TUGAS RKS
KPP KELAS A
Dosen Pengampu :
Ir. Frida Kistiani, M.T.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 11
Jihadtsany Rizqullah 21010119120024
Muhammad Hibatullah Azhay 21010119120046
Aji Cahyo Nugroho 21010119130088
Alfian Firman Hidayat 21010119130142
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
GEDUNG MA’HAD ALY PUTRA STAIN
MALIKUSSALEH
CV.MATAURO ENGINEERING
CONSULTANT
DAFTAR ISI
BAGIAN 1 : SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI DAN UMUM
BAB I SYARAT-SYARAT UMUM .......................................................................... II-1
Kecuali ditentukan lain, yang didefinisikan di bawah ini mempunyai arti sebagai berikut :
2. Perencana :
Berarti perusahaan berbadan hukum yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan serta bertugas sebagai adviser berkala pada saat
pelaksanaan pekerjaan dalam hal ini CV. MATAURO ENGINEERING
CONSULTANT.
3. Pengawas:
Berarti perusahaan berbadan hukum yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan pengawasan bertugas sebagai adviser berkala pada saat
melakukan pekerjaan.
4. Pelaksana:
Berarti perusahaan berbadan hukum yang telah mengikat dirinya berdasarkan suatu
kontrak perjanjian dengan Pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan sesuai yang tercantum dalam dokumen
kontrak.
5. Kontrak:
Berarti perjanjian yang telah dicapai, yang diatur secara tertulis dalam bentuk tertentu
dan meliputi semua yang tergambar dan tersebut di dalamnya.
6. Nilai Kontrak:
Berarti jumlah yang tersebut dalam kontrak, termasuk provit, pajak-pajak dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak.
7. Gambar-Gambar:
8. Jadwal Waktu:
Berarti waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak dan menjadi dasar bagi pemberi tugas
dalam menilai prestasi pekerjaan.
9. Disetujui:
Kontrak meliputi pekerjaan Perencanaan Gedung Ma’had Aly Putra (Lanjutan) STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe yang berlokasi di Desa Alue Awe, Kota Lhokseumawe.
3.1. Dokumen kontrak terdiri dari Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan dan Lampiran
kontrak berupa dokumen pelelangan sebagai mana diuraikan dalam bagian I Buku
Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, dokumen penawaran yang diajukan oleh calon
Pelaksana dan lain-lain.
3.2. Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak dan lampiran kontrak, harus
dianggap sebagai penjelasan timbal balik antara satu terhadap lainnya.
3.3. Ketentuan-ketentuan dalam dokumen lampiran kontrak akan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kontrak dan mengikat kedua belah pihak sebagaimana bila
ketentuanketentuan dalam dokumen dicantumkan secara lengkap dalam kontrak.
3.4. Apabila terdapat hal-hal yang tidak jelas dalam ketentuan kontrak dan dokumen
lampiran kontrak, maka Pelaksana berkewajiban menanyakan dalam rapat penjelasan
kepada pemberi tugas yang kemudian akan memberikan penjelasan mengenai hal
tersebut kepada Pelaksana. Segala akibat yang timbul karena kelalaian Pelaksana
melaksanakan kewajiban tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana.
4.1. Sebagai Konsultan pengawas untuk pekerjaan ini akan dilaksanakan oleh Konsultan
Pengawas yang akan ditunjuk kemudian. Tugas-tugas dan perintah-perintah dapat
diberikan secara Lisan dan tertulis dan dimuat dalam buku harian yang dibubuhi tanda
tangan/paraf.
4.2. Berdasarkan penjelasan wewenang secara tertulis dari Pemberi tugas, konsultan
pengawasan bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan serta kecakapan para
pekerja yang melaksanakan pekerjaan.
4.3. Pelaku pengawasan tidak berwenang untuk :
5.1. Pelaksana harus memeriksa lokasi tempat bekerja dan harus mencari keterangan-
keterangan yang diperlukan tentang resiko, biaya tak terduga dan keadaan lain yang
mungkin mempunyai pengaruh terhadap penawarannya.
5.2. Sebelum memasukkan surat penawaran, Pelaksana dianggap telah mengetahui dan
memahami tentang kelengkapan surat penawarannya. Harga-harga satuan yang
dicantumkan dalam daftar harga penawaran harus sudah mencakup semua kewajiban
yang disebut dalam dokumen kontrak.
6.1. Sesuai dengan persyaratan dalam dokumen kontrak, Pelaksana harus menyediakan:
a. Tenaga-tenaga teknik yang ahli dan berpengalaman dalam bidangnya dan mandor-
mandor yang mampu untuk melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan.
b. Tenaga cakap (skilled), setengah cakap (semi skilled), dan tenaga kasar (unskilled)
6.3. Pelaku pengawasan dapat mengajukan dan meminta Pelaksana untuk segera mengganti
tenaga-tenaga Pelaksana yang tidak cakap Pada Saat Pelaksanaan pekerjaan, apabila
dianggap tidak sewajarnya dipekerjakan. Orang-orang tersebut tidak boleh
dipekerjakan lagi untuk keperluan lain yang bersangkutan dengan pekerjaan ini tanpa
ijin tertulis dari Konsultan pengawas.
7.1. Pelaksana bila dipandang perlu dibenarkan untuk bekerja sama dengan rekanan/
Pelaksana lain dengan ijin dan persetujuan tertulis dari Konsultan pengawas dan
melaporkan kepada pemberi tugas.
7.2. Pelaksana wajib memberikan laporan periodik kepada pemberi tugas mengenai
pelaksanaan ayat (1) di atas.
7.3. Kerja sama sehubungan dengan ayat (1) di atas, hanya untuk sebagian dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan, tidak diperkenankan untuk menyerahkan seluruh pekerjaan
pada sub kontraktor.
7.4. Dalam pelaksanaan ayat (1) di atas, segala biaya yang timbul dan hasil pekerjaan yang
didapat dari penyerahan sebagian pekerjaan kepada sub kontraktor, tetap menjadi
tanggung jawab penuh Pelaksana.
8.1. Pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu hari kalender, terhitung sejak dikeluarkan
8.2. Apabila pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan rencana kerja dan atau
menurut perkiraan Pemberi tugas bahwa pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam
jangka waktu yang dicantumkan dalam kontrak, maka Pemberi tugas berhak
memutuskan kontrak secara sepihak.
PasaL 09. WAKTU DIMULAINYA DAN KETERLAMBATAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN
9.1. Pelaksana harus memulai pekerjaan sebagaimana tercantum dalam dokumen kontrak
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kelender setelah dikerluarkannya Surat
Perintah Kerja dan melaksanakannya dengan baik dan tepat pada waktunya tanpa
keterlambatan, kecuali disebabkan oleh keadaan diluar kemampuan Pelaksana yang
disetujui oleh Konsultan pengawas.
9.2. Apabila ternyata Pelaksana tidak dapat melaksanakan pekerjaan sebagai mana telah
ditetapkan dan berdasarkan schedule yang diajukan, maka pemberi tugas berhak untuk
memutuskan kontrak secara sepihak. Segala akibat yang ditimbulkan oleh keadaan
tersebut di atas sepenuhnya tanggung jawab Pelaksana.
9.3. Apabila terlihat bahwa kemajuan pekerjaan mengalami hambatan dan mungkin akan
mengakibatkan pekerjaan tidak selesai pada waktu yang telah ditetapkan, maka
Pelaksana harus segera memberitahukan secara tertulis kepada pemberi tugas mengenai
alasan dan penyebab hambatan tersebut serta menyebutkan berapa hari diperkirakan
terjadinya keterlambatan tersebut.
9.4. Atas keterlambatan pekerjaan tersebut, Pelaksana harus mengajukan permohonan
tertulis untuk perpanjangan waktu selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum waktu
penyerahan pertama pekerjaan, disertai alasan yang dapat diterima oleh pemberi tugas.
9.5. Apabila permohonan tersebut disetujui, maka pemberi tugas akan memberikan
perpanjangan waktu yang layak berdasarkan rekomendasi konsultan pengawas untuk
menyelesaikan pekerjaan, dengan catatan bahwa Pelaksana harus berusaha untuk
menyelesaikan pekerjaan.
10.1. Dalam waktu paling lambat 15 (lima belas) hari setelah ditunjuk oleh pemberi tugas,
maka Pelaksana harus segera mengirim rencana kerja untuk disetujui oleh pemberi
tugas, antara lain:
- Jadwal waktu dan urutan pelaksanaan pekerjaan dan metoda yang akan digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan, untuk dibicarakan dan disetujui oleh pemberi tugas.
- Keterangan lengkap mengenai struktur organisasi dan daftar personalia yang akan
ditugaskan di lapangan, untuk diketahui pemberi tugas.
- Jadwal personal yang disusun secara tabelaris serta dalam bentuk diagram.
10.2. Dengan disetujuinya rencana kerja atau keterangan-keterangan lain oleh pemberi tugas,
tidak berarti membebaskan Pelaksana dari suatu tugas pertanggung jawaban yang
tercantum dalam kontrak.
Garansi Bank tersebut harus dapat diuangkan dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah adanya
permintaan tertulis dari pemberi tugas, serta berlaku sampai dengan penyerahan
pertama pekerjaan.
11.3. Apabila Pemberi Tugas memutuskan kontrak sebelum pelaksanaan pekerjaan selesai,
sesuai dengan wewenang tersebut dalam pasal 28 dari buku Syarat-syarat Umum ini,
maka Pemberi Tugas menguangkan Garansi Bank tersebut untuk dijadikan milik
proyek.
11.4. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana harus tetap mempertahankan agar
Garansi Bank tersebut tetap bernilai utuh sebagai mana ditentukan dalam ayat (1) di
atas.
11.5. Garansi Bank tersebut akan segera dikembalikan kepada Pelaksana setelah seluruh
pekerjaan yang dinyatakan dalam kontrak selesai dikerjakan dan diserahkan kepada
Pemberi tugas sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam
kontrak dan dokumen lampiran kontrak.
12.1. Dalam waktu paling lambat 2 (dua) minggu setelah kontrak ditanda tangani, Pelaksana
sudah harus mengasuransikan seluruh pekerjaan yang menimbulkan kerusakan atau
kejadian/kecelakaan yang menimbulkan kerusakan atau kerugian.
12.2. Selain itu Pelaksana juga harus menyelenggarakan Asuransi Sosial Tenaga Kerja
(ASTEK) sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku dan mengadakan asuransi
kecelakaan untuk wakil/staf pemberi tugas, Konsultan pengawas dan stafnya, staf lain
dan tamu-tamu khusus yang akan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas, yang
berlaku selama pelaksanaan pekerjaan.
12.3. Apabila Pelaksana tidak mengadakan asuransi tersebut dalam ayat (1) dan (2) di atas
atau tidak memperpanjang sedangkan pekerjaan belum selesai, maka pemberi tugas
akan mengadakan atau memperpanjang asuransi tersebut menggunakan dana yang
seharusnya dibayarkan kepada Pelaksana.
Pasal 13. PERBURUHAN
12.1. Dalam mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pengerahan tenaga kerja dan
tenaga Pelaksana, maka Pelaksana harus memenuhi segala undang-undang dan
peraturan perburuhan yang berlaku di Indonesia.
12.2. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bidang pemeliharaan kesehatan
tenaga kerja, Pelaksana harus menjamin pemeliharaan kesehatan di tempat pekerjaan,
mencegah dan mengatasi penyakit menular dan menyediakan perlengkapan PPPK yang
memadai.
12.3. Pelaksana harus bertanggung jawab atas pemenuhan segala ketentuan yang termasuk
dalam pasal ini, terhadap sub kontraktor dan semua orang yang dipekerjakan untuk
keperluan atau yang berhubungan dengan kontrak.
12.4. Pelaksana harus menghormati dan memberikan perhatian terhadap hari besar resmi dan
hari-hari libur serta menyusun rencana kerja tersebut secara khusus apabila
menghendaki melaksanakan pekerjaan pada hari-hari tersebut.
14.1. Segala macam fosil, mata uang, barang-barang, bangunan atau benda lain yang
mempunyai nilai antik serta peninggalan lain yang mempunyai nilai geologis atau
arkheologis yang ditemukan di tempat pekerjaan harus dianggap sebagai milik negara
dan Pelaksana harus mencegah agar para pekerjanya atau orang-orang lain
memindahkan atau merusak barang-barang tersebut.
14.2. Pelaksana tidak diperkenankan memindahkan barang-barang tersebut setelah
ditemukan dan harus segera memberitahukan kepada Konsultan pengawas serta
melaksanakan perintah-perintah dari Konsultan pengawas untuk mengangkut barang-
barang tersebut ke tempat yang telah ditentukan atas biaya Negara.
15.1. Semua kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan yang menggunakan milik umum,
milik Pemberi tugas atau milik orang lain harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum. Dalam hal terjadi
gangguan terhadap kepentingan umum, maka Pelaksana harus membebaskan pemberi
tugas dari segala macam tuntutan atau klaim.
15.2. Pelaksana harus bertanggung jawab dan mengganti kerugian yang ditimbulkan akibat
pelaksanaan pekerjaan yang disebabkan kelalaian Pelaksana, pekerja Pelaksana, agen
atau sub kontraktor yang berhubungan.
16.1. Pelaksana harus membebaskan Pemberi tugas dari segala macam klaim atau tuntutan
atas pelanggaran suatu hak paten atau cap dagang atau nama dan hak-hak lain yang
dilindungi undang-undang mengenai penggunaan suatu peralatan untuk pelaksanaan
konstruksi, mesin atau bahan-bahan yang digunakan untuk keperluan atau yang
berhubungan dengan kontrak.
Semua royalti atau biaya lain yang harus dibayarkan sehubungan dengan hal tersebut
di atas dianggap telah termasuk dalam harga penawaran.
17.1. Semua bahan yang digunakan dan seluruh hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-
syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak. Demikian
juga halnya dengan cara pelaksanaan dan penggunaan bahan tersebut harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak serta
perintah dan petunjuk pemberi tugas atau konsultan pengawas yang disampaikan
selama pelaksanaan pekerjaan.
17.2. Atas permintaan konsultan pengawas atau pemberi tugas, Pelaksana harus bersedia
mengirimkan contoh bahan yang akan digunakan, untuk selanjutnya diuji mutunya.
Setiap saat mutu pekerjaan harus siap diuji oleh Konsultan pengawas/pemberi tugas
atau pihak ketiga yang ditentukan kemudian. Untuk memenuhi hal pengujian tersebut,
Pelaksana tidak berhak mengajukan tuntutan (klaim) tambahan biaya.
18.1. Pelaksana harus memberi ijin kepada Konsultan pengawas, pemberi tugas untuk
memasuki bengkel kerja (work shop) atau tempat-tempat lain yang ada hubungannya
dengan pelaksanaan pekerjaan, dan melakukan pemeriksaan serta perhitungan hasil
pekerjaan yang telah dan sedang diselesaikan.
18.2. Konsultan pengawas dan Pemberi tugas mempunyai wewenang memerintahkan
- Kemajuan pekerjaan setiap hari, bahan-bahan dan peralatan yang datang, jumlah
tenaga kerja yang bekerja, dan kondisi cuaca pada hari itu.
- Tugas dan perintah yang diberikan oleh konsultan pengawas.
20.1. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan terjadi kenaikan harga, maka Pelaksana tidak
dapat mengajukan permohonan peninjauan dan perhitungan tambahan harga atau
menuntut tambahan biaya. Pelaksana dianggap telah memperhitungkan faktor-faktor
tersebut di atas pada saat mengajukan harga penawaran.
20.2. Kenaikan harga tidak boleh menjadi alasan untuk merendahkan atau mengurangi
kualitas pekerjaan, mengurangi volume pekejaan, dan/atau memperlambat waktu
penyelesaian pekerjaan sebagai mana yang telah ditetapkan dalam kontrak.
20.3. Apabila terjadi kenaikan harga akibat adanya kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
moneter atau lainnya, akan ditentukan kemudian oleh pemberi tugas.
Pasal 21. DENDA DAN PERSELISIHAN
21.1. Bila jangka waktu pelaksanaan yang telah disepakati dalam kontrak tidak dilaksanakan
oleh Pelaksana karena suatu alasan yang tidak dapat diterima oleh pemberi tugas, maka
Pelaksana akan dikenakan denda atau sanksi yang akan diatur kemudian dalm kontrak.
21.2. Segala perselisihan yang mungkin timbul antara pemberi tugas dan Pelaksana, pada
prinsipnya akan diselesaikan secara musyawarah. Alternatif penyelesaian akan diatur
kemudian dalam kontrak.
22.1. Jika hasil pekerjaan Pelaksana musnah dengan cara apapun sebelum diserahkan kepada
pemberi tugas, maka Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang
timbul, kecuali pemberi tugas lalai menerima pekerjaan tersebut.
