Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN NILAI PANCASILA SEBAGAI PENGUATAN

IDENTITAS MANUSIA INDONESIA DI SMAN 11 SEMARANG

Martina Puspita R.
PPG Prajabatan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Semarang
martinapuspita@gmail.com

Abstrak: Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk penerapan


nilai Pancasila sebagai penguatan identitas manusia Indonesia di lingkungan SMA
Negeri 11 Semarang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, yaitu
mengamati tanda, simbol, atau lambang, dan aktivitas warga sekolah. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa penerapan nilai-nilai Pancasila di SMA Negeri 11 Semarang
terwujud dalam simbol dan aktivitas warga sekolah. Penerapan nilai Pancasila pertama,
yakni tersedianya masjid di lingkungan sekolah, adanya aktivitas berdoa sebelum dan
setelah pelajaran, ibadah Salat Jumat bersama, serta adanya kelas dan guru agama
Kristen dan Katolik. Penerapan nilai Pancasila kedua, yakni adanya pesan bijak di
tembok-tembok sekolah, pemberian tablet tambah darah, dan pelaksanaan vaksinasi.
Penerapan nilai Pancasila ketiga, yakni pesan bijak di tembok sekolah dan mading,
bersenda gurau di taman sekolah, ekstrakulikuler wajib Pramuka, pentas seni tahunan,
Proyek Profil Pelajar Pancasila, dan banner tata tertib. Penerapan nilai Pancasila
keempat, yakni Organisasi Siswa dan kegiatan class meeting, serta diskusi kelas dan
rapat guru. Penerapan nilai Pancasila kelima, yaitu adanya perpustakaan dan etalase
karya peserta didik.

Kata kunci: penerapan, nilai Pancasila, SMAN 11 Semarang

PENDAHULUAN

Identitas manusia Indonesia merujuk pada sebuah pemahaman


mengenai karakteristik atau ciri khas yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Mendefinisikan identitas manusia Indonesia berarti menjelaskan perihal
karakteristik yang melekat dalam diri masyarakat, baik ideologi, sikap, maupun
budaya. Dari luas total wilayah Indonesia, yakni 7,81 juta km2 terdapat 1.340
suku bangsa (Pratama, 2020). Maka, pendeskripsian identitas manusia
Indonesia haruslah mewakili karakteristik semua suku, tanpa terkecuali.
Beragamnya suku bangsa berarti beragam pula kesenian, adat istiadat,
dan budaya yang merupakan sebuah keuntungan bagi Indonesia. Dari sanalah
akan terbentuk identitas nasional yang unik dengan segala unsur
pembangunnya. Akan tetapi, keberagaman tersebut juga sekaligus menjadi
tantangan tersendiri. Dalam mencapai pembangunan identitas nasional yang
kuat, keberagaman suku bangsa di Indonesia perlu dipersatukan. Pemersatuan
bersifat mutlak untuk menuju pengaktualisasian visi dan misi pembangunan
nasional bersama.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pada tanggal 1 Juni 1945 Ir.
Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia,
yakni Pancasila. Panca artinya lima dan sila artinya prinsip atau asas. Pada saat
itu, Ir. Soekarno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia. Sila pertama
“Kebangsaan”. Sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”. Sila ketiga
“Demokrasi”. Sila keempat “Keadilan Sosial”. Sila kelima “Ketuhanan yang Maha
Esa”. Bersama dengan panitia Sembilan, Ir. Soekarno mematangkan perumusan
Pancasila. Akhirnya pada 18 Agustus 1945, Pancasila sah menjadi Mukadimah
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara Indonesia (kumparan.com,
2021).
Pancasila sebagai dasar negara, berperan penting dalam kehidupan
ketatanegaraan, sumber hukum nasional, dan komponen penting terbebasnya
dari penjajahan negara lain (Pusdatin, 2021). Apabila Indonesia tidak memiliki
Pancasila sebagai dasar negaranya, dikhawatirkan negara akan kacau dan
kesulitan dalam menyenggarakan pemerintahan sebab sering terjadinya konflik.
Peran dan fungsi yang tak kalah penting dari Pancasila adalah sebagai alat
pemersatu bangsa. Seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis dalam
lambang negara, Garuda Pancasila, memiliki arti “berbeda-beda tetapi tetap
satu”, begitulah peran dan fungsi Pancasila bagi Indonesia. Dengan adanya
Pancasila, keberagaman suku bangsa dapat berjalan beriringan dalam sebuah
harmoni kehidupan sosial yang majemuk (Martoredjo, 2022). Hal tersebut
mencerminkan bahwa kebhinekaan merupakan salah satu identitas manusia
Indonesia.
Sebagai sebuah identitas, sudah selayaknya bangsa Indonesia
mengenali dan menghayati setiap nilai yang termaktub dalam kelima sila dasar.
Penghayatan tersebut tidak sekadar menjadi praktik mengenali jati diri bangsa.
Akan tetapi, juga melanggengkan prinsip-prinsip nasionalisme dalam Pancasila.
Hal ini perlu dilakukan oleh setiap insan Indonesia. Semua pihak berkewajiban
mengimplementasikan dan mendiseminasikan nilai-nilai Pancasila, baik melalui
ruang publik, training, ataupun treathment secara personal.
Tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari
menjadi lebih besar seiring dengan perkembangan teknologi. Zaman yang sudah
memasuki era revolusi industri 4.0 mempertebal kenisbian peran dan fungsi
Pancasila. Dampak dari fenomena keberlimpahan informasi di era ini adalah
adanya temuan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia memiliki masalah
kesehatan mental (Gloria, 2022). Selain itu, ada pula bandwagon effect, istilah
yang menggambarkan fenomena kecenderungan seseorang mempercayai dan
melakukan sesuatu karena kebanyakan orang melakukannya (Djuna & Fadillah,
2022:19). Fenomena bandwagon effect kerap terjadi akibat viralnya sebuah tren
di media sosial. Tentu fenomena ini berpotensi mengikis karakter bangsa,
khususnya pelajar yang masih dalam usia pencarian identitas diri dan semakin
menjauhkan dari identitas manusia Indonesia.
Sekolah sebagai lingkungan kedua pelajar melakukan interaksi sosial
berkewajiban memenuhi hak-hak mereka dalam mengenali dan memahami nilai-
nilai dalam Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila di lingkungan sekolah
menjadi sebuah hal yang sangat urgen pada masa kini. Praktik penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran perlu sepenuhnya mengacu pada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal tersebut tidak
bisa diabaikan sebab segala peraturan perundang-undangan dirumuskan
berlandaskan pada Pancasila.
Sejak dilantiknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, muncul istilah baru dalam dunia pendidikan,
yakni profil pelajar Pancasila. Pada dasarnya, profil pelajar Pancasila adalah
sebuah proyek penguatan nilai-nilai Pancasila yang dicanangkan oleh Menteri
Nadiem Makarim dengan sasaran para pelajar di Indonesia. Beragam bentuk
penerapan nilai-nilai Pancasila pun semakin sering dilakukan di setiap instansi
pendidikan, termasuk oleh SMA Negeri 11 Semarang. SMA Negeri 11 Semarang
merupakan sekolah dengan total peserta didik terbanyak se-Kota Semarang,
yaitu 1697 orang. Selain menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di sekolah,
SMA Negeri 11 Semarang juga menyelenggarakan praktik belajar mengajar di
GOR Jati Diri untuk peserta didik atlet. Praktik penerapan nilai-nilai Pancasila di
lingkungan SMA Negeri 11 Semarang menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut,
mengingat heteroginitas dan kuantitas latar belakang peserta didik yang sangat
tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, yakni pentingnya
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan pendidikan dan
mengaitkannya pada praktik penerapan oleh SMA Negeri 11, maka rumusan
masalah yang diajukan, yaitu: Bagaimana bentuk-bentuk penerapan nilai
Pancasila sebagai penguatan identitas manusia Indonesia di SMA Negeri 11
Semarang? Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah
untuk mengetahui bentuk-bentuk penerapan nilai Pancasila sebagai penguatan
identitas manusia Indonesia di SMA Negeri 11 Semarang.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Data dikumpulkan melalui teknik observasi. Observasi lapang dilakukan untuk
mengamati ekosistem SMA Negeri 11 Semarang untuk menemukan simbol atau
tanda yang menjadi bentuk penerapan nilai-nilai Pancasila, mengamati kegiatan
pembelajaran, dan aktivitas peserta didik dengan guru saat di luar kelas. Teknik
keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi, yakni triangulasi teori
dan sumber data. Analisis data menggunakan teknik analisis konten untuk
mengetahui makna lambang dan simbol yang ada di sekitar ekosistem sekolah.
Subjek penelitian adalah peserta didik, guru, kepala sekolah, dan karyawan.
Tempat pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 11 Semarang.

HASIL & PEMBAHASAN


Penerapan atau implementasi bukan sebatas aktivitas, tetapi kegiatan terencana
dan dilakukan secara serius sesuai aturan atau pedoman tertentu guna
mencapai sebuah tujuan (Prafitasari, 2016:36). Berdasarkan penelitian mengenai
penerapan nilai-nilai Pancasila di SMA Negeri 11 Semarang, diketahui bahwa
ada beberapa bentuk penerapan yang sudah dilakukan dan dampak yang
ditimbulkan. Berikut pemaparan lengkapnya.

Bentuk-Bentuk Penerapan Nilai-Nilai Pancasila


1. Nilai Pancasila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Dengan butir-butir pengamalan, antara lain:
Butir 1: Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Butir 2: Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Butir 3: Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Butir 4: Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Butir 5: Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
Butir 6: Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Butir 7: Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.

• Tersedianya Masjid
Penerapan nilai Pancasila
pertama terlihat dari adanya
bangunan masjid di lingkungan
SMA Negeri 11 Semarang.
Masjid sebagai tempat
beribadah warga sekolah
menjadi perwujudan diterapkannya butir pertama mengenai kepercayaan dan
ketaqwaan warga sekolah terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, juga
sebagai bentuk pengamalan butir kelima yang menyatakan bahwa agama dan
kepercayaan merupakan masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Berhubungan dengan hal tersebut, pihak
sekolah menyediakan masjid agar warga yang beragama Islam dapat beribadah
dengan khusyuk.

• Aktivitas Berdoa Sebelum dan Setelah Pelajaran


Penerapan nilai Pancasila pertama pada kegiatan pembelajaran di kelas,
yaitu diajaknya peserta didik oleh guru untuk berdoa terlebih dahulu sebelum
memulai kegiatan pembelajaran. Aktivitas ini dilakukan oleh setiap guru di semua
mata pelajaran. Dari ketujuh butir nilai pertama, aktivitas ini mencerminkan
penerapan butir pertama sekaligus kedua. Adapun penerapan butir ketiga, yaitu
saat guru mempersilakan peserta didik beragama selain Islam untuk memimpin
doa. Jadi, aktivitas berdoa di setiap kegiatan tidak selalu dipimpin oleh guru dan
peserta didik yang beragama Islam, tetapi juga peserta didik beragama selain
Islam.
• Salat Jumat bersama
Di hari Jumat, SMAN 11 Semarang menyelenggarakan ibadah Salat Jumat
yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Penyelenggaraan dilakukan usai KBM
selesai. Lingkungan sekolah di jam-jam ibadah Salat Jumat sangat hening, meski
di lingkungan sekolah masih banyak peserta didik putri yang menunggu
pelaksanaan ekstrakurikuler Pramuka. Ekstrakurikuler Pramuka diselenggarakan
seusai ibadah Salat Jumat. Saat ibadah berlangsung, tidak ada suara yang
berasal dari lapangan ataupun ruang seni akibat aktivitas peserta didik putri
ataupun peserta non-Islam. Padahal sangat memungkinkan suara-suara ramai
dari dua tempat tersebut muncul. Kondisi yang hening selama Salat Jumat
menandakan adanya toleransi dari warga sekolah beragama Islam yang tidak
mengikuti Salat Jumat dan warga sekolah beragama lain kepada warga sekolah
beragama Islam.

• Kelas dan Guru Agama Kristen dan Katolik


Jumlah peserta didik di SMA Negeri 11 Semarang sangat banyak dan
agama yang dianut peserta didik tidak hanya Islam, tetapi ada Kristen dan
Katolik. Karena itulah, pihak sekolah memfasilitasi peserta didik beragama
Kristen dan Katolik dengan ruang pelajaran agama Kristen & Katolik yang
terletak di lantai 2 bersebelahan dengan ruang seni. Guru yang mengajar pun
beragama Kristen / Katolik. Para guru tidak datang ke sekolah hanya saat ada
pelajaran agama Kristen & Katolik, tetapi mereka senantiasa stand by di sekolah
seperti guru mata palajaran lainnya. Adanya fasilitas ruangan dan guru ini
mencerminkan penerapan nilai Pancasila pertama butir ketujuh.

2. Nilai Pancasila Kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”


Dengan butir-butir pengamalan, antara lain:
Butir 1: Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Butir 2: Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
Butir 3: Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Butir 4: Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Butir 5: Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Butir 6: Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Butir 7: Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Butir 8: Berani membela kebenaran dan keadilan.
Butir 9: Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
Butir 10: Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.

• Pesan Bijak di Tembok Sekolah


“Percaya pada Diri Sendidi
adalah Kunci Kesuksesan”
merupakan pesan bijak yang
dipasang di tembok lobby
sekolah. Lobby merupakan area
yang paling sering dilewati dan
dijadikan tempat berkumpulnya
peserta didik, entah untuk kegiatan diskusi ataupun saat beristirahat.
Dipasangnya pesan tersebut menjadi bukti adanya pengamalan nilai Pancasila
kedua, khususya butir ketiga. Pesan tersebut menjadi pengingat bagi peserta
didik agar selalu yakin dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Sikap
mengingatkan, menyemangati, dan meyakinkan ini merupakan bentuk
pengembangan sikap saing mencintai sesama manusia.

• Bersikap Sopan kepada Guru


Terlihat seorang peserta didik berdiri dan sesekali menundukkan kepala
ketika mengobrol dengan gurunya. Sikap tersebut bukan karena ia sudah
melakukan kesalahan tetapi lebih kepada perwujudan kesopanan saat berbicara
dengan orang yang lebih tua dan berperan besar di hidupnya, yaitu guru.

Sikap peserta didik terhadap guru ini menjadi wujud pengamalan butir kesatu.

• Pemberian Tablet Tambah Darah


Program ini merupakan hasil kerja sama antara SMA Negeri 11 Semarang
dan puskesmas terdekat. Pemberian tablet tambah darah dilakukan dengan
target peserta didik putri kelas X – XII, tanpa terkecuali. Tujuan program adalah
untuk menghindari dan menekan munculnya kasus kekurangan darah (anemia)
oleh peserta didik putri, terutama saat masa haid. Program ini menjadi aktualisasi
implementasi butir kedua.

• Pelaksanaan Vaksinasi
Sama dengan program pemberian tablet tambah darah, program ini juga
hasil kerja sama dengan puskesmas. Program ini diperuntukkan bagi peserta
didik, baik laki-laki maupun perempuan. Pengecualian program dilakukan hanya
kepada peserta didik yang sedang sakit dan sudah melakukan vaksin booster.

3. Nilai Pancasila Ketiga “Persatuan Indonesia”


Dengan butir-butir pengamalan, antara lain:
Butir 1: Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan
Butir 2: Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
Butir 3: Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Butir 4: Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
Butir 5: Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Butir 6: Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
Butir 7: Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

• Pesan Bijak di Tembok Sekolah dan Mading


“Selamatkan Bumi, Kurangi Emisi CO2”
adalah salah satu simbol yang
mencerminkan penerapan nilai Pancasila
ketiga, khususnya pengamalan butir ketiga.
Pesan bijak tersebut merupakan sebuah
simbol cinta tanah air. Pesan yang
diperuntukkan bagi seluruh warga sekolah
agar menerapkan sikap hidup bersih dan
peduli terhadap lingkungan tempat tinggal.

• Bersenda Gurau di Taman Sekolah

Di depan perpustakaan SMA Negeri 11


Semarang, tersedia bangku dengan meja
bundar di tengahnya. Bangku-bangku tersebut
biasa digunakan peserta didik untuk bersenda
gurau dengan teman-teman mereka pada jam
istirahat. Aktivitas ini menjadi cerminan
pengamalan nilai Pancasila ketiga butir ketujuh
mengenai pergaulan.

• Ekstrakulikuler Wajib Pramuka


Jadwal ekstrakulikuler Pramuka adalah setiap hari Jumat setelah ibadah
Salat Jumat. Pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib adalah aktualisasi nilai
Pancasila ketiga butir keenam. Semua peserta didik diwajibkan mengikuti
ekstrakulikuler tak lain agar mereka memiliki karakter manusia Indonesia yang
sejati, cinta kepada Tuhan, alam, sesama manusia, dan ciptaan lainnya.
• Pentas Seni Tahunan
Pada pekan kedua di Bulan November, SMA Negeri 11 Semarang
mengadakan pentas seni tahunan “Evolution 2022”. Pentas seni ini adalah
gagasan organisasi siswa (Osis) untuk mewadahi bakat dan minat peserta didik
di bidang kesenian. Terselenggaranya pentas seni tahunan, menandakan
adanya komitmen sekolah yang berupaya mewadahi dan melejitkan potensi
peserta didik.

• Proyek Profil Pelajar Pancasila


Proyek Profil Pelajar Pancasila yang telah dilaksanakan pada tanggal 9
November 2022 lalu berupa fashion show batik hasil karya peserta didik dan
penampilan Tari Semarangan. Pada fashion show, peserta didik dari berbagai
latar belakang kehidupan sosial bersama-sama menampilkan hasil karya
mereka. Hal itu menunjukkan adanya ruang yang sama bagi peserta didik untuk
unjuk kerja tanpa membedakan ras, agama, dan suku bangsa. Begitu pula
dengan penampilan Tari Semarangan yang ditampilkan secara massal. Semua
menampilkan hasil kerja keras selama latihan. Meskipun memiliki perbedaan
secara personal, konsep gerakan tari yang juga berbeda, tetapi penampilan
mereka menunjukkan bukti adanya upaya mencapai tujuan bersama. Proyek ini
menjadi aktualisasi butir ketiga dan keempat dari nilai Pancasila ketiga.

• Banner Tata Tertib


Di depan sekolah terpasang
banner yang berisikan imbauan
kepada seluruh peserta didik
untuk pulang di jam yang sudah
ditentukan. Adanya peringatan
ini menjadi bentuk aktualisasi
nilai Pancasila ketiga butir kelima, mengenai upaya pemeliharaan ketertiban.
Dalam konteks ini adalah ketertiban sekolah.

4. Nilai Pancasila Keempat “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah


Kebijaksanaan Permusyawaratan/Perwakilan”
Dengan butir-butir pengamalan, antara lain:

Butir 1: Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia


Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Butir 2: Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Butir 3: Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
Butir 4: Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
Butir 5: Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
Butir 6: Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Butir 7: Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
Butir 8: Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
Butir 9: Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Butir 10: Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

• Organisasi Siswa (Osis) dan Kegiatan Class Meeting


Terbentuknya Osis di lingkungan SMA Negeri 11 Semarang menjadi bentuk
aktualisasi nilai Pancasila keempat, khususnya butir kesepuluh. Bahwasanya
pihak sekolah mempercayakan urusan kegiatan peserta didik, seperti class
meeting seusai Penilaian Akhir Semester (PAS), Mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pengumuman pemenang, semua dilakukan oleh Osis.
Tentunya dengan bimbingan guru pendamping.

• Diskusi Kelas dan Rapat Guru


Dua aktivitas tersebut merupakan aktualisasi nilai Pancasila keempat yang
memuat hamper seluruh butir pengamalan. Diskusi kelas diikuti oleh seluruh
peserta didik dalam kelompok kecil saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Diskusi kelas juga terjadi di luar jam pelajaran, yakni ketika kelas hendak
Menyusun struktur organisasi kelas dan yang lainnya. Berkenaan dengan rapat
guru, biasanya diadakan ketika sekolah hendak memiliki agenda besar, seperti
PAS, rapat dengan komite sekolah, dan lainnya. Hal-hal yang membutuhkan
kesepakatan dibahas semua dalam musyawarah.

5. Nilai Pancasila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat


Indonesia”
Dengan butir-butir pengamalan, antara lain:
Butir 1: Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Butir 2: Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Butir 3: Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Butir 4: Menghormati hak orang lain.
Butir 5: Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
Butir 6: Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
Butir 7: Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
Butir 8: Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
Butir 9: Suka bekerja keras.
Butir 10: Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Butir 11: Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
• Perpustakaan
Tersedianya fasilitas perpustakaan
menjadi bukti wujud aktualisasi nilai
Pancasila kelima, khususnya butir
pertama, kedua, dan ketiga.
Perpustakaan menjadi wujud upaya
sekolah memenuhi hak-hak warga
sekolah dalam mencari informasi dan wawasan ilmu pengetahuan.
Perpustakaan yang dapat diakses oleh warga sekolah, bahkan juga tamu
(bukan warga sekolah) memperjelas bahwa SMA Negeri 11 Semarang
berupaya mengembangkan sikap adil untuk seluruh orang yang ada di
lingkungan sekolah untuk membaca buku.

• Etalase Karya Peserta Didik


Di lobby SMA Negeri 11 Semarang terdapat
etalase karya peserta didik yang berjejer rapi
menyimpan aneka produk recycle atau
pengolahan sampah menjadi bernilai tinggi.
Dalam foto adalah tempat tissue yang terbuat
dari bungkus makanan ringan dan tas yang
terbuat dari enceng gondok. Etalase produk
menjadi simbol adanya sikap suka menghargai
hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama (butir
kesepuluh).

SIMPULAN

Penerapan nilai-nilai Pancasila di SMA Negeri 11 Semarang terwujud dalam


simbol dan kegiatan atau aktivitas warga sekolah. Penerapan nilai Pancasila
pertama, yakni tersedianya masjid di lingkungan sekolah, adanya aktivitas
berdoa sebelum dan setelah pelajaran, ibadah Salat Jumat bersama, serta
adanya kelas dan guru agama Kristen dan Katolik. Penerapan nilai Pancasila
kedua, yakni adanya pesan bijak di tembok-tembok sekolah, pemberian tablet
tambah darah, dan pelaksanaan vaksinasi. Penerapan nilai Pancasila ketiga,
yakni pesan bijak di tembok sekolah dan mading, bersenda gurau di taman
sekolah, ekstrakulikuler wajib Pramuka, pentas seni tahunan, Proyek Profil
Pelajar Pancasila, dan banner tata tertib. Penerapan nilai Pancasila keempat,
yakni Organisasi Siswa dan kegiatan class meeting, serta diskusi kelas dan rapat
guru. Penerapan nilai Pancasila kelima, yaitu adanya perpustakaan dan etalase
karya peserta didik.
Kemampuan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila menjadi kesempatan
warga sekolah memperkuat tali persaudaraan sekaligus mempertegas identitas
manusia Indonesia yang gemar bergotong royong, bekerja keras, adil,
bertanggung jawab, dan religios. Dapat dikatakan, inilah pembelajaran yang
sesungguhnya. Keberagaman warga sekolah dalam bentuk perbedaan latar
belakang, sosial, ekonomi, dan budaya adalah objek pembelajaran yang
sesungguhnya.
Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di SMAN 11 Semarang secara
sadar telah dilakukan di dalam KBM, baik itu melalui kepemimpinan saat berdoa,
struktur organisasi pengurus kelas, maupun kesempatan yang sama dalam
menyampaikan pendapat saat diskusi. Praktik lain yang justru sebagai nilai plus
bagi sekolah dalam mengamalkan penghayatan nilai-nilai Pancasila terlihat dari
kegiatan di luar KBM. Praktik yang dimaksud telah disebutkan di atas. Sekolah
telah mampu mengajarkan dengan baik kepada peserta didik mengenai
keberagaman yang perlu dijaga dan dirawat tidak hanya di dalam kelas. Lebih
penting lagi di luar kelas yang notabene adalah aktualisasi nilai-nilai Pancasila
sebagai penegas identitas manusia Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Djuna, K., Fadillah, A.N. (2022). Pemanfaatan Fenomena The Bandwagon Effect
pada Generasi Muda Indonesia. Sanisa: Jurnal Kreativitas Mahasiswa
Hukum, 2(1): 18 – 23.

Gloria. (24 Oktober 2022). Hasil Survei I-NAMHS: Satu dari Tiga Remaja
Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan Mental. https://www.ugm.ac.id/id/
berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memiliki-
masalah-kesehatan-mental
Kumparan.com. (14 Januari 2021). Hari Lahir Pancasila, Begini Kronologi dan
Sejarahnya secara Lengkap. https://bpip.go.id/berita/1035/389/hari-lahir-pan
casila-begini-kronologi-dan-sejarahnya-secara-lengkap.html

Martoredjo, Nikodemus T. (12 Juli 2022). Identitas Nasional Bagi Generasi Muda.
https://binus.ac.id/character-building/2022/07/identitas-nasional-bagi-generasi-
muda/#:~:text=Tanpa%20adanya%20identitas%20nasional%2C%20suatu,unt
uk%20dipersatukan%20dan%20berjalan%20bersama.&text=Semakin%20pes
atnya%20perkembangan%20era%20globalisasi,berpikir%20dan%20kebuday
aan%20bangsa%20lain.

Prafitasari, Ardina. (2016). Organisasi Kepemudaan yang Efektif dan Efisien


dalam Meningkatan Partisipasi Masyarakat Desa Darungan Kecamatan
Wlingi. Jurnal Translitera 4: 31 – 48.

Pratama, Oki. (1 Juli 2020). Konservasi Perairan sebagai Upaya Menjaga


Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia. https://kkp.go.id/djprl/artikel/210
45-konservasi-perairan-sebagai-upaya-menjaga-potensi-kelautan-dan-
perikanan-indonesia

Pusdatin. (22 Juli 2021). Risiko Negara Tidak Memiliki Dasar Negara. https://
bpip.go.id/berita/991/839/resiko-negara-tidak-memiliki-dasar-negara.html

Anda mungkin juga menyukai