Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18


November 2017
Purwokerto

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN LINGKAR LENGAN ATAS PADA


REMAJA PUTRI DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN
BANYUMAS

Oleh

Ibnu Zaki1, Hesti Permata Sari1, Farida1


1
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan,
Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Dr. Soeparno , Karangwangkal, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia,
ibnu_zaki28@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asupan zat gizi makro dan lingkar lengan atas
pada remaja putri di kawasan perdesaan Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian yang dilakukan
adalah observasional, dengan desain crossectional. Subjek adalah remaja putri usia 15-17 tahun
yang diambil secara random dari tiga sekolah menengah atas yang berada di kawasan perdesaan
wilayah Kabupaten Banyumas. Data asupan diperoleh dengan metode pencatatan prospektif
(prospective foodrecords) selama tujuh hari berturut-turut. Data lingkar lengan atas (LiLA)
diperoleh melalui pengukuran antropometrik menggunakan pita lingkar lengan atas. Rata-rata
asupan zat gizi makro subjek berada dalam kategori defisit berat. Rata-rata asupan energi,
karbohidrat, lemak, dan protein subjek berturut-turut adalah 1106,80 ± 244,51 KKal/hari, 163,55 ±
35,67 g/hari, 35,84 ± 10,32 g/hari, 32,79 ± 7,70 g/hari. Rata-rata lingkar lengan atas subjek 23,42 ±
2,10 cm. Asupan energi, lemak, dan protein berkorelasi secara statistik denganlingkar lengan
atas(p<0,05).
Kata Kunci : Energi, Lemak, Karbohidrat, Protein, Lila

ABSTRACT
This study aims to see the intake of macro nutrients and middle upper arm circumference of young
women in rural areas of Banyumas Regency. The type of research conducted was observational,
with crossectional design. Subjects were young women aged 15-17 years taken randomly from
three high schools located in rural areas of Banyumas Regency. Data intake was obtained by
prospective food records for seven consecutive days. The middle upper arm circumference (LiLA)
was obtained through anthropometric measurements using the upper arm band. The average intake
of the subject macro nutrients is in the category of heavy deficits. The mean energy intake,
carbohydrate, fat, and protein subjects were 1106.80 ± 244.51 CCal / day, 163.55 ± 35.67 g / day,
35.84 ± 10.32 g / day, respectively, 32.79 ± 7.70 g / day. The average Midle upper arm
circumference of the subject is 23.42 ± 2.10 cm. Intake of energy, fat, and protein correlated
statistically with upper arm circumference (p <0.05).
Keywords: Carbohydrates , Energy, Fats, Proteins, muac

PENDAHULUAN
Hasil Survey Diet Total (SDT) Tahun 2014 menunjukkan bahwa 45,7% penduduk
Indonesia mengonsumsi energi ≤ 70% AKE atau berada dalam kategori sangat kurang

435
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18
November 2017
Purwokerto

(Anggraeni2012). Kondisi demikian, bila terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan kondisi malnutrisi kurang energi kronis (KEK). Berdasar data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2007 dan Tahun 2013 dapat dilihat adanya kenaikan rata-rata prevalensi KEK
pada kelompok wanita usia subur (WUS) rentang usia 15-49 tahun yang hamil, dengan kenaikan
sebesar 7,73%. Data dari Dinkes Propinsi Jawa Tengah selama Tahun 2011-2015 juga
menunjukkan masih adanya 7% ibu hamil yang mengalami KEK.
Pada kelompok WUS, resiko KEK dapat diketahui dengan mengukur lingkar lengan atas
(LiLA). Kelompok WUS beresiko mengalami KEK jika memiliki LiLA < 23,5 cm. Bila kelompok
WUS dengan KEK hamil, berpotensi besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR), janin tidak berkembang, dan juga beresiko menyebabkan kematian ibu saat melahirkan
(Infodatin2016). Hasil penelitian Pujiastuti dan Iriani (2016) berhasil membuktikan adanya
hubungan antara status gizi berdasar LiLA dengan kejadian BBLR. Menurut hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia
masih sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup, dengan 12,8% disebabkan oleh prematuritas dan
BBLR. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Pujiastuti & Iriyani (2016) di Kota Magelang juga
membuktikan 33,33% kejadian BBLR disebabkan oleh ibu yang mengalami KEK.
Kurang energi kronis pada ibu hamil merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan pada ibu hamil (Depkes RI2002). Faktor penyebab KEK pada WUS dan ibu hamil
sangat kompleks, diantaranya ketidakseimbangan asupan gizi, adanya infeksi, atau adanya
perdarahan (FKM UI2007). Kelompok WUS utamanya yang masih masuk dalam kategori remaja,
merupakan kelompok yang rawan untuk mengalami KEK. Sebagian besar remaja belum mampu
memenuhi kebutuhan gizi harian mereka, padahal energi yang mereka keluarkan dalam setiap
harinya cukup banyak.
Pola makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase
kehidupan selanjutnya, yaitu dewasa (ibu hamil) dan lanjut usia. Buruknya pola makan remaja akan
menimbulkan berbagai macam permasalahan gizi diantaranya anemia gizi besi, overweight,
obesitas, dan KEK. Hasil penelitian Tanziha et al. (2016) menyatakan bahwa faktor resiko utama
kejadian anemia pada ibu hamil adalah status gizi KEK yang terjadi akibat pola makan sebelum
hamil yang tidak adekuat. Malnutrisi KEK masih banyak terjadi pada remaja diantaranya
disebabkan oleh pemahaman yang salah terkait gizi dan kesehatan, body images, atau ketiadaan
akses terhadap makanan sehat (Brown 2011).
Wilayah perkotaan dan perdesaan berpengaruh terhadap suatu masalah gizi melalui
mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan maupun akses makanan
(Huetal. 2014). Sebuah penelitian menunjukan sebanyak 27,1% remaja yang berdomisili
diperdesaan menderita kurang asupan zat besi (Permaesih dan Susilowati2005). Hal ini terjadi
436
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18
November 2017
Purwokerto

karena di perdesaan akses terhadap makanan dan pelayanan kesehatan lebih rendah dibanding di
perkotaan. Hasil studi terdahulu pada remaja putri di kawasan perdesaan menunjukkan bahwa
asupan protein kurang sebanyak 76,0 % pada remaja putri diperdesaan (Sari, 2016).
Berdasar data-data di atas, peneliti tertarik untuk melihat asupan zat gizi makro, dan LiLA
pada remaja putri di Kecamatan Kedungbanteng, sebagai salah satu wilayah perdesaan.

METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian dilaksanakan
di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas pada Bulan April-Mei 2017.Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 70remaja putri, yang diambil dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di
Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Subjek diambil secara random dengan tetap
mengikuti kriteria inklusi, yaitu remaja putri berusia 15-17 tahun, berdomisili di wilayah
Kecamatan Kedungbanteng, bersedia terlibat dalam rangkaian penelitian ini yang dibuktikan
dengan mengisi informed consent (persetujuan sebelum perlakuan).
Data dalam penelitian ini merupakan data primer, yang terdiri dari data asupan zat gizi
makro (energi, protein, lemak, dan karbohidrat) dan data LiLA. Data konsumsi pangan subjek
diperoleh dari hasil pencatatan prospektif (prospective food records) selama 7hari. Data
antropometri LiLA didapatkan dengan mengukur lingkar lengan bagian atassubjek menggunakan
pita LiLA.
Analisis data diawali dengan pengujian statistik deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik data hasil penelitian. Stastistik deskriptif disajikan dalam bentuk mean
atau median ± standar deviasi (mean/median ± SD), dan jumlah prosentase. Kemudian dilanjutkan
pengujian statistik analitik diawali dengan pengujian normalitas pada data asupan dan LiLAdengan
uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk melihat korelasi antara asupan zat gizi makro dengan LiLA
digunakan uji korelasi Pearson.Data diolah menggunakan program STATA 12.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro
Tabel 1 menunjukkan rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi makro subjek.
Secara keseluruhan, rata-rata asupan zat gizi makro subjek berada dalam kategori defisit berat
(tingkat kecukupan < 70%) menurut klasifikasi tingkat asupan gizi Depkes (1996). Tingkat
kecukupan gizi (TKG) diperoleh dengan membandingkan antara rata-rata asupan subjek dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2013.
Tabel 1. Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan gizi subjek
Variabel Rata-rata ± SD AKG TKG (%)
Asupan energi (Kal) 1106,80±244,51 2125 52.09
Asupan protein (g) 32,79±7,70 59 55.58
437
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18
November 2017
Purwokerto

Asupan lemak (g) 35,84±10,32 71 50.48


Asupan karbohidrat (g) 163,55±35,67 292 56.01

Hasil penelitian asupan remaja putri yang berada dalam kategori defisit berat (TKG < 70%)
juga terjadi pada penelitian Prasasta, et al. (2012) yang bertempat di tiga kabupaten (Garut,
Bandung, dan Cirebon) di Propinsi Jawa Barat pada asupan energi dan proteinnya. Remaja putri
memang pada umumnya memiliki pandangan tersendiri mengenai tubuhnya (body image) yang
terkadang salah, dan bila tidak segera diluruskan dapat mengakibatkan masalah gizi karena
umumnya mereka akan mengurangi porsi atau waktu makannya demi mencapai tubuh yang
menurut mereka ideal (Sayogo 2011). Fanny et al. (2010) membuktikan sebaliknya, hasil penelitian
asupan zat gizi makro pada siswa SMU PGRI Maros sebagian besar (> 50%) berada dalam kategori
cukup.
Asupan zat gizi makro harus menjadi perhatian utama bagi usia remaja karena pada
rentang usia ini sedang terjadi lanjutan pertumbuhan setelah menarche hingga usia 21 tahun.
Selama masa ini, terjadi percepatan pertumbuhan yang meliputi 45% pertumbuhan tulang dan 15-
25% pertambahan tinggi badan (WHO/ UNICEF 2005).

Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas merupakan indikator yang baik untuk menilai resiko KEP pada
kelompok WUS. Rentang usia subjek masuk dalam kategori WUS, sehingga menjadi penting untuk
mengetahui status LiLAnya. Subjek lebih banyak memiliki LiLA yang beresiko (LiLA < 23.5 cm).
Tabel 2. Status lingkar lengan atas subjek
Klasifikasi LiLA Jumlah (%)
Normal (≥ 23.5 cm) 44.93
Beresiko (< 23.5 cm) 55.07

Lingkar lengan atas merupakan gambaran ketersediaan zat gizi di otot dan lemak, sehingga
status LiLA pada remaja putri berkaitan juga dengan kecepatan maturasi seksualnya (Hardinsyah
dan Supariasa 2016). Christianti et al. (2012) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa lemak
tubuh pada subjek remaja putri yang sudah menstruasi lebih banyak dibanding pada kelompok
yang belum menstruasi