Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Nn.

M DENGAN DIAGNOSA

ISOLASI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa

Dosen pembimbing :

Ns. Sri Supami, S.Kep.,S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh

Desyana

202207060

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA


STASE KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah


Gangguan jiwa yakni kondisi terhambat peranan emosi, mental,
kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang sebagai gejala klinis yang
diiringi oleh penderita dan menimbulkan ganggunya peranan humanistic
orang.
Gangguan jiwa di karakteristikkan sebagian respon maladaptif diri
terhapat wilayah yang ditunjukkan dengan beberapa benak, perasaan, tingkah
laku yang tidak sesuai dengan norma setempat dan kultural sehingga
mengusik peranan sosial, kerja & badan orang yang biasa disebutkan dengan
skizofrenia.
Problem hambatan jiwa jadi sesuatu kasus yang sangat sungguh-sungguh
diseluruh dunia, penderita hambatan jiwa ada dekat 450 juta orang (11%)
dari seluruh dunia. Serta jumlah problem kesehatan jiwa yang terdapat di
Indonesia dengan Gangguan Mental Emosional ( Tekanan mental serta
Ansietas) sebesar 19, 8% ataupun kurang lebih 20 juta jiwa serta gangguan
jiwa berat (psikosis) sebesar 11% kurang lebih 10 juta jiwa.(Saswati &
Sutinah, 2018).
Menurut Hasil Riskesdas tahun 2018, menampilkan prevalensi rumah
tangga dengan anggota yang mengidap skizofrenia/ psikosis sebesar 7/ 1000
dengan cakupan penyembuhan 84, 9%. Sedangkan itu prevalensi gangguan
mental emosional pada anak muda berusia 15 tahun sebesar 9, 8%. Angka jni
bertambah dibanding tahun 2013 adalah sebesar 6%.
Menurut informasi Riskedas (2018) di Indonesia semenjak umur 20
tahun presentase tekanan mental menggapai 8 persen ataupun kurang lebih
16 juta orang. (Rahayu etal., 2020). Menurut (Sinaga, 2019) di Medan pada
disaat penelitian pendahuluan didapat jumlah penderita isolasi sosial pada
tahun 2018 sebanyak 224 orang (5,6%), serta menggambarkan diagnosa

2
ketiga terbanyak sesudah halusinasi (79,8%) serta defisit perawatan diri
(6,5%). (Sejati, 2019).
Menurut World Health Organization dalam riset Anandita 2012,
melaporkan jika kurang lebih 450 jiwa penduduk di segala dunia hadapi
kendala kesehatan jiwa, yang mempunyai makna kalau jumlah penduduk
dunia 10% nya hadapi kendala kesehatan jiwa, realitas ini dibuktikan dengan
laporan dari hasil studi bank dunia serta hasil survei Tubuh Pusat Statistik
yang memberi tahu kalau penyakit yang menggambarkan akibat
permasalahan kesehatan jiwa menggapai 8,1% yang ialah angka paling tinggi
dibandingkan presentasi penyakit lain ( Anindita, 2012).
Prevalensi kendala mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0
persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional paling tinggi
yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, serta
Nusa Tenggara Timur. Bersumber pada informasi dari Tim Pengarah
Kesehatan Jiwa Penduduk (TPKJM) Provinsi Jawa Tengah mengatakan,
kalau pengidap gangguan jiwa di wilayah Jawa Tengah terkategori besar,
dimana totalnya merupakan 107 ribu pengidap maupun 2,3% dari jumlah
penduduk (Widiyanto, 2015).
Bersumber pada latar belakang diatas sehingga penulis tertarik
melaksanakan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. M dengan Isolasi Sosial :
menarik diri.
B Rumusan Masalah
Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien
gangguan jiwa isolasi sosial : menarik diri
C Tujuan
1 Tujuan umun
Mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
gangguan isolasi sosial : menarik diri

3
2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian terhadap pasien dengan isolasi sosial :
menarik diri
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan terhadap pasien dengan
isolasi sosial : menarik diri
c. Dapat menyusun rencana keperawatan terghadap pasien dengan
isolasi sosial : menarik diri
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan terhapat pasien isolasi
social : menarik diri
e. Dapat mengevaluasi pasien dengan isolasi sosial : menarik diri

4
BAB II
TIJAUAN TEORI
A Definisi
1 Pengertian
Menurut Townsend dalam jurnal Kusmawati F & Hartono Y 2010
dalamgHermawan, 2015. Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian
yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan negatif dan
mengancam.
Menurut Keliat 2011 dalam (Sakit et al., 2019) Isolasi sosial
adalah keadaan seseorang individu yang0mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya.
Menurut Rusdi 2013 dalam (Septiani, 2017) Isolasi sosial
merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk bernagi rasa, pikiran dan kegagalan.
2 Rentang Respon
Rentang Respon Sosial

Adaptif Maladaptif

-Solitut -Kesepian -Manipulasi


-Otonomi -Menarik diri -Impulsif
-Kebersamaan -Ketergantungan -Narkisme
-Saling ketergantungan

(Rentang Respon Sosial : Stuart and Sundeen,1998)

Respon adaptif ialah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara


yang dapatlditerima oleh norma – norma masyarakat. Menurut Riyardi
Sdan Purwanto T 2013 dalam (Sakit et al., 2019) respon ini yaitu

5
a. Menyendiri ialah reaksi yang dicoba orang buat merenungkan apa yang
sudah terjalin ataupun dicoba dan sesuatu metode mengevaluasi diri
dalam memastikan rencana- rencana
b. Otonomi ialah keahlian orang dalam memastikan serta mengantarkan
inspirasi, benak, perasaan dalam ikatan sosial, orang bisa menetapkan
buat interdependen serta pengaturan diri.
c. Kebersamaan ialah keterampilan orang buat sama- sama penafsiran,
saling berikan, serta menerima dalam ikatan interpersonal.
d. Saling ketergantungan ialah sesuatu hubungan sama- sama
ketergantungan saling bergantung antar orang dengan orang lain dalam
membina jalinan interpersonal. Reaksi maladaptif merupakan reaksi
orang dalam menuntaskan permasalahan dengan metode yang
berlawanan dengan norma agama serta penduduk.

MenurutyRiyardi S dan Purwanto T. (2013) dalam (Hermawan, 2015)


respon maladaptive adalah:

a. Manipulasi Ialah kendala sosial dimana orang memperlakukan orang


lain sebagai objek, hubungan terpusat pada permasalahan mengatur
orang lain serta orang cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah
laku mengendalikan digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan
ataupun frustasi serta bisa sebagai perlengkapan buat berkuasa pada
orang lain.
b. Impulsif Ialah reaksi sosial yang diisyarati dengan orang selaku subyek
yang tidak bisa diprediksi, tidak bisa dipercaya, tidak sanggup
merancang tidak sanggup buat belajar dari pengalaman serta miskin
penilaian.
c. Narsisme Reaksi sosial diisyarati dengan orang mempunyai tingkah
laku ogosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berupaya
memperoleh penghargaan serta gampang marah bila tidak menemukan
support dari orang lain.
d. Isolasi Sosial Merupakan kondisi dimana seseorang orang hadapi
penyusutan ataupun terlebih lagi sama sekali tidak sanggup

6
berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Penderita bisa jadi
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, serta tidak dapat membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
3 Etiologi
Gangguan seperti ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan
faktor prespitasi. Kegagala pada hambatan ini akan
menimbulkanmketidakpercayaan pada individu, yang menimbulkan rasa
pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya orang lain dan merasa tertekan.
Keadaaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak
ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih
suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari – hari (Direja.
2011) dalam (Astuti, 2020)
4 Proses Terjadinya Masalah
Menurut Muhith, 2015 dalam (Cahya, 2020)
a. Aspek predisposisi
Ada beberapa aspek yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
isolasi sosial itu sendiri :
1) Aspek Perkembangan
Keterampilanu dalam membina jalinan yang sehat bergantung
pada pengalaman yang dirasakan sepanjang berkembang serta
kembang, karena apabila tidak di lalui bakal membatasi
pertumbuhan berikutnya. Minimnya stimulus, kasih sayang, serta
kepedulian dari orang tua hendak membagikan rasa tidak nyaman
sehingga bisa memunculkan perasaan tidak yakin diri.
2) Aspek Biologis
Aspek generik ialah salah satu aspek pendukung dalam hambatan
jiwa. Sebab salah satu penyebabkan skizofrenia merupakan
kelainan struktur otak.
3) Aspek Budaya
Aspek sosial budaya serta menggambarkan aspek pendukung dari
terbentuknya kendala dalam membina jalinan dengan orang lain,

7
misalnya salah satu anggota keluarga terdapat yang dikucilkan
dalam keluarga.
b. Aspek Presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Aspek ini ialah pemicu terbentuknya hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, misalnya terdapat anggota
keluarga yang labil.
2) Stresor psikologi
Stressor psikologis dapat berupa kondisi seperti hubungan
keluarga yang tidak hrmonis, perceraian, ketidakpuasan kerja,
berpisah dengan seseorang yang di cintai (perpisahan), kegagalan
dalam menjalankan tuntutan.
5 Manifestasi klinik

Menurut Deden & Rusdi, 2013 dalam (Astuti, 2020) tanda dan gejala
isolasi sosial yaitu :

Indikasi Subjektif:

a. Klien menggambarkan perasaan kesepian ataupun ditolak oleh orang


lain
b. Klien merasa tidak nyaman diantara dengan orang lain
c. Reaksi verbal kurang serta sangat singkat
d. Klien berkata hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan serta pelan menghabiskan waktu
f. Klien tidak sanggup berkonsentrasi serta membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak percaya bisa melakukan hidup
i. Klien merasa ditolak

Indikasi Objektif
a. Klien banyak diam serta tidak ingin bicara
b. Tidak menjajaki kegiatan
c. Banyak berdiam dikamar

8
d. Klien menyendiri serta tidak ingin berhubungan dengan orang yang
terdekat
e. Klien nampak berkecil hati, ekpresi datar serta dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis
i. Ekspresi muka kurang berseri
j. Tidak menjaga diri serta tidak mencermati kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak ataupun kurang sadar terhadap daerah sekitarnya
m. Masukkan makanan serta minuman terganggu
n. Retensi kemih serta feses
o. Aktivitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Bentuk badan tubuh berubah

6 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada gangguan jiwa skizofrenia berusia ini telah
dikembnagkan sehingga pengidap tidak hadapi diskriminasi apalagi
metodenya lebih manusiawi dari pada masa tadinya. Pengobatan yang
diartikan meliputi:
a. Psikofarmaka
Bermacam tipe obat psikofarmaka yang tersebar dipasaran yang cuma
diperoleh dengan resep dokter, bisa dipisah dalam 2 kalangan ialah
kalangan generasi kesatu (typical) serta kalangan kedua (atypical).
Obat yang tercantum kalangan generasi kesatu misalnya
chlorpromazine HCL (psikotropik buat memantapkan senyawa otak),
serta Haloperidol (menyembuhkan keadaan gugup). Obat yang
terhitung generasi kedua misalnya, Risperidone (buat ansietas),
Aripiprazole (buat antipsikotik). (Wandono, 2017) dalam (Istimewa,
2020)

9
b. Psikoterapi

Penyembuhan kerja baik sekali buat menekan pengidap berteman lagi


dengan orang lain, pengidap lain, perawat serta dokter, artinya biar
dia tidak mengasingkan diri lagi sebab apabila dia menarik diri dia
bisa membentuk kerutinan yang kurang baik. Disarankan buat
mengadakan game ataupun latihan bersama. (Wandono, 2017) dalam
(Istimewa, 2020)

Menurut Deden & Rusdi, 2013 dalam (Astuti, 2020) penatalaksanaan


dapat dibagi :

a. Pengobatan Kelompok

Pengobatan kelompok ialah sesuatu psikoterapi yang dicoba


sekelompok penderita bersama dengan jalur berdiskusi satu sama lain
yang dipandu ataupun ditunjukan oleh seseorang therapis ataupun
petugas kesehatan jiwa. Pengobatan ini bertujuan berikan stimulus
untuk penderita dengan ngangguan interpersonal. Pengobatan
kegiatan kelompok: sosialisasi TAKS ialah sesuatu rangkaian
aktivitas yang sangat berarti dicoba buat menolong serta
memfasilitasi klien isolasi sosial buat dapat bersosialisasi secara
bertahap lewat tuju tahap buat keterampilan klien. Ketujuh tahap
tersebut ditunjukan pada tujuan spesial TAKS, ialah: keahlian
menghadirkan diri, keahlian berkenalan, keahlian bercakap- cakap,
keahlian mengantarkan serta membicarakan topik tertentu, keahlian
mengantarkan komentar tentang khasiat aktivitas TAKS. Langkah-
langkah aktivitas yang dicoba TAKS ialah: sesi persiapan, orientasi,
sesi kerja serta sesi terminasi dengan memakai tata cara dinamika
kelompok, dialog ataupun tanya jawab dan bermain kedudukan
stimulasi (Surya, 2012).

b. Pengobatan Lingkungan

Manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkunagn sehingga aspek


lingkungn wajib memperoleh kepedulian spesial dalam kaitanya buat

10
melindungi serta memelihara kesehatan manusia. Lingkungan
berkaitan erat dengan stimulus psikologis seorang yang hendak
berakibat pada kesembuhan, sebab daerah tersebut hendak
membagikan akibat baik pada keadaan raga ataupun keadaan
psikologi seseorang.

B Konsep Dasar Keperawatan Jiwa


1 Proses keperawatan
a. Pengkajian
Pengumpulan data melalui data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual.
b. Analisa Data
Melihat data subyektif & objektif bisa memilih permasalahan yang
dihadapi klien dengan menggunakan pohon masalah mampu
diketahuihpenyebab, affeck berdasarkan kasus tersebut. Dari output
analisa data inilah bisa menegakkan diagnosa keperawatan.
c. Diagnosis keperawatan
1) Gangguan perubahan persepsi sensori: halusinasi
2) Isolasi sosial: menarik diri
3) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
d. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan selama 3 hari dengan melakukan Sp
dengan pasien :
1) Melakukan SP 1 : Membina hubungan saling percaya,
Mengidentifikasi penyebabmisolasi sosial, Berdiskusi dengn
pasien tentang keutungan berinteraksi dengan orang lain,
Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
2) Melakukan SP 2 : Membantu pasien memasukan kegiatan
berbincang – bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian.
3) Melakukan SP 3 : Memberikan kesempatan kepada pasien
berkenalan dengan dua orang atau lebih.

11
Melakukan SP dengan keluarga :
1) Melakukan SP 1 : Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien, Menjelaskan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial.
2) Melakukan SP 2 : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial
3) Melakukan SP 3 : Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsungikepada pasien sosial. (Buku Keperawatan Jiwa, 2020-
2021).
e. Tujuan
Klien mengenali perilaku kekerasan yang dilalui , klien dapat mengatur
perilaku yang bersifat kekerasan, klien dapat bisa mengikuti beberapa
program kegiatan pengobatan secara optimal (Buku Keperawatan Jiwa,
2020-2021).
f. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan setelah menentukan intervensi
dan implementasi dilakukan sesuai intervensi keperawatan.
g. Evaluasi
Evaluasi yakni tahap akhir asuhan keperawatan , mengevaluasi
keberhasilan tindakan sebelumnya yang di berikan pada klien. Evaluasi
dilakukan selama pelaksanaan intervensi.

12
C Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Effect

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Core problem Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Causa

Gangguan Konsep Diri

Sumber : Badar, 2016

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

Nn. M usia 23 tahun datang dari Igd dengan diantar keluarganya.


Kemudian di rawat di ruang intermediate, informasi dari keluarga semenjak
ibuna bercerai dengan ayahnya klien tidak mau keluar rumah selalu diam di
dalam kamar, di rumah malas tiak mau membantu pekerjaan rumah dan selalu
tiduran, kalau diajak bicara selalu menundukkan kepala, afek tumpul. Klien
dirawat yang kedua kalinya. Dirawat yang pertama satu tahun yang lalu .Klien
masuk rumah sakit dikarenakan tidak mau kontrol rawat jalan. Klien tidak mau
keluar rumah, bicara seperlunya , klien mengatakan dirinya bodoh, klien
mengatakan pernah mengalami halusinasi tetapi sekarang sudah tidak terjadi
lagi, klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna merasa dirinya ada
kekurangan fisik dan kejiwaanya, klien mengatakan dirinya sakit hati karena
sering dipukul dan dimarahi ayah tirinya klien mengatakan kehidupanya hancur
karena ayah tirinya yang galak, tidak ada anggota kelurganya yang mengalami
gangguan jiwa, klien mengatakan awal mula merasa kesal karena ibunya
menikah lagi.
Berdasarkan observasi, klien tampak sering mengisolasi diri dengan
duduk di pojok, klien bicara seperlunyanya, klien bicara kadang ketus, tidak ada
kontak mata dengan lawan bicara, klien terlihat murung, klien tampak gelisah
monadr-mandir, klien terlihat penurunan aktivitas, klien selalu menundukan
wajahnya, klien tampak sering menghindar. Diagnoda medik Skizofrenia tak
tergolongkan. Terapi medis : CPZ 100 mg : 1 tablet malam, Resperidon 5 mg : 3
x 1 tablet, Heximer 2 mg : 3 x 1 tablet.

14
A Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : 4 April 2023
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMA
RM No. :-

II. ALASAN MASUK


Klien tidak mau keluar rumah selalu diam di dalam kamar, di rumah malas
tidak mau membantu pekerjaan rumah dan selalu tiduran, kalau diajak
bicara selalu menundukkan kepala dan tatapan mata kosong. Klien tidak
mau keluar rumah, bicara seperlunya ,klien mengatakan dirinya bodoh,
klien mengatakan pernah mengalami halusinasi sampai dirawat tetapi
sekarang sudah tidak terjadi lagi, klien mengatakan merasa dirinya tidak
berguna merasa dirinya ada kekurangan fisik dan kejiwaanya, klien
mengatakan dirinya sakit hati karena sering dipukul dan dimarahi ayah
tirinya dan merasa kehidupanya hancur karena ayah tirinya yang galak,
tidak ada anggota kelurganya yang mengalami gangguan jiwa, klien
mengatakan awal mula merasa kesal karena ibunya menikah lagi.

III.FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

√ Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil √ Kurang berhasil Tidak berhasil
3. Aniaya fisik pelaku/usia korban/usia saksi/usia

√ 22 th
Aniaya seksual

Penolakan

15
Kekerasan dalam
√ 22 th
Keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan : Klien mengatakan dirinya sakit hati karena sering dipukul dan
dimarahi ayah tirinya
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


Ya √ Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
klien mengatakan merasa kehidupanya hancur karena ayah tirinya yang
galak yang berawal merasa kesal karena ibunya menikah lagi.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

IV. FISIK
1. a. Tanda-tanda vital
 TD : mmHg
 N : x/mnt
 RR : x/mnt
b. Ukur : TB : cm, BB : kg
a. Keluhan fisik : Ya Tidak √

Jelaskan : Tidak ada keluhan


Masalah keperawatan : -

16
V. PSIKOSOSIAL
1. cGenogram

KETERANGAN :

= Perempuan

= Laki-laki

= Bercerai

= Klien

= Tinggal satu rumah

Jelaskan : Klien anak tunggal, ibu kandung dan ayah kandungnya bercerai,
saat ini ibu kandungnya telah menikah lagi dan klien tinggal
bareng bersama ibu kandung dan ayah tirinya, klien merasa kesal
karena ibu kandungnya menikah kembali
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

17
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna merasa dirinya ada
kekurangan fisik dan kejiwaanya
b. Identitas
klien adalah tunggal. Saat ini klien berusia 23 Tahun, merasa sedih
karena kehidupanya hancur sebab ayah tirinya yang galak dan merasa
kesal karena ibunya menikah lagi.
c. Peran
Klien sebagai anak perempuan tunggal merasa dirinya bodoh dan
tidak berguna
d. Harga diri
Klien mengatakan keidupannya hancur dan klien tampak terlihat
murung
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti / Orang terdekat
Tidak ada
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien tidak megikuti kegiatan kelompok apapun di masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Lingkungan tetangga tidak pernah mengajak klien bicara.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama kristen
b. Kegiatan Ibadah : selama di panti klien mengatakan tidak
pernah beribadah sesuai agama kristen yang dianut karena
merasa malas keluar dari kamar
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

18
Tidak rapih Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Klien tampak menggunakan pakaian lusuh
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat Membisu √ Tidak mampu memulai
Pembicaraan
Jelaskan :
Saat diajak bicara hanya menjawab singkat, lebih banyak diam, kontak
mata kurang ,
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

19
3. Aktivitas motorik
√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsip
Jelaskan :
klien tampak sering mengisolasi diri dengan duduk di pojok, bicara
seperlunyanya, tidak ada kontak mata dengan lawan bicara, terlihat
murung, tampak gelisah monadr-mandir, terlihat penurunan aktivitas,
selalu menundukan wajahnya dan tampak sering menghindar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Alam perasaan
√ Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
Jelaskan :
klien mengatakan dirinya sakit hati karena sering dipukul dan dimarahi
ayah tirinya
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Afek
Datar √ Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan :
klien bicara seperlunyanya, klien bicara kadang ketus, tidak ada kontak
mata dengan lawan bicara, klien terlihat murung dan klien selalu
menundukan wajahnya.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatip √ Mudah tersinggung
Kontak mata √ Defensif Curiga

Jelaskan : klien bicara seperlunyanya, terkadang bicaranya ketus dan tidak


ada kontak mata dengan lawan bicara
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

20
7. Persepsi

√ Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien mengatakan pernah mengalami halusinasi tetapi sekarang


sudah tidak terjadi lagi
Masalah keperawatan : Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of ideas Blocking Pengulangan


pembicaraan
Jelaskan :
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis


Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir


Jelaskan :
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi Stupor

Waktu Tempat Orang


Jelaskan : klien tampak gelisah dan mondar-mandir
Masalah keperawatan : Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi

21
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek
Gangguan daya ingat Konfabulasi
saat ini
Jelaskan :
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu mampu berhitung
Sederhana
Jelaskan : klienn mampu berhitung
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan :-
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit Menyalahkan hal-hal

yang diderita diluar dirinya
Jelaskan :
klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna merasa dirinya ada
kekurangan fisik dan kejiwaanya
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
√ Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK

√ Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan : Klien bisa melakukan kegiatan/kebutuhan personal secara
mandiri

22
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi

√ Bantuan minimal Bantuan total


Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total

4. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : 4 jam

Tidur malam lama : 10 jam

Kegiatan sebelum/sesudah tidur : Tidak ada


5. Penggunaan obat

√ Bantuan minimal Bantuan total

6. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan √ Ya Tidak

Perawatan pendukung Ya √ Tidak


7. Kegiatan didalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya √ Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya √ Tidak

Mencuci pakaian Ya √ Tidak

Pengaturan keuangan Ya √ Tidak


8. Kegiatan diluar rumah
Belanja Ya √ Tidak

Transportasi Ya √ Tidak

Lain-lain Ya √ Tidak

23
Jelaskan : Klien tampak penurunan aktivitas
Masalah keperawatan : isolasi sosial

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu meyelesaikan masalah Reaksi


lambat/berlebih

Tehnik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktifitas konstruktif √ Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lainnya Lainnya

Masalah keperawatan :
 Isolasi Sosial

IX. MASALAH PSIKOSIS DAN LINGKUNGAN


√ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik Klien jarang berinteraksi
dengan orang lain
√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik Klien lebih sering
berbaring dan jarang berinteraksi dengan orang lain
√ Masalah dengan pendidikan, spesifik, Klien mengatakan sekolah hanya
sampai SMA
Masalah dengan pekerjaan
√ Masalah dengan perumahan, spesifik, klien mengatakan kehidupanya
hancur karena ayah tirinya yang galak

24
√ Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik, klien mengatakan
merasa dirinya ada kekurangan fisik dan kejiwaanya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :


√ Penyakit jiwa Sistem pendukung

√ Faktor presipitasi Penyakit fisik
√ Koping √ Obat-obatan
Lainnya
Masalah keperawatan : Koping keluarga inefektif
 Koping keluarga inefektif ( KKIE )

25
B. ANALISA DATA

Masalah
No Data
Keperawatan
1 Data Subyektif
- Klien mengatakan namanya M
- Keluarga pasien mengatakan klien tidak mau
keluar rumah selalu diam di dalam kamar
- Keluarga pasien mengatakan klien di rumah
malas tidak mau membantu pekerjaan rumah
dan selalu tiduran dikamar
- Keluarga mengatakan bila klien diajak bicara
selalu menundukkan kepala
Isolasi sosial
Data Obyektif
- Klien berbicara seperlunya
- Terkadang bicaranya ketus
- Klien terliat penurunan aktivitas
- Klien tampak sering menghindar
- klien tampak sering mengisolasi diri dengan
duduk di pojok
- tidak ada kontak mata dengan lawan bicara
- klien tampak gelisah mondar-mandir

2 Data Subyektif
- Klien mengatakan dirinya sakit hati karena
sering dipukul dan dimarahi ayah tirinya
- Klien mengatakan kehidupanya hancur karena
ayah tirinya yang galak
- Klien mengatakan dirinya bodoh
- Klien mengatakan merasa dirinya tidak
berguna
- Klien mengatakan merasa dirinya ada Harga Diri Rendah
kekurangan fisik dan kejiwaanya

Data Obyektif
- klien selalu menundukan wajahnya
- klien terlihat murung
- klien tidak ada kontak mata dengan lawan
bicara

26
3 Data Subyektif
- Klien mengatakan pernah mengalami
halusinasi tetapi sekarang sudah tidak terjadi
lagi
Resiko gangguan Sensori
Data Obyektif Persepsi : Halusinasi
- Klien lebih sering menyendiri
- klien tampak gelisah dan mondar-mandir

4 Data Subyektif
- Klien mengatakan dirinya sakit hati karena
sering dipukul dan dimarahi ayah tirinya
- Klien mengatakan awal mula merasa kesal
karena ibunya menikah lagi

Data Obyektif : Resiko Perilaku Kekerasan

27
C. Pohon Masalah

D. Diagnosis keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Gangguan Sensori Perilaku : Halusinasi
4. Resiko Perilaku Kekerasan

28
29
RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

Nama pasien : Nn. M Diagnosa medis : Skizofrenia tak tergolongkan


Nomor rekam medis : Ruangan : Emerald
No Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1 Isolasi Sosial TUM: Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.
Tuk :
1. Klien dapat 1. Setelah2 .x interaksi 1.1. Bina hubungan Hubungan saling percaya
membina klien menunjukkan saling percaya merupakan dasar yang
hubungan saling tanda-tanda percaya dengan : kuat bagi klien dalam
percaya kepeda perawat :  Beri salam setiap mengekspresikan
 Wajah cerah, berinteraksi perasaannya.
tersenyum  Perkenalkan  Menunjukkan
 Mau berkenalan nama, nama keramahan dan sikap
 Ada kontak panggilan dan bersahabat.
mata tujuan perawat  Agar kita tidak ragu
 Bersedia berkenalan kepada perawat.
mencritakan  Tanyakan dan  Menunjukkan bahwa
perasaan panggil nama perawat ingin kenal
 Bersedia kesukaan klien dengan klien.
mengungkapkan  Tunjukkan sikap  Agar klien percaya
masalahnya jujur dan kepada perawat.
menepati janji  Penerimaan yang
setiap kali sesuai dengan keadaan
interaksi
30
 Tanyakan yang sebenarnya dapat
perasaan klien meningkatkan
dan masalah yang keyakinan pada klien
dihadapi klien serta merasa adanya
 Buat kontrak suatu pengakuan.
interaksi yang  Perhatian yang
jelas diberikan dapat
 Dengarkan meningkatkan harga
dengan penuh diri klien.
perhatian ekspresi  Respon mengkritik
perasaan klien atau menyalahkan
dapat menimbulkan
adanya sikap
penolakan.
 Member info tentang
kontrak waktu.
2. Klien dapat 2. Setelah…2 .x 2.1. Tanyakan pada klien  Mengidentifikasi
nyebutkan interaksi klien tentang : penyebab klien bergaul
penyebab menyebutkan  Orang yang atau dekat degan orang
menarik diri minimal satu tinggal lain dan penyebab
penyebab menarik serumah/teman klien tidak dekat
diri dari : sekamar klien dengan orang lain serta
o Diri sendiri  Orang yang mekanisme koping
o Orang lain paling dekat yang digunakan klien
o lingkungan dengan klien dalam menghadapi
dirumah/diruang masalahnya itu.
perawatan
 Apa yang
membuat klien
dekat dengan
31
orang tersebut
 Orang yang tidak
dekat dengan
klien
dirumah/diruang  Bila klien sudah
perawatan mengungkapkan
 Apa yang masalahnya, akan
membuat klien mempermudah perawar
tidak dekat melaksanakan asuhan
dengan orang keperawatan.
tersebut  Reinforcement positif
 Upaya yang akan meningkatkan
sudah dilakukan harga diri klien.
agar dekat dengan
orang lain
2.2.Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergau
dengan orang lain
2.3.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Klien mampu 3. Setelah 2…x 3.1. Tanyakan pada klien  Tingkat pengetahuan
menyebutkan interaksi dengan tentang : klien, membantu
keuntungan klien dapat  Manfaat perawat mengarahkan
berhubungan menyebutkan hubungan social klien berhubungan
social dan keuntungan  Kerugian menarik dengan orang lain.
kerugian menarik berhubungan social, diri  Diharapkan klien

32
diri misalnya : 3.2. Diskusikan bersama mampu memilih
o Banyak teman klien tentang perilaku yang adaptif
o Tidak kesepian manfaat setelah mengetahui
o Bisa diskusi berhubungan social keuntungan
o Saling dan kerugian bersosialisasi dan
menolong menarik diri kerugian isolasi sosial.
Dan kerugian 3.3. Beri pujian terhadap  Reinforcemet positif
menarik diri, kemampuan klien akan meningkatkan
misalnya: mengungkapkan harga diri klien.
o Sendiri perasaannya
o Kesepian
o Tidak bisa
diskusi
4. Klien dapat 4. Setelah 2…x 4.1.Observasi perilaku  Melatih klien untuk
melaksanakan interaksi klien dapat klien saat bersosialisasi secara
hubungan social melaksanakan berhubungan sosial bertahap.
secara bertahap hubungan social 4.2.Beri motivasi dan
secara bertahap bantu klien untuk
dengan : berkenalan/berkomu
o Perawat nikasi dengan :
o Perawat lain o Perawat lain
o Klien lain o Klien lain
o Kelompok o Kelompok
4.3. Libatkan klien
dengan Terapi
Aktivitas Kelompok
Sosialisasi
4.4. Diskusikan jadwal
harian yang dapat

33
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.5. Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal yang
telah dibuat
4.6. Beri pujian terhadap
kemampuan klein
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang dilaksanakan
5. Klien mampu 5. Setelah…2 x 5.1. Diskusikan dengan  Reinforcement
menjelaskan interaksi klien klien tentang diharapkan dapat
perasaannya dapat menjelaskan perasaannya meningkatkan rasa
setelah perasaannya setelah berhubungan social percaya diri klien
berhubungan berhubungan social dengan : sehingga ingin
sosial dengan :  Orang lain mengulangi perbuatan
o Orang lain  Kelompok yang serupa.
o Kelompok 5.2.Beri pujian terhadap  Menyadarkan klien
kemampuan klien bahwa bersosialisasi
mengungkapkan itu lebih baik daripada
perasaannya isolasi sosial.
6. Klien dapat 6.1.Setelah…2 x 6.1. Diskusikan  Dukungan keluarga
dukungam pertemuan keluarga pentingnya peran berpengaruh terhadap
keluarga dalam dapat menjelaskan serta keluarga perubahan perilaku
memperluas tentang : sebagai pendukung klien.
34
hubungan sosial o Pengertian untuk mengatasi
menarik diri perilaku menarik diri
o Tanda dan 6.2. Diskusikan potensi
gejala menarik keluarga untuk
diri membantu klien  Agar keluarga
o Penyebab dan mengatasi perilaku mengenali prilaku
akibat menarik menarik diri isolasi sosial sehingga
diri 6.3. Jelaskan pada dapat mengantisipasi
o Cara merawat keluarga tentang : jika ada kluerga yang
klien menarik  Pengertian mengalami hal yang
diri menarik diri serupa.
6.2. Setelah…  Tanda dan gejala  Mempersiapkan
pertemuan menarik diri kluerga untuk merawat
keluarga dapat  Penyebab dan klien.
mempraktekan akibat menarik  Memberikan dukungan
cara merawat klien diri moral bagi klien dan
menarik diri  Cara merawat keluarga.
klien menarik diri  Memotivasi keluarga
6.4. Latih keluarga cara untuk melakukan yang
merawat klien terbaik bagi klien.
menarik diri  Reinforcement positif
6.5. Tanyakan perasaan diharapkan dapat
keluarga setelah menambah motivasi
mencoba cara yang keluarga.
dilakukan  Memberikan dukungan
6.6. Beri motivasi moral bagi klien dan
keluaraga agar meningkatkan percaya
membantu klien dan harga diri klien.
untuk bersosialisasi
6.7. Beri pujian kepada

35
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit

7. Klien dapat 7.1.Setelah…2 x 7.1. Diskusikan dengan


memanfaatkan interaksi klien klien tentang
obat dengan baik menyebutkan : manfaat dan
 Manfaat minum kerugian tidak
obat minum obat, warna,
 Kerugian tidak dosis, cara, efek
munum obat terapi dan efek
 Nama, warna, samping penggunaan
dosis, efek obat.
terapi dan efek 7.2. Pantau klien saat
samping obat penggunaan obat.
7.2.Setelah…x interaksi 7.3. Beri pujian jika klien
klien menggunakan obat
mendemonstrasikan dengan benar.
penggunaan obat 7.4. Diskusikan akibat
dengan benar berhenti minum obat
7.3.Setelah…2 x tanpa konsultasi
interaksi klien dengan dokter.
menyebutkan 7.5. Ajurkan klien untuk
akibat berhenti konsultasi kepada
minum obat tanpa dokter/perawat jika
konsultasi dokter. terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.

36
RENCANA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
Nama pasien : Nn. M Diagnosa medis : Skizofrenia tak tergolongkan
Nomor rekam medis : Ruangan : Emerald
No Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
2 Harga diri rendah. TUM: Klien 1. Setelah…3 .x 1. Bina hubungan
memiliki diri yang interaksi klien saling percaya dengan
positif menunjukkan menggunakan prinsip
Tuk : ekspresi wajah komunikasi terapeutik :
1. Klien dapat bersahabat,  Sapa klien  Menunjukkan
membina menunjukkan rasa dengan ramah keramahan dan sikap
hubungan saling senang, ada kontak baik verbal bertahan.
percaya dengan mata, mau manjabat maupun non  Agar klien tidak ragu
perawat tangan, mau verbal kepada perawat.
menyebutkan nama,  Perkenalkan diri  Menunjukkan bahwa
mau menjawab dengan sopan perawat ingin kenal
salam, klien mau  Tanyakan nama dengan klien.
duduk lengkap dan nama  Agar klien percaya
berdampingan panggilan yang kepada perawat.
dengan perawat, disukai klien  Penerimaan yangs
mau mengutarakan  Jelaskan tujuan sesuai dengan keadaan
masalah yang pertemuan yang sebenarnya dapat
dihadapi.  jujur dan meningkatkan
37
menepati janji keyakinan pada
 Tunjukkan sikap keluarga serta merasa
empati dan adanya suatu
menerima apa pengakuan.
adanya
 Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien

2. Klien dapat 2. Setelah…3 .x 2.1. Diskusikan dengan  Pengertian tentang


mengidentifikasi interaksi klien klien tentang : dirinya akan
aspek positif dan menyebutkan :  Aspek positif memudahkan klien.
kemampuan yang o Aspek positif yang dimiliki
dimiliki. dan kemampuan klien, keluarga,
yang dimiliki lingkungan
klien  Kemampuan yang  Mengingatkan klien
o Aspek positif dimiliki klien tentang hal positif dan
keluarga nyata akan menambah
o Aspek positif 2.2.Bersama klien buat percaya diri.
lingkungan daftar tentang :
klien  Aspek positif
klien, keluarga,
lingkungan
 Kemampuan yang
dimiliki klien

2.3.Beri pujian yang


realistis, hindarkan
memberi penilaian

38
negative
3. Klien dapat 3. Setelah…3 x 3.1. Diskusikan dengan  Meningkatkan percaya
menilai interaksi klien klien kemampuan diri dan menumbuhkan
kemampuan yang menyebutkan yang dapat perasaan bahwa ia
dimiliki untuk kemampuan yang dilaksanakan tidak selalu gagal dan
dilaksanakan dapat dilaksanakan tidak berguna.
3.2. Diskusikan  Memperkuat kelebihan
kemampuan yang akan membuat klien
dapat dilanjutkan melakukannya.
pelaksanaannya
4. Klien dapat 4. Setelah…3 x 4.1.Rencanakan bersama  Menambah percaya diri
merencanakan interaksi klien klien aktivitas yang klien bahwa klien
kegiatan sesuai membuat rencana dapat dilakukan bertanggung jawab
dengan kegiatan harian setiap hari sesuai terhadap dirinya.
kemampuan yang kemampuan klien :
dimiliki  Kegiatan mandiri
 Kegiatan dengan  Meningkatkan
bantuan kemampuan klien
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai realitas.
sesuai kondisi klien  Memberikan gambaran
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan sehingga
pelaksanaan klien dapat melakukan.
kegiatan yang dapat
klien lakukan
5. Klien dapat 5. Setelah 3…x 5.1. Ajurkan klien untuk
melakukan interaksi klien melaksanakan
kegiatan sesuai melakukan kegiatan yang telah
rencana yang kegiatan sesuai direncanakan
dibuat jadwal yang dibuat 5.2. pantau kegiatan
yang dilaksanakan

39
klien
5.3. Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan klien
5.4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.
6. Klien dapat 6.1.Setelah…3 x 6.1. Beri pendidikan  Mempersiapkan
memanfaatkan interaksi klien kesehatan pada keluarga agar dapat
system memanfaatkan keluarga tentang merawat klien yang
pendukung yang system pendukung cara merawat klien rendah diri.
ada yang ada di dengan harga diri  Perhatian keluarga
keluarga rendah merupakan dukungan
6.2.Bantu keluarga terhadap klien.
memberikan  Lingkungan terapeutik
dukungan selama akan mendukung klien
klien di rawat dalam meningkatkan
6.3. Bantu keluarga harga dirinya.
menyiapkan
lingkungan di rumah

40
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama pasien : Nn. M Dx medis : Skizofrenia tak tergolongkan


Nomor rekam medis : Ruangan : Emerald
Tanggl/jam : 5/4/2023 Waktu : 15.00 – 15.30 wib
1 Isolasi Sosial S:
Data Subyektif - Klien mengatakan namanya M
- Klien mengatakan namanya M
- Keluarga pasien mengatakan klien tidak mau keluar O :
- Klien menjawab singkat jika diajak bicara
rumah selalu diam di dalam kamar
- Kontak mata kurang
- Keluarga pasien mengatakan klien di rumah malas - Tidak mampu memulai pembicaraan
tidak mau membantu pekerjaan rumah dan selalu - Masih tampak sering menghindar
tiduran dikamar
- Keluarga mengatakan bila klien diajak bicara selalu A : Isolasi social positif
menundukkan kepala SP1P mampu
P:
- Anjurkan klien untuk berkenalan dengan teman di RS mulai
Data Obyektif
dari satu orang
- Klien berbicara seperlunya - Anjurkan klien untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang
- Terkadang bicaranya ketus lain
- Klien terliat penurunan aktivitas - Anjurkan klien untuk memulai bersosialisasi dengan kegiatan
41
- Klien tampak sering menghindar sehari-hari
- klien tampak sering mengisolasi diri dengan duduk - Anjurkan klien untuk memasukan ke dalam jadwal kegiatan
di pojok harian
- tidak ada kontak mata dengan lawan bicara
- klien tampak gelisah mondar-mandir

Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial


TTD Perawat
Tindakan Keperawatan :
SP 1P : Isos
1. Membina hubungan saling percaya Desyana
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu
orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut:


 Evaluasi SP1P
 Lanjut SP1P HDR

42
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama pasien : Nn. M Dx medis : Skizofrenia tak tergolongkan


Nomor rekam medis : Ruangan : Emerald
Tanggl/jam : 6/5/2023 Waktu : 15.00-15.30 wib

43
2 Harga diri rendah S:
- Klien mengatakan dirinya sakit hati karena sering dipukul
Data Subyektif dan dimarahi ayah tirinya
- Klien mengatakan dirinya sakit hati karena sering - Klien mengatakan kehidupanya hancur karena ayah tirinya
dipukul dan dimarahi ayah tirinya yang galak
- Klien mengatakan kehidupanya hancur karena ayah - Klien mengatakan dirinya bodoh
tirinya yang galak - Klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna
- Klien mengatakan dirinya bodoh - Klien mengatakan merasa dirinya ada kekurangan fisik dan
- Klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna kejiwaanya
- Klien mengatakan merasa dirinya ada kekurangan
fisik dan kejiwaanya O:
- Kontak mata klien kurang
Data Obyektif - Terlihat murung
- klien selalu menundukan wajahnya - Tanpak sering menundukkan wajahnya
- klien terlihat murung -
- klien tidak ada kontak mata dengan lawan bicara A : HDR positif
SP1P mampu

Tindakan Keperawatan :
SP1P : HDR P:
1. Membina hubungan saling percaya
 Anjurkan klien untuk memasukan ke dalam jadwal
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
kegiatan harian.
dimiliki pasien
3. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang
masih dapat digunakan
4. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan pasien
44
5. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
6. Memberikan pujian yang wajar terhadap TTD Perawat
keberhasilan pasien
7. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian Desyana

Rencana tindak lanjut :


 Evaluasi SP 1
 Lanjut SP 2

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama pasien : Nn. M Dx medis : Skizofrenia tak tergolongkan


Nomor rekam medis : Ruangan : Emerald
Tanggl/jam : 7/4/2022 Waktu : 15.30 -16.00 wib

45
2 Harga diri rendah
S:
Data Subyektif - klien merasa sedih kehidupannya hancur karena ayah
- Klien mengatakan dirinya sakit hati karena sering tirinya galak
dipukul dan dimarahi ayah tirinya O:
- Klien mengatakan kehidupanya hancur karena ayah
- Kontak mata klien masih kurang
tirinya yang galak
- Masih Tampak terlihat murung
- Klien mengatakan dirinya bodoh
- Klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna A : HDR positif,SP2P mampu dengan di bimbing
- Klien mengatakan merasa dirinya ada kekurangan
fisik dan kejiwaanya P:
 Anjurkan klien untuk memasukan ke dalam jadwal
Data Obyektif kegiatan harian.
- klien selalu menundukan wajahnya  Rencana tindak lanjut :
- klien terlihat murung Optimalkan SP1P
Evaluasi SP2P
- klien tidak ada kontak mata

Tindakan Keperawatan : TTD Perawat


SP 2P :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Meatih kemampuan ke dua Desyana
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana tindak lanjut :

46
 Optimalkan SP1P
 Evaluasi SP2P

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama pasien : Tn.k Dx medis : Isolasi Sosial


Nomor rekam medis : Ruangan : Emerald
Tanggl/jam : 8/4/2023 Waktu : 15.30 wib
1 Isolasi Sosial
Data Subyektif S:
- Klien mengatakan namanya M, hoby berenang - Klien menyebutkan nama, dan hoby

Data Obyektif O:
- Klien diajak bicara menjawab singkat
- Klien tampak mulai mau diajak berbincang-bincang
- Kurang spontan - Sesekali ada kontak mata
- Tidak mampu memulai pembicaraan - Mampu berkenalan dengan 1 orang
47
- Kontak mata ada dan tersenyum jika diajak bicara - Mampu menyebutkan 1 keuntungan bersosialisasi
- Mulai mau diajak berinteraksi - Belum mampu memulai pembicaraan
- Tidak ingin cepat cepat masuk kamar
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
A : Isolasi social positif
SP2P : Isolasi sosial SP2P klien mampu dengan dibimbing
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien P :
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang - Anjurkan klien untuk terus melakkan interaksi dengan orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- lain
bincang dengan satu orang ke dalam jadwal kegiatan - Anjurkan klien untuk memulai bersosialisasi dengan
harian kegiatan sehari-hari
- Anjurkan klien untuk memasukan ke dalam jadwal kegiatan
harian
Rencana tindak lanjut :
 Evaluasi SP2P
 Lanjut SP3P TTD Perawat

Desyana

48
49
BAB IV
PEMBAHASAN

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari hubungan komunikasi dengan


orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan
dalam berhubungan secara sepontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan mengisolasi diri, tidak ada pehatian dan tidak sanggup berbagi
pengalaman. (Balitbang dalam fitria, 2009)

A. PENGKAJIAN

Menurut Stuart dan Larai dalam Keliat (2005) pengkajian merupakan


tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, pesikologis sosial dan spiritual.
Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokan menjadi faktor
predisposisi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan
koping yang dimiliki klien. Dalam melakukan pengkajian pada Nn. M penulis
menggunakan metode auto anamnese atau pengkajian langsung pada klien dan
allo anamnase atau pengkajian pada orang lain serta . Data yang diperoleh
kemudian dirumuskan masalah keperawatan sesuai dengan kelompok data
yang terkumpul.

B. DIAGNOSA KEPARAWATAN

Diagnosa keperawatan menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat,


2005) adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik aktual
maupun potensial. Schult dan Videbeck dalam Nurjanah (2005) menyatakan
bahwa diagnosa terdiri dari masalah atau respon klien dan faktor yang
berhubungan yang mempengaruhi atau kontribusi pada masalah atau respon
klien. Pada kasus ini penulis tidak mengadopsi diagnosa berdasarkan catatan
rekam medik . Penulis mengambil satu prioritas diagnosa masalah yaitu
gangguan isolasi sosial menarik diri, karena adanya prilaku klien subjektif

50
dan objektif menunjukan bahwa masalah keperawatan utama Nn. M adalah
isolasi sosial.

Diagnosa keperawatan isolasi menarik diri pada Nn. M didukung dengan


data subjektif antara lai klien tidak mau keluar rumah selalu diam di dalam
kamar, di rumah malas tiak mau membantu pekerjaan rumah dan selalu
tiduran, kalau diajak bicara selalu menundukkan kepala. Sedangkan data
objektif yang diperoleh antara lain klien tampak sering mengisolasi diri
dengan duduk di pojok, bicara seperlunyanya, bicara kadang ketus, tidak ada
kontak mata dengan lawan bicara dan tampak sering menghindar

Pohon masalah yang ditemukan pada kasus ini sesuai dengan teori Keliat
(2005) yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah merupakan penyebab
sedangkan isolasi sosial: menarik diri menjadi masalah utama dan harga diri
rendah sebagai penyebab.

C. IMPLEMENTASI

Menurut Efendy dalam Nurjanah (2005) implementasi adalah pengolahan


dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Sebelum melakukan tindakan keperwatan yang telah
direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini
atau here and now. Perawat yang menilai sendiri, apakah mempunyai
kamampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk
melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman
bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, perawat
membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasi tindakan
yang telah dilakukan berserta respon klien.

Menurut Keliat (2005) implementasi tindakan keperawatan disesuaikan


dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implentasi
seringkali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat

51
belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Yang sering dilakukan perawat adalah menggunakan rencana
tidak tertulis, yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan.
Hal itu sangat membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal,
dan juga tidak memenuhi aspek legal.

D. EVALUASI

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari


tindakan keperawatan yang dilakukam pada klien. Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses dan formatif yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon
klien dan tujuan khusus serta umum yang telah dilakukan. (Keliat, 2005).

Dalam kasus ini penulis menggunakan evaluasi hasil sumatif serta


menggunakan pendekatan SOAP karena evaluasi hasil sumatif dilakukan
pada akhir tindakan perawatan klien dan SOAP terdiri dari respon subjektif,
respon objektif, analisi dan perencanaan. Evaluasi ini dilakukan setiap hari
setelah interaksi dengan Nn. M.

Evaluasi yang penulis dapatkan dalam tercapainya strategi pelaksanaan


pertama yang dilakukan pada tanggal 6 April 2023 jam 15.00 WIB adalah
Nn. M mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat,
mengenali penyebab isolasi sosial menarik diri, menyebutkan keuntungan
berhubungan dan tidak berhubugan dengan orang lain. Nn. M mampu untuk
dilatih cara berkenalan. Respon tersebut sesuai dengan kriteria evaluasi
pada perencanaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pelaksanaan
pertama pada Nn. M berhasil.

Evaluasi strategi pelaksanaan kedua yang dilakukan pada tanggal 8


April jam 15.30 WIB adalah Nn. M mampu untuk mengulangi strategi
pelaksanaan pertama tetapi blm mampu untuk mengajak kenalan secara
mandiri, masih dibimbing, belum mampu berkomunikasi secara spontan

52
Respon tersebut belum sesuai dengan kriteria evaluasi pada perencanaan,
sehingga dapat diambil kesimpulan strategi pelaksanaan kedua Nn. M
Kurang Berhasil

Beberapa kesulitan yang dialami penulis dalam memberikan tindakan


keperawatan adalah tidak tercapainya semua tujuan khusus yang telah
direncakan karena keterbatasan waktu serta keadaan klien yang kurang
fokus dalam melakukan strategi pelaksanaan yang diberikan oleh perawat.
Selain itu proses keperawatan keluarga tidak dapat tercapai karena selama
proses keperawatan pada klien tidak ada yang datang menjenguk.

53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan setudi kasus keperawatan pada Nn. M dengan gangguan


isolasi sosial menarik diri, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:

1. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan, sedangkan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada
Nn. M adalah sering mengisolasi diri dengan duduk di pojok, bicara
seperlunyanya, bicara kadang ketus, tidak ada kontak mata dengan lawan
bicara, selalu menundukan wajahny dan tampak sering menghindar.

2. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian


adalah isolasi sosial menarik diri.

3. Rencan keperawatan yang dapat dilakukan pada Tn.K meliputi tujuan


umum klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk tujuan pertama
klien dapat membina hubungan saling percaya.,tujuan khusus kedua
klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri,
tujuan khusus ke tiga klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
tujuan khusus keempat klein dapat berhubungan dengan orang lain
secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan dari
keluarga dalam berhubungan dengan orang lain

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang


telah di susun. Penulisan melakukan implementasi pada Nn. M selama 2
hari. Pada hari pertama perawat memberikan strategi pelaksanaan 1 (SP
1) yaitu membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial, keuntungan
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain serta mengajarkan
cara berkenalan. Pada hari kedua dilaksanakan strategi pelaksanaan 2
(SP 2) yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama seorang perawat).
54
5. Evaluasi tindakan yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Nn. M sampai pada strategi pelaksanaan kedua. Nn.
M klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat,
mengenal penyebab isolasi sosial menarik diri, mampu untuk dilatih cara
berkenalan dengan bimbingan. Beberapa kesulitan yang dialami penulis
dalam memberikan tindakan keperawatan adalah tidak tercapai semua
tujuan khusus karena keterbatasan waktu serta keadaan klien yang
kurang fokus dalam melakukan strategi pelaksanaan yang diberikan oleh
perawat. Selain itu proses keperawatan keluarga tidak dapat tercapai
karena selam proses keperawatan pada klien tidak ada keluarga yang
menjenguk.

B. SARAN

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis member saran bagi:

1 Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana


yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan melalui praktek klinik dan pembuatan
laporan.

2 Penulis

Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu


seefektif mungkin, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien gangguan jiwa dapat tercapai secara optimal

55
56
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Keliat, B.A, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri

Riyardi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


GRAHA ILMU

Surtiningrum, Anjas. 2011. Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan


Bersosialisasi Pada Klien Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr
Amino Gondohutomo Semarang. Thesis. Depok: FIK UI

57

Anda mungkin juga menyukai