22.2. Jika terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang disebabkan oleh kelalaian
Pelaksana, maka segala kerugian yang timbul sehubungan dengan keterlambatan
tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana.
23.1. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, maka Pelaksana tidak bertanggung jawab atas
segala kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh keadaan khusus (Force Majure)
yang di luar kekuasaan Pelaksana. Yang dianggap dengan keadaan khusus adalah:
- Bencana Alam :
Gempa bumi, angin topan, letusan gunung berapi, dan banjir besar (yang
dinyatakan oleh penjabat pemerintah yang berwenang sebagai bencana alam)
- Sabotase berupa peledakan atau pembakaran
23.2. Bila selama berlakunya kontrak timbul peperangan (diumumkan atau tidak) di bagian
dunia yang mempengaruhi pelaksanaan kontrak, maka Pelaksana harus tetap
melaksanakan kontrak, kecuali bila pemberi tugas menyatakan bahwa kontrak
dihentikan dan memberitahukan secara tertulis kepada Pelaksana, tanpa merugikan
salah satu pihak.
23.3. Apabila kontrak sebagai mana tersebut dalam ayat (2) di atas, maka Pelaksana harus
memindahkan alat konstruksi dari daerah kerja.
23.4. Apabila kontrak sebagai mana tersebut dalam ayat (2) di atas, maka pemberi tugas akan
membayar kepada Pelaksana semua pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum
tanggal penghetian kontrak, menurut ukuran-ukuran dan harga yang tercantum dalam
kontrak dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
- Jumlah yang akan dibayarkan adalah untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan dan telah
disyahkan oleh pelaku pengawas.
- Biaya-biaya bahan yang telah dipesan untuk keperluan pelaksanaan, baik yang sudah
dikirim maupun yang belum, dan sudah disyahkan oleh konsultan pengawas akan menjadi
milik pemberi tugas setelah dilakukan pembayaran.
24.1. Pembayaran hasil pekerjaan akan dilakukan secara bertahap berdasarkan kemajuan
pekerjaan.
24.2. Tahapan angsuran pembayaran akan diatur kemudian dalam kontrak.
25.1. Apabila berdasarkan perintah tertulis dari konsultan pengawas atau pemberi tugas,
Pelaksana harus menunda kelanjutan pekerjaan untuk waktu tertentu, maka selama
waktu penundaan, pekerjaan harus tetap dilindungi dan dijaga dengan petunjuk
konsultan pengawas.
25.2. Konsultan pengawas berhak mengeluarkan perintah perubahan pekerjaan dan
Pelaksana harus melaksanakannya tanpa dianggap melanggar ketentuan-ketentuan
dalam kontrak. Perintah perubahan tersebut harus dicatat dalam buku harian
yang ditanda tangani/diparaf oleh konsultan pengawas. Pelaksana dilarang
mengadakan perubahan- perubahan dalam pekerjaan kecuali sesuai dengan perintah
perubahan yang diberikan.
25.3. Dengan persetujuan tertulis dari pemberi tugas, konsultan pengawas dapat mengadakan
perubahan dalam segi kualitas atau besaran lingkup pekerjaan yang dianggap perlu,
dengan memberikan perintah perubahan pekerjaan tertulis kepada Pelaksana.
25.4. Perintah perubahan pekerjaan tidak boleh merubah pekerjaan pokok dalam kontrak dan
perubahan akan dihitung sesuai dengan harga yang ditentukan dalam kontrak.
25.5. Pelaksana tidak diperkenankan mengajukan tuntutan tambahan biaya (klaim) karena
adanya perintah perubahan pekerjaan tersebut di atas, kecuali apabila hal itu memakan
biaya yang secara komulatif dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan-
ketetuan dalam Keppres No. 29 Tahun 1984, yang disempurnakan dengan Keppres No.
6 Tahun 1988 dan Inpres No. 1 Tahun 1988.
25.6. Besarnya biaya perubahan pekerjaan yang dilakukan akan dihitung dengan
menggunakan keterangan-keterangan yang dicantumkan di dalam daftar harga satuan
bahan, upah dan analisa pekerjaan yang diajukan dalam dokumen penawaran.
25.7. Pemberi tugas akan mengadakan penyesuaian (bila ada) terhadap harga kontrak akibat
suatu perubahan pada pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan surat perintah
perubahan pekerjaan.
26.1. Semua hasil pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam kontrak
dan dokumen lampiran kontrak. Bilamana ada bagian-bagian dari hasil pekerjaan yang
tidak memenuhi syarat atau ketentuan tersebut, maka Pelaksana berkewajiban untuk
segera memperbaikinya tanpa hak untuk mengajukan tuntutan tambahan biaya.
26.2. Pemeriksaan hasil penyelesaian pekerjaan akan segera dilaksanakan bersama antara
konsultan pengawas dengan Pelaksana setelah diterimanya pemeberitahuan tertulis dari
Pelaksana mengenai selesainya pekerjaan.
26.3. Hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam suatu berita acara pemeriksaan yang
berisikan data mengenai kondisi hasil pekerjaan yang telah diperiksa.
26.4. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hasil pekerjaan belum dapat diterima, maka
Pelaksana wajib segera melaksanakan/menyempurnakan bagian-bagian pekerjaan
sesuai dengan berita acara hasil pemeriksaan pekerjaan.
26.5. Jika hasil pemeriksaan sudah menunjukkan bahwa pekerjaan sudah memenuhi segala
persyaratan dan ketentuan dalam kontrak dan dokumen lampiran kontrak, maka
konsultan pengawas akan membuat berita acara penyerahan pekerjaan pertama yang
akan ditanda tangani oleh pemberi tugas dan Pelaksana, disertai dengan syarat-syarat
pemeliharaan yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana.
Pasal 27. MASA PEMELIHARAAN DAN KERUSAKAN PADA MASA
PEMELIHARAAN
27.1. Masa pemeliharaan ditetapkan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender dan
dihitung sejak tanggal berita acara penyerahan pekerjaan pertama.
27.2. Selama masa pemeliharaan, Pelaksana harus melakukan pekerjaan perbaikan yang
diminta secara tertulis oleh konsultan pengawas sesuai dengan hasil pemeriksaan.
Apabila perbaikan yang dilakukan tersebut melampaui masa pemeliharaan, maka masa
pemeliharaan tersebut dihitung sampai berakhirnya perbaikan yang dilakukan.
27.3. Perbaikan harus dilaksanakan oleh Pelaksana atas biaya sendiri, apabila perbaikan itu
merupakan akibat dari kesalahan Pelaksana dalam penggunaan bahan atau cara
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan persyaratan dalam kontrak atau akibat kelalaian
Pelaksana untuk memenuhi kewajaibannya sebagaimana yang tercatum dalam kontrak.
Apabila perbaikan itu disebabkan oleh sebab-sebab lain diluar tanggung jawab
Pelaksana, maka biaya perbaikan akan dihitung sebagai kerja tambahan.
27.4. Apabila terjadi kerusakan selama masa pemeliharaan dan diminta secara tertulis oleh
konsultan pengawas, maka Pelaksana harus mengadakan penyelidikan mengenai
sebab- sebab terjadinya kerusakan sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas.
Apabila kerusakan-kerusakan tersebut merupakan tanggung jawab Pelaksana sesuai
dengan kontrak, maka biaya perbaikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu
akan menjadi tanggung jawab Pelaksana.
27.5. Apabila dalam jangka waktu 7 x 24 jam yang ditetapkan dalam surat pemberitahuan
pertama, Pelaksana belum melakukan pekerjaan perbaikan yang diperlukan, maka
pemberi tugas berhak menunjuk pihak ketiga untuk melakukan pekerjaan tersebut
diatas dengan biaya Pelaksana.
28.1. Pemberi tugas mempunyai hak untuk memutuskan kontrak dan Pelaksana harus
menanggung segala biaya yang diakibatkan oleh pemutusan kontrak ini, apabila:
- Pelaksana tanpa alasan yang dapat diterima oleh pemberi tugas lalai dan gagal
untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya sebagaimana yang telah ditentukan
dalam rencana kerja dan jadwal waktu penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati
dalam kontrak.
- Pelaksana dinyatakan pailit serta tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya terhadap
para kreditor atau menyatakan dirinya dalam keadaan likuidasi (bukan likuidasi
untuk mengadakan peleburan atau pembangunan kembali).
- Pelaksana dengan sengaja melalaikan dan tidak mengindakan petunjuk-petunjuk
dan peringatan-peringatan dari pemberi tugas sehingga merugikan
pelaksanaan pekerjaan.
- Pelaksana dinyatakan bersalah karena melakukan sejumlah pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dalam kontrak.
28.2. Apabila pemberi tugas memutuskan kontrak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam ayat (1) di atas, maka pemberi tugas berhak menguangkan garansi
Bank yang merupakan jaminan pelaksanaan, serta berhak menunjuk perusahaan lain
sebagai Pelaksana pengganti yang ditugaskan untuk melanjutkan pekerjaan dan
pemberi tugas berhak untuk menguasai semua barang yang sudah berada di daerah
kerja.
28.3. Setelah adanya pemutusan kontrak dan penguasaan oleh pemberi tugas seperti
ditentukan dalam ayat (1) dan (2) di atas, maka pemberi tugas hanya berkewajiban
untuk membayar kepada Pelaksana jumlah uang (setelah dikurangi dengan jumlah yang
telah dibayarkan dalam angsuran pembayaran sebelumnya) yang menurut konsultan
pengawas layak diterima oleh Pelaksana sebagai pembayaran terhadap pekerjaan yang
telah dapat diselesaikannya sesuai dengan persyaratan dan ketentuan kontrak.
29.1. Setelah berakhirnya masa pemeliharaan dan setelah mengadakan pemeriksaan terhadap
hasil pekerjaan, maka pelaku pengawasan akan membuat berita acara pemeriksaan
pekerjaan yang akan menyatakan bahwa pekerjaan telah diselesaikan dan diperiksa
dengan baik.
29.2. Berdasarkan berita acara pemeriksaan pekerjaan, dapat dilakukan penyerahan pekerjaan
kedua dari Pelaksana kepada pemberi tugas dan dituangkan dalam berita acara
penyerahan pekerjaan kedua yang ditanda tangani oleh Pelaksana dan pemberi tugas.
Pasal 30. KEGAGALAN PELAKSANAAN KONTRAK
30.1. Apabila Pelaksana gagal untuk memenuhi instruksi konsultan pengawas sesuai dengan
kontrak, maka pemberi tugas akan mengambil tindakan seperlunya terhadap kegagalan
tersebut, dan semua biaya yang dikeluarkan karena kegagalan tersebut harus
ditanggung oleh Pelaksana dengan membayar kembali kepada pemberi tugas atau
dikurangi dari bagian yang menjadi hak Pelaksana.
30.2. Apabila kontrak tidak dapat dilaksanakan dan dihentikan menurut ketentuan-ketentuan
dalam pasal 23, maka jumlah yang harus dibayar kepada Pelaksana untuk pekerjaan
yang telah dilaksanakan harus sama besarnya dengan jumlah yang seharusnya
dibayarkan menurut pasal tersebut.
33.1. Pelaksana dalam segala hal diartikan sebagai Pelaksana dari Indonesia yang tunduk
kepada hukum-hukum yang berlaku di Indonesia.
Sebagai akibat diterbitkannya kontrak pelaksanaan ini, pemberi tugas akan mengambil
tempat kedudukan (domisili) di Kota Lhokseumawe.
Lingkup Pekerjaan
a. Semua ukuran dalam gambar arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal adalah
ukuran jadi / finishing, kecuali ada ketentuan lain yang akan dijelaskan kemudian.
b. Apabila ada perbedaan atau penyimpangan ukuran dan notasi, maka harus
dikonfirmasikan kepada konsultan perencana, atau cukup hanya dengan
memperbandingkan dengan skala gambar.
C. GAMBAR – GAMBAR
Lingkup Pekerjaan
b. Air untuk bekerja harus disediakan penyedia jasa dengan membuat sumur pompa di
tapak proyek atau disuplai dari luar.
c. Air harus bersih, bebas dari bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang
merusak.
d. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Pengguna Jasa.
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Pelaksanaan
Pekerjaan ini meliputi pembersihan area proyek dari semua kotoran dan sampah baik
sampah organik maupun anorganik yang nantinya akan mengganggu dan atau
menurunkan kualitas pekerjaan diatasnya.
b. Pekerjaan perlindungan terhadap instalasi eksisting
2). Tugu Patok Dasar dibuat dari bahan beton bertulang berpenampang 20 x 20 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 1,00 m dengan bagian yang muncul di
atas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.
3). Tugu Patok dasar dibuat permanen, tidak dapat diubah, diberi tanda yang jelas
dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Pengguna Jasa untuk
membongkarnya.
3. Pekerjaan Penentuan Peil Dasar Bangunan atau P 0.00
a. P 0.00 finishing Arsitektur adalah peil lantai ruang utama dengan acuan bench
mark yang telah dibuat oleh konsultan perencana pada tahap pengukuran tapak.
b. Papan patok ukur/bouwplank dibuat dari kayu dengan ukuran tebal 3 cm dan lebar
15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi atasnya. Papan patok ukur dipasang pada
patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1.50 m tertancap di tanah sehingga
tidak dapat digerakkan atau diubah.
c. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama dengan lainnya dan/atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Pengguna Jasa/ Perencana.
d. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Penyedia jasa harus melaporkan
kepada Pengguna Jasa untuk mendapatkan persetujuan.
4. Pengukuran Tapak
2) Peil setiap titik simpul koordinat dan transisi dengan interval ketinggian 25 cm.
3) Rencana lokasi Barak Kerja, tempat menyimpan bahan terbuka, tempat
menyimpan bahan tertutup, sumber air, dan MCK.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Kantor Direksi Lapangan cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk
menyimpan dokumen proyek selama pelaksanaan proyek.
b. Luas dan peralatan yang harus disediakan untuk Direksi Lapangan minimal harus
memenuhi persyaratan administrasi.
2. Kantor Penyedia Jasa dan Los Kerja
c. Ukuran luas kantor Penyedia jasa dan los kerja serta tempat menyimpan bahan
bakar, terserah kepada Penyedia jasa dengan tidak mengabaikan keamanan dan
kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan tempat yang tersedia
sehingga tidak menganggu kelancaran pekerjaan.
d. Khusus untuk tempat menyimpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan
kotak simpan, dipagar dengan dinding papan, sehingga masing-masing bahan tidak
tercampur dengan lainnya.
Penyedia jasa tidak diperkenankan menyimpan alat/bahan bangunan di luar lokasi proyek, dan
menyimpan bahan-bahan yang ditolak Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan karena tidak
memenuhi syarat
BAGIAN II SYARAT-
SYARAT TEKNIS
1. Bila dalam RKS disebut nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan
barang, maka dalam hal ini dimaksud untuk menunjukkan tingkat mutu bahan
dan barang yang digunakan.
2. Setiap penggatian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus
disetujui oleh perencana/pemberi tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS
serta gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan
oleh Pelaksana yang harus mendapat persetujuan dahulu dari pengawas atau
pemberi tugas.
3. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Pelaksana, setelah disetujui oleh pengawas atau pemberi
tugas, harus dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh pengawas atau pemberi
tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang
dipakai tidak sesuai tidak sesuai kualitas maupun sifatnya.
5. Dalam mengajukan harga penawaran, Pelaksana harus sudah memasukkan
Seluruh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa
Biya itupun, Pelaksana tetap bertanggung jawab atas biaya pengujian bahan
dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah pengawas atau pemberi
tugas.
1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka
Pelaksana harus menanyakannya secara tertulis kepada pengawas dan
Pelaksana harus mentaati keputusan tersebut.
2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah
yang berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada
ukuran dengan skala dari gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini
harus diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
3. Apabila ada hal-hal yang disebut pada gambar kerja, RKS atau dokumen, yang
berlainan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk
menghilangkan satu terhadap lainnya. Tetapi untuk menegaskan masalahnya.
Kalau terjadi hal ini maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai
bobot teknis atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.
4. Apabila terdapat perbedaan antara:
1. Semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan,
perubahan atas perintah pemberi tugas/pengawas, maka Pelaksana harus membuat
gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas
memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut (gambar
1. Pelaksana harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat dan
tempat shalat bagi pekerja Pelaksana.
2. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja
bagi tukang/pekerja Pelaksana dan mempunyai kondisi yang cukup baik,
terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
kapasitas 10 orang
penyiku besi
3. Direksi keet/kantor pengeloa proyek, kantor dan gudang Pelaksana, pompa air
kerja adalah merupakan sarana penunjang dalam pelaksanaan proyek dan
merupakan yang dipakai habis pada saat selesai pekerjaan.
1. Pelaksana harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat bagi wakil
2. Pelaksana juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari
gangguan cuaca dan pencurian.
3. Penempatan kantor dan gedung Pelaksana harus diatur sedemikian rupa, agar
mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
1. Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, Pelaksana
harus sudah memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara dan/atau
jembatan kerja sementara yang disetujui oleh pengawas.
2. Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara harus mengikuti peraturan
dan semua perijinan sehubungan dengan pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana.
3. Pelaksana harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada
dengan mengatur trayek kenderaan yang digunakan serta membatasi/membagi
beban muatan.
4. Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan
Pelaksana, mobilisasi peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung
jawab Pelaksana dan harus segera diperbaiki.
2847-2013).
727-1989-F).
2847-2002).
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendaya gunaan semua tenaga kerja,
bahan-bahan, upah dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
beton/beton bertulang yang terdapat dalam gambar rencana.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-
bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.
1. Semen Portland
b. Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard Nasional Indonesia atau SNI
03-2847-2002 untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk
dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh digunakan jika atas
petunjuk Pengawas. Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan pondasi dan
beton harus dari satu merk saja yang disetujui Pengawas.
b. Pelaksana harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type,
kualitas dari semen yang digunakan.
c. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan
dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah
dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan
pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga
mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan dan harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh
dan terlindung baik dari pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan
dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.
2. Agregat
A. Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
ataupun
a. Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI
03-4804-1998.
b. Mutu Pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur dan
bahan-bahan organis.
c. Ukuran
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat ; Sisa di atas ayakan 2 mm harus minimal
10 % berat ; Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% -90% berat. 2. Agregat
Kasar (Koral/Batu Pecah)
a. Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam
SNI 03-4804-1998
b. Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih
maksimal 20% berat ; tidak pecah atau hancur serta tidak mengandung
zat-zat reaktif alkali.
c. Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat ; Sisa di atas ayakan 4
mm, harus berkisar antara 90 % - 98 % berat, selisir antara sisa-sisa
kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimal 60 %
dan minimal 10 % berat.
- Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
3. Air
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang
dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
b. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat,tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
c. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh air di
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila terdapat keragu-
raguan mengenai mutu air tersebut. Biaya pengujian contoh air tersebut
untuk keperluan pelaksanaan proyek ini adalah sepenuhnya menjadi
tanggungan Pelaksana.
4. Pembesian/Penulangan
1) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos
Diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang terdiri
dari profil baja struktural, pipa baja, dapat digunakan sesuai dengan
persyaratan pada tata cara ini.
2) Pengelasan baja tulangan harus memenuhi “Persyaratan pengelasan
struktural baja tulangan” ANSI/AWS D1.4 dari American Welding
Society. Jenis dan lokasi sambungan las tumpuk dan persyaratan pengelasan
lainnya harus ditunjukkan pada gambar rencana atau spesifikasi.
3) Baja tulangan ulir (BJTD)
(1) Baja tulangan ulir harus memenuhi salah satu ketentuan berikut:
a) Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton”
(ASTM A 615M).
b) Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton”
(ASTM A 617M).
c) Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton”
(ASTM A 706M).
(2) Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400 MPa boleh
digunakan, selama fy adalah nilai tegangan pada regangan 0,35 %.
(3) Anyaman batang baja untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi untuk
anyaman batang baja ulir yang difabrikasi untuk tulangan beton bertulang”
(ASTM A 184M).
Baja tulangan yang digunakan dalam anyaman harus memenuhi salah satu
persyaratan.
(4) Kawat ulir untuk penulangan beton harus memenuhi “ Spesifikasi untuk kawat
baja ulir untuk tulangan beton ”(ASTM A 496), kecuali bahwa kawat tidak boleh
lebih kecil dari ukuran D4 dan untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy
melebihi 400 MPa, maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada
regangan 0,35% bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan
melampaui 400 MPa.
(5) Jaring kawat polos las untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi
untuk jaring kawat baja polos untuk penulangan beton” (ASTM A 185), kecuali
bahwa untuk tulangan dengan spesifikasi kuat leleh melebihi 400 MPa, maka fy
diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35 %, bilamana kuat
leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 MPa. Jarak antara
titik-titik persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan
yang ditinjau, kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang.
5. Kawat Pengikat
b. Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang
disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang disetujui
Pengawas. Bahan additive yang digunakan produksi CEMENT–AIDS atau yang
setaraf. Semua perubahan design mix atau penambahan bahan additive, sepenuhnya
menjadi tanggungan Pelaksana dan tidak ada biaya tambahan untuk hal tersebut.
1. Sebelumnya, harus diadakan adukan beton percobaan “Trial Mix” yang sesuai
dengan yang dibutuhkan pada setiap bagian konstruksi. Pekerjaan tidak boleh
dimulai sebelum diperiksa dan disetujui Pengawas mengenai
kekuatan/kebersihannya. Semua biaya pengujian tersebut menjadi beban
Pelaksana.
2. Mutu beton yang digunakan pada seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan
perencanaan Struktur yang menggunakan
3. Pencampuran bahan dasar beton harus menggunakan takaran yang telah
dikalibrasi. Penakaran bahan dasar harus memenuhi ketelitian untuk semen
dan air 1%, agregat 2% dan bahan aditive 3%. Ada dua cara pencampuran
bahan dasar, yaitu berdasarkan volume dan berat, untuk mutu beton kurang
dari fc 25 MPa, pencampuran dapat dilakukan berdasarkan volume bahan
dasar. Beton mutu tinggi bahan dasarnya ditakar berdasarkan berat.
Pencampuran harus dilakukan dengan alat pencampur mekanis agar
didapatkan mortal yang homogen. Modifikasi campuran dilapangan berupa
kebutuhan penambahan air untuk meningkatkan konsistensi campuran harus
selalu disertai dengan penambahan semen setara dengan faktor air semen yang
telah ditetapkan.
SNI 03-2847-2002.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau
jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok 48 Jam
1. Slump
Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah 7,5– 10 cm dan
disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump yang terjadi diluar batas tersebut
harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
2. Penyambungan Beton dan Grouting
Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras, maka permukaanya harus
dibersihkan dan dikasarkan terlebih dahulu. Cetakan harus dikencangkan kembali dan
permukaan sambungan disiram dengan bahan “Bonding Agent” untuk maksud tersebut
dengan persetujuan Pengawas.
3. Peralatan Pengadukan
Dalam pelaksanaan pembuatan beton harus digunakan alat pengaduk “Beton Molen”.
1. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton ada pada lampiran pekerjaan
struktur di point H (selimut beton).
2. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton,
untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
3. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang
yang harus dipasang sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap meter persegi
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebar merata.
3. Bila hal ini terjadi, Pelaksana harus mengadakan usaha pernbaikan dengan
biaya sendiri. Perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan dalam
menanggulangi keempat jenis keropos tersebut adalah sebagai berikut:
2 Pasir.
Type II: Mempersiapkan permukaan beton yang akan diperbaiki, Beton yang
keropos, porus di kerik dengan pahat kecil dan runcing. Lubang keropos
dibentuk supaya dukan beton bisa masuk dengan baik kedalamnya dan tidak
mudah terlepas lagi. Permukaan beton dibersihkan dari semua kotoran debu,
pasir lepas dan lain-lain engan memakai sikat kawat baja, kemudian
dibersihkan/dicuci dengan air. Permukaan beton dibiarkan sampai hampir
kering. Gunakan epoxy, permukaan beton harus benar-benar kering, baru
ditaburkan epoxy secara baik dan merata.
b. Perbaikan Pembesian Pembesian yang ada dibersihkan dari semua kotoran,
karat dan lain-lain dengan memakai sikat baja.
c.Pengawasan
1. Pengujian nutu beton ditentukan melalui sejumlah benda uji sesuai standar SNI
03-1974-1990
3. bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus ke bentuk
silinder, maka gunakan angka perbandingan kuat tekan seperti berikut: Daftar Konversi
Bentuk benda uji Perbandingan Kubus : 15 cm x 15 cm x 15 cm: Silinder : 15
cm x 30 cm1,00,950,83 15 cm = diameter silinder20 cm = tinggi silinder5)
pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, dan28 hari;6) hasil
pemeriksaan diambil nilai rata-rata dari minimum 2 buah benda uji;7) apabila pengadukan
dilakukan dengan tangan (hanya untuk perencanaancampuran beton), isi bak pengaduk
maksimum 7 dm 3 dan pengadukantidak boleh dilakukan untuk campuran beton slump.
o.
4. Hasil pengujian dikeluarkan pada :
5. Pelaksana bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya pengujian beton dan biaya yang
ditimbulkan akibat tidak dapat diterimanya mutu beton tersebut.
6. Pemeriksaan Lanjutan
1. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam SNI 4810-2013, SNI Beton
2012, SNI Beton 2010, SNI Beton 2008, SNI Beton 2002,
2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap preoses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempretahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan
untuk preoses hydrasi semen serta pengerasan beton.
3. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu jika
tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan
supaya tidak melebihi 30 C.
4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa
perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan tetap
dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui
Pengawas.
5. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat
persetujuan dulu dari Pengawas.
a. Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Uji Beton di Lapangan (SNI 03 -4010-
2013).
b. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non-Gedung tahun 2012 (SNI 1726-2012) & Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002).
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-
2002).
1. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk memperoleh
hasil pekerjaan yang baik.
2. Persyaratan Bahan Pasir
a. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan
keras, bebas dari lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta
konsisten terhadap SNI 03-2847-2002.
b. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis lainnya, serta memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal 10. Apabila dipandang
perlu, pengguna jasa/pengawas lapangan dapat minta kepada Pelaksana,
supaya air
yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah, atas biaya Pelaksana.
c. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan di atas dan harus dengan persetujuan pengguna jasa/pengawas
lapangan.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Lapisan pasir urug dilakukan lapis demi lapis maksimum setiap lapis 5 cm
hingga mencapai tebal padat yang disyaratkan dalam gambar.
b. Setiap lapis pasir urug harus diratakan, disiram air dan/atau dipadatkan
dengan alat pemadat yang disetujui pengguna jasa/pengawas lapangan.
Pemadatan dilakukan hingga mencapai tidak kurang dari 95 % dari
kepadatan optimum hasil laboratorium.
c. Tebal pasir urug minimum 10 cm padat atau sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar. Ukuran tebal dalam gambar adalah ukuran tebal padat.
d. Lapisan pekerjaan di atasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat
persetujuan pihak Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.
D. PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PEMADATAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-
alat bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan urugan kembali untuk pekerjaan
substruktur yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk pengguna
jasa/pengawas lapangan.
2. Persyaratan Bahan-bahan
Bahan untuk urugan tersebut menggunakan material bekas galian atau dengan
mendatangkan dari lokasi lain dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Jenis tanah adalah Silty Clay
b. Tanah harus bersih dan tidak mengandung akar, kotoran dan bahan organis
lainnya.
c. Tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
d. Puing-puing bekas bongkaran dinding bata, beton sama sekali tidak
diperbolehkan digunakan untuk urugan.
Pengguna jasa/pengawas lapangan berhak menolak material yang tidak
memenuhi persyaratan tersebut di atas.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
E. PEKERJAAN PONDASI
Persyaratan Bahan
1. Pondasi Tapak dibuat sesuai dengan gambar rencana dimana poer-nya merupakan
beton bertulang yang pekerjaannya dijelaskan lebih lanjut pada uraian Pekerjaan
Beton Bertulang.
Lingkup Pekerjaan
1. Umum
a. Beton adalah campuran antara semen, pasir, split dan air secukupnya
dimana akan didapatkan pemakaian semen yang sedikit mungkin pada
penyelesaian pekerjaan. Beton yang dihasilkan haruslah bermutu baik,
padat, tahan lama serta mempunyai kekuatan sesuai dengan ketentuan dan
mempunyai ciri-ciri khusus lain seperti yang disyaratkan.
b. Perbandingan antara pasir dan split tergantung dari pada gradasi (tingkatan)
bahan itu sendiri, tetapi hasil akhir yang harus dicapai adalah bahwa pasir
harus selalu dalam jumlah sesedikit mungkin sehingga apabila dicampur
atau diaduk dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk
mengisi kekosongan yang terdapat dan ada diantara batuan kasar (split),
serta masih ada sedikit kelebihan untuk penyelesaian akhir daripada beton
tersebut.
c. Untuk menjaga agar supaya didapatkan kekuatan beton yang optimal dan
ketahanan daripada beton tersebut, jumlah pemakaian air yang dipakai
didalam adukan beton tersebut haruslah dalam jumlah yang sesedikit
mungkin dimana akan memberikan hasil yang memuaskan di dalam
pelaksanaan dan mudah untuk dikerjakan.
d. Semua bahan-bahan, pemeriksaan beton dan lain-lain yang termasuk
di dalam spesifikasi ini akan selalu didasarkan pada Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
e. Campuran beton dengan mutu tertentu harus menggunakan job mix yang
disyaratkan atau campuran beton yang dihasilkan oleh perusahaan
pencampur beton (ready mixed) yang memenuhi persyaratan dan sesuai
dengan spesifikasi ini dapat pula diterima dengan adanya persetujuan
terlebih dahulu dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.
2. Ketentuan Umum dari Bahan-bahan Beton
3. Semen
a. Yang dimaksud dari semen adalah portland cement seperti yang disebutkan
pada Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2002).
b. Semen yang akan dipergunakan harus diperoleh dari pabrik yang telah
disetujui oleh pengguna jasa/pengawas lapangan, serta harus dikirim
pengawas lapangan ke lokasi proyek dengan cara pembungkusan yang baik,
atau dalam kantong yang masih benar-benar tertutup rapat, atau dapat pula
dikirimkan dengan menggunakan container dari pabrik yang telah disetujui
oleh pengguna jasa/pengawas lapangan.
c. Apabila dikehendaki oleh pengguna jasa/pengawas lapangan, Pelaksana
agar mengirimkan kepada pengguna jasa/pengawas lapangan tembusan dari
konsinyasi semen yang menyatakan nama pabrik dari semen tersebut,
sertifikat hasil test dari pabrik yang menyatakan bahwa konsinyasi tersebut
telah diadakan testing serta dianalisa dan sesuai dengan segala sesuatu yang
telah disebutkan dalam standarisasi.
d. Semen harus disimpan di dalam tempat yang tertutup bebas dari
kemungkinan kebocoran air, dan dilindungi dari kelembaban sampai waktu
penggunaan. Segala sesuatu yang menyebabkan rusaknya semen seperti
menjadi padat atau menggumpal atau rusaknya kantong semen, maka semen
tersebut tidak bisa diterima dan tidak boleh dipergunakan lagi.
e. Semen akan dikenakan pula terhadap pemeriksaan tambahan yang sesuai
dengan standarisasi yang diperkirakan/dipandang perlu oleh Pengguna Jasa/
pengawas lapangan, dan Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan mempunyai
hak untuk menolak atau tidak menggunakan semen yang tidak memenuhi
syarat dengan mengabaikan sertifikat yang diberikan oleh pabrik pembuat.
f. Semua semen yang ditolak atau tidak boleh dipergunakan harus dikeluarkan
dari lokasi proyek dengan segera atas biaya Pelaksana tanpa adanya alasan
apapun.
g. Pelaksana harus mengirim hasil test serta mengadakan yang dikehendaki
oleh Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan dalam hal yang berhubungan
dengan hasil pemeriksaan.
h. Setiap waktu Pelaksana harus menjaga persediaan semen di lokasi kerja,
atau dengan kata lain persediaan semen harus selalu cukup sesuai dengan
kebutuhan dan mengijinkan untuk diadakan pemeriksaan pada saat
diperlukan.
i. Pelaksana harus melengkapi serta mendirikan tempat yang sesuai untuk
tempat penyimpanan semen, yang benar-benar harus kering, mempunyai
ventilasi yang baik, terlindung dari pengaruh cuaca serta cukup untuk
menyimpan dan menimbun semen dalam jumlah yang besar. Lantai dari
gudang penyimpanan semen paling sedikit harus 30 cm diatas tanah, atau
setidak-tidaknya diatas genangan air yang mungkin akan terjadi diatas tanah
tersebut. Pengangkutan semen ke lokasi proyek dengan lori atau kendaraan
lainnya harus benar-benar dilindungi dengan terpal atau bahan penutup
yang tahan air lainnya.
j. Semen harus dipergunakan secepat mungkin setelah pengiriman, dan
apabila terdapat semen yang sudah lembab atau menggumpal, yang menurut
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan sudah tidak bisa dipakai lagi
dikarenakan pengaruh kelembaban udara atau hal lain, akan ditolak dan
harus dikeluarkan dari lokasi proyek atas biaya Pelaksana.
4. Split/Batu Pecah
a. Split atau batu pecah yang dipakai harus sesuai dengan Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Koral tidak
diperkenankan untuk dipakai.
b. Untuk struktur atas atau pembetonan yang mempunyai volume besar, split
yang dipakai harus ukuran 5 mm sampai dengan 30 mm. Penggunaan
batuan
lain yang sifatnya campuran tidak diperkenankan.
5. Air
Pelaksana harus merencanakan untuk pengiriman/pengadaan air kerja dalam
jumlah yang cukup untuk segala macam keperluan dari pada pekerjaan, dan air
ini harus sesuai dengan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
(SNI
03-2847-2002).
6. Bahan-bahan Tambahan
Bahan-bahan tambahan apapun yang akan dicampurkan pada adukan beton tidak
diperkenankan, kecuali telah ada ketentuan atau keputusan tertulis dari Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan untuk setiap macam bahan tambahan dan dalam
hal yang tertentu pula.
7. Mutu Beton
a. Paling tidak atau kurang lebih dalam waktu lima minggu sebelum
mengadakan pekerjaan pengecoran beton yang pertama kali, atas biaya
sendiri Penyedia Jasa harus mengadakan beberapa perencanaan daripada
tatacara kerja dan pemeriksaan/test pendahuluan yang diperlukan untuk
menetapkan dari masing-masing tingkatan beton dengan perbandingan
yang sangat sesuai antara semen, pasir, split dan air untuk setiap mutu
beton, serta ukuran daripada batuan yang telah ditetapkan.
b. Akan diberikan waktu yang cukup untuk mendapatkan hasil daripada
pemeriksaan beton dari campuran-campuran yang diusulkan, dan hasil-
hasil pemeriksaan beton tersebut harus didapat sebelum pekerjaan
pembetonan dimulai. Batching Plant yang dipakai pada saat campuran
percobaan haruslah batching plant yang nantinya akan dipakai selama
Kontrak, dan campuran beton tersebut harus dikerjakan secara keseluruhan
dari bathcing plant yang dipergunakan.
c. Tidak diperkenankan untuk mengadakan pengecoran sampai dengan hasil
pemeriksaan kubus mencapai umur 28 hari yang dibuat dari campuran
percobaan telah didapatkan hasil yang memuaskan, serta campuran tersebut
dibuat dari susunan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan.
10. Campuran-campuran Percobaan
a. Campuran percobaan beton harus dibuat dari tiga campuran yang sama, dan
dari setiap campuran akan diambil 6 (enam) buah kubus beton. 3 (tiga) buah
diantaranya akan ditest pada umur 7 (tujuh) hari, dan 3 (tiga) selebihnya
pada umum 28 hari.
b. Maksudnya adalah test 7 hari akan dipergunakan untuk menentukan
kekuatan beton diantara umur 7 hari sampai 28 hari untuk memastikan
kemungkinan daripada beton yang telah dikerjakan. Faktor pemadatan dan
slump dari masing-masing ketiga campuran tersebut akan dipakai pula
sebagai pembanding.
c. Target kekuatan kubus untuk umur 28 hari yang dibuat dari campuran
percobaan, yang dibuat untuk mutu beton tertentu harus mencapai 1.45 dari
kekuatan beton karakteristik. Rata-rata dari hasil ketiga kubus yang
berumur
28 hari dari masing-masing campuran tidak boleh kecil dari 1.15 dari
kekuatan beton karakteristik.
d. Apabila campuran-campuran percobaan memberikan hasil yang sangat
minimum sekali, Pelaksana sehubungan dengan hal tersebut diatas harus
memberikan keterangan-keterangan yang lengkap, termasuk dari hasil
kekuatan beton, tingkatan dari masing-masing jenis batuan, tingkatan yang
dicampur, slump dan faktor pemadatan kepada Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
e. Pelaksana disyaratkan membuat perencanaan mengenai pengawetan dan
pemeriksaan kubus percobaan biaya sendiri.
f. Apabila ada perubahan mengenai jenis semen atau jenis batuan yang
dipakai, atau apabila karena sesuatu sebab, terpaksa diusulkan adanya
perubahan daripada campuran atau komposisi beton, pemeriksaan
pendahuluan daripada kubus-kubus harus diulangi lagi, dan harus
mendapatkan keputusan serta persetujuan dari pada Pengawas Lapangan
sebelum campuran/komposisi beton yang baru itu dipergunakan.
11. Pemeriksaan Beton dan Bahan-bahan Beton
a. Apabila kuat tekan yang dihasilkan dari beberapa kelompok kubus ternyata
tidak mencapai standard atau ketentuan yang disyaratkan diatas maka
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan berhak untuk memerintahkan untuk
menolak atau membongkar semua pekerjaan beton dimana kubus-kubus
tersebut diambil.
b. Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan berwenang pula untuk menolak atau
memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton, apabila ternyata
seperti sarang lebah, berlobang-lobang halus, ataupun kurang baik
permukaan yang dihasilkan, dan setiap sebab dari penolakan tersebut,
Pelaksana atas biaya sendiri membongkar serta membuang beton yang
ditolak dan menggantikannya dengan apa yang baru seperti yang
disyaratkan oleh Consultant Perencana serta memenuhi keinginan
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.
14. Penakaran Dari Pada Bahan-bahan Beton
1. Umum
a. Semua besi beton harus bebas dan bersih dari karat harus sesuai dengan
ukuran pabrik, harus bersih pula dari oli, gemuk, cat dan lain sebagainya,
atau hal lain yang dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat besi beton
terhadap beton. Apabila diinginkan atau dipandang perlu, maka Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan akan memerintahkan untuk menyikat dengan
sikat kawat untuk membersihkan besi beton tersebut sebelum dipergunakan.
b. Sama sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum
besi yang terpasang telah diperiksa dan disetujui oleh Pengguna
Jasa/Pengawas
Lapangan
c. Semua besi beton yang dipergunakan harus mempunyai mutu sebagai
berikut:
Material baja tulangan dengan 16 mm digunakan baja ulir (deform bar)
BJTD 40 dengan tegangan leleh, fy = 400 MPa untuk Pondasi Tapak dan
Sloff, Kolom Tiang. untuk baja tulangan 14 mm Menggunakan Baja
Ulir untuk Ring Balk, Sedangkan untuk baja tulangan 12 mm
digunakan baja tulangan polos (plain bar) BJTP 24 dengan tegangan leleh,
fy=240 MPa, di gunakan pada kolom Praktis.
Pada Perencanaan ini baja tulangan yang digunakan:
1) Persyaratan buat benda uji untuk setiap contoh dengan bentuk dan
dimensi yang sesuai dengan ketentuan yaitu Benda uji, Peralatan, dan
Perhitungan
2) setiap contoh dibuat 2 (dua) buah benda uji untuk pengujian ganda; 3)
setiap benda uji dilengkapi dengan nomor benda uji, nomor contoh
serta dimensinya;
4) pasang benda uji dengan cara menjepit dari benda uji pada alat penjepit
mesin tarik; sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda uji;
5) tarik benda uji dengan penambahan beban sebesar 10 MPa/detik sampai
benda uji putus; catat dan amatilah besarnya perpanjangan yang terjadi
setiap penambahan-penambahan beban 10 MPa;
6) Catat besarnya gaya tarik pada batas leleh Py dan pada batas putus Pmaks ,
bila benda uji merupakan baja lunak;
7) buatlah grafik antara gaya tarik yang bekerja dan perpanjang.
a. untuk baja lunak, buat garis DE//AB untuk menentukan besarnya perpanjangan
e = AE; garis AF = batas leleh
b. untuk baja keras, lihat gambar 3-2;
1. Tentukan bagian garis lurus AC, kemudian tarik garis DE//AC untuk menentukan
besarnya perpanjangan e = AE;
2. Tentukan titik F untuk regangan n = 0,2% atau perpanjangan AF = 0,2%.lo
4. Ukur diameter bagian benda uji yang putus (Du) dan panjang setela putus (lu), lihat
Gambar 3;Gambar 3 Penampang bagian yang putus 8) hitung parameterparameter
penguj ian dengan menggunakan rumus-rumus
Pengujian Mutu Pekerjaan
Uji sifat tampak Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk
memeriksa adanya cacat-cacat, Uji ukuran, berat dan bentuk, Baja tulangan beton
polos. Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat diukur pada satu tempat
untuk menentukan diameter minimum dan maksimum. Pengukuran dilakukan
pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1 (satu) contoh uji dan dihitung nilai
rata-ratanya. Penentuan berat ditetapkan berdasarkan berat nyata (aktual) yang
diperhitungkan dengan panjang contoh uji. Baja tulangan beton sirip Baja
tulangan beton sirip diukur jarak sirip, tinggi sirip, lebar rusuk, diameter dalam
dan tulangan sudut sirip, Jarak sirip Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara
mengukur 10 (sepuluh) jarak sirip yang berderek kemudian dihitung nilai rata-
ratanya. Tinggi sirip Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah
sirip dan dihitung nilai rata-ratanya. Lebar rusuk Pengukuran terhadap lebar rusuk
dilakukan dengan mengukur lebar semua rusuk atau celah kemudian hasil
pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan. Sudut sirip melintang
Pengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat gambar yang
diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan
lempengan lilin atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada
gambar lempengan tersebut Uji tarik Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-
1989, Cara uji tarik untuk logam, dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998,
Batang uji tarik untuk bahan logam (batang uji tarik no. 2 untuk diameter < 25
mm dan batang uji tarik no. 3 untuk diameter ≥ 25 mm). untuk menghitung batas
ulur dan kuat tarik baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas
penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji. Uji lengkung Uji
lengkung dilakukan dilakukan sesuai SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan.
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf
timbul yang menunjukan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter
nominal Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung
Besi beton yang ada di lapangan harus disimpan atau ditaruh di bawah penutup
yang kedap air (waterproof), dan harus terangkat dari permukaan tanah atau
genangan air tanah yang ada serta harus dilindungi dari segala terjadinya karat.
a. Semua besi beton yang akan dipakai harus ditekuk atau dibentuk sesuai
seperti bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar, serta diletakkan dan
diikat dengan tepat pada posisi yang ditunjukkan pada gambar, sehingga
selimut beton yang telah ditetapkan pada spesifikasi atau yang telah
ditunjukkan dalam gambar akan selalu tetap terpelihara dan terpenuhi.
b. Besi beton tersebut dapat ditekuk dan dibentuk dengan mesin penekuk yang
telah disetujui oleh Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan Besi beton tidak
boleh ditekuk atau diluruskan kembali untuk kedua kalinya, dimana
hal tersebut akan mengakibatkan rusaknya besi beton tersebut. Adapun
besi beton yang terbelit atau ditekuk dan tidak sesuai dengan gambar tidak
diperkenankan untuk dipakai.
c. Harus benar-benar diperhatikan didalam pembentukan besi beton dengan
beberapa tekukan, bahwa jumlah panjang yang dibutuhkan setelah
dilakukan penekukan harus benar-benar tepat sesuai seperti yang tertera
pada gambar, dan setelah besi beton tersebut terpasang pada posisinya tidak
akan ada atau terjadinya tekukan, bengkokkan ataupun terlilitnya besi
beton yang dimaksud.
d. Dimana dibutuhkan adanya tekukan yang berbentuk lengkungan atau
belokan, maka hal tersebut dapat dibentuk dengan cara memakai pen-pen
keliling, dan pen-pen tersebut harus mempunyai diameter 4 (empat) kali
diameter besi beton yang dibentuk atau ditekuk tersebut.
4. Pemasangan Besi Beton
a. Besi beton yang telah dibentuk tersebut harus dipasang tepat pada posisinya
seperti tertera sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar, sama sekali
lepas atau tidak menempel pada bekisting dengan cara mengganjal dengan
pengganjal beton yang dibuat sesuai dengan tebal selimut beton yang
diinginkan, atau dengan mempergunakan penggantung besi apabila
dibutuhkan dengan cara mengikatkan satu dengan yang lainnya pada
persilangan diameter tidak kurang dari 1,6 mm, serta dengan menekukan
akhiran dari kawat pengikat baja tersebut kearah dalam badan beton. Besi
begel atau sengkang untuk balok atau kolom harus diletakkan tepat pada
posisinya dengan cara dilas atau dengan cara mengikat dengan kawat baja
pada tulangan utama, pengelasan tersebut harus disaksikan oleh wakil dari
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan. Besi beton pengganjal yang dipakai
tidak diperkenankan diganjal dengan pengganjal besi, yang akan keluar dari
permukaan beton nantinya, tidak diperkenankan diganjal dengan kayu,
ataupun batu pecahan dari batu gunung atau koral.
b. Blok beton pengganjal yang dipakai untuk mendapatkan selimut beton yang
dikehendaki terhadap besi beton, harus paling tidak mempunyai kekuatan
yang sama dengan mutu beton yang akan dicor pada daerah tersebut, serta
dibuat sekecil mungkin sehingga praktis untuk dipergunakan pada semua
tempat. Blok beton pengganjal tersebut harus diikatkan dengan kuat pada
besi tulangan beton sehingga apabila dilakukan pengecoran dengan
penggetaran beton blok tersebut tidak mudah untuk terlepas. Sebelum
digunakan, maka blok beton pengganjal tersebut harus direndam air untuk
waktu yang cukup lama.
c. Sebelum dan selama dilakukannya pengecoran beton, maka pemasang atau
tukang besi beton yang berwenang harus hadir pada saat tersebut untuk
memeriksa dan membetulkan bagian-bagian besi beton yang masih perlu
diperbaiki.
d. Besi-besi tulangan beton yang sebagian ada dibagian luar atau keluar dari
permukaan beton, yang dimaksudkan sebagai besi stek atau sambungan
konstruksi tidak diperkenankan untuk ditekuk atau diubah posisinya pada
saat pengecoran beton sedang berlangsung, kecuali sudah ada ijin dari
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan
e. Sebelum diadakan atau dilakukan pengecoran, maka besi-besi tulangan
beton yang akan dicor harus dibersihkan terlebih dahulu dari semua atau
sebagian beton yang terdahulu atau sebelumnya.
f. Sebelum dilakukan pengecoran, maka Pelaksana wajib memberitahukan
kepada Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan untuk mengadakan
pemeriksaan pembesian. Pelaksana tidak diperkenankan untuk melakukan
pengecoran beton sebelum ada persetujuan dan ijin tertulis dari Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan, bahwa besi tulangan yang terpasang sesuai
dengan gambar serta memenuhi persyaratan spesifikasi.
H. SELIMUT BETON
Yang dimaksud dengan selimut beton adalah jarak minimum yang terdapat
antara permukaan dari setiap besi beton termasuk begel terhadap permukaan
beton yang terkecil atau terdekat spesifikasi untuk setiap bagian dari masing-
masing pekerjaan beton. Pada situasi dan kondisi tertentu maka Pengguna
Jasa/pengawas berhak untuk merubah ketebalan dari selimut beton yang ada.
Adapun ketebalan selimut beton minimum yang disyaratkan pada Tabel 2.1
adalah :
25
Tabel 2.1: Syarat ketebalan minimum selimut beton
I. BEKISTING
1. Umum
a. Semua bagian dari bekisting atau acuan atau cetakan pembentuk beton
harus direncanakan dan dilaksanakan sebaik mungkin dan sesuai
dengan ketentuan dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan. Pelaksana harus
memberikan contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan dalam waktu yang cukup longgar
sebelum dilaksanakannya pekerjaan pengecoran.
b. Semua bagian dari bekisting, atau cetakan pembentuk beton harus benar-
benar kuat dan kukuh, serta harus dilengkapi pula dengan ikatan-ikatan
silang dan penguat lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar supaya tidak
terjadi adanya perubahan bentuk sewaktu dilakukannya pekerjaan
pengecoran, pemadatan dan penggetaran beton. Bekisting yang dibuat dari
kayu atau plywood kelas III harus benar-benar dibuat sebaik mungkin serta
dari kayu yang tahan cuaca.
c. Semua sambungan harus benar-benar cukup terikat dan rapat untuk
menghindari adanya kebocoran beton. Untuk menghindari melekatnya
beton pada bekisting, maka lapisan minyak yang tipis sekali atau bahan
lainnya yang telah disetujui Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan bisa
dipergunakan
untuk disapukan pada permukaan bagian dalam dari bekisting sebelum
bekisting tersebut dipasang dan dilakukan pekerjaan pengecoran.
d. Dalam hal ini harus dijaga pula, bahwa besi tulangan beton tidak boleh sama
sekali terkena lapisan minyak tadi, ataupun lapisan penutup lainnya yang
dapat mempengaruhi daya lekat beton terhadap besi.
e. Diperbolehkan pula untuk mempergunakan pengikat besi atau besi pengisi
sela pada bagian dalam dari beton, tetapi hal tersebut harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan. Setiap
bagian dari pengikat besi atau besi pengisi celah tersebut yang nantinya
akan tertanam pada beton, paling sedikit harus 50 mm dari muka luar beton.
Setiap lobang pada permukaan beton yang disebabkan karena hal tersebut
harus diisi segera dengan baik dan bersih pada saat pembongkaran
bekisting, dengan spasi semen atau hasil adukan yang sama dengan adukan
yang ada.
2. Pembongkaran Bekisting