Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KETERKAITAN KONSERVASI LINGKUNGAN DENGAN

PEMBANGUNAN EKONOMI

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh:

Fauzan Muhammad
145020107111009

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

Analisis Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Jawa


Fauzan Muhammad
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email : f.fauzanmuhammad19@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik pembangunan berkelanjutan di Pulau
Jawa. Pembangunan berkelanjutan sudah menjadi isu yang sangat kompleks untuk menciptakan
kesinambungan kepada generasi yang akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan terjadi
apabila pembangunan ekonomi dalam setiap aktivitas produksinya dapat dirasakan secara terus-
menerus untuk generasi kedepan atau bekelanjutan tanpa harus menaikan tingkat degradasi
lingkungan. Pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi terbesar di
Indonesia, bahkan hampir disetiap tahunnya pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa melebihi tingkat
pertumbuhan rata-rata nasional. Berdasarkan pendekatakan teori Hipotesa Kuznet U terbalik, Pulau
Jawa berada pada fase peningkatan pertumbuhan dengan degradasi lingkungan. Oleh karena itu Pulau
Jawa memerlukan perencanaan regulasi kebijakan yang mengarah kepada sustainable. Faktanya
pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa menunjukan tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan nasional, namun pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas
lingkungan. Oleh karea itu nampaknya belum terjadi pembangunan berkelanjutan di Pulau Jawa,
dengan demikian penelitian ini berfokus pada bagaimana mempercepat terjadinya pembangunan
berkelanjutan di Pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan (i) untuk mengestimasi keterkaitan kualitas
lingkungan hidup dengan pertumbuhan ekonomi, (ii) untuk mengestimasi keterkaitan kualitas
lingkungan hidup dengan produktivitas, (iii) untuk mengestimasi keterkaitan kualitas lingkungan
hidup dengan kepadatan penduduk. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebuah temuan (i)
pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa berdampak negatif signifikan terhadap kualitas lingkungan
hidup, (ii) pendapatan perkapita di Pulau Jawa berdampak positif signifikan terhadap kualitas
lingkungan hidup, (iii) kepadatan penduduk di Pulau Jawa berdampak negative signifikan terhadap
kualitas lingkungan.

Kata kunci: iklh, pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi

Analysis of Sustainable Development on the Island of Java


Fauzan Muhammad
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email : f.fauzanmuhammad19@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to look at the characteristics of sustainable development in Java Island.
Sustainable development has become a problematic issue to create sustainability for future
generations. The concept of sustainable development occurs when economic development in each of
its production activities can be continuously carried out for future generations without increasing the
level of environmental degradation. Java Island is an area in Indonesia which has the largest average
economic growth, even exceeding the national average growth rate. Based on the interverted Kuznet
U Hypothesis theory approach, Java Island is in the phase of increasing economic growth with
environmental degradation. Therefore, Java Island requires policy or regulations that lead to
sustainability. The fact is that the economic growth in Java show a higher level than national growth,
but the high growth is not matched by an increase in environmental quality. Therefore, it seems that
there has not been sustainable development in Java, thus this research focuses on how to accelerate
the occurrence of sustainable development in Java. This study aims (i) to estimate the relationship

between environmental quality and economic growth, (ii) to estimate the relationship between
environmental quality and productivity, (iii) to estimate the relationship between environmental
quality and population density. Based on the results of the study, it was found that (i) economic
growth in Java had a significant negative impact on environmental quality, (ii) income per capita in
Java had a significant positive impact on environmental quality, (iii) population density in Java had a
significant negative impact on quality of life environment.
Keywords: Iklh, sustainable development, economic growth.

