Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN

FASILITAS HIJAU PADA


PERUMAHAN PAKUWON
CITY SURABAYA
DISUSUN OLEH :
Muhammad Toha Sitanggang 21010119120004
Muhammad Ravi Arkan Taqy 21010119120008
Aufa Zaki Faizal 21010119120025
Muhammad Hibatullah Azhary 21010119120046
Ifan Hasnan Taufiqur Rohman 21010119130087
01
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk akan selalu meningkat setiap tahun.
Pertumbuhan penduduk ini akan berpengaruh pada meningkatnya
kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi setiap manusia. Dapat
dipastikan bahwa pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan
pertumbuhan pembangunan pula.
Bioretensi adalah teknologi aplikatif yang menggabungkan antara unsur
tanaman (green water) dan air (blue water) di dalam suatu bentang
lahan dengan semaksimal mungkin meresapkan air ke dalam tanah
supaya supaya selama mungkin berada di dalam DAS untuk mengisi
aquifer bebas, sehingga air dapat dikendalikan dan dimanfaatkan
seoptimal mungkin untuk kepentingan masyarakat. Pembuatan
bioretensi dapat dilakukan di halaman rumah, selokan, trotoar, taman,
lahan parkir dan di gang-gang sempit yang padat penduduk.
Tujuan
Laporan ini diharapkan bisa menjadi salah
satu sarana evaluasi dalam pengelolaan,
pengembangan, serta pemilihan fasilitas LID
di perumahan Kendal Asri Raya. Dimana
seiring berjalannya waktu, lahan yang berada
di sekitar perumahan ini mengalami
pertambahan pembangunan perumahan dan
kebutuhan infrastruktur lainnya.
Manfaat
Konsep LID yang diterapkan pada area perumahan Kendal Asri Raya ini
diharapkan akan dapat meminimalisir dampak negatif dari
pembangunan sekitar lokasi tersebut. Dimana dalam hal ini yang akan
ditekankan adalah permasalahan banjir dan limpasan air baik dalam
durasi yang singkat ataupun durasi yang panjang. Keberadaan air hujan
yang diakibatkan oleh adanya siklus hidrologi yang terjadi pada suatu
area yang mengalami perubahan tata guna lahan tersebut ditahan dan
didorong untuk meresap kedalam tanah sehingga tidak
mengakibatkan aliran permukaan yang menyebabkan banjir.
Selain itu, manfaatnya antara lain yaitu menjaga ketersediaan air di
dalam tanah, mencegah longsor, pencemaran, dan permasalahan
lainnya. Namun dalam hal ini permasalahan yang akan difokuskan yaitu
banjir dan limpasan air akibat air hujan.
02
METODE PENELITIAN
Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan dalam laporan penelitian ini adalah
tinjauan pustaka terhadap studi terdahulu yang pernah dilakukan.
Studi literatur tersebut merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan alternatif yang digunakan dalam simulasi model.
Berdasarkan studi literatur tersebut juga dapat diketahui
identifikasi awal terhadap permasalahan limpasan dan genangan
yang terjadi di lokasi studi. Selain itu, dalam tahap ini juga
dilakukan pengumpulan data hidrologi dan hidrolika yang
diperlukan dalam proses simulasi. Data tersebut merupakan data
sekunder yang diperoleh dari web dinas terkait.
Identifikasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan pada tahap sebelumnya perlu dievaluasi
kebenarannya dengan cara melakukan survey di lapangan. Survey
tersebut bertujuan untuk meninjau secara langsung mengenai
permasalahan yang diperoleh dari hipotesa awal. Dengan adanya
identifikasi permasalahan, maka dapat ditentukan langkah yang
harus dilakukan dalam penelitian ini, dalam hal ini adalah analisa
beserta data yang diperlukan untuk menunjang proses simulasi
model.
Pengumpulan Data
Beberapa data yang diperlukan dalam proses simulasi. yaitu:

1. Data Spasial
Data spasial yang diperlukan dalam pembuatan model ini adalah data layout
Pakuwon City, Jl. Laguna Raya KJW Putih Barat No.4, Kejawaan Putih Tamba, Kec.
Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60112. Data layout akan digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan survei pengukuran saluran drainase serta background
map dalam model SWMM untuk menentukan pembagian subcatchment, node
beserta link dalam simulasi.
2. Data Hidrologi
Data hidrologi digunakan untuk menentukan besarnya debit limpasan yang
mengalir menuju saluran drainase. Dalam prosesnya, perhitungan debit limpasan
tersebut memerlukan besaran hujan rencana dan distribusi hujan terpusat.
Selanjutnya hasil perhitungan tersebut digunakan sebagai input data dalam model.
Data hujan diperoleh dari pencatatan stasiun terdekat yaitu stasiun hujan Jakarta.
Data lain yang juga diperlukan dalam proses simulasi adalah luas lahan, tata guna
lahan, dan jaringan drainase.
3. Data Hidrolika
Data hidrolika dalam penelitian ini adalah data terkait penampang saluran drainase
yaitu potongan melintang dan memanjang saluran drainase.
Analisis dan Simulasi Model
Pada penelitian ini terdapat beberapa macam analisa yang perlu
dilakukan yaitu perhitungan hujan rencana, perhitungan distribusi
hujan terpusat, dan proses simulasi dengan program bantu
SWMM (Storm Water Management Model). Simulasi akan
dilakukan untuk dua kondisi yaitu eksisting dan dua jenis alternatif
pengembangan LID. Simulasi kondisi eksisting ditentukan
berdasarkan hasil survey virtual di lapangan. Dari hasil simulasi
akan diperoleh besarnya surface runoff dan final stored pada
subcatchment berdasarkan kondisi eksisting. Sedangkan simulasi
alternatif dilakukan dengan menerapkan konsep LID (Low Impact
Development) pada subcatchment. Hasil simulasi dari kedua
model akan dibandingkan untuk menunjukkan pengaruh dari
penerapan LID serta tipe manakah yang sangat mungkin
diterapkan.
03
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
Simulasi Model
Lokasi studi penelitian ini berada di
Pakuwon City, Jl. Laguna Raya KJW Putih
Barat No.4, Kejawaan Putih Tamba, Kec.
Mulyorejo, Kota SBY, Jawa Timur 60112.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Perumahan Kendal Asri Raya


Gambar 3.2 Peta Situasi Perumahan
Permodelan SWMM (Storm Water Management Model) ini merupakan
kombinasi analisa hidrologi dan hidrolika. Sebelum melakukan input data
dalam model, diperlukan analisa hidrologi terkait hujan sebagai input data
dalam model. Berikut merupakan uraian dari proses yang dilakukan, yaitu :
Tabel 3.1 Perhitungan Curah Hujan
a. Analisis Perhitungan Hidrologi
Analisis perhitungan yang dilakukan Metode Sebaran Log Pearson Tipe III
adalah perolehan besar hujan rencana Rh
Log (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
untuk dijadikan input data dalam No Tahun Rencana,
Xi (mm)
Xi Log Xrt) Log Xrt)2 Log Xrt)3 Log Xrt)4

program SWMM. Simulasi model yang 1 2006 79.0 1.898 -0.007 0.000 0.000 0.000
dilakukan dalam penelitian ini adalah 2
3
2007
2008
76.0
88.0
1.881
1.944
-0.024
0.040
0.001
0.002
0.000
0.000
0.000
0.000
simulasi data hidrologi dan hidrolika. 4 2009 64.5 1.810 -0.095 0.009 -0.001 0.000
Input data dari analisa hidrologi yang 5 2010 109.5 2.039 0.135 0.018 0.002 0.000

diperlukan adalah hujan rencana kala 6


7
2011
2012
76.5
69.5
1.884
1.842
-0.021
-0.062
0.000
0.004
0.000
0.000
0.000
0.000
ulang 2 tahunan yang kemudian diubah 8 2013 85.0 1.929 0.025 0.001 0.000 0.000
dalam bentuk distribusi hujan terpusat 10 9 2014 119.5 2.077 0.173 0.030 0.005 0.001
10 2015 55.0 1.740 -0.164 0.027 -0.004 0.001
jam. Data yang diperlukan untuk analisis Jumlah 822.500 19.045 0.000 0.091 0.002 0.002
hujan rencana periode ulang adalah data Xrata-rata (Xrt) 82.250 1.904
hujan harian stasiun hujan dengan hasil Standard Deviasi (Sd)
Koef. Skewness (Cs)
0.101
0.295
perhitungan hujan rencana adalah: Koef. Kurtosis (Ck) 3.961
Koef. Variasi (Cv) 0.053
Hujan rencana kala ulang yang digunakan sebagai data input adalah hujan rencana kala
ulang 2 tahun yang kemudian didistribusikan menjadi hujan terpusat selama 6 jam
seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.2 menggunakan rumus Log Pearson III.

Tabel 3.2 Harga K


Periode Ulang Tabel 3.4 Curah Hujan Rencana Terkoreksi
Cs
2 5 10 20 25 50 100 200 500 1000
1.4 -0.225 0.705 1.337 1.864 2.128 2.706 3.271 3.828 4.309 5.110
1.2 -0.195 0.732 1.340 1.838 2.087 2.626 3.149 3.661 4.096 4.820
Periode Hujan Faktor Hujan
Interpolasi Nilai Cs No Ulang Rancangan Reduksi Rancangan
0.295 -0.059 0.854 1.354 1.720 1.901 2.264 2.597 2.905 3.131 3.507 (Tahun) (mm) Luas Terkoreksi (mm)
1 2 79.2 0.829 65.6
2 5 97.8 0.829 81.1
Tabel 3.3 Curah Hujan Rencana 3 10 109.8 0.829 91.0
4 20 119.6 0.829 99.1
T Xrt Xt 5 25 124.7 0.829 103.4
No Sd K
(Tahun) (log) (Log) (mm) 6 50 135.6 0.829 112.4
1 2 1.904 0.101 -0.059 1.899 79.2
7 100 146.5 0.829 121.4
2 5 1.904 0.101 0.854 1.990 97.8
3 10 1.904 0.101 1.354 2.041 109.8 8 200 157.4 0.829 130.4
4 20 1.904 0.101 1.720 2.078 119.6 9 500 165.8 0.829 137.5
5 25 1.904 0.101 1.901 2.096 124.7 10 1000 180.9 0.829 150.0
6 50 1.904 0.101 2.264 2.132 135.6 11 PMP 0.0 0.829 0.0
7 100 1.904 0.101 2.597 2.166 146.5 Luas DPS (km2) 3.240
8 200 1.904 0.101 2.905 2.197 157.4
Faktor Reduksi Luas 0.829
9 500 1.904 0.101 3.131 2.220 165.8
10 1000 1.904 0.101 3.507 2.258 180.9
Tabel 3.5 Faktor Reduksi Luas

Tabel 3.6 Hyetograph Hujan Efektif

Td Δt I I.Td Δp pt Hyetograph
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) (%) (mm)
Hujan rencana kala ulang yang 1 0-1 20.470 20.470 20.470 63.025 9.135 9.443
2 1-2 12.892 25.785 5.315 16.363 63.025 65.146
digunakan sebagai data input
3 2-3 9.837 29.512 3.727 11.476 16.363 16.914
adalah hujan rencana kala ulang 4 3-4 8.120 32.479 2.967 9.135 11.476 11.863
25 tahun yang kemudian Jumlah 32.479 100.000 100 103.366
didistribusikan menjadi hujan
terpusat selama 4 jam seperti
ditunjukkan dalam Tabel 3.6
menggunakan metode
Alternating Block Methode (ABM)
dengan Hyetograph Hujan Efektif.
b. Input data dalam model
Data input yang dimasukkan dalam model
merupakan data hidrologi dan hidrolika. Data
hidrologi akan dibagi menjadi beberapa macam
yaitu data hujan dan subcatchment. Sedangkan
data hidrolika terdiri dari node dan link. Berikut
merupakan uraian dari masing – masing data,
diantaranya adalah:
1. Data Hidrologi
• Rain Gage, merupakan input data hujan
dengan beberapa tipe data yang dapat
ditentukan yaitu dalam bentuk intensitas,
volume dan kumulatif. Data tersebut disimpan
dalam bentuk time series. Gambar 3.3 Subcatchment Pada Model
• Subcatchment, merupakan input data terkait
dengan lahan. Dalam hal ini, lokasi studi harus LID pada simulasi model diterapkan
dibagi dulu menjadi beberapa subcatchment dalam subcatchment sesuai dengan tipe
(Gambar 3.3 Subcatchment Pada Model). yang dapat diterapkan berdasarkan
Beberapa input data yang diperlukan adalah karakteristik masing – masing
outlet dari lahan tersebut, luas area, subcatchment.
kemiringan lahan, persentase impervious,
subarea routing, dll
2. Data Hidrolika
• Node
Beberapa input data yang diperlukan dalam node adalah
junction, outfall, divider dan storage unit. Penggunaan
tipe node tersebut tergantung dari bangunan air dalam
sistem drainase. Junction dalam simulasi ini
menggambarkan titik cross section yang dilakukan
pengukuran, sehingga jumlah dan penamaan junction
disesuaikan berdasarkan pengukuran. Input data
pembuang akhir dalam simulasi ini ditentukan dengan
menggunakan tipe outfall pada node. Jika dalam sistem
drainase terdapat tampungan (storage area) sebagai
pembuang akhir maka perlu melengkapi storage curve
pada storage unit. Input data node dalam model
ditunjukkan pada gambar dibawah.
• Link
Data yang diperlukan dalam menu link pada SWMM ini Gambar 3.4 Node dan Link Pada model
merupakan dimensi penampang yang diperoleh dari
hasil pengukuran. Terdapat beberapa macam data yang
diperlukan selain data penampang yaitu fasilitas drainase
yang terletak pada saluran.
Hasil Simulasi
Hasil simulasi dalam model dibedakan atas dua hal yaitu Tabel 3.4 Hasil Simulasi Tanpa Analisis LID
simulasi tanpa penerapan LID dan simulasi dengan
No Jenis Kedalaman (mm)
penerapan LID (2 alternatif
1 Total Presipitasi 110.19
a. Tanpa Penerapan Konsep LID di Kondisi Eksisting 2 Total Infiltrasi 2.34
Simulasi kondisi eksisting dilakukan dengan tanpa 3 Total Runoff 107.15
penerapan konsep LID dalam subcatchment. Berikut 4 Final Surface Storage 0.908
merupakan hasil simulasi dari model.
Gambar 3.5 Grafik runoff tanpa LID
Gambar 3.6 Grafik elevasi air pada drainase tanpa LID
b. Dengan Penerapan Konsep LID
Pada simulasi yang kedua, dilakukan penerapan LID dalam
subcatchment dengan beberapa tipe. Berdasarkan kondisi Tabel 3.5 Hasil Simulasi LID
eksisting di lapangan, dengan beberapa pertimbangan No Jenis Kedalaman (mm)
terkait pengembangan dan karakteristik dari lahan maka 1 Initial LID Storage 0.069
tipe LID yang digunakan dalam model adalah rain barrel 2 Total Presipitasi 110.19
dan bioretensi. Kedua tipe tersebut diterapkan pada 3 Total Infiltrasi 2.28
4 Total Runoff 107.27
kawasan luas kawasan untuk masing – masing 5 Final Surface Storage 0.903
subcatchment. Berikut merupakan hasil simulasi model.

Gambar 3.7 Konsep dengan pengaplikasian LID Gambar 3.8 Grafik runoff dengan LID
Pengaruh LID Pada
Debit Limpasan
Kondisi eksisting dimana tanpa menerapkan konsep LID
dengan yang menerapkan konsep LID terdapat perbedaan
dalam mengelola debit limpasan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
keluaran software SWMM yang menunjukan nilai Final Surface
Storage daerah eksisting yang tidak menerapkan konsep LID
lebih kecil dibandingkan kondisi eksisting yang menerapkan
konsep LID.
4.1. Kesimpulan
Penerapan LID dapat memberikan dampak yang
baik bagi Perumahan Pakuwon City Surabaya. Dari
beberapa fasilitas LID yang direncanakan pada
Perumahan Pakuwon City berdasarkan hasil
KESIMPULAN simulasi SWMM dapat menurunkan debit limpasan
yang terjadi pada perumahan tersebut.
DAN SARAN 4.2. Saran
Untuk dapat menerapkan konsep LID perlu adanya
upaya mengubah paradigma berkaitan dengan
drainase lingkungan dari membuang air secepat
dan sebanyak mungkin menjadi menahan air
selama mungkin tanpa menimbulkan gangguan
lingkungan. Selain itu, dalam pembangunan
fasilitas LID perlu adanya kerjasama dari berbagai
pihak agar hasilnya maksimal.
TERIMAKASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai