asuhan
(PPA) lainnya

Farmasi/ Apoteker

Tim Farmasi dan Terapi (TFT)

Pusat Meso Nasional


Contoh form MESO/ FORM KUNING
 Pengertian
adalah kejadian yang tidak hanya dapat
merugikan pasien tapi juga dapat membahayakan
keselamatan pasien yang dilakukan oleh petugas
Kesehatan dalam hal pelayanan pengobatan
pasien.
MEDICATION ERROR
 Berdasar banyak penelitian Medication Error
paling sering terjadi di proses peresepan/
prescribing.
 Medication error terdiri :
1. Kesalahan peresepan (prescribing erorr)
2. Kesalahan Penerjemahan Resep
(transcribing erorr)
3. Kesalahan Menyiapkan dan Meracik Obat
(dispensing erorr)
4. Kesalahan Penyerahan Obat Kepada Pasien
(administration error)
1. Kesalahan Peresepan
• Resep sulit dibaca
• Tidak ada satuan numerik (mg, mcg)
• Tidak ada bentuk sediaan
• Tidak ada dosis sediaan
• Tidak ada umur dan BB
• Tidak ada nama dokter yang meresepkan

2. Kesalahan Penerjemahan Resep (transcribing eror)


• Kelalaian (obat tidak diberikan)
• Obat alternatif (tanpa konfirmasi/ konfirmasi tidak
disampaikan/ tidak terdokumentasi)
• Kesalahan pembacaan dosis
• Kesalahan rute
3. Kesalahan menyiapkan dan meracik obat
(dispensing error)
• Salah obat
• Salah kuantitas
• Salah kekuatan obat

4. Kesalahan Penyerahan Obat Kepada Pasien


(administration error)
• kesalahan waktu pemberian
• Obat tertukar
 Upaya medication error
1. Resep lengkap
2. Identifikasi pasien minimal dengan dua
identitas
3. Tidak boleh membuat asumsi pada saat
melakukan interpretasi resep dokter
4. sistem komputerisasi (eprescribing)
5. Permintaan obat secara lisan hanya dapat
dilayani dalam keadaan emergensi dengan
komunikasi efektif
6. Penataan obat (pelabelan high alert,
TallMan)

Anda mungkin juga menyukai