_____________________________________________________________________________

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan perkapita penduduk di sebuah negara dalam jangka panjang. Lebih lanjut, pertumbuhan
ekonomi seringkali disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara. Menurut Sukirno (1990) pembangunan ekonomi adalah
upaya meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi menjadi
ekonomi yang potensial. Paling tidak terdapat lima upaya dalam meningkatkan pendapatan perkapita,
yaitu: (i) melakukan penanaman modal, (ii) penggunaan teknologi, (iii) penambahan pengetahuan,
(iv) peningkatan ketrampilan, (v) penambahan kemampuan berorganisasi, dan menejemen. Sampai
pada titik ini, model pembangunan ekonomi yang diharapkan terjadi adalah pembangunan
berkelanjutan.
Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekarang
dan masa yang akan mendatang. Namun pada dasarnya pembangunan berkelanjutan berkonsentrasi
terhadap tiga pilar yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan ekologi atau lingkungan, dan
pembangunan masyarakat. Pertama, pada irisan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan
masyarakat akan menghasilkan konsep inklusifitas atau seberapa besar peran masyarakat dalam
pembangunan ekonomi. Kedua, irisan antara pembangunan masyarakat dengan pembangunan ekologi
akan menghasilkan konsep utopianis atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan lingkungan.
Ketiga, irisan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan ekologi akan menghasilkan konsep
konservatif atau keberlanjutan. Sehingga pada akhirnya dari ketiga irisan ini akan membentuk yang
namanya pembangunan keberlanjutan. Konsep dasar daripada pembangunan keberlanjutan adalah
konsep kebutuhan dan konsep keterbatasan. Konsep kebutuhan difokuskan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia, sementara konsep keterbatasan adalah ketersediaan dan kapasitas yang
dimiliki lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Maka dari itu untuk terjadinya
pembangunan keberlanjutan maka diperlukan keseimbangan antara kebutuhan dan keterbatasan itu
sendiri, Hal ini semata mata untuk mencapai suatu keharmonisan antara ketiga pilar tersebut maka
pelaksanaan pembangunan harus seusai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pada
dasarnya pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah capaian yang harus dilakukan oleh seluruh
warga negara Indonesia tidak terkecuali di Pulau Jawa. Menurut Arsyad, L (1997), pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur
ekonomi ataupun tidak. Faktanya pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa mendapatkan capaian yang
lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan nasional. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tidak diimbangi dengan meningkatnya kualitas lingkungan hidup. Maka dari itu nampaknya
belum terjadi pembangunan berkelanjutan di Pulau Jawa. Sehingga penelitian ini berfokus kepada
bagaimana mempercepat terjadinya pembangunan keberlanjutan di Pulau Jawa.
Pembangunan ekonomi merupakan syarat yang harus dilakukan dan mutlak apabila suatu
wilayah ingin mengalami pertumbuhan ekonomi. Suatu wilayah yang sejahtera dapat dikatakan
apabila pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut mengalami peningkatan yang signifikan.
Namun tak luput dari konsep pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada kualitas lingkungan


hidup. Menurut Beckerman (1992) adanya korelasi yang kuat antara pendapatan dan ukuran
perlindungan lingkungan menunjukan hubungan yang positif. Bahkan lebih lanjut di negara
berkembang pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan kemampuan terhadap perbaikan lingkungan.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa dan Indonesia Tahun 2011-2019

7
6,25
5,5
4,75
4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
indonesia jawa

Sumber : Badan Pusat Statistik 2017,diolah


Berdasarkan gambar 1.1, pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa cenderung lebih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2011 hingga 2019. Hal ini dapat
diartikan bahwa setiap sektor yang menyumbang pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa cenderung
meningkat setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik, 2019). Fenomena ini menunjukan bahwa
pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa berjalan dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat di Pulau jawa seharusnya membawa
kondisi yang baik bagi keadaan sekitarnya khususnya kualitas lingkungan hidup. Pertumbuhan
ekonomi secara tidak langsung menuntut peningkatan produksi barang dan jasa sehingga kebutuhan
ekonomi dapat terpenuhi oleh masyarakat dalam konteks global.
Pada kasus di Pulau Jawa tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan skala nasional akan tetapi, aktivitas ekonomi yang dilakukan akan cenderung membawa
fase penurunan kualitas lingkungan hidup. Oleh karna itu kualitas lingkungan hidup sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembangunan ekonomi ( Todaro & Smith 2011).
Pada Indeks Kualitas Lingungan Hidup (IKLH) dari tahun 2011-2019 tingkat kualitas
lingkungan hidup di Pulau Jawa masih jauh dibawah rata-rata nasional. Kerusakan lingkungan yang
paling menonjol terdapat di DKI jakarta yaitu sebesar 41.8% pada tahun 2011 dan secara terus
menerus mengalami penurunan hingga mencapai 38.7% pada tahun 2016 (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2016). Hal ini mengidentifikasikan bahwa pembangunan ekonomi di Jakarta bisa dikatakan
jauh dari kata pembangunan yang berkelanjutan karna dapat diketahui dengan penurunan kualitas
lingkungan hidup yang terus merosot tajam. Hal ini mengidentifikasi bahwa dari keseluruhan setiap
provinsi pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa yang lebih tinggi daripada nasional tidak serta merta
diikuti dengan aspek lingkungan, maka dari itu pertumbuhan di Pulau Jawa masih jauh dari kata
konsep pembangunan berkelanjutan itu sendiri. Fenomena tersebut menunjukan bahwa perlu adanya
perbaikan kualitas lingkungan lingkungan di Pulau Jawa.
Gambar 1.2 Grafik Kualitas Ligkungan Hidup di Pulau Jawa dan Indonesia Tahun 2011-2019

80

70

60

50

40
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Indonesia Jawa

Sumber : Kementrian lingkungan hidup 2016, diolah


Pada gambar 1.2 kualitas lingkungan hidup di pulau Jawa cenderung lebih rendah jika
dibandingkan dengan Indonesia, dimana jika kita lihat lebih dalam lagi perbandingan kualitas
lingkungan hidup di Jawa dan Indonesia memiliki jarak yang cukup jauh pada tahun 2011-2019,
perbandingan yang paling signifikan pada kerusakan lingkungan di Pulau Jawa terjadi pada tahun
2014 yaitu hampir mencapai titik 45%, dimana pada hal tersebut kerusakan lingkungan hidup yang
dialami Pulau Jawa sudah sangat mencemaskan. Kerusakan yang terjadi di Pulau Jawa akibat aktivitas
kegiatan ekonomi secara besar-besaran dan tidak terkendali telah mengeksploitasi sumber daya alam
di Pulau Jawa secara masif.

Pertumbuhan ekonomi bukan hanya sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan di suatu
wilayah akan tetapi kualitas lingkungan hidup juga menjadi salah satu indikator yang sangat penting
demi terjadinya pembangunan ekonomi yang secara berkelanjutan dan untuk generasi yang akan
datang. Maka dari itu perlu adanya kebijakan yang realistis dan dapat dilaksanakan disertai dengan
sistem pengendalian yang tepat. Eksploitasi sumberdaya alam disarankan sebaiknya pada sumber
daya alam yang terbarui sehingga ekosistem dapat bertahan untuk generasi yang akan datang.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi sekarang dan masa depan. Millenium Development Goals (MDGS) merupakan paradigma
pembangunan global demi kesejahteraan dunia. Konsep ini disepakati oleh 189 negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada konferensi tingkat tinggi di New York pada September tahun
2000. Deklarasi millenium menghimpun komitmen dunia untuk menangani isu perdamaian,
keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Fokus utama
Millenium Development Goals adalah pembangunan manusia dan kemajuan yang yang terukur,
terdapat delapan arah pembangunan yang disepakati oleh global, salah satunya adalah menjamin
keberlangsungan lingkungan (bappenas, 2011).
Setelah berkembangnya era global Millenium Development Goals (MDGS) mengalami
beberapa revisi sehingga melahirkan sebuah konsep pembangunan yang baru yaitu adalah SDGs atau
Sustainable Development Goals. Sustainable Development Goals adalah pembangunan yang menjaga
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang
menjaga keberlanjutan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup
serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga
peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.
SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk mensejahterakan
masyarakat yang mencakup 17 tujuan yaitu (i)Tanpa kemiskinan.(ii)Tanpa kelaparan. (iii)Kehidupan
sehat dan sejahtera. (iv)Pendidikan berkualitas.(v)Kesetaraan gender. (vi)Air bersih dan sanitasi layak.
(vii)Energi bersih dan terjangkau. (viii)Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. (ix)Industi,
inovasi, dan infrastruktur. (x)Berkurangnya kesenjangan. (xi)Kota dan pemukiman yang
berkelanjutan. (xii)Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. (xiii)Penanganan perubahan
iklim. (xiv)Ekosistem lautan. (xv)Ekosistem daratan. (xvi)Perdamaian, keadilan dan kelembagaan
yang tangguh. (xvii) Kemitraan untuk mencapai tujuan.
Konsep Pertumbuhan
Pembangunan ekonomi merupakan syarat yang harus dilakukan dan mutlak apabila suatu
wilayah ingin mengalami pertumbuhan ekonomi. Suatu wilayah yang sejahtera dapat dikatakan


apabila pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut mengalami peningkatan yang signifikan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus diikuti dengan kualitas lingkungan yang baik, sehingga
pertumbuhan suatu wilayah sangat penting agar terciptanya masyarakat di wilayah tersebut sejahtera.
Pertumbuhan ekonomi di suatu negara terus mengalami perubahan yang melahirkan teori
tahapan ekonomi, menurut para ahli teori tahapan ekonomi disempurnakan atas tahapan masyarakat
tradisional (tradisional society), tahap prasyarat tinggal landas (preconditions for take off), tahap
tinggal landas (take off), tahap menuju kedewasaan (drive to maturity), dan tahap konsumsi tinggi
(high mass consumption). Pertumbuhan ekonomi yang pesat pada umumnya diikuti oleh kerusakan
lingkungan. Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan
perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dari tahun
sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan dari PDRB pada satu
tahun tertentu dengan PDRB tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu
bentuk kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pada umumnya para ekonomi
menggunakan data Gross Domestik Product (GDP) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP atau GNP saja tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk atau apakah ada perubahan
struktural ekonomi (Arsyad, L 1997).
Teori Hipotesa Kuznet
Hipotesis Kuznet sebenarnya mengidentifikasikan pertumbuhan ekonomi sebagai faktor
penentu perubahan degradasi lingkungan dalam jangka panjang. Kuznet berpendapat bahwa degradasi
lingkungan naik seiring dengan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi setelah mencapai titik maksimum
degradasi lingkungan akan menurun seiring dengan pembangunan ekonomi yang lebih baik lagi. Oleh
karna itu, hubungan antara degradasi lingkungan dan GDP perkapita membentuk kurva U-terbalik.
Kurva Lingkungan Kuznet (Environmental Kuznet Curve) dikenal sebagai teori pertama yang
menggambarkan tentang hubungan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan
sebuah negara. Menurut teori ini ketika pendapatan suatu negara masih tergolong rendah, maka
perhatian negara tersebut akan tertuju pada bagaimana cara meningkatkan pendapatan negara, baik
melalui produksi, investasi yang memungkinkan mendorong terjadinya tingkat pendapatan dengan
mengesampingkan permasalahan kualitas lingkungan. Akibatnya pertumbuhan pendapatan akan
diikuti oleh kenaikan degradasi lingkungan dan kemudian akan menurun dengan pembangunan yang
terus berjalan. Teori ini dikembangkan atas dasar permintaan akan kualitas lingkungan yang
meningkatkan pengawasan sosial dan regulasi pemerintah sehingga masyarakat akan lebih sejahtera.
Tahapan pembangunan ekonomi dengan degradasi lingkungan dalam bentuk kurva Kuznet
yang di kenal sebagai Environmental Kuznet Curve (EKC) yang dibagi atas tiga tahap pembangunan,
yaitu pada tahap pertama, pembangunan ekonomi akan diikuti dengan degradasi lingkungan yang di
sebut sebagai pre-industrial economic, tahap kedua dikenal sebagai industrial economic, dan tahap
ketiga dikenal sebagai post industrial economics. Pergerakan ini akan meningkatkan penggunaan
sumberdaya alam, dan peningkatan degradasi lingkungan. Setelah itu industrialisasi akan memperluas
perannya pada pembentukan produk nasional domestik yang semakin stabil. Adanya investasi asing
juga telah mendorong terjadinya transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industrial.
Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian suatu negara akan menyebabkan polusi di
negara tersebut. Pada tahap berikutnya transformasi ekonomi akan terjadi berupa pergerakan dari
sektor industri ke sektor jasa. Pergerakan ini akan diikuti oleh penurunan polusi yang sejalan dengan
peningkatan pendapatan. Selain itu peningkatan permintaan akan kualitas lingkungan berjalan seiring
dengan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan iikuti oleh kemampuan masyarakat
untuk mengganti kerugian atas kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi,
Panayotou (2003). Sedangkan menurut Shaharir, A (2013) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
awalnya akan meningkatkan degradasi lingkungan.

Konsep daya dukung wilayah dan Kepadatan Penduduk

Daya dukung wilayah adalah daya tampung maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh
manusia, atau dapat diartikan sebagai populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu
ekosistem tanpa merusak ekosistem itu sendiri. Daya dukung dapat diartikan pula sebagai tingkat
maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung dengan tak terbatas
tanpa merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian ekosistem. Sebenernya konsep dari daya
dukung wilayah dan lingkungan ini sudah banyak menjadi perbincangan. Dengan semakin besarnya
tekanan penduduk suatu wilayah dan pembangunan terhadap lingkungan maka perlu adanya daya
dukung wilayah sebagai komoditi yang harus dimaksimalkan dan dijaga. Pertambahan penduduk yang
pesat dengan segala aktifitasnya menyebabkan kebutuhan akan lahan bagi kegiatan produksi ekonomi
semakin bertambah pula. Pengerian daya dukung wilayah dan lingkungan menurut undang-undang
Nomor 23 tahun 1997 Tentang pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu kemampuan lingkungan untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Konsep daya dukung wilayah dan
lingkungan ini sangat berkaitan dengan pembangunan yang berkelanjutan karena dalam konsep daya
dukung wilayah, pembangunan yang di lakukan pada saat ini harus berkesinambungan atau bisa
dirasakan juga oleh generasi yang akan datang.
Konsep daya dukung wilayah sebenarnya sudah dibahas oleh para ahli ekonomi seperti
Thomas Robert Malthus. Malthus mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur
sedangkan pertumbuhan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung. Teori Malthus ini
jelas mempertimbangkan keseimbangan pertambahan jumlah penduduk menurut deret ukur dan
sumber pangan menurut deret hitung. Teori Malthus pun sebenarnya sudah mempertimbangkan
persoalan daya dukung lingkungan dan daya tampung jumlah penduduk harus seimbang dengan batas
ambang lingkungan, agar tidak membebankan lingkungan atau mengganggu daya dukung lingkungan
(Conway, 2015).
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012),
metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji penelitian yang telah
ditetapkan. Dalam penelitian ini menggunakan variabel terkait yaitu Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH), dan variabel bebas yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Teknologi, dan Daya Dukung
Wilayah. Ruang lingkup penelitian pada enam provinsi di Pulau Jawa yaitu Banten, Jawa Barat, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data 9 tahun
terakhir dari tahun 2011-2019. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan sembilan tahun terakhir
2011-2019 dan enam provinsi di Pulau Jawa. Data-data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik
Indonesia dan Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia, dan jurnal yang berhubungan dengan
penelitian ini serta buku-buku referensi yang menyangkut dengan penelitian ini.Teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah melalui studi kepustakaan (library study), yaitu dengan mempelajari
literatur-literatur yang berkaitan dengan bidang studi dan permasalahan yang akan diteliti kemudian
dihubungkan satu sama lainnya sehingga diperoleh hasil yang akan membantu menjawab
permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode analisis komparatif. Model analisis komparatif adalah penelitian yang
membandingkan keadaan satu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau dua
waktu yang berbeda (Sugiyono, 2012). Penelitian komparatif dilakukan untuk membandingkan

persamaan dan perbedaaan dua atau lebih fakta pada objek yang diteliti. Menurut Nazir (2005)
penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara
mendasar tentang sebab dan akibat dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya suatu
fenomena tertentu. Tujuan dari penelitian komparatif adalah (i) untuk membandingkan persamaan dan
perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat objek yang diteliti berdsarkan kerangka pemikiran
tertentu.(ii) untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau
kerangka piker tertentu. (iii) Untuk menentukan yang lebih baik sebagai pilihan. (iv) untuk
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap
akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan maka dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi di
Pulau Jawa belum mengarah kepada tahap keberlanjutan atau sustainable. Kemudian berdasarkan
hasil uji komparasi pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh dan berkaitan erat kepada kualitas
lingkungan hidup di Pulau Jawa. Perubahan struktur ekonomi dari sektor primer menuju sektor
industri pada pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi kestabilan lingkungan oleh karena itu
dibutuhkan kebijakan yang tepat sasaran guna untuk menekan terjadinya degradasi lingkungan yang
semakin memburuk. Pemanfaatan penggunaan teknologi yang tepat diharapkan dapat membantu
mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi penggunaan teknologi juga harus
mementingkan kestabilan kualitas lingkungan demi keberlanjutan terhadap generasi yang akan
datang, oleh karena itu pembangunan teknologi harus dapat digunakan secara efisien dan efektif.

Berdasarkan Gambar 4.14 dari hasil uji komparatif maka didapatkan gambaran berupa pertumbuhan
ekonomi di Pulau Jawa tahun 2011 pada fase awal sempat mengalami perbaikan kualitas lingkungan
namun pada fase tahapan akhir pertumbuhan yang cepat tanpa dimbangi dengan pelestarian
lingkungan dapat mengakibatkan degradasi atau kerusakan lingkungan yang semakin memburuk.
Sedangkan pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi bergerak hampir serupa dengan tahun 2011, pada
fase awal pertumbuhan ekonomi melaju dari 5,5% hingga mencapai pada titik puncak 8%, namun
pada tahapan akhir pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 masih belum mampu menekan kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan akibat aktivitas ekonomi. Pada tahun 2019 terdapat perbedaan dari
tahun 2011 dan 2015, peningkatan pertumbuhan ekonomi semakin naik dari tahun sebelumnya melaju
hingga titik 9,5% dan degradasi lingkungan belum mampu ditekan. Artinya pertumbuhan ekonomi
yang dialami di Pulau Jawa ditahun 2011 masih tergolong lebih baik jika dibandingkan dengan tahun

berikutnya yaitu 2015 dan 2019 karena pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 melaju pesat hingga
mencapai 14% , sedangakan pada tahun 2015 dan 2019 hanya mencapai kisaran 12% dan 9,5%.
Percepatan pertumbuhan ini berdampak pada kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat
pembangunan ekonomi yang terbilang masih belum mampu menekan degradasi. Pembangunan
ekonomi yang tinggi sangat membutuhkan energi dan sumberdaya yang besar pula, oleh karena itu
eksploitasi sumberdaya yang besar-besaran dapat mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan
hidup. Maka jika terus dibiarkan pembangunan ekonomi yang sifatnya merusak lingkungan akan
berdampak buruk pada generasi yang akan datang, sehingga perlu adanya regulasi kebijakan yang
terkait mengenai analisis dampak lingkungan di tinjau lebih lanjut.

Hasil Uji Komparatif Hubungan antara Kualitas Lingkungan Hidup dengan Pendapatan
perkapita

Berdasarkan gambar dari hasil uji komparatif maka didapatkan gambaran tingkat
produktivitas di Pulau Jawa pada tahun 2011 cendurung mendatar tetapi masih belum mencapai pada
tahapan pembangunan yang berkelanjutan yang ditunjukan penurunan terhadap kualitas lingkungan.
Namun di tahun 2015 produktivitas yang meningkat hingga hampir mencapai 45% cendurung
membawa pada fase perbaikan lingkungan hingga mencapai 60%. Sedangkan pada tahun 2019
peningkatan pembangunan teknologi yang semakin tinggi hingga mencapai 60% membawa dampak
positif terhadap kualitas lingkungan hidup. Artinya pembangunan teknologi yang terjadi di Pulau
Jawa jika digunakan secara efektif dan efisien akan membawa dampak positif terhadap kualitas
lingkungan sehingga generasi yang akan datang akan turut merasakan dampak daripada pebangunan
itu sendiri.

Hasil Uji Komparatif Hubungan antara Kualitas Lingkungan Hidup dengan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan gambar 4.16 dari hasil uji komparatif didapatkan berupa gambaran bahwa
tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2011 cenderung membawa fase kepada penurunan kualitas
lingkungan hingga dibawah 50%. Namun pada tahun 2015 terdapat perbaikan terhadap kualitas
lingkungan yang ditunjukan peningkatan hingga mencapai 58%. Akan tetapi pada tahun 2019
peningkatan kepadatan penduduk yang terus melaju tinggi belum mampu menekan degradasi
lingkungan. Akibat dari peningkatan jumlah penduduk membawa degradasi lingkungan menurun
secara signifikan hingga mencapai 50%. Pada kasus seperti ini menggambarkan perilaku masyarakat
di Pulau Jawa belum sadar akan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan di setiap aktivitasnya.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, teradpat dua kesimpulan yaitu:
1. Pembangunan di Pulau Jawa belum mencapai pada tahap pembangunan yang
berkelanjutan.
2. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi di Pulau Jawa, pembangunan ekonomi baik
peningkatan aktivitas ekonomi dan kepadatan penduduk harus lebih ramah lingkungan.
Saran
Berdasarkan temuan yang dibahas pada bab sebelumnya, saran yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Perlu penguatan kebijakan yang tepat sasaran seperti AMDAL sehingga aktivitas
ekonomi dapat lebih memperhatikan kualitas lingkungan hidup.
2. Perlu percepatan penggunaan energi alternatif untuk mengurangi eksternalitas negatif dari
proses industrialisasi.
3. Perlu adanya penambahan ruang terbuka hijau khususnya di daerah padat penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, L. (1997). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN
Ashar, et.al. (2018) Analisis Implementasi Pembangunan Berkelanjutan di Jawa Timur.
Jurnal ilmu ekonomi dan pembagunan. Vol 18 no 1.

Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. Jawa Timur: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. Jawa Barat: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. Jawa Tengah: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. DKI Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. Banten: Badan Pusat
Statistik Provinsi.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. DI Yogyakarta: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2019. Produk Domestik Regional Bruto. Jawa Timur: Badan Pusat
Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2019. Produk Domestik Regional Bruto. Jawa Barat: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2019. Produk Domestik Regional Bruto. Jawa Tengah: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2019. Produk Domestik Regional Bruto. DKI Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2019. Produk Domestik Regional Bruto. Banten: Badan Pusat
Statistik Provinsi.
Badan Pusat Statistik. 2019. Produk Domestik Regional Bruto. DI Yogyakarta: Badan Pusat
Statistik.
Bapennas. 2011. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia.
Beckerman, W. (1992). Economics Growth and The Environment: Whose growth? Whose
environtment? World Development Journal. Vol. 20, 481-496.
Conway, E. (2015). 50 Gagasan Ekonomi yang Perlu di Ketahui. Jakarta: Esensi Erlangga
Group.
Dea, Y. (2014). Analisis Empiris Environmental Kuznet Curve (EKC) terkait Orientasi Energi.
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. Vol 15. 161-170.
Grossman, K. A. (1991). Environmental Impacts of a North American Free Trade Agreement.
NBER Working Paper Series.
Ibrahiem, D. M. (2016). Environmental Kuznets Curve, An Empirical Analysis for
Carbondioxide Emissions in Egypt. International Journal of Green Economics. 1-5.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2016). Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup Indonesia. Jakarta.
Markandya, et.al. (2004), Empirical Analysis of National Income and SO2 Emissions in
Selected European Countries, International Energy Markets. 221-257.
Müller et.al (2005), Exploring the Carbon Kuznets Hypothesis. Oxford Institute for Energy
Studies. 23.
Panayotou, T. (2003). Economic growth and environment. Harvard University and Syprus
International Intitute of Management.
Pezzy, J. (1992). Sustainability: An Interdisciplinary Guide. Environmental, The White Horse
Press: Cambridge, UK. Values 1, no 4.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Shaharir, A. (2013). The Need for a New Definition of Sustainability. Journal of Indonesian
Economy and Business Vol.28, 251-268.
Sukirno, S. (2002). Mikroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2011). Pembangunan Ekonomi Jilid I (11th ed.). Jakarta:
Erlangga.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai