1. Data Spasial
Data spasial yang diperlukan dalam pembuatan model ini adalah data layout
Pakuwon City, Jl. Laguna Raya KJW Putih Barat No.4, Kejawaan Putih Tamba, Kec.
Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60112. Data layout akan digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan survei pengukuran saluran drainase serta background
map dalam model SWMM untuk menentukan pembagian subcatchment, node
beserta link dalam simulasi.
2. Data Hidrologi
Data hidrologi digunakan untuk menentukan besarnya debit limpasan yang
mengalir menuju saluran drainase. Dalam prosesnya, perhitungan debit limpasan
tersebut memerlukan besaran hujan rencana dan distribusi hujan terpusat.
Selanjutnya hasil perhitungan tersebut digunakan sebagai input data dalam model.
Data hujan diperoleh dari pencatatan stasiun terdekat yaitu stasiun hujan Jakarta.
Data lain yang juga diperlukan dalam proses simulasi adalah luas lahan, tata guna
lahan, dan jaringan drainase.
3. Data Hidrolika
Data hidrolika dalam penelitian ini adalah data terkait penampang saluran drainase
yaitu potongan melintang dan memanjang saluran drainase.
Analisis dan Simulasi Model
Pada penelitian ini terdapat beberapa macam analisa yang perlu
dilakukan yaitu perhitungan hujan rencana, perhitungan distribusi
hujan terpusat, dan proses simulasi dengan program bantu
SWMM (Storm Water Management Model). Simulasi akan
dilakukan untuk dua kondisi yaitu eksisting dan dua jenis alternatif
pengembangan LID. Simulasi kondisi eksisting ditentukan
berdasarkan hasil survey virtual di lapangan. Dari hasil simulasi
akan diperoleh besarnya surface runoff dan final stored pada
subcatchment berdasarkan kondisi eksisting. Sedangkan simulasi
alternatif dilakukan dengan menerapkan konsep LID (Low Impact
Development) pada subcatchment. Hasil simulasi dari kedua
model akan dibandingkan untuk menunjukkan pengaruh dari
penerapan LID serta tipe manakah yang sangat mungkin
diterapkan.
03
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
Simulasi Model
Lokasi studi penelitian ini berada di
Pakuwon City, Jl. Laguna Raya KJW Putih
Barat No.4, Kejawaan Putih Tamba, Kec.
Mulyorejo, Kota SBY, Jawa Timur 60112.
program SWMM. Simulasi model yang 1 2006 79.0 1.898 -0.007 0.000 0.000 0.000
dilakukan dalam penelitian ini adalah 2
3
2007
2008
76.0
88.0
1.881
1.944
-0.024
0.040
0.001
0.002
0.000
0.000
0.000
0.000
simulasi data hidrologi dan hidrolika. 4 2009 64.5 1.810 -0.095 0.009 -0.001 0.000
Input data dari analisa hidrologi yang 5 2010 109.5 2.039 0.135 0.018 0.002 0.000
Td Δt I I.Td Δp pt Hyetograph
(jam) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) (%) (mm)
Hujan rencana kala ulang yang 1 0-1 20.470 20.470 20.470 63.025 9.135 9.443
2 1-2 12.892 25.785 5.315 16.363 63.025 65.146
digunakan sebagai data input
3 2-3 9.837 29.512 3.727 11.476 16.363 16.914
adalah hujan rencana kala ulang 4 3-4 8.120 32.479 2.967 9.135 11.476 11.863
25 tahun yang kemudian Jumlah 32.479 100.000 100 103.366
didistribusikan menjadi hujan
terpusat selama 4 jam seperti
ditunjukkan dalam Tabel 3.6
menggunakan metode
Alternating Block Methode (ABM)
dengan Hyetograph Hujan Efektif.
b. Input data dalam model
Data input yang dimasukkan dalam model
merupakan data hidrologi dan hidrolika. Data
hidrologi akan dibagi menjadi beberapa macam
yaitu data hujan dan subcatchment. Sedangkan
data hidrolika terdiri dari node dan link. Berikut
merupakan uraian dari masing – masing data,
diantaranya adalah:
1. Data Hidrologi
• Rain Gage, merupakan input data hujan
dengan beberapa tipe data yang dapat
ditentukan yaitu dalam bentuk intensitas,
volume dan kumulatif. Data tersebut disimpan
dalam bentuk time series. Gambar 3.3 Subcatchment Pada Model
• Subcatchment, merupakan input data terkait
dengan lahan. Dalam hal ini, lokasi studi harus LID pada simulasi model diterapkan
dibagi dulu menjadi beberapa subcatchment dalam subcatchment sesuai dengan tipe
(Gambar 3.3 Subcatchment Pada Model). yang dapat diterapkan berdasarkan
Beberapa input data yang diperlukan adalah karakteristik masing – masing
outlet dari lahan tersebut, luas area, subcatchment.
kemiringan lahan, persentase impervious,
subarea routing, dll
2. Data Hidrolika
• Node
Beberapa input data yang diperlukan dalam node adalah
junction, outfall, divider dan storage unit. Penggunaan
tipe node tersebut tergantung dari bangunan air dalam
sistem drainase. Junction dalam simulasi ini
menggambarkan titik cross section yang dilakukan
pengukuran, sehingga jumlah dan penamaan junction
disesuaikan berdasarkan pengukuran. Input data
pembuang akhir dalam simulasi ini ditentukan dengan
menggunakan tipe outfall pada node. Jika dalam sistem
drainase terdapat tampungan (storage area) sebagai
pembuang akhir maka perlu melengkapi storage curve
pada storage unit. Input data node dalam model
ditunjukkan pada gambar dibawah.
• Link
Data yang diperlukan dalam menu link pada SWMM ini Gambar 3.4 Node dan Link Pada model
merupakan dimensi penampang yang diperoleh dari
hasil pengukuran. Terdapat beberapa macam data yang
diperlukan selain data penampang yaitu fasilitas drainase
yang terletak pada saluran.
Hasil Simulasi
Hasil simulasi dalam model dibedakan atas dua hal yaitu Tabel 3.4 Hasil Simulasi Tanpa Analisis LID
simulasi tanpa penerapan LID dan simulasi dengan
No Jenis Kedalaman (mm)
penerapan LID (2 alternatif
1 Total Presipitasi 110.19
a. Tanpa Penerapan Konsep LID di Kondisi Eksisting 2 Total Infiltrasi 2.34
Simulasi kondisi eksisting dilakukan dengan tanpa 3 Total Runoff 107.15
penerapan konsep LID dalam subcatchment. Berikut 4 Final Surface Storage 0.908
merupakan hasil simulasi dari model.
Gambar 3.5 Grafik runoff tanpa LID
Gambar 3.6 Grafik elevasi air pada drainase tanpa LID
b. Dengan Penerapan Konsep LID
Pada simulasi yang kedua, dilakukan penerapan LID dalam
subcatchment dengan beberapa tipe. Berdasarkan kondisi Tabel 3.5 Hasil Simulasi LID
eksisting di lapangan, dengan beberapa pertimbangan No Jenis Kedalaman (mm)
terkait pengembangan dan karakteristik dari lahan maka 1 Initial LID Storage 0.069
tipe LID yang digunakan dalam model adalah rain barrel 2 Total Presipitasi 110.19
dan bioretensi. Kedua tipe tersebut diterapkan pada 3 Total Infiltrasi 2.28
4 Total Runoff 107.27
kawasan luas kawasan untuk masing – masing 5 Final Surface Storage 0.903
subcatchment. Berikut merupakan hasil simulasi model.
Gambar 3.7 Konsep dengan pengaplikasian LID Gambar 3.8 Grafik runoff dengan LID
Pengaruh LID Pada
Debit Limpasan
Kondisi eksisting dimana tanpa menerapkan konsep LID
dengan yang menerapkan konsep LID terdapat perbedaan
dalam mengelola debit limpasan. Hal ini dapat dilihat dari hasil
keluaran software SWMM yang menunjukan nilai Final Surface
Storage daerah eksisting yang tidak menerapkan konsep LID
lebih kecil dibandingkan kondisi eksisting yang menerapkan
konsep LID.
4.1. Kesimpulan
Penerapan LID dapat memberikan dampak yang
baik bagi Perumahan Pakuwon City Surabaya. Dari
beberapa fasilitas LID yang direncanakan pada
Perumahan Pakuwon City berdasarkan hasil
KESIMPULAN simulasi SWMM dapat menurunkan debit limpasan
yang terjadi pada perumahan tersebut.
DAN SARAN 4.2. Saran
Untuk dapat menerapkan konsep LID perlu adanya
upaya mengubah paradigma berkaitan dengan
drainase lingkungan dari membuang air secepat
dan sebanyak mungkin menjadi menahan air
selama mungkin tanpa menimbulkan gangguan
lingkungan. Selain itu, dalam pembangunan
fasilitas LID perlu adanya kerjasama dari berbagai
pihak agar hasilnya maksimal.
TERIMAKASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik