Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Diajukan oleh:
FERINANDUS LEONARDO SNANFI
11/322017/PMU/06972
Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
iii
Kupersembahkan Kepada:
Bapa Allah di dalam anaknya Jesus Kristus sang pencipta yang telah
memberikan nafas hidup, hikmat, pengetahuan serta kasih karunia-Nya dan damai
dan
Kedua orang tua peneliti tercinta yang susah payah telah membiayai dan berdoa
untuk kelancaran studi, keberhasilanku di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
Bapakku tercinta Hermanus Snanfi dan Mamaku tercinta Marlina Thesia.
Motto
“Berdoa Dan Meminta Kepada Bapa Jesus Kristus Di Dalam Surga Pada
Waktu Orang Lain Sedang Tidur Nyenyak Di Waktu Malam ”
(Yogyakarta 25 September 2013, Jam 20; 56 WIB).
“Jikalau Kamu Tinggal Di Dalam Aku Dan Firmanku Tinggal Di Dalam Kamu,
Mintalah Apa Saja Yang Kamu Kehendaki, Dan Kamu Akan Menerimanya “
(Johanes 15:7).
iii
iv
PRAKATA
Segala puji hormat dan ucapan syukur peneliti panjatkan kehadirat Bapa Yesus
Kristus Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, berkat dan anugerah-Nya,
Barat)”. Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
kasih atas segenap dukungan kepada semua pihak yang telah membantu, baik selama
proses studi maupun proses penyusunan Tesis ini. Untuk itu, peneliti merasa perlu
2. Bapak Dr. Armaidy Armawi, M.Si. Selaku Pengelola Program Studi Ketahanan
3. Bapak Prof. Dr. Kasto, MA. Selaku Dosen Pengajar Di Prodi Tannas Dan Tim
Penguji Tesis.
4. Bapak Dr. Agus Pramusinto, MDA. Selaku dosen Pembimbing Utama yang
Tesis. Di samping itu suatu hal yang amat berkesan dan membanggakan adalah
iv
v
kapasitas beliau yang tidak hanya sekedar sebagai pembimbing proposal sampai
5. Bapak Drs. Ahmad Zubaidi, M.Si. Selaku dosen pembimbing pendamping yang
saran, bimbingan proposal samapai Tesis dan dorongan kepada peneliti untuk
6. Kakak-Kakakku: Apolos Thesia, SE, Frengki Thesia TNI AD, Benny B. Snanfi,
8. Buat Semua Keluarga Besar Snanfi yang telah membantu baik berupa doa,
9. Buat Semua Keluarga Besar Thesia yang telah membantu baik berupa doa,
10. Sahabat peneliti: Kakak Demianus Snanfi, Kakak Sem Kocu, Kakak Imanuel
Jitmau, Kakak Natalsen Basna, Kakak Alfrida Yamanop, Kakak Susan Salosa,
Gerson Duwith, Rendy Jitmau, Emon Salamuk, Riano Rumbiak your are my best
friends, terima kasih banyak buat kebersamaan dan kekompakannya selama ini.
ini, semoga kritik dan saran dari semua pihak dapat lebih menyempurnakan penulisan
vi
Akhirnya peneliti berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi semua
Ferinandus L. Snanfi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… ii
HALAMAN PERYATAAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… iv
PRAKATA…………………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR/ BAGAN……………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xvi
INTISARI……………………………………………………………………… xvii
ABSTRACT…………………………………………………………………… xviii
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1
1.2 Permasalahan Penelitian…………………………..………….. 5
1.3 Keaslian Penelitian……………………………..…………….. 6
1.4 Tujuan Penelitian……………………………..………………. 7
1.5 Manfaat Penelitian……………………………..…………….. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI………… 9
2.1 Tinjauan Pustaka…………………………………...…………. 9
2.2 Landasan Teori………………………………...……………… 14
2.2.1 Komposisi………………………………………………. 14
2.2.2 Etnisitas………………………….……………………… 14
2.2.3 Birokrasi Pemerintahan ……………………...………… 17
2.2.4 Dampak……………….………………………………… 19
2.2.5 Akses Pelayanan Publik………………………………… 20
2.2.6 Desentralisasi Dan Otonomi Daerah.…………………… 24
vii
viii
ix
x
xi
DAFTAR TABEL
xi
xii
xiii
Tabel 34. Komposisi Pejabat Menurut Etnis Di Distrik Sorong Barat……… 107
Tabel 35. Koposisi Jabatan Menurut Etnis Di Internal Birokrasi Pemerintahan Kota
Sorong…………………………………………………………….. 110
xiv
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
xvi
INTISARI
xvi
xvii
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out (1) ethnicity composition of the
government bureaucracy at Sorong, and (2) the ethnicity effect on public service in
implementing special autonomy, (3) its implication on regional resilience at Sorong
government.
The research method in use is qualitative descriptive. The research is the study
on government bureaucracy at Sorong, West Papua province. The data and facts
collected with observation, in-depth interviews technique and secondary data.
Domination of the Ayamaru tribe/ ethnic creates discrimination in the
bureaucracy and public service at the Sorong local government. The domination
shows the majority of Ayamaru ethnic existence at every SPKD more than other
ethnic. It also shows on the organization structure at every SPKD, where official with
strategic position is of Ayamaru tribe. There is not a significant conflict; however
there is a subtle restlessness especially on other native tribes in Sorong because of the
limit of their tribe representation at the local government. This condition will threat
the regional resilience.
The Sorong local government works smoothly. The conflict is only a light one
which the security able to control. It is easier to control than conflict at other areas in
West Papua province. Therefore the politics and dynasty and discrimination last will
create a bigger conflict. It will be a time bomb from the outside ethnic to the ethnic in
power. The Sorong security stability will be disturbed, which in turn affects the area
and national defense.
xvii
1
BAB I.
PENGANTAR
politik, berfokus pada isu tuntutan Papua merdeka yang dipandang oleh
sebagai akibat tidak adanya solusi yang memadai atas menguatnya konflik politik
(ICS 2003; Pekei, 2003; Karma 2003; Winar, 2005; Solossa, 2003; Hugi, 2010;
Lefaan, 2012; Baho, 2009). Kajian yang dilakukan oleh ICS (2003) menegaskan
1
2
dilakukan oleh Pekei (2003) menegaskan pembangunan dalam rangka Otsus tidak
kesehatan, infrastruktur dan ekonomi. Kajian yang dilakukan oleh Winar (2005)
menegaskan dana otsus tidak efektif di gunakan untuk pendidikan dan perbaikan
gizi masyarakat. Karya ilmiah disertasi yang dilakukan oleh Lefaan (2012)
Karya ilmiah tesis yang dilakukan oleh Baho (2009) menegaskan dampak dana
dilakukan oleh Salossa (2003) menegaskan evaluasi pelaksanaan satu tahun Otsus
dan lain-lain.
Bergulirnya Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua pada tahun 2001 sampai
bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur serta Bupati dan Walikota di Provinsi
Papua harus berasal dari warga keturunan asli Papua. Jabatan Kepala-kepala
kebijakan sistem politik itu, maka menguatnya politik identitas etnisitas di daerah
semakin menguat di Provinsi Papua, semakin menojol peran elite-elite lokal asli
lebih untuk memainkan perannya. Para elite daerah juga lebih leluasa
Acapkali etnisitas dan agama di manfaatkan untuk menjadi senjata yang ampuh
mematikan untuk posisi nilai tawar menciptakan isu sebagai “Kendaran” politik
dalam struktur Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berasal dari salah satu etnisitas
Juga kepala-kepala Dinas esalon I hingga esalon IV kini banyak dipegang oleh
salah satu suku/etnis tertentuh asli Papua yang mendominasi hirarki kekuasaan
birokrasi Pemerintahan Provinsi Papua. Kota Sorong merupakan salah satu Kota
yang terletak di bagian kepala burung atau pintu masuk Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat, yang tidak lepas dari kemajemukan etnisitas. Masyarakat
Kota Sorong adalah masyarakat majemuk dengan etnisitas yang bersifat dinamis
dan terbuka. Budaya-budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kota Sorong sangat
beragam. Kerangaman ini dapat dilihat dari adanya beberapa etnik masyarakat asli
Papua yang telah mendiami sebagian besar Kota Sorong dan dengan lebel nama
Provinsi Papua Barat, jika dinamika kemajemukan sosial-budaya itu tidak dapat
dikelola dengan baik. Hubungan sosial didalam masyarakat juga akan terganggu
baik secara vertikal maupun secara horizontal. Konflik secara vertikal dapat
dilihat dengan adanya saling merebut kekuasaan antara pejabat publik, partai
politik dan adanya perilaku KKN serta perilaku negatif lainnya. Konflik secara
publik salah satu kelompok suku atau mendiskriminasi salah satu suku, secara
tidak langsung tidak merasakan dampak dari kebijakan Pemerintah serta program
otsus itu sendiri. Apa yang dialami oleh masyarakat kalangan bawah ini menjadi
menarik untuk dikaji karena terdapat berbagai macam etnis dengan berbagai
macam latar belakang etnisitas yang berbeda turut serta berperan serta mengisi
akses pelayanan publik selama ini yang terjadi setelah pelaksanaan otonomi
Pemerintahan Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Maka peneliti mengambil judul
maka perumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut ini:
6
Khusus bagi Provinsi Papua pada tahun 2001 sampai dengan sekarang, sudah
Kabupaten, Kota, di Provinsi Papua dengan sudut pandang yang berbeda. Banyak
Otonomi Khusus maupun etnisitas yang dilakukan di wilayah Papua, antar lain:
Lefaan Avelinus (2012), Asri (2009), Maryanah Tebah (2007), Pakei Beni (2003),
Karma Constan (2003), Winar Ditto (2005), dan Baho Yunus (2009).
Otonomi Khusus.
Sorong.
8
Ketahanan Wilayah.
9
BAB II.
pernah dilakukan oleh LIPI, LSM, ICS. Banyak juga individu yang melakukan
yang dilakukan di wilayah Papua, antar lain: Lefaan Avelinus (2012), Asri (2009),
Maryanah Tebah (2007), Pakei Beni (2003), Karma Constan (2003), Winar Ditto
Namun beberapa kajian karya ilmiah tersebut yang cukup terkait dengan
9
10
dan kebijakan otonomi khusus yang telah berjalan selama satu tahun
tanah Papua, kewenangan rakya lebih luas dan tanggung jawab yang
khusus juga merupakan suatu langka awal yang yang positif dalam
dibangun tersebut.
otonomi khusus juga ternyata tidak efektif, karena bagian terbesar dana
Adapun dalam karya ilmiah ini topik pembahasan yang dikaji dalam
karangan agar diperoleh cerita yang indah selaras; integrasi warna, garis, dan
bidang untuk mencapai kesatuan yang harmonis. Komposisi juga bisa diartikan
sebagai susunan/ tata susun dalam suatu kumpulan. Suatu komposisi akan lebih
kuat atau menyatu jika unsur dari susunannya terdiri atas unsur yang sama.
Namun sering juga susunan dari suatu komposisi terdiri atas unsur-unsur yang
berbeda sama sekali, hal semacam ini tentu membuat suatu komposisi sulit
menyatu, kecuali jika ada sisten/ cara yang tepat sehingga unsure-unsur yang ada
justru mampu menyatu untuk saling melengkapi. Komposisi dalam penelitian ini
adalah susunan etnis-etnis yang ada dalam struktur organisasi pada birokrasi
2.2.2 Etnisitas
2.2.1 Etnis
Kata etnik atau etnis berasal dari bahasa Yunani yaitu ethnos, yang menuju
pada pengertian bangsa atau orang. Acapkali ethnos diartikan sebagai setiap
kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat istiadat, bahasa, nilai dan norma
kelompok atau individu yang menyatukan diri dalam kolektivitas, menurut Rex
dalam (Abdilah, 2002:15). Etnik dalam wacana primitif identik dengan suku atau
kelompok suku (tribe) yang terpisah dan terisolir, hidup dihutan atau jauh dari
wacana batas (frontier) kami dan mereka, sebuah makna budaya yang intinya
adalah wacana perbedaan. Seperti peran-peran politik etnis saat ini yang
yang:
praktek hidup yang sama atas suatu nilai dan norma. Misalnya kesamaan agama,
negara, asal, suku bangsa, kebudayaan, bahasa, dan lain-lain yang semuanya
2.2.2 Etnisitas
atau kumpulan orang yang dibentuk dan membentuk dirinya dalam kebersamaan
atau kolektifitas. Lebih menujuk pada kolektifitas dari pada individual, menurut
Rex (Abdilah 2002:75). Etnisitas telah berkembang menjadi salah satu dari
banyak kecendrungan globalisasi pada saat ini maka dari itu kajian tentang
etnisitas menjadi hal yang penting untuk member arah dalam menyikapi persoalan
etnisitas ini.
bahasa, adat istiadat dan atau kepercayaan dibebankan atas setiap anggota yang
dilahirkan dalam kelompok tersebut dan menjadikan serupa dan menjadi serupa
dengan kelompok lain. Karakter yang melekat pada satu kelompok etnis
kekerabatan.
sebagai sebuah unit obyektif yang di dapat diartikan oleh perbedaan sifat budaya
merupakan suatu aspek yang sekarang ini menjadi aspek yang penting dalam
pembedaan atas klaim terhadap dasar asal usul dan karakteristik budaya. Jika
tidak ada pembedaan anatara “ orang dalam” dan “ orang luar”, tidak aka nada
sedikit telah menjadi hubungan atau kontak dengan etnis yang lain dan masing-
masing menerima gagasan dan ide-ide perbadaan diantara mereka, karena etnisitas
pada hakekatnya adalah sebuah aspek hubungan. Hubungan relasi tersebut tidak
kelompok etnis merupakan bagian dari relasi tersebut. Di masa yang akan datang
pemerintahan akan ditata sebagai organisasi yang “ lega rasional”, yang ditandai
Konsep birokrasi ala Weber yang terlalu kaku tersebut, untuk saat ini jelas tidak
birokrasi Weber tidak akan popular lagi pada masyarakat saat ini”. ketidak
sesuaian itu antara lain terletak pada kekakuan struktur birokrasi dan aturan, serta
Terlebih lagi jika dikaitkan dengan tradisi atau kebiasaan masyarakat Indonesia
yang sering-kali lebih besar, maka sifat dan ciri organisasi yang kaku tidak dapat
dipertahankan lagi.
baik, transparan, bersih, dan berwibawa. Pendapat itu disumpulkan pula oleh
Wilson dalam Mifta (2002:15), bahwa administrasi publik dapat diartikan sebagai
19
kepentingan masyarakkat.
atau aktivitas yang terjadi secara alami maupun buatan manusia. Aktivitas
tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisika, maupun biologi (Anwar
1993:123).
konsekuensi yang timbul dari adanya suatu aktivitas atau kegiatan oleh manusia
terbagi menjadi dua macam, yaitu: (1) akibat yang menyebabkan peningkatan atau
kemajuan kualitas hidup manusia atau disebut sebagai dampak posistif dan (2)
kesejahtaraan manusia dan kondisi lingkungan menjadi lebih baik, pengaruh dan
dukung alam yang berarti akan mengurangi kemampuan alam untuk mendukung
menurunkan kualitas hidup manusia itu sendiri, sehingga perlu dicarikan suatu
2.2.5.1 Akses
Kata akses merupakan kata serapan dari bahasa Inggris access yang
kata serapan dari bahasa Inggris accessibility yang diterjemahkan menjadi hal
dapat masuk, hal mudah dicapai (Echols dan Shadily: 1995:5). Sedangkan
menurut Al Barny (1994), secara etimologi kata akses berarti jalan masuk atau
terusan.
dan Andersen (1975) dalam, Hartono (1999:5) untuk studi tentang akses terhadap
baik pembiasan yang bersifat struktural maupun pembiasan yang bersifat spasial,
pelayanan tersebut.
tiap desa, jenis pekerjaan nasabah, tingkat pendapatan nasabah, dan nilai kredit
baik.
22
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
(Mote, 2008:20).
dapat melepaskan diri dari masalah penilaian tentang baik dan buruk sebuah
memanipulasi orang lain, pembagian yang tidak adil, dan sengaja melakukan
tindakan yang merugikan orang lain termasuk kategori tindakan yang dinilai
buruk secara moral. Sebaliknya, tindakan yang adil, melindungi orang lain,
partisipatif adalah tindakan yang dinilai baik secara moral. Penilain terhadap baik
norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok orang dalam
mengatur tingkah lakunya seperti etika agama pada umumnya. Kedua, sebagai
kumpulan asas atau nilai moral yang disebut dengan kode etik, misalnya etika
23
rumah sakit Indonesia, etika jurnalistik, etika kedokteran, etika bisnis. Etika
sebagai kode etik erat kaitanya dengan etika profesi. Ketiga, sebagai ilmu tentang
masalah baik dan buruk. Di sini, etika sama dengan filsafat yakni filsafat moral.
maupun untuk pelaksanaan peraturan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjatmo
(1997;132),
Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka pemenuhan
undangan.
dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar,
tepat, lengkap, wajar dan terjangkau. Oleh karena itu maka setiap pelayanan
publik harus mengandung unsur: pertama, hak dan kewajiban bagi pemberi
undangan yang berlaku dengan tetap berpegang pada efesiensi dan efektifitas.
Kedua, mutu proses dan hasil pelayanan publik harus diupayakan agar dapat
2.2.6.1 Desentralisasi
Perwujudkan sistem tersebut mengacu pada pasal UUD 1945 Bab VI, pasal 18
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten, dan kota itu mempunyai
Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eeheidstaat, maka Indonesia tak
akan mempunyai daerah dalam lingkungan yang bersifat staat juga. Bagian lain
dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945 dikatakan: daerah Indonesia akan dibagi
pula dalam daerah-daerah yang lebih kecil. Dari ketentuan pasal 18 tersebut dapat
ditarik kesimpulan:
undang;
25
atas setiap masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Selain itu,
oleh negara. Mengenai alasan-alasan ini, Joseph Riwu Kaho (1991) menyatakan
sebagai berikut:
26
pemerintah yang lebih tinggi kepada daerah bawahannya untuk dapat mengatur
mengenai otonomi daerah tidak bisa lepas dari asas desentralisasi adalah prinsip
pembelahan wilayah satu negara ke wilayah yang lebih kecil, dan di wilayah-
wilayah itu dibentuk institusi politik dan institusi administrasi untuk melayani
kebutuhan orang atau masyarakat secepat, sedekat, dan setepat mungkin. Untuk
ayat (5) “ Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi
Indonesia.
Salah satu visi otonomi daerah menurut Rasyid (2007: 173-174) yakni di
bidang politik karena otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan
ruang bagi lahirnya kepala daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan
terjadinya distorsi dalam implementasi, yaitu bahwa otonomi daerah ternya hanya
masyarakat lokal, dan otonomi daerah sebagai hak masyarakat tidak dapat dicabut
oleh pemerintah pusat. Dalam kaitan ini otoritas pemerintah pusat hanya terbatas
pada penyerahan dan pengatur wewenang yang sudah ada pada daerah melalui
berbagai bentuk kebijakan yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak
adalah sebuah daerah yang penting dalam kajian pemerintah daerah di Indonesia.
Secara umum asimetris Papua dilatar belakangi oleh tiga faktor: (1) tantangan
krusial di Papua.
politik, pertarungan capital dan menyediaan keamanan yang tak kujung selesai. Di
masa lalu menciptakan dilemma problem of plenty, yang saat ini berusaha untuk
diatasi dalam skema otonomi yang berbeda. Berikut adalah kondisi eksistensi di
Papua yang menjadi latar belakang argument perlunya diterapkan sebuah sistem
dikarenakan yaitu:
untuk menata massa depan Papua yang lebih baik dalam kerangka otonomi
khusus, di antaranya:
khusus Papua.
perlu segera mendapat tinjauan agar berbagai aspek kekhususan otonomi dapat
2010:41-57).
Indonesia.
masyarakat; dan
dijelaskan bahwa Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi
dengan Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan
masyarakat Papua.
32
Kemudian orang Asli Papua adalah orang yang berasal dari rumpun ras
Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua dan/atau orang yang
diterima dan diakui sebagai orang Asli Papua oleh masyarakat adat Papua.
orang yang menurut ketentuan yang berlaku terdaftar dan bertempat tinggal di
perundang-undangan.
memberikan sebangan bagi setiap ancaman, baik yang datang dari dalam maupun
dari luar. Ketahanan nasional harus diawali oleh ketahanan wilayah, artinya
mengungkap lebih jauh apa yang terkandung di dalam keuletan dan ketangguhan
bahwa ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis bangsa Indonesia yang
33
segalah ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
pada hakikatnya adalah kekuatan nasional dalam arti luas. Dengan demikian,
deonografi, sumber daya alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan militir. Sama
tetapi didudukng juga oleh kemampuan sistem sejata sosial yang dikembangkan
secara azasi konseptual. Modal sistem hamkam tersebut harus dirumuskan dan
disusun bersumberkan pada falsafat hidup bangsa dan negara. Untuk dapat
lokal yang sering menjadi pemicu kecemburuan sosial (konflik), dengan kata lain
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh
aspek kehidupan secara utuh menyeluruh dan terpadu berdasasrkan Pancasila dan
demi kelangsungan hidup dan berdasarkan apresiasi kondisi riil suatu wilayah
serta hakikat tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang akan dihadapi
1. Aspek Ideologi
2011: 90-91).
2. Aspek Politik
Politik dalam arti kebijakan merupakan suatu proses alokasi sistem nilai
dan norma kehidupan bernegara yang diyakini benar oleh suatu bangsa,
yang dilakukan oleh suatu institusi yang berwenang, agar menjadi pedoman
3. Aspek Ekonomi
mencukupi kebutuhan hidup lahir dan batin. Dalam ilmu ekonomi disebut
proses pengadaan, permintaan dan distribusi barang dan jasa. Oleh karena
kekuasaan dan kebijakan yang akan ditempuh oleh suatu bangsa dalam
cipta, rasa dan karsa. Dengan kemampuan jiwanya tersebut manusia dalam
atau sering juga disebut dengan cita-cita luhur, pola perbuatan atau karya
terstruktur dalam norma, serta hasil konkrit berupa barang atau tindakan
(Armawi, 2011:93-94).
bangsa dengan kata lain, kondisi pertahanan dan keamanan yang baik,
itu saling berhubungan satu sama lain. Gatra yang satu memerlukan dan
lainnya. Adanya hubungan yang erat antara gatra yang satu dengan gatra
yang lainnya di dalam komponen strategi atas gatra, disebut dengan istilah
moment Otonomi Khusus/ Otsus, yang kemudian juga diwarnai dengan isu
etnisitas yang ada di birokrasi. Untuk membuktikan ada atau tidaknya dominasi
etnis, perlu dikaji komposisi etnis dalam struktur organisasi Pemerintahan Kota
Kemudian muncul 2 indikator, jika memang ada dominasi hal ini akan menjadi
pemicu konflik, jika tidak tentu kalaupun ada konflik berarti bukan karena
etnisitas di birokrasi. Dan jika ada konflik yang ditimbulkan hal ini tentu akan
BAB III.
METODE PENELITIAN
wilayah, maka jenis penelitian yang digunakan oleh Peneliti adalah penelitian
untuk mengukur secara cermat fenomena sosial tertentu. Tujuan dari penelitian
status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan
39
40
untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di
masyarakat.
yang lain. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan
gambar.
prosedur kualitatif pada umumnya dipakai dalam penelitian ilmu sosial yang
berusaha melakukan deskripsi interpretasi akan makna dari gejala yang terjadi
dalam konteks sosial, selain itu metode penelitian ini dipilih karena memberikan
tersebut karena Kota Sorong yang merupakan daerah yang sangat majemuk dari
budaya, agama, etnis asli Papua dan etnis non asli Papua yang ada didalam tubuh
Birokrasi Pemeritahan Kota Sorong dan mendiami Kota Sorong sudah bertahun-
tahun. Kota Sorong juga terkenal dengan motto Kota Bersama, pusat berdangan,
pintuh masuk kedua Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat dan daerah Kota
41
dan bagaimana ketahanan wilayah di Kota Sorong tentu menjadi judul baghasan
1. Komposisi
dapat dilihat besar prosentase/ dominasi etnis satu dengan etnis yang
2. Etnisitas
3. Birokrasi Pemerintahan
6. Ketahanan Wilayah
purposive sample Arikunto (1998: 117). Menurut Sugiyono (2007: 68), yaitu
sample yang dilakukan dengan tujuan mengambil subjek bukan didasarkan atas
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas keahlian dan tujuan tertentu.
pertimbangan waktu, biaya dan tenaga. Sampel adalah sebagian dari populasi
karena ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia harus memiliki ciri-ciri yang
dimiliki oleh populasinya. Apakah suatu sampel merupakan reprentasi yang baik
bagi populasinya sangat tergantung pada sejauh mana karekteristik sampel itu
informan.
sebanyak 6 informan.
perilaku atau tindakan nara sumber (kunci dan gulirannya). Berdasarkan sumber
data dan jenis data maka, untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan sumber data yaitu data primer dan data sekunder yang dijelaskan
SKPD. Persepsi lembaga masyarakat adat dari suku asli Moy sebanyak
Papua selain suku asli Moy maupun Ayamaru yang mendiami Kota
Penggunaan teknik pengumpulan data yang benar dapat memenuhi strandar yang
wilayah, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tahap
a. Observasi
sekedar mencatat apa saja yang peneliti dapat saksikan pada saat
b. Wawancara Mendalam
c. Data Sekunder
sudah jadi yang sudah ada dalam suatu instansi atau lembaga
Analisis Data Kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang
menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan
Terdapat 3 hal utama dalam penelitian, yakni reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan /verifikasi menjadi sesuatu yang saling terjalin pada
saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data pada bentuk yang sejajar
sebagai berikut:
berikut:
Penarikan/Verifikasi
jenis data, interpretasi data, penyimpulan terhadap hasil interpretasi tersebut dapat
diketahui penelitian yang dilakukan apakah benar ada isu-isu terjadi etnisitas
BAB IV.
Kota Sorong merupakan salah satu Kota di Provinsi Papua Barat, yang
masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nama Sorong berasal
dari kata soren. Dalam bahasa Biak Numfor, soren berarti laut yang dalam dan
bergelombang. Kata soren dipergunakan pertama kali oleh Suku Biak Numfor
saat berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari suatu pulau ke
pulau lain hingga tiba dan menetap di kepulauan Raja Amapat. Suku Biak Numfor
inilah yang akhirnya memberi nama “Daratan Maladum” dengan sebutan soren
yang kemudian dilafalkan oleh para pedangang Tionghoa Misionaris clad Eropa,
Kota Sorong dikenal dengan istilah Kota Minyak sejak masuknya para
surveyor minyak bumi dari Belanda pada tahun 1908. Atribut peninggalan sejarah
Kota Sorong sebagai salah satu Kota yang terkenal dengan sejarah target
sejarah bekas perusahan minyak milik Belanda. Sejak tahun 1945, sebelum
Kepulauan Indonesia, maka Kota Sorong pada sekitar tahun 1935 dibuka sebagai
51
52
Setelah penyerahan Irian Barat yang sekarang Provinsi Papua dan Papua Barat,
Kota.
Otonom ini tidak ada perubahan dalam pembagian wilayah dan keadaan sampai
daerah Otonom sebagai Kota Sorong. Kemudian pada Tanggal 12 Oktober 1999,
dan selanjutnya secara resmi Kota Sorong terpisah dari Kabupaten Sorong pada
Tanggal 26 Februari 2000. Dan kini Kota Sorong dipimpin oleh Walikota yaitu
Drs. Lamber Jitmau, M.M. Dari sejarah pemerintahan Sorong juga menciptakan
kepemimpinanya juga cukup menarik untuk dikaji, karena dari Sorong sebagai
Yang pertama Drs. Wanane selama 2 (dua) periode saat Sorong menjadi
Kabupaten, kedua Drs. JA. Jumame selama 2 periode saat Sorong kemudian
Walikota Sorong kedua dari 2010 sampai sekarang. Sejarah kepemimpinan yang
seperti ini, membuat salah satu suku yakni Ayamaru, memiliki kesempatan yang
54
lebih untuk mendominasi birokrasi. Hal ini mengingat, masyarakat Sorong masih
tergolong masyarakat tradisional yang menjunjung tinggi suku dan etnis, sehingga
masuk Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat dan Kota persinggahan. Kota Sorong
juga merupakan Kota Industri, perdagangan dan jasa, karena Kota Sorong
sangat potensial, sehingga membuka peluang bagi dalam maupun luar negeri
untuk menanamkan modalnya. Maka tidak heran jika Sorong menjadi acuan
Papua Barat. Potensi yang ada ini tentu harus diimbangi dengan pengelolaan
memiliki tujuan dalam pemerintahannya yang tertuang dalam Visi dan Misi
sebagai berikut:
4.1.1Visi
mencintai.
4.1.2 Misi
Dari misi diatas terdapat beberapa uraian yang menjadi penjelasan ketiga
adalah;
masyarakat.
bermotor.
masyarakat.
dinamisasi. Diharapkan warga Kota Sorong tidak ada yang merasa unggul
sehingga seakan acuh dan tidak peduli terhadap golongan, ras, suku maupun
mulai dari pemerintah sampai golongan atau suku-suku yang ada sebagai anggota
kabupaten atau kota di Provinsi Papua Barat, karena Kota Sorong berada pada
posisi paling barat dan merupakan pintu masuk dari wilayah Indonesia bagian
Barat ke Provinsi Papua Barat. Selain itu Kota Sorong juga merupakan kota
arah selatan yakni ke kota atau kabupaten lain serta ke Ibu Kota Provinsi Papua
Barat, yang terletak paling ujung disebelah timur Provinsi Papua Barat. Letak
Kota Sorong. Hal ini menyebabkan Kota Sorong lebih maju dari pada kota
letaknya ada pada bagian paling barat dalam Provinsi Papua Barat. Secara
geografis, Kota Sorong berada pada posisi koordinat 131° - 51' Bujur Timur dan
0° - 54' Lintang Selatan. Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari
permukaan laut.
Kota Sorong memiliki luas wilayah 1.105 km², atau sekitar 1,13% dari
total luas wilayah Papua Barat. Memiliki 6 (Enam) Distrik dan 31 (Tiga Puluh
Satu) Kelurahan. Untuk mengetahui luas Kota Sorong, berdasarkan luas distrik
5.Sorong 200,10
Kepulauan 1.Dum Barat 45,10
2.Dum Timur 50,50
3.Soop 54,48
4.Raam 50,02
6.Sorong Manoi 135,97
1. Malawei 26,73
2. Remu Selatan 31,25
3. Klaligi 20,02
4. Malabutor 26,72
5. Klasabi 31,25
Jumlah 6 31 1.105 Km2
Sumber: Data Pemerintah Kota Sorong Provinsi Papua Barat.
1999 Tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya
Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota
Dampir
4.2.4 Topografis
lereng, bukit-bukit dan sebagian adalah dataran rendah, sebelah timur di kelilingi
hutan lebat yang merupakan hutan lindung dan hutan wisata. Untuk keadaan
geologi Kota Sorong terdapat hamparan galian golongan C seperti batu gunung,
batu kaIi, sirtu, pasir, tanah urug dan kerikil. Sedangkan jenis tanah yang terdapat
di Kota Sorong adalah tanah latosal putih yang terdapat di pinggiran pantai
Tanjung Kasuari dan tanah fudsolik merah kuning yang terdapat dihamparan
Keadaan permukaan Kota Sorong yang terdiri dari gunung, buki-bukit dan
dataran yang rendah yang ditandai dengan jurang, dan wilayah ini dialiri sungai-
sungai sedang, kecil seperti sungai Rufei, sungai Klabala, sungai Duyung, sungai
Remu, sungai Klagison, sungai Klawiki, sungai Klasaman dan sungai Klabtin.
tahun 2010 tidak banyak bervariasi. Berdasarkan catatan Badan Metereologi dan
Geofisika, Kota sorong yang ada pada ketinggian 3 m di atas permukaan Laut,
memiliki suhu udara minimum sekitar 24,23° C, dan suhu udara maksimum
sekitar 31,23° C . Curah hujan tercatat 3.127,10 mm. Curah hujan relatif merata
sepanjang tahun 2011. Tidak terdapat bulan tanpa hujan. Jumlah hari hujan setiap
bulan antara 12 – 27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat 85,00%. Dari iklim
yang ada di Kota Sorong menunjang perkembangan wisata yang ada di kota ini.
61
4.2.6 Ekonomi
industri dan perdagangan, hotel dan restaurant merupakan dua sektor yang
industri menyumbangkan sekitar 24. 95% terhadap total produk domestik regional
bruto dan 20, 49 disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restaurant.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Sorong pada tahun 2011 adalah 7, 38%
dengan laju pertumbuhan tersebut produk domestk regional bruto perkapital Kota
Sorong berturut-turut Rp. 3. 350, 276, 03 dan Rp. 3. 819. 598, 39 atau naik 14. 01.
Jika dilihat dari sektor pendapatan daerah, maka pada tahun 2012 telah
Kota Sorong yang diterima sebesar Rp. 57. 054. 054. 864. 430 atau Rp. 30. 951.
825. 430 (21%), melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 36. 103.
039. Hal ini disebabkan program intensifikasi dan ekstensifikasi PAD berhasil.
tahun 3 mengalami peningkatan dari target awal yang ditentukan sampai dengan
retribusi yaitu pajak daerah retribusi daerah, laba badan usaha milikdaerah dan
pendapatan lain-lain sebesar 153. 96% atau jumlah keseluruhan sebesar Rp.
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP), dan ditambah
dengan pos dana perimbangan Dana Alokasi Umum (DAU), pos dana alokasi
62
khusus pos dana otonomi khusus dan bantuan Pemerintah Papua adalah sebesar
Sorong, dapat dilihat dalam PADS tahun 2013 dalam tabel berikut:
Sumber: Data Dinas Pendapatan Daerah Kota Sorong Provinsi Papua Barat.
Kota Sorong didominasi penduduk usia muda dengan prosentase yang lebih besar
dari pada kelompok usia tua. Pada kelompok 0-4 tahun tercatat 16.65% sedangkan
Kota Sorong (Angka Sementara) adalah 190.341 jiwa, yang terdiri atas 99.898
laki-laki dan 90.446 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut, jumlah penduduk
terbanyak berada di Distrik Sorong Utara dengan jumlah penduduk 44.774 jiwa
dan jumlah penduduk terkecil berada di Distrik Sorong Kepulauan dengan Jumlah
Sex Ratio penduduk Kota Sorong hasil SP 2010 adalah sebesar 110,45
persen. Sex Ratio terbesar terdapat di Distrik Sorong Timur yakni sebesar 114,97
dan yang terkecil terdapat di Distrik Sorong Kepulauan sebesar 107,17 yang
Tabel 4. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Distrik dan Sex Ratio Tahun
2010.
Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
di Kota Sorong sebanyak 190.341 jiwa. Dengan jumlah penduduk hasil SP 2000
sebesar 96.596 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk di Kota Sorong adalah
sebesar 7,02 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk ini tergolong tinggi bila
penduduk per Distrik maka Distrik Sorong Timur adalah Distrik yang memiliki
laju pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 14,07 persen, sedangkan yang terendah
Luas wilayah 1.105 km² yang didiami pendudk 190.341 jiwa, maka rata-
rata tingkat kepadatan penduduk Kota Sorong adalah sebesar 172 jiwa/km².
Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Distrik Sorong Manoi
yakni sebesar 313 jiwa/km², sedangkan yang paling terendah berada di Distrik
Kota Sorong yang teridentifikasi dilihat dari penduduk dengan luas daerah yang
rumah tangga. Dengan jumlah penduduk 190.341 jiwa, maka banyaknya jiwa
dalam satu rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar 4,49 orang. Rata-rata
anggota rumah tangga yang tertinggi di wilayah Kota Sorong ada di Distrik
Sorong Kepulauan dengan nilai 5,37 orang dan yang terendah ada di Distrik
adalah 38.716 bangunan dan jumlah bangunan campuran adalah sebanyak 4.092
bangunan.
tingkat hunian di Kota Sorong sebesar 4,15 jiwa per bangunan. Rata -rata tingkat
67
hunian yang tertinggi adalah di Distrik Sorong Kepulauan yakni sebesar 4,93 jiwa
pembangunan dan yang terendah berada di wilayah Distrik Sorong Timur yaitu
suku, baik suku asli Papua (Moi, Aifat, Aitinyo, Ayamaru, teminabuan dll)
serta suku pendatang (Maluku, Batak, Jawa, Makassar, Bugis, Buton, dll)
dengan presentase 60% penduduk asli dan 40% pendatang, yang di lihat dari
Papua dan Provinsi Papua Barat, yang sangat potensial sebagai daerah wisata.
Disamping itu Kota Sorong juga sebagai kota industri. Perdagangan dan jasa
keunikan Kota Sorong yang memiliki water front view atau kota dengan
kepulauan Raja Ampat serta fasilitas jasa pelayanan umum yang cukup lengkap
pengalaman baru serta barwisata ke Kota Sorong yang terkenal dengan NNGM
(Nederlands Guinea Petrolim Matschcapeij) atau Kota yang penuh dengan sisa-
pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir putihnya, pulau, Raam, pulau Soop
dan pulau Doom yang terkenal dengan pantainya yang indah juga pulau-pulau
Dafoir yang terdapat tugu selamat datang di Kota Sorong. Dengan menggunakan
bahasa Moi (Suku asli di Kota Sorong) yang ramah dan bersahabat menyambut
pengunjung yang datang di Kota Sorong. Juga tembok Dofior yang terkenal
Kota Sorong memiliki prospek dan peluang amat besar dalam memacuh
pengukuran atas nilai tambah yang dihasilkan akibat adanya berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah. Data produk Domestik Regional Brato (PDRB)
daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Nilai nominal produk
domestik regional bruto Kota Sorong pada tahun 2010 sebesar 665, 16 milyar
Kependudukan.
69
pendidikan mempunyai peran yang sangat krusial. Salah satu masalah yang bisa
adanya peningkatan partisipasi pada semua jenjang pendidikan jumlah yang terus
ditingkatkan dan peningkatan mutu yang terus menerus dilakukan mulai penataran
guru, penyetaraan Diploma II, penyediaan buku alat peraga dan alat keterampilan.
sekolah dikota Sorong pada 2005/2006, sebanyak 144 gedung sekolah yang
terdiri dari 22 TK, 600 SD, 22 SLTP, 16 SLTA Umum, 6 SLTA Kejuruhan dan
100 Guru dengan 1.614 (satu juta enam ratus ribu empat belas) adalah bertambah.
dapat dilihat dari beban kerja Guru turun dari 30 murid per satu Guru pada tahun
ajaran 3011/2012 menjadi 24 murid per satu Guru. Begitu juga terjadi pada Guru
SLTP dan SLTA kejuruan maupun umum, jumlah Perguruan Tinggi dikota
perguruan tinggi swasta. Jumlah tenaga pengajar/Dosen sebanyak 351 orang yang
terdiri dari 118 Dosen tetap dan 233 Dosen tidak tetap, jumlah Mahasiswa
70
sebanyak 4.396 orang. Sedangkan banyaknya sekolah mulai dari TK, SD, SLTP
sampai SLTA dirinci dan distrik tahun 2013, sesuai tabel di bawah ini:
Sorong Barat 6 19 5 - 3 1
Sorong Timur 12 20 7 - 2 2
Sorong 32 68 22 - 16 6
Kepulauan
Sorong Utara 5 6 1 - - -
Sorong Manoi 4 5 2 - 2 1
yang lebih banyak yakni 144 sekolah. Hal ini karena letak geografis yang sulit
Utara dan Sorong Manoi Barat memiliki jumlah sekolah yang paling sedikit dari
keempat distrik yang ada, yakni 12 dan 14 sekolah. Sorong Barat 34 Sekolah.
Sorong dan Sorong Timur memiliki jumlah yang hampir sama yakni 40 dan 43
Sekolah. Sedangkan banyaknya SD, Guru, dan ratio murid menurut distrik pada
Tabel 7. Jumlah SD, Guru, Murid dan Ratio Murid menurut Distrik Tahun
2013.
Distrik SD Guru Murid Ratio Murid Terhadap
Sekolah Guru
Sorong Barat 19 241 5.005 263,42 12,68
Sorong Timur 20 264 6.621 331,05 13,2
Sorong 23 339 8.249 350,65 14,74
Sorong 6 51 1.342 223,67 8,5
Kepulauan
Sorong Utara 6 158 1.231 262,42 12,69
Sorong Manoi 5 129 1.128 330,05 13,1
Jumlah 79 1.182 23.576 904,48 26,28
Sumber: Data Dinas P dan P Kota Sorong Provinsi Papua Barat.
Pada tabel 6 (enam) banyaknya SD, guru, murid dan ratio murid menurut
distrik di atas menerangkan bahwa di Sorong Barat di setiap Sekolah Dasar (SD)
menampung rata-rata 263 siswa yang dididik oleh 13 guru tiap sekolah. Di Sorong
Timur 331 siswa dididik oleh 13 guru. Di Sorong 359 siswa dididik oleh 15
guru. Dan di Sorong Kepulauan setiap Sekolah Dasar (SD) rata-rata menampung
224 siswa yang dididik oleh 9 guru. Sorong Utara 262 siswa dididik 13 guru tiap
jumlah sekolah dan murid yang ada, hal ini tentu perlu perhatian yang lebih bagi
pemerintah untuk meratakan akses layanan publik dalam hal ini pendidikan,
karena dengan pendidikan akan menentukan generasi penerus di Kota Sorong. Hal
Kota Sorong.
72
Tabel 8. Jumlah SLTP, Guru dan Ratio Murid Menurut Distrik Tahun 2013.
Barat setiap Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) menampung 337 siswa
yang dididik oleh 22 guru. Di Sorong Timur Setiap sekolah menampung rata-rata
308 siswa dididik 21 guru. Di Sorong setiap sekolah menampung sekitar 622
yang dididik oleh 25 guru. Di Sorong Kepulauan Satu sekolah menampung 141
dengan dididik oleh 11 guru. Sorong Utara setiap sekolah menampung sekitar
306 yang dididik oleh 20 guru dan Sorong manoi setiap sekolah menampung
dengan harapan daerah terpencil mampu bersaing atau minimal sejajar dengan
daerah lain.
73
Tabel 9. Jumlah SLTA, Guru dan Ratio Murid Menurut Distrik Tahun 2013.
SLTA menampung rata-rata 452 siswa yang dididik sekitar 28 guru. Di Sorong
Timur setiap sekolah menampung 576 siswa yang dididik oleh sekitar 27 guru. Di
Sorong tiap sekolah menampung 343 siswa dan dididik oleh 23 guru. Di Sorong
Kepulauan tiap SLTA menampung 75 siswa dengan dididik oleh 11 guru. Sorong
Utara belum dibangun SLTA dan Sorong Manoi Setiap SLTA menampung rata-
rata 232 siswa yang dididik sekitar 28 guru. Dari data-data jumlah pendidik dan
pendidik dan sarana pendidikan di Kota Sorong masih tergolong kurang memadai.
merata.
74
Kota Sorong adalah Kota yang penuh dengan kemajemukan antara umat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berjalan secara harmonis yang
tercermin dari semakin meningkat kerukunan hidup umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di Kota Sorong agama yang ada
Katolik 18.989 orang, Islam 73.297 orang, Hindu 350, Budha 1.294 dari total
jumlah pemeluk agama yang terdaftar 162.410 orang. Dari beberapa distrik di
Kota Sorong, penyebaran pemeluk agama cukup merata, dan agama yang
dominan adalah agama Kristen Protestan dan Islam, sesuai data berikut:
Tabel 10. Jumlah Pemeluk Agama Dari Beberapa Sampel (Distrik) Menurut
Sesuai tabel di atas bisa dibuat prosentase pemeluk agama di Kota Sorong,
dari 162.410 penduduk yang terdata; pemeluk agama Kristen Protestan 42.16%
atau sebanyak 68.480 orang, Katolik 11.69% sebanyak 18.989 orang, Islam
45.13% atau 73.297, Budha 0,80% sebanyak 1.294 orang dan Hindu 0,21%
sebanyak 350 orang, dengan jumlah seluruh pemeluk agama yang teridentifikasi
yang berjumlah 73.297 orang yang selisih 2.97 % dengan pemeluk agama Kristen
yang berjumlah 68.480 orang. Dari hasil persentase pemeluk agama di atas,
Tabel 11. Jumlah Tempat Peribadatan Di Setiap Distrik Pada Tahun 2013.
puluh tujuh) gereja dan 69 (enam puluh sembilan) bangunan Masjid. Hal ini
Tabel 12. Jumlah Rumah sakit Pemerintah dan Swasta Menurut Kapasitas,
Tempat Tidur dan Distrik Tahun 2013.
Distrik Pemerintah Swasta Jumlah
RS T. Tidur RS T. Tidur RS T. Tidur
Sorong Barat - - - - - -
Sorong Timur 1 50 - - 1 50
Sorong - - - - - -
Sorong Kepulauan - - 6 222 - 222
Sorong Utara - - - - - -
Sorong Manoi - - - - - -
Jumlah 1 50 6 222 1 272
Sumber: Data Dinas Kesehatan Kota Sorong Provinsi Papua Barat.
Sorong masih sangat terbatas. Rumah sakit milik pemerintah hanya ada di distrik
Sorong Timur yang hanya berjumlah 1 yang memiliki 50 tempat tidur. Dan
Rumah sakit swasta yang ada di Kota Sorong ada di distrik Sorong Kepulauan
dengan jumlah 6 rumah sakit yang memiliki 222 tempat tidur. Fasilitas yang lain
di Kota Sorong bukan hanya Rumah Sakit, di Sana juga ada puskesmas keliling
Sorong Barat 7 sarana, Sorong Timur 8 sarana, Sorong 9 sarana dan Sorong
Hal yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Kota adalah di Sorong
layanan publik yang kali ini berupa kesehatan masih kurang dibanding beberapa
nampaknya juga perlu ditingkatkan. Ada beberapa distrik yang tidak memiliki
Di Kota Sorong terdapat dokter dengan jumlah total 38 orang yang tersebar di
beberapa distrik Sorong Timur dan Sorong, dengan rincian sebagai berikut:
dan prasarana kesehatan yang ada di Kota Sorong cukup memadai. Sedangkan
untuk tenaga kesehatan atau paramedis secara keseluruhan. Yang ada di rumah
sakit berjumlah 354 orang. Bisa di lihat pada tabel di bawah ini:
Barat lainya. Melimpahnya Sumber Daya baik alam maupun manuasia tentu
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat maupun pendatang untuk
mampu berkembang atau dengan kata lain Kota yang memiliki harapan hidup. Hal
penduduknya baik dari agama maupun etnis juga menggambarkan kemajuan Kota
ada di Kota Sorong, juga ditunjang dengan sarana dan prasarana yang cukup
memadai dalam kelas wilayah terpencil, contohnya dari sektor kebutuhan dasar
pengajar, sedangkan dari sektor kesehatan juga dalam data yang ada sudah
disayangkan dalam hal pelayanan publik dari data yang ada nampaknya perlu
bisa terwujud.
81
BAB V.
Sebagai Kota yang memiliki potensi untuk maju/ memiliki harapan hidup
yang cukup tinggi dengan sumber daya yang ada, Kota Sorong dihuni bukan
hanya masyarakat asli namun juga banyak pendatang dari luar kota bahkan luar
pulau yang juga menggantungkan hidupnya di Kota ini. Maka tak heran, akhirnya
tercipta multikulturalisme yang juga memberikan kesan Kota Sorong dihuni oleh
berbagai macam etnis. Kesan tersebut memang benar karena enis-etnis yang ada
di Kota Sorong, secara umum didalamnya terdapat penduduk asli Papua maupun
tentang data yang valid etnis di Kota Sorong. Sehingga jumlah yang pasti tentang
berapa banyaknya etnis-etnis asli Papua maupun non Papua di Kota Sorong tidak
dapat disajikan secara lengkap. Untuk dapat mengetahui gambaran umum etnis-
etnis yang tinggal di Kota Sorong berdasarkan suku bangsa, di Kota Sorong dapat
etnis atau suku sangat berperan dalam semua lini kehidupan. Maka tidak heran di
etnis, suku, marga, kampung atau saudara masih begitu terasa. Dalam Pemerintah
Kota Sorong etnisitas ternyata disinyalir juga mempengaruhi sendi Birokrasi yang
ada. Keterkaitan antara etnisitas dengan birokrasi yang merupakan bagian dari
masyarakat.
Kota Sorong
Untuk bisa membuktikan ada atau tidaknya pengaruh etnisitas ini terhadap
dengan struktur organisasi yang jelas sesuai intruksi pemerintah pusat serta telah
Walikota Sorong:
Drs. Ec.Lambert Jitmau, MM
Wakil walikota:
dr. Pahima Islander
SEKDA
dr. H. E. Sihombing, MM
Asisten Adm.
Asisten Pemerintahan Asisten Administrasi Umum
Pereko, Pemba dan
Umum Dra. Welly Sagrim Kesejahteraan
Drs. Markus Ike Abubakar
Alhamid, S.Sos
asli Sorong maupun luar Kota Sorong dari berbagai etnis, sesuai tabel berikut:
yang menjabat adalah etnis Ayamaru. Dari 10 (sepuluh) jabatan struktural 3 (tiga)
Etnis lainya meliputi: Makassar sebanyak 2 (dua) orang, dan Batak, Raja Ampat,
Ja
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis Nama bat Esalon
ruang
an
Sekretariat Daerah Kota Sorong terdiri dari pegawai eselon tingkat IV.b
sampai II.a. Dengan Golongan/ Ruang dari tingkat IV/b sampai III/c. Dalam tabel
17 di atas terlihat dari 12 (dua belas) orang yang menduduki jabatan di Sekretariat
terdapat dalam struktur organisasi sebanyak 6 (enam) orang, Etnis Raja Ampat 1
(satu) orang, Etnis Biak 1 (satu) orang, Etnis lainya Jawa 2 (dua) orang dan Batak
tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli
Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris dewan, yang secara teknis operasional
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara
penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD. Pada
merangkap sebagai Kepala Bagian Umum Sekretariat DPRD. Etnis lain yang ada
yakni Ambon dan Makassar masing-masing 1 (satu) orang, sesuai tabel berikut:
Etnis
Gol/
Nama Jabatan Esalon
ruang
Ayamaru Lain-Lain
Ayamaru berjulah 1 (satu) orang yaitu Drs. Dance Way selaku sekretaris Eselon
III.a dengan Golongan/ Ruang IV/ b, Serui 1 (satu) orang, etnis luar Papua yakni:
Batak 2 (dua) orang, Toraja dan Ambon masing-masing 1 (satu) orang. Jabatan
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Sorong diduduki oleh Dra. Isunin
S. Nasidang, M.Pd Eselon II.a dengan Golongan IV/c yang berasal dari Etnis
strategis diduduki oleh Etnis Ayamaru berjumlah 1 (satu) orang, yakni Abner
Jitmau dengan tingkat Eselon II.b dan Golongan atau Ruang II.d, selaku Kepala
Dinas yang ternyata merangkap jabatan yang juga sebagai kepala Bidang Tata
Kota. Sedangkan Etnik yang berasal dari luar Papua adalah Batak 2 (dua) orang
Tabel 22. Komposisi Pejabat Menurut Etnis Di Dinas Pekerjaan Umum Kota
Sorong.
Etnis
Nama Jabatan Esalon Gol/ruang
Lain-
Ayamaru
Lain
Sumber Data: Diolah dari Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Sorong 2013.
92
Asmuruf Eselon III.a dengan Golongan/ Ruang IV/d, Jabatan Kabid Pembukuan
dan Verifikasi yakni Safura Kambu, B.Sc Eselon II.b dengan Golongan/ Ruang
IV/ a, Jabatan Kepala Bidang Aset yakni Nicolas Lagu, S.Sos Eselon III.b dengan
Golongan/ Ruang III/ c, Jabatan Kepala Sub Bidang Anggaran I yakni Aryanti S.
Bidang Sub Anggaran II yakni Yance Jitmau, SE Eselon IV.a dengan Golongan/
Ruang III/ d dan Jabatan Kepala Sub Bagian Pendapatan dan Pelaporan yakni
Dinas ini bisa dikatakan cukup strategis, karena tugas dan fungsinya
menentukan serta mengatur sirkulasi keuangan yang ada Pemerintah Kota Sorong.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sorong jugatidak bisa lepas
dari dominasi Etnis Ayamaru, dari 9 (sembilan) posisi jabatan inti 6 (enam)
diantaranya diduduki oleh Etnis/ Suku Ayamaru. Sedangkan Etnis lain yang ada
pada komposisi jabatan antara lain Etnis Fakfak 1 (satu) orang yakni Hanok
Johosua Talla, S.Sos selaku Kepala dinas, Etnik Manokwari/ Mandacan 1 (satu)
dan Etnis di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Sorong
tahun 2013:
93
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
ruang
Pejabat Strategis Dinas Sosial Kota Sorong dari 5 (lima) yang ada 3 (tiga)
diantaranya adalah suku Ayamaru, antara lain: Drs. Fredrik Atanay, M.Si Eselon
II.b dengan Golongan/ Ruang IV/ c selaku Kepala Dinas, Drs. Yohanis Kambu
Eselon II.b Golongan/ Ruang IV/ c selaku Sekretaris dan Traice Kareth, Amd.Sos,
Eselon IV.b dengan Golongan/ Ruang III/ b selaku Sub Dinas Bantuan Sosial.
Kedua pejabat lain yakni Drs. Sutrisno Karo Karo berasal dari Etnis Batak dan
Drs. Warsim dari Jawa. Pada Dinas Sosial Kota Sorong, Komposisi pejabat yang
Tabel 24. Komposisi Pejabat Menurut Etnis Di Dinas Sosial Kota Sorong
Tahun 2013.
Etnis
Nama Jabatan Esalon Gol/ruang Lain-
Ayamaru
Lain
Drs. Fredrik Kepala Dinas II. b IV/c Ayamaru
Atanay, M.Si
Drs. Yohanis Sekretaris II.b IV/c Ayamaru
Kambu
Drs. Sutrisno Seksi bidang III.c IV/b Batak
Karo Karo rabilitasi
social
Drs. Warsim Seksi bidang III.b IV/a Jawa
pelayanan
sosial
Traice Kareth, Sub Dinas IV.b III/b Ayamaru
Amd.Sos, Batuan Sosial
Sumber Data: Diolah dari Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Sorong 2013.
95
instansi yang juga cukup penting keberadaanya dalam pemerintahan Kota Sorong,
karena badan setingkat dinas ini menentukan arah pembangunan wilayah tersebut.
sekretaris daerah.
fungsi:
daerah;
yakni 4 (empat) orang termasuk Kepala dinas Daniel Jitmau, S.E dengan Eselon
II.b dan Gol/ Ruang IV/ c, Kepala Bidang Sosial dan Perekonomian Very M.R
Kambuaya, S.E dengan Eselon III.b dan Gol/ Ruang III/ a, Kepala Bidang
Investasi dan Promosi Amos Kareth dengan, S.H Eselon III.b dan Gol/ Ruang III/
d, serta Otenesimus Assem, S.Sos sebagai Kepala Sub Bagian Umum dengan
namun keperluan pengeluaran dan cukup kecil sehingga SKPD/ Dinas tersebut
Perlindungan Masyarakat Kota Sorong. Bisa kita lihat dari 6 (enam) posisi jabatan
98
4 (empat) diantaranya adalah Suku Ayamaru, antara lain; Marthen Jitmau, S.Pd
Kota Sorong dengan Eselon II.a Golongan/ ruang III/d; E. N. Sikirit, S.H sebagai
Sekretaris Dinas Eselon III.a dengan Gol/ ruang III/d; Sefnat Kareth, S.H Eselon
III.b Golongan/ ruang III/d selaku Kepala Bidang Pembauran; dan Hendrikus M,
S.E dengan Eselon III.b Golongan/ ruang III/d selaku Kepala Bidang Hubungan
Antar Lembaga.
Termasuk Kepala Dinas yakni Yakobus Susim, S.Sos dengan Eselon II.b
Golongan/ ruang IV/a; Esau Bleskadit, S.Sos selaku Sekretaris Eselon III.b dan
Gol/ ruang III.c; R. Kareth, S.An sebagai Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan
Sipil dengan Eselon III.b Golongan/ ruang III.c; dan Asmuruf, S.STP sebagai
Namun dari 2 (dua) diantaranya merupakan Etnis Jawa dan Ternate. Untuk
Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Sorong. Kita lihat tabel dibawah ini:
99
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
ruang
Dinas ini, dari 5 (lima) jabatan yang ada 3 (tiga) di antaranya adalah Suku/
Etnis Ayamaru, antara lain posisi Kepala Dinas diduduki oleh Andreas A. Homer,
ST Eselon II.a Gol/ruang IV/ a, Sekretaris yaitu Bernadus Asmuruf, S.Sos Eselon
III.a Gol/ruang III/c, dan Kepala Bidang Pertamanan yaitu Yulian Atanay. S.Hut
Eselon IV.a Gol/ruang III/c. Data Komposisi Pejabat Menurut Etnis di Dinas
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
ruang
Andreas A. Homer, ST Kepala Dinas II.a IV/a Ayamaru
Kebersihan
Bernadus Asmuruf, Sekretaris III.a III/c Ayamaru
S.Sos
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
Ruang
Drs. Anthon Sagrim Kepala Dinas II.a IV/a Ayamaru
Tenaga Kerja
Marthen Imbiri, S. Sos, MM Sekretaris III.b IV/a Serui
(enam) jabatan yang ada di Dinas Tenaga Kerja Kota Sorong 3 (tiga) dianataranya
diduduki oleh Etnis Ayamaru, yakni jabatan Kepala Dinas, Kepala Bidang
Ketenagakerjaan.
102
jabatan yang ada 3 (tiga) di antaranya adalah Etnis Ayamaru, meliputi jabatan
Promosi dan kesehatan lingkungan. Sedangkan Kepala dinas dari Etnis Batak
yakni dr. H.E. Sihombing, MM dan dalam Dinas ini memiliki keterwakilan suku
Moy yang merupakan salah satu suku asli Sorong yang menjabat pada SKPD,
yakni Herman Kalasut yang menduduki posisi Teknis yakni Kepala Bidang
Pengendalian Penyakit.
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
Ruang
antaranya Etnis Ayamaru, antara lain: Kepala Badan yakni E. Homer, S.Hut
Eselon II.a Gol/ ruang IV/b dan Kepala Bidang Pembinaan dan Amdal dan
Sumber Daya Lahan yakni K. Susim, S.Sos Eselon III.a Gol/ ruang IV/a .
Sedangkan 3 (tiga) Etnis lain yang masuk dalam komposisi pejabat di Badan
Lingkungan Hidup Kota Sorong adalah Etnis Toraja, Jawa, dan Makassar.
Kota Sorong.
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
ruang
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
ruang
Tabel 32 (tiga puluh dua) diatas dijelaskan bahwa dari 7 (tujuh) posisi
jabatan yang ada pada distrik Sorong 4 (Empat) diantaranya didominasi oleh Etnis
105
Ayamaru. Pejabat dari Etnis Ayamaru tersebut meliputi: Menase Jitmau, S.E
selaku Kepala Distrik Sorong Kota Sorong dengan Eselon II.b Gol/ ruang III/d;
Frengky Yumame selaku Kepala Kelurahan Remu Utara dengan Eselon III.c dan
Gol/ ruang III/b; Stevanus Asmuruf, S. Sos selaku Kepala Kelurahan Klademak
dengan Eselon III.b Gol/ ruang III/ c; dan Yustinus Hosyo selaku Kepala
Kelurahan Klakublik dengan Eselon III.c Golongan/ ruang III/a. Etnis lain yang
ada di Distrik Sorong adalah 2 (dua) pejabat dari Etnis Biak dan 1 (satu) Pejabat
diantaranya Etnis Moy, Etnis Kanara, Raja Ampat, Ambon dan Jawa masing-
pengganti yakni Markus Kareth, S.E dengan Eselon II.a Gol/ ruang III/a. Rangkap
sebagai sekretaris yakni Yulius Yalbe Eselon III.b Gol/ ruang II.c. Pada Distrik ini
Jumlah Suku Ayamaru seimbang dengan Suku asli Kota Sorong Yakni Suku Moy,
meski peran Etnis Moy di Dinas maupun Badan Jarang atau sedikit sekali.
Tabel 33. Komposisi Pejabat Menurut Etnis Di Distrik Sorong Timur Kota
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
ruang
Sumber Data: Diolah dari Struktur Organisasi Di Kota Sorong Tahun 2013.
107
Tabel 34 (tiga puluh empat) dibawah ini diterangkan bahwa dari 7 (tujuh)
posisi jabatan yang ada, 3 (tiga) diantaranya adalah Etnis Ayamaru, Etnis Moy,
Raja Ampat, Biak dan Ambon masing-masing memegang 1 (satu) posisi jabatan
Gol/
Nama Jabatan Esalon Etnis
Ruang
terjadi yakni pada posisi Kepala Distrik dan Sekretarisnya dijabat orang yang
sama yakni O. Naa dengan Eselon II.a Golongan/ ruang III/d yang merupakan
bagian dari Etnis Ayamaru. Sedangkan Etnis Ayamaru yang lain yang ada di
Komposisi pejabat Distrik Sorong Barat yaitu jabatan Kepala Kelurahan Rufei
Maria Naa, S.Sos yang memiliki marga yang sama dengan O.Naa. Maria Naa,
rangkap jabatan juga mewarnai komposisi pejabat SKPD yang ada di internal
Kota Sorong Contohnya: Abner Jitmau, ST dari Etnis Ayamaru yang merupakan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum juga merangkap sebagai Bidang tata Kota Di
Dinas yang sama. Sedangkan Dr. H. E. Sihombing, M.M. Dari Etnis Batak yang
merupakan Sekretaris Daerah juga tercatat sebagai Kepala Dinas Kesehatan. Esau
Drs. Ec. Lambert Jitmau, M.M adalah dari Etnis Ayamaru. Maka pegawai dari
Etnis Ayamaru mampu mendominasi jabatan di SKPD Kota Sorong. Selain itu
yang memiliki marga Jitmau bisa memegang jabatan strategis, seperti Abner
Jitmau, S.T selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum; Yance Jitmau , S.E Kepala
Bidang Sub Anggaran II; Daniel Jitmau, S.E selaku Kepala BAPPEDA; Marthen
109
Jitmau, S.Pd Kepala Bidang Bakesbang Lintibmas; Manase Jitmau, S.E Kepala
Distrik Sorong.
Kambuaya, Susim, dan Bles juga cukup mendominasi terlebih keseluruhan marga
tersebut merupakan bagian dari Etnis Ayamaru. Suku/ Etnis lain yang juga
mendominasi adalah dari luar Sorong / Papua, rata-rata mereka yang berasal dari
luar Kota Sorong/ Papua/ pegawai yang memiliki kemampuan lebih, terlihat dari
dapat menyebar pada internal birokrasi yang ada di Pemerintah Kota Sorong baik
itu kategori SKPD besar maupun kecil. Namun Dominasi Etnis Ayamaru di
SKPD besar lebih terasa yang kemudian disusul oleh Etnis luar Kota Sorong
maupun Papua. Pada SKPD kecil/ tingkat distrik keberadaan suku asli yakni Etnis
Moy maupun suku Kota Sorong/ Papua lainya cukup berperan. Meski pegawai
dari Etnis Moy sendiri masih jarang pada SKPD besar. Keberadaan suku asli pada
Kepala Distrik 83 % 17 %
jabatan strategis mayoritas diduduki oleh pegawai dari etnis Ayamaru, mulai dari
Kepala Distrik sampai Kepala Dinas/ Badan. Untuk posisi Kepala Bidang Dinas/
Badan lebih banyak dari suku non Ayamaru, hal ini mungkin karena jabatan
jabatan.
Posisi strategis yang dijabat oleh mayoritas etnis Ayamaru, bisa menjadi
penyebab mengapa etnis non Ayamaru sulit untuk masuk dalam birokrasi
akan lebih mudah untuk berkoordinasi, sehingga mereka yang ada di luar suku/
etnis Ayamaru tidak memiliki relasi dalam birokrasi Pemerintah Kota Sorong.
111
kemampuan atau bidang yang dibutuhkan. Namun pada tingkat distrik memang
pegawai mayoritas dari etnis non Ayamaru bahkan justru dari suku asli selain
Ayamaru, hal ini mungkin karena tingkat distrik lebih bersinggungan langsung
dengan masyarakat sehingga masyarakat lebih nyaman jika dilayani oleh warga
dari etnis asli, meskipun kepala distriknya mayoritas adalah dari Ayamaru.
5.5 Analisis Terhadap Etnis Penguasa dan Etnis Non Penguasa di Internal
sebenarnya bertujuan untuk memberikan solusi atas masalah krusial yang terjadi
di Papua. Masalah krusial tersebut meliputi: 1) konflik politik, berfokus pada isu
gerakan separatis, 2) konflik sosial antar warga, sebagai akibat tidak adanya solusi
dengan maksud dan tujuan untuk mencari pekerjaan dan berdagang. Seiring
(Tianghoa, Bugis, Makassar, Batak dan Jawa) itu dapat dilihat dari banyaknya
mama penjual sayur dan pinang asli Papua hanya berjualan diemperan toko
dan jalan. Fenomena seperti ini tidak hanya di temukan di wilyah Kota Sorong
pemerintah daerah dengan ditunjang dana Otonomi Khusus (UU. Otsus 21.
Tahun 2001) tidak menyentuh dan membangun manusia asli Papua baik dari
konflik antar etnis di wilayah Kota Sorong, kasus ini dapat kita temukan
pada bulan February Tahun 2008 dimana terjadi konflik antara masyarakat asli
oleh kaum pendatang, pada pemerintahan Kota Sorong isu putra daerah semakin
muncul atas lahirnya pelembagaan putra daerah yang harus memimpin Papua.
Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari, karena pertama momentum otonomi
khusus kemudin sebagai sarana untuk menunjukkan bahwa putra daerah juga
oleh pendatang jelas tidak mungkin etnis Papua akan mampu bersaing, maka
ranah politik harus dikuasai oleh orang Papua untuk mengintervensi dinamika
posisi pimpinan birokrasi pada level Provinsi dan Kabupaten sehingga kini justru
dana yang juga cukup besar. Akan tetapi rakyat Papua hingga sekarang belum
Keberadaan elite lokal diakui oleh para informan, hal ini juga terlihat dari
pembagian kerja dalam birokrasi. Ibu Fince, S.Pd., pegawai di Dinas Pendidikan,
sebagai bagian dari etnis yang tidak berkuasa, memberi pernyataan tentang
pemerintahan Kota Sorong, menurut Bapak Yermias Torgea, S.IP selaku bagian
etnis yang tidak berkuasa di birokrasi Kota Sorong, menyatakan sebagai berikut:
“…Kalo kita mau lihat secara jelas di birokrasi pemerintah Kota Sorong
tidak merata dalam beribangan kekuasaan birokrasi berdasarkan etnis,
kalo kita lihat secara jelas di dalam tubuh birokrasi Kota Sorong akan
keluar satu nama etnis yaitu etnis Ayamaru karena etnis Ayamaru yang
paling banyak dan yang mengguasai kekuasaan politik di birokrasi
pemerintah Kota Sorong…” (Wawancara Sorong Jumat 22 Maret 2013,
Jam 08;15 WIT).
Dari steatmen dari dua informan diatas dapat ditarik kesimpulan adanya
Kota Sorong. Etnis tertentu ini bisa dibilang sebagai elite lokal yang menikmati
Pemerintahan Sorong adalah etnis Ayamaru, yang memang menjadi salah satu
etnis asli Kota Sorong. Etnis asli Kota Sorong sendiri ada banyak, meliputi: Moi,
Aifat, Aitinyo, Ayamaru, Teminabuan, Maybrat, Raja Ampat, Biak , Serui dan
masih banyak lagi. Sesuai pernyataan Bapak Yunus Jarfi., SH., selaku bagian
etnis yang tidak berkuasa, menjelaskan bahwa etnis yang belum masuk di dalam
Sedangkan menurut bagian etnis yang tidak berkuasa yakni Ibu Yos
berikut:
Sependapat dengan Ibu Fince, S.Pd., selaku bagian dari etnis yang tidak
“...Ya, yang kita bisa lihat sangat pengaruhi etnis dalam penempatan
jabatan-jabatan birokrasi siapa yang mempunyai margaisme, saudaraisme
yang sama atau sama kampungisme dan di pengaruhi politik yang sama
dalam sistem birokrasi pemerintah Kota Sorong bisa menempati jabatan-
jabatan birokrasi pemerintahan Kota Sorong...” (Wawancara Selasa 19
Maret 2013, jam 11.12 WIT).
Hal semacam ini juga dibahas dalam penelitian Lefaan Avelinus (2012:24-
25), yang menyatakan bahwa pada kurun 1999-2001 praktis terjadi jabatan-
jabatan penting semacam gubernur hingga kecamatan dan kepala desa. Dalam
pendidikan, dan kemampuan tidak lagi berlaku. Rasionalitas birokrasi yang pada
era Orde Baru hanya sebatas ucapan kini semakin parah karena didominasi
dengan isu primordial. Hanya saja Papuanisasi dalam teori yang disampaikan
Sorong.
116
Sorong juga disampaikan oleh Bapak Yunus Jarfi., S.H. Selaku anggota etnis
mempunyai hak yang sama dalam pelaksanaan Otonomi Khusus Papua. Tidak
sejalan semulus konsep ilmiahnya karena dari data penelitian yang di bahas diatas
terjadi masalah yang singnifikan di teliti oleh peneliti tidak sesuai dengan dasar
dominasi mayoritas salah satuh suku, Marga, saudara, kampung, terbesar di dalam
internal birokrasi pemerintahan Kota Sorong Provinsi Papua Barat yaitu suku
Ayamaru, dan terjadi sistem politik dinasti yang terbangun dalam internal
Kareth., ini adalah etnis ayamaru yang sama dalam satu bidang kerja di SKPD
Kota Sorong dan ada etnis yang berkopentensi di dalam bidang tertentu dalam
penempatan jabatan ini dikarenakan masih ada pembawahan suku, marga dan
pemerintahan Kota Sorong masih didominasi oleh salah satu etnis terbesar di Kota
Sorong yaitu etnis Ayamaru ini dikarenakan etnis Ayamaru sudah dua priode
menduduki posisi Walikota Sorong, yakni periode lama dan priode baru Walikota
berasal dari etnis yang sama yaitu Ayamaru. Maka sistem yang terbangun dalam
dipengaruhi oleh salah satu sistem politik, suku, kampung, marga dan status
berimbang kekuasaan kepada etnis di luar etnis yang berkuasa yang bisa
mempunyai status politik yang sama dengan pemimpin (Walikota) atau marga,
suku, kampung, contohnya dalam politik pemilihan Walikota Sorong tim sukses
jika berhasil memenakan figurnya maka otomatis tim sukses tersebut mendapat
kekuasaan dari figur yang dia menangkan jadi Walikota tersebut. Sehingga dalam
sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki pada strata S-1 maupun strata S-2,
melihat dasar keilmuannya lagi tetapi sekarang status politik yang sama atau
berdasarkan hak-hak yang sama bagi suku-suku asli di Provinsi Papua. atau orang
asli Papua adalah orang yang berasala dari Rumpun Ras Malenesia yang terdiri
dari suku-suku asli yang mediami Provinsi Papua yang mempunyai hak yang
Provinsi Papua.
saudara, marga, kampung dan status politik yang sama dalam menepati jabatan
strategi dan ada pula satu orang meragkap dua jabatan dalam tingkat SKPD di
Sorong. Pemimpin (Walikota) Kota Sorong dalam kebijakan politik boleh saja
Ayamaru yang terbesar dari segi jumlah manusianya dan jumlah strata
sistem vit and propertes atau kemampuan sumber daya manusia pemimpin
Pegawai Negari Sipil (PNS) yang layak, mampu, cakap untuk menduduki jabatan
strategi di internal birokrasi pemerintah Kota Sorong. Bukan semata melihat suku,
marga, kampung dan status atau kepentingan politik semata saja dalam internal
birokrasi Kota Sorong. Dan ini membuat orang yang tidak berkopetensi, tidak
birokrasi pemerintahan Kota Sorong dan ada pengawai negeri sipil dalam internal
yang berkopentesi bidang tertentu di SKPD tetapi tidak terakomodir atau terpakai
karena tidak sama dengan sistem politik, suku, marga, maupun kampung mereka.
Ini juga bisa menimbulkan masalah ekternal dalam akses pelayanan publik dalam
yang di harapkan seluruh elemen masyarakat dan etnis-etnis yang mendiami Kota
Sorong.
birokarasi pemerintahan Kota Sorong terhadap etnis-etnis asli Papua yang royal
sebelah dan mengutungkan etnis Ayamaru dan kroni-kroninya yang sama dalam
satu garis sistem politik. Dan dampak dari pengambilan kebijakan ini tidak saja
Kota Sorong saja, tetepi ini bisa berimbas ke dunia ekternal atau masyarakat
daerah ternya hanya dinikmati oleh elite politik daerah. Konsekuensi logisnya
kesejahteraan bagi masyarakat lokal, dan otonomi daerah sebagai hak masyarakat
tidak dapat dicabut oleh pemerintah pusat. Dalam kaitan ini otoritas pemerintah
pusat hanya terbatas pada penyerahan dan pengatur wewenang yang sudah ada
pada daerah melalui berbagai bentuk kebijakan yang disepakati bersama oleh
pengawai negeri sipil dalam pelaksanaan Otonomi Khusus Papua, dapat dilihat
etnis-etnis asli Papua yang banyak tidak terwakili dalam tubuh internal birokrasi
pemerintahan Kota Sorong. Ini diakibatkan karena ada sistem politik kotor yang
di mainkan oleh pihak yang memengang kekuasaan politik yaitu etnis Ayamaru.
(Presiden) terhadap Masyarakat Papua asli di tanah Papua sudah benar karena
masyarakat Papua. Namun dari internal masyarakat Papua sendiri yang membuat
121
kesalahan terhadap orang Papua asli, misalanya timbul egosentrsime suku, marga,
pemerintahan dan orang Papua sendiri menipu orang Papua, orang Papua sendiri
suku/ etnis, baik suku asli Papua (Moi, Aifat, Aitinyo, Ayamaru, teminabuan,
dll) serta suku pendatang (Maluku, Batak, Jawa, Makassar, Bugis, Buton,
dll) dengan presentase 60% penduduk asli 40% pendatang. Jumlah penduduk
190.341 jiwa, terdiri atas 99.895 laki-laki dan 90.446 perempuan. Di Kota
Katolik 18.989 orang, Islam 73.297 orang, Hindu 350, Budha 1.294 dari total
jumlah pemeluk agama yang terdaftar 162.410 orang. Adanya perbedaan antara
jumlah pemeluk agama yang terdaftar dengan jumlah penduduk, terjadi karena
dalam pemerintahan, yakni antara etnis yang berkuasa dan etnis yang tidak
berkuasa. Dalam penelitian terdapat temuan bahwa etnis yang berkuasa adalah
122
etnis yang memiliki jumlah mayoritas dalam internal birokrasi pemerintahan yang
ada di Kota Sorong yakni pejabat dari etnis Ayamaru, sedangkan etnis yang
jumlahnya minoritas/ tidak berkuasa adalah etnis selain etnis Ayamaru/ non
kedepanya.
Untuk memahami keberadaan etnis di Sorong, lebih baik kita pahami juga
pengertian dari etnis itu sendiri. Ethnos atau acapkali disebut etnis diartikan
sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat istiadat, bahasa,
nilai dan norma budaya dan lain-lain, yang pada gilirannya menjadikasikan
2005:8). Kata etnis menjadi suatu predikat terhadap identitas seseorang atau
kelompok atau individu yang menyatukan diri dalam kolektivitas, menurut Rex
dalam (Abdilah, 2002:15). Etnik dalam wacana primitif identik dengan suku atau
kelompok suku (tribe) yang terpisah dan terisolir, hidup dihutan atau jauh dari
Kota Sorong tentu tidak bisa diabaikan. Sementara Thomas Sowell (Liweri,
yang mempunyai pandang dan praktek hidup yang sama atas suatu nilai dan
123
bahasa, dan lain-lain yang semuanya berpayung pada satu kelompok. Meskipun
kelompok etnis lain, namun mau tidak mau keberadaanya harus dipahami sebagai
sistem pemerintahan Negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang
Amd.Sos salah seorang pejabat dari etnis Ayamaru di Kota Sorong memiliki
Menurut Bapak Abner Sesa., SIP. Sebagai perwakilan etnis yang tidak
birokrasi relasi yang terjalin cukup baik, menurut pengamatan peneliti hal ini
pegawainya adalah dari etnis yang sama, yakni Ayamaru sehingga kalaupun ada
pegawai dengan etnis non Ayamaru lebih mengikuti langkah pegawai mayoritas,
sehingga komposisi yang kuat tersebut mampu terbentuk. Relasi etnis di internal
birokrasi pemerinthan Kota Sorong memang baik dan harmonis itu dapat dilihat
dari setiap pagi hari sebelum aktifitas kerja 70.30 WIT di adakan ibadah bersama
pengawai, selalu kompak dalam melaksanakan tugas, kerja bakti bersama pada
kesamaan pandangan dari para anggotanya yang sama-sama dari satu etnis yaitu
Ayamaru. Sehingga koordinasi yang dilakukan akan lebih mudah, ini mungkin
pandangan etnis.
125
tujuan atau kepentingan bersama, sesuai visi Kota Sorong, untuk terwujudnya
masyarakat Kota Sorong yang setara, bersahabat, dinamis. Berarti sebagai warga
Kota mempunyai kedudukan hak, kewajiban dan tanggung jawab sama walaupun
berbeda suku, budaya dan agama. Seharusnya antara warga masyarakat kota
terjadi kehidupan yang harmonis, saling menghargai dan saling menghormati serta
berkeadilan yang berbasis kepada pemanfaatan sumber daya alami dan sumber
daya alami dan sumber daya manusia yang mandiri, maju berdaya saing,
menguat. Semakin meloncat peran elit-elit lokal asli Papua dalam kekuasaan
126
birokrasi, memiliki kesempatan yang lebih untuk memainkan perannya. Para elit
atas setiap masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Selain itu,
daerah tersebut. Kepala daerah ini memiliki wewenang serta kekuasaan untuk
tersebut cukup menguatkan isu etnisitas dan agama yang mempunyai banyak
pengikut dan memiliki ikatan-ikatan primodial dengan pemimpin. Hal ini semakin
127
dominasi salah satu suku/ etnisitas di dalam struktur pegawai negeri sipil (PNS).
Efek dari fenomena ini adalah jabatan kepala-kepala Dinas esalon I hingga
esalon IV kini banyak dipegang oleh etnis Ayamaru yang mendominasi hirarki
pernyataan Bapak Silasongge Kalami dari Lembaga Masyarakat Adat Suku Asli
Suku Asli Moy di Kota Sorong, menegaskan bahwa etnis Ayamaru menjadi etnis
Komentar Lembaga Masyarakat Adat Suku Asli Moy di Kota Sorong dan
menurut pengamatan peneliti, memang etnis Ayamaru dan Etnis non Papua sangat
Kota Sorong dan juga etnis Ayamaru banyak berpendidikan, dan non etnis Papua
dengan penduduk asli Kota Sorong dan pula faktor kesamaan politik di birokrasi
yang ada di Pemerintahan Kota Sorong sedikit banyak ada kecemburuan sosial,
karena diskriminasi dari etnis yang berkuasa yakni etnis Ayamaru. Diskriminasi
yang dimaksud ialah tidak adanya kesempatan yang sama dalam menduduki
yang berkuasa. Pada tabel sub bab sebelumnya juga terpampang bahwa jabatan
strategis di internal birokrasi pemerintahan Kota Sorong diduduki tak jarang oleh
Hal ini mengakibatkan suku asli Moy Mengkleim tanah-tanah adat di Kota
Sorong contohnya: bandara udara Kota Sorong, mengkleim rumah sakit umum
asli Moy merasa kepentinganya tidak dilindungi karena tanah kelahiranya justru
BAB VI.
KOTA SORONG
Khusus
Kota Sorong merupakan salah satu Kota yang terletak di bagian Kepala
Burung atau Pintu Masuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, yang tidak
yang dimiliki oleh masyarakat Kota Sorong sangat beragam. Keragamannya dapat
dilihat dari adanya beberapa etnik masyarakat asli Papua yang mendiami sebagian
besar Kota Sorong dan dengan lebel nama suku/etnis masing-masing kampung,
yaitu: Teminabuan, Maybrat, Raja Ampat, Biak , Moy, Serui dan lain-lain.
Provinsi Papua Barat, jika dinamika kemajemukan sosial-budaya itu tidak dapat
dikelola dengan baik. Hubungan sosial didalam masyarakat juga akan terganggu
baik secara vertikal maupun secara horizontal. Konflik secara vertikal dapat
dilihat dengan adanya saling merebut kekuasaan antara pejabat publik, partai
politik dan adanya perilaku KKN serta perilaku negatif lainnya. Konflik secara
129
130
publik salah satu kelompok suku atau mendiskriminasi salah satu suku, secara
tidak langsung tidak merasakan dampak dari kebijakan Pemerintah serta program
otsus itu sendiri. Apa yang dialami oleh masyarakat kalangan bawah ini menjadi
menarik untuk dikaji karena terdapat berbagai macam etnis dengan berbagai
macam latar belakang etnisitas yang berbeda turut serta berperan serta mengisi
dan Andersen (1975) dalam, et.al (1999:5) untuk studi tentang akses terhadap
memanfaatkan suatu jenis pelayanan publik. Namun sayangnya pada data akses
layanan publik yang ada di Kota Sorong penyebaranya masih belum merata,
wilayah Sorong Kepulauaan lebih minim akses yang didapatkan, padahal wilayah
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
131
(Mote, 2008:20).
maupun untuk pelaksanaan peraturan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjatmo
oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka pemenuhan
undangan.
Pemerintahan Kota Sorong masih dirasa diskriminatif, tidak merata serta tidak
menyentuk etnis diluar suku yang berkuasa, sesuai pernyataan anggota Lembaga
publik dan akses secara optimal pada, etnik-etnik asli di Sorong. Pelayanana
bisa lepas dari asas desentralisasi adalah prinsip pembelahan wilayah satu negara
ke wilayah yang lebih kecil, dan di wilayah-wilayah itu dibentuk institusi politik
ayat (5) “ Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi
Salah satu visi otonomi daerah menurut Rasyid (2007: 173-174) yakni di
bidang politik karena otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan
ruang bagi lahirnya kepala daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan
Indonesia.
masyarakat; dan
sebagai beriku:
otonomi Khusus di eksternal Kota Sorong, masih belum menyetuh pada lapisan
masyarakat bawah ini diakibatkan belum ada pelayanan publik yang maksimal
terhadap etnis-etnis lain, contohnya: di Kelurahan satu dibuat jalan semen beton di
terhadap etnis-etnis Kota Sorong masih belum transparan menyentuh etnis non
Otonomi Khusus di Kota Sorong yang sama. Ini di karenakan masih ada
di Kota Sorong, tetapi pelayanan publik itu masih di rasakan sepihak di etnis
marga, kampung dan status politik yang sama mengakibatkan pelayanan publik
Kota Sorong. Ini di karenakan pemimpin di Kota Sorong masih sibuk dengan
etnis di Kota Sorong. Pada hal Dana Otonomi Khusus dalam infarstruktur untuk
akses pelayanan publik di seruh masyarakat Kota Sorong sangat besar jumlahnya
dan bisa mengakomodir semuanya dan bisa tersedia tenaga kerja professional
yang handal dalam meracang strategi kerja akses pelayanan publik dalam
implementasi Otonomi Khusus di Kota Sorong. Namun ironis yang terjadi di Kota
Sorong akses pelayanan publik masih belum baik di harapkan oleh etnis-etnis di
Kota Sorong dan masih dinikmati oleh satu etnis penguasa/mayoritas dan status
politik itu saja. pemimpin hanya sibuk dengan etnis, marga, kampung dan status
politik mereka.
Namun kalo dilihat dari konsep Birokrasi Pemerintahan yang baik dan
benar menurut Mifta Thoha (2002:15), bahwa administrasi publik dapat diartikan
oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan dilingkungan Badan Usaha Milik
Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka pemenuhan
yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau.
dalam akses pelayanan publik dalam implementasi Otonomi Khusus yang baik
dan berwibawa di seluruh etnis-etnis asli Papua di Kota Sorong itu terabaikan.
Dinamis, Pemerintah Kota Sorong juga memiliki misi untuk mewujudkan visi
tersebut. Misi yang dimaksud, berorientasi pada 3 (tiga) hal, yakni Pertama
sebagai berikut:
dimaksud adalah;
139
Namun dari visi dan misi yang menjadi tujuan Pemerintahan Kota Sorong,
diskriminasi. Hal ini dibuktikan dengan adanya etnis yang mendominasi karena
Kota Sorong, yakni Etnis Ayamaru. Sukuisme yang begitu kuat sehingga
sehingga Walikota meletakkan orang-orang yang sepahan dan satu etnis pada
Walaupun tak jarang Walikota lebih memilih suku luar etnis Papua pada posisi
etnis yang berkuasa yakni etnis Ayamaru diskriminatif terhadap ekternal etnis
lain, masih banyak etnis yang belum masuk internal birokrasi di Pemerintahan
publik pun kurang merata bahkan tidak menyentuh diluar (eksternal) Suku yang
tidak berkuasa. Memang konflik internal dan eksternal di Sorong masih terkendali
bahkan Kota Sorong merupakan daerah paling aman di Provinsi Papua Barat.
di Kota Sorong masih diskriminatif yang ada, itu karena adanya sukuisme,
“ Kita dapat lihat akses pelayanan publik di Kota Sorong ini masih
diskriminasi antara suku satu dengan suku lainnya di Kota Sorong,
misalnya: akses pelayanan publik pembuatan bak penampungan air bersih,
penerangan jalan di kompleks satu ada dan di kompleks yang tidak ada
dan tidak menyetuh seluruh masyarakat di Kota Sorong. Ini di akibatkan
karena masih ada sukuisme, kampungisme dan kesamaan politik…..”
(Wawancara, Sabtu 2 Maret 2013, jam 10.47 WIT).
O. S., dari Lembaga Etnis Elles dan Pasir Putih terjadi meliputi berbagai bidang.
Sorong masih ada diskriminasi antara suku yang berkuasa dengan suku yang tidak
masyarakat Kota Sorong menjadi terabaikan karena yang hanya memikirkan suku,
Sorong terutama diluar wilayah etnis selain Etnis Ayamaru masih sangat minim
dan infrastruktur masih belum terlaksana dengan baik ini diakibatkan karena
pemimpin di Kota Sorong cuma memikirkan sistem politik sesama etnis mereka.
Akses Pelayanan di Kota Sorong masih belum lancar, keyamanan dan keamanan
terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau. Oleh karena itu maka setiap
pelayanan publik harus mengandung unsur: pertama, hak dan kewajiban bagi
efektifitas. Ketiga, mutu proses dan hasil pelayanan publik harus diupayakan agar
berjalan seperti apa yang diharapkan yaitu segala prioritas untuk kepentingan
Khusus sebgai jalan untuk menyelesaikan masalah tetapi Otsus itu sendiri telah
karenakan ada permainan Politik Kotor dari Pemerintah Kota Sorong, dan
diberikan kepada masyarakat tebang pilih dan tidak merata di seluruh wilayah.
Yang paling mencolok pada wilayah sorong kepulauan yang bangunan fasilitas
umum kurang begitu memadai. Padahal pada dasarnya Sorong Kepulauan dihuni
oleh mayoritas etnis asli yang masih tradisional yang sebenarnya membutuhkan
perhatian lebih. Akses yang kurang juga dialami oleh wilayah-wilayah lain pula.
Namun justru Sorong wilayah kota, akses layanan publiknya lebih memadai,
143
bangunan mulai dari sekolah sampai gedung kesehatan jumlahnya lebih banyak
di Kota Sorong masih diskiriminasi terjadi pada etnis-etnis non penguasa di Kota
dari Otsus, dana kesehatan dari Otsus, dana infrastuktur dari Otsus, dana ekonomi
Kerakyatan dari Otsus. Semua ini Pemerintah Kota Sorong masih belum
politik dari etnik penguasa semata saja. Padahal prinsip luhur Otonomi Khusus
adalah bahwa setiap etnis di Kota Sorong berhak mendapatkan hak yang sama.
dengan dominasi oleh satu etnis dalam tubuh birokrasi pemerintahan Kota
Sorong, pada hal pelaksanaan Otonomi Khusus harus merata di setiap etnis di
Kota Sorong. Tetapi etnis-etnis di Kota Sorong sangat banyak yang belum
ada politiksasi dari etnis Ayamaru, karena etnis Ayamaru sudah dua priode
pemerintah Kota Sorong. Dan dalam perekutan pengawai negeri sipil di internal
kampung yang sama dan pula status politik yang sama dalam roda birokrasi
Sorong dalam Akses Pelayanan Publik pada eksternal etnis-etnis asli Papua,
Kota Sorong itu sediri. Karena pemimpin asli Papua yang menghambat
kesejahteran bagi etnis-etnis asli Papua di Kota Sorong itu sendiri, sehingga
menguasai kekuasaan Otonomi Khusus dan status politik yang sama untuk
menimbulkan diskriminasi eksternal etnis Ayamaru atas etnis-etnis lain yang juga
Kota Sorong. Jika dominasi etnis Ayamaru dari pemerintahan Bupati Sorong
pertama pada 1989 hinggga Walikota yang sekarang ini berlangsung terus
menerus tentu akan menjadi bom waktu bagi konflik horizontal antar etnis-etnis
bahwa ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis bangsa Indonesia yang
145
segalah ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
yaitu geografi, deonografi, sumber daya alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial
dan militir. Sama dengan analogi menurut Claine (Sudarsono,1997) yaitu masa
kritik (eknik wilayah), ekonomi, militer, konsepsi tentang strategi dan tekad
nasional.
lokal yang sering menjadi pemicu kecemburuan sosial (konflik), dengan kata lain
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh
aspek kehidupan secara utuh menyeluruh dan terpadu berdasasrkan Pancasila dan
demi kelangsungan hidup dan berdasarkan apresiasi kondisi riil suatu wilayah
serta hakikat tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang akan dihadapi.
dianjurkan, agar dapat dipakkai sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
Ketahanan Ideologi Wilayah Kota Sorong sangat tangguh dapat diliahat dari
mewaspadai orang-orang golongan ekstri kiri di Papua yang tidak baik terhadap
ini Kota Sorong di dalam Kesatuan Negara Indonesia dapat mencapai cita-cita
seorang pejabat dari Etnis Ayamaru di Kota Sorong, menjelaskan sebagai berikut:
etnis yang tidak berkuasa di birokrasi Kota Sorong atau etnis selain Ayamaru,
“….Ya, kita bisa lihat di Kota Sorong ini dari SD, SMP, SMA dan
masyarakat luas Kota Sorong semua tauh negara tercinta Indonesia
mempuyai Ideologi Pancasil yang selalu kita inggat dalam benak dan
harus di jalankan sebagai rmasyarakat cinta terhadap Negara
Indonesia….”(Wawancara Rabu 20 Maret 2013, Jam 09.23 WIT).
Kota Sorong sebagai bagian dari ketahanan nasional masih cukup baik. Hal ini
terbukti warga Sorong masih menjunjung tinggi ideologi bangsa, salah satunya
adalah pancasila. Menurut pengamatan peneliti sendiri di Kota Sorong dari Aspek
Ideologi sangat tangguh ini dapat di lihat peneliti dari seluruh Pemerintah, Tokoh
148
Ideologi Pancasila dalam menjalankan aktifitas setiap hari, dan setiap malam
dikeluarkan lewat radio dalam bentuk acara malam melepas lelah. Selain itu
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh
aspek kehidupan secara utuh menyeluruh dan terpadu berdasasrkan Pancasila dan
demi kelangsungan hidup dan berdasarkan apresiasi kondisi riil suatu wilayah
serta hakikat tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang akan dihadapi
Wilayah, ideologi menjadi dasar kehidupan bangsa dan negara. Jadi untuk bisa
tetap menjaga ketahanan suatu wilayah, tentu harus juga menerapkan ideologi ini
dalam setiap sendi kehidupan. Di atas dijelaskan bahwa segala aspek kehidupan
kebijakan politik dari asas demokrasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
yakni kepentingan Nasional, Persatuan dan Kesatuan Bangsa, serta tetap tegaknya
Politik Daerah Kota Sorong dalam Otonomi Khusus berjalan dengan baik. Namun
suku, marga, kampung, egosentrisme dan status politik yang timpul kecemburuan
Kota Sorong. Menurut Bapak Abner Sesa., SIP. Sebagai perwakilan etnis yang
Hal serupa disampaikan menurut Bapak Yunus Jarfi, S.H., etnis yang tidak
daerah semakin memperkuat politik dinasti dan timbul mengguatnya salah satu
etnis di dalam tubuh Pegawai Negeri Sipil dan menguat politik marganya besar,
aktif dari beberapa dimensi pemberdayaan masyarakat berbasis lokal yang sering
menjadi pemicu kecemburuan sosial (konflik), dengan kata lain adanya wilayah
publik. Menurut teori Praktikno (2006) adanya kecemburuan sosial dapat memicu
konflik yang juga akan berpengaruh pada ketahanan wilayah khususnya dan
wilayah yang berdampak pada ketahanan nasional. Tentu hal ini membutuhkan
komitmen dari berbagai pihak untuk mewujudkan keserasian dan keselarasan dan
Kota Sorong salah satu sektor ekonomi unggulannya adalah minyak bumi dan di
tamba dengan Dana Otonomi Khusus di Kota Sorong. Namun dari ekonomi Kota
Sorong masih ketingalan dan pula ada kecemburuan sosial ekonomi di antara
masyarakat ini di akibatkan karena ada politik ekonomi dari etnis tertentu yang
membatasi atau tidak transparasi dana Otsus, dana-dana lain untuk kesejahteraan
masyarakat setempat.
152
sebagai berikut:
Pemerintah Belum Transparasi dalam Dana Otsus dan dana-dana lainnya, untuk
Kota Sorong lebih didominasi oleh para pendatang, hal ini karena meningkatnya
daya alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan militer. Sama dengan
153
merupakan bagian dari Astra Gatra. Jadi jika aspek ini tidak terpenuhi dengan
baik, tentu juga akan mempengaruhi ketahanan wilayah dan berpengaruh terhadap
perhatian pemerintah harus lebih ditingkatkan dalam aspek ekonomi ini, sehingga
nasional, negara Indonesia adalah negara yang multikurtur dari sosial budaya,
agama, istiadat, bahasa, ras semua ini di intergrasi dalam Bineka Tunggal Ika dan
masyarakat yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
sangat majemuk dari Suku, Istiadat, Agama, Bahasa dan Adat. Hal ini dapat
dilihat pada Motto Kota Sorong “Kota Bersama”, Kota Sorong merupakan Kota di
Provinsi Papua dan Papua Barat yang terkenal dengan multikultur dan Kota
Sorong tidak pernah konflik horizontal antara etnis asli Papua maupun etnis non
Papua Kota Sorong juga tidak pernah terjadi konflik yang berbau unsur agama.
Budaya Kota Sorong yang sangat terbuka menerima siapa saja yang mau datang
154
ke Kota Sorong, ini membuat para pengujung atau penghuni baru di Kota Sorong
Lembaga Masyarakat Adat Suku Asli Moy di Kota Sorong, sebagai berikut:
Hal serupa juga disampaikan, menurut Bapak Hofni Sagrim Kota Sorong
Mulitikultur Agama, Suku, Budaya, Bahasa, Istiada, ke dua Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat. Budaya Kota Sorong yang ramah terhada setiap pengujung
maupun penduduk yang tinggal di Kota Sorong. Masyarakat Kota Sorong sangat
cepat adaptasi dengan masyarakat baru di Luar Pulau Papua. dan masyarakat Kota
Sorong paling torlerasi terhadap beragama yang berbeda. Ini dapat dilihat di Kota
Sorong lima agama-agama yang di akui Negara Indonesia terdapa tempat ibadah
Papua dan masyarakat non asli Papua saling berdekatan, dan juga pula terjadi
Jadi bisa dibilang ketahanan wilayah dari aspek budaya, tidak ada masalah yang
berarti. Bahkan dalam aspek budaya, Kota Sorong tergolong menerima kondisi
pendatang sekalipun.
pertahanan keamanan nasioanl dari ancaman luar mapun ancaman dari dalam
perlukan setiap individu dilandasi kesadara bela negara seluruh rakyat Indonesia.
pemerintahan, tokoh adat, tokoh agama, dan seluruh masyarakat di Kota Sorong.
Kota Sorong merupakan kota yang di Provinsi Papua dan Papua Barat yang
terkenal dengan Kota paling aman dan terkenali dari ke dua Provinsi Papua dan
anggota etnis yang berkuasa yakni etnis Ayamaru di birokrasi Kota Sorong
“…Kota Sorong, Kota yang paling aman dan pertahanan di Kota Sorong
paling baik di Tanah Papua Kota Sorong paling tentram dan damai antara
etnis-etnis asli Papua dan etnis-etnis non asli Papua yang hidup di Kota
Sorong…” (Wawancara Selasa 25 Februari 2013, jam 13.37 WIT ).
Wilayah Kota Sorong Provinsi Papua Barat, bahwa kondisi Ketahanan Pertahanan
dan Keamanan Wilayah Kota Sorong sangat aman dan terkendali dari konflik
suku, agama, etnis di internal birokrasi pemerintahan dan paling tentaram dari
Kota, Kabupaten yang ada di Provinsi Papua dan Papua Barat. Namun jika
masyarakat dalam akses pelayanan publik ini tetap bertahan dan politik di
diskriminasi, nepotisme suku, marga, kampung dan status politik yang sama dan
tidak mengutamakan kualitas sumber daya manusia dan politik kotor dalam akses
pelayanan publik yang cuma mementingkan suku, marga, kampung dan status
157
politik semata tentu kedepannya bisa jadi bom waktu untuk konflik horizontal,
dan akan mengganggu stabilitas keamanan Kota Sorong yang telah terjaga.
tetapi didudukung juga oleh kemampuan sistem sejata sosial yang dikembangkan
secara azasi konseptual. Modal sistem hamkam tersebut harus dirumuskan dan
disusun bersumberkan pada falsafat hidup bangsa dan negara. Untuk dapat
teknologi, yang harus dipenuhi untuk menciptakan Kota Sorong yang aman. Perlu
juga diciptakan sistem senjata sosial/ sistem sosial yang tepat agar tidak terjadi
Meskipun secara garis besar Kota Sorong cukup aman terkendali, akan
memicu oleh aspek politik dan ekonomi. Aspek politik terjadi karena ada
pendatang. Disini etnis asli Papua termasuk etnis Moy dan lainya yang merasa
sehingga bisa jadi aksi maupun konflik yang timbul sebagai pemberontakan jiwa
atas ketidaknyamanannya.
159
BAB VII.
7. 1 Kesimpulan
Sorong yang cukup melimpah. Strategi ini tentu kurang sesuai dengan
keterwakilan suara etnis yang tidak berkuasa tentu sulit untuk bisa
159
160
bersaing dengan daerah lain. Jika diskriminasi etnis tetap terjadi tentu
mereka masih saja tertinggal. Hal semacam ini jika tidak ada
pemicu konflik antar etnis di Kota Sorong. Memang secara garis besar,
yang lebih besar serta menjadi bom waktu dari etnis di luar etnis
berkuasa yang bisa saja tidak terima. Hal ini tentu akan mengganggu
7. 2 Saran
dan pemilihan pegawai dan pejabat yang lebih tepat. Pegawai maupun
pelayanan publik termasuk dengan etnis lain dunia luar etnis Ayamaru
sebagai etnis yang berkuasa. Hal ini mengingat tujuan dari otonomi
khusus yang ingin agar Sorong juga mampu berkembang sesuai Kota
bersama.
162
Sorong.
163
DAFTAR PUSTAKA
Abdilah, Ubed, 2002. Politik Identitas Etnis Pergulatan Tanda Tanpa Identitas.
Indonesia, Malang.
Anwar A. 1993. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan Non
Pertanian Di Sekitar Wilayah Perkotaan, Jurnal Perencanaan Wilayah
Dan Kota, Nomor 10, Triwulan IV/2003, Masalah Nasioanl. MPKD-
UGM, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
163
164
Salim, A. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta PT. Tiara
Wacana, Yogyakarta.
Salim Peter, 1991. Kamus Bahasa Indonesia Konterporer. Modern English Pers,
Jakarta.
Sedarmayanti, (2000). restrukturisasi dan pemberdayaan organisasi untuk
menghadapi dinamika perubahan lingkungan, CV. Mandar Maju,
Bandung.
Sudjatmo, 1997. Permasalahan- Permasalahan Birokrasi Dalam Pelayanan
Publik. (Ceramah Pada Mata Kuliah Reformasi Administrasi, 22
Desember).
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Alfabeta,
Bandung.
Singarimbun, Masri & Sofyan Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES,
Jakarta.
Sumber-Sumber Undang-Undang:
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2001Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua.
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
PETA LOKASI PENELITIAN
Gambar : Peta Provinsi Papua Barat
sumber : www.petaprovinsipapuabarat.com
3
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
Dengan Hormat,
Peneliti sangat mengharapkan kejujuran dan kemurnian atas komentar yang saudara-
saudari berikan sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian secara keseluruhan. Peneliti
menjami semua jawaban atau komentar yang saudara-saudari berikan akan dirahasiakan sesuai
dengan kode etik ilmiah.
Tidak ada jawaban atau komentar yang salah, semua jawaban atau komentar adalah
benar.
Tiap-tiap komentar atau pandang dalam wawancara yang saudara-saudari lakukan dengan
peneliti merupakan bantuan yang sangat bernilai bagi penelitian ini. Untuk itu kesediaan dan
kerjasama saudara-saudari, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Peneliti
Ferinandus L. Snanfi
5
1
A. Bagaimana Dampak Etnisitas Dalam Pembagian Kerja Di Internal Birokrasi
Pemerintahan Kota Sorong Dalam Implementasi Otonomi Khusus
2. Apakah Penempatan Kerja Di SKPD Birokrasi Pemerintah Kota Sorong Sesuai Dengan
Besik Ilmunya ?
4. Apakah Pernah Terjadi Konflik Etnis Dalam Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong ?
10. Bagaimana Hubungan Kerja Sama Etnis Di Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong ?
6
2
C. Bagaimana Dampak Eksternal Etnisitas Terhadap Akses Pelayanan Publik Di Kota
Sorong Dalam Implementasi Otonomi Khusus
7
3
FOTO/ DOKUMENTASI PENELITIAN
7
1
Gambar 3. Wawancara Dengan Etnis Penguasa di BAPEDA Kota Sorong Bapak Onesimus
Assem S.Sos (Sorong Senin 4 Maret 2013, Jam 12;24 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 4. Wawancara dengan Etnis Penguasa Dinas Pendidikan Kota Sorong Bapak Drs. Dace
Way (Sorong Senin 4 Maret 2013, Jam 10;22 WIT ).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
2
8
Gambar 5. Wawancara dengan Etnis Penguasa di BPKAD Kota Sorong Bapak Drs. Wilhelmus
Asmuruf (Sorong Kamis 14 Maret 2013, Jam 09;43 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 6. Wawancara dengan Etnis Penguasa dinas Sosial Kota Sorong Ibu Traice Kareth,
Amd.Sos( Rabu 26 Februari 2013, Jam 09.46 WIT).
Seumbar = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
9
3
Gambar 8. Wawancara Dengan Etnis Non Penguasa Di Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong
Bapak Yunus J. SH (Sorong Kamis 21Maret 2013, Jam 16;16 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 9. Wawancara Dengan Etnis Non Penguasa Di Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong Ibu
Yos Marandei, S. Th, Mth (Rabu 26 Februari 2013, Jam 10.46 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
10
4
Gambar 10. Wawancara Dengan Etnis Non Penguasa Di Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong
Bapak Abner S.SIP (Rabu 20 Maret 2013, Jam 09;23).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 11. Wawancara Dengan Etnis Non Penguasa Di Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong
Ibu Vince S. SPD. (Sorong Selasa 19 Maret 2013 Jam 11;04 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 12. Wawancara Dengan Etnis Non Penguasa Di Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong
Bapak Yermis Trogea, SIP (Sorong Jumat 22 Maret 2013, Jam 08;15 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
11
5
Gambar 13. Wawancara Dengan Etnis Non Penguasa Di Birokrasi Pemerintahan Kota Sorong
Ibu Margaaretha S. S.Sos (Sorong Rabu 19 Maret 2013, Jam 11;12 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 14. Wawancara Persepsi Lembaga Masyarakat Adat Moy Bapak S. Kalami (Sorong
Senin 25 Februari 2013, Jam 13;37 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
.
Gambar 15. Wawancara Persepsi dengan Lembaga Etnis Teminabuan/Tehi Bapak H.Sagrim
Sorong Maret 2013, Jam (Sabtu 2 Maret 2013, jam 10.47 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
12
6
Gambar 16. Wawancara Persepsi dengan Lembaga Etnis inawatan Ibu M. T. (Sorong Kamis 21
Maret 2013, jam 09.08 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 17. Wawancara Persepsi dengan Lembaga Etnis Wensok/Sadervoyo I. J. SI.P. (Senin 25
Maret 2013, jam 09.09 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 18. Wawancara Persepsi dengan Lembaga Etnis Klamono Bapak D. S. (Sorong Kamis
21 Maret 2013, jam 12.12 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
13
7
Gambar 19. Wawancara Persepsi dengan Lembaga Etnis Bapak Pdt O.S. (Sorong Kamis 21
Maret 2013, Jam 16;47).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 20. Wawancara Persepsi dengan Lembaga Etnis H. S. (Sorong 20 Maret 2013, Jam
11;53).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
Gambar 21. Wawancara dengan Kasat intel Kepolisian Sorong Kota, Kapten Riswanto (Sorong
Rabu 27 Maret 2013, jam 10.00 WIT).
Sumber = Dokumen Pribadi, Tahun 2013.
14
8
Gambar 22. Gerja IMANUEL Boswesen Kota Sorong.
Sumber = Dokumen Pribadi Tahun 2013.
15
9
Gambar 24. Rumah Sakit Umum Kota Sorong.
Sumber = Dokumen Pribadi Tahun2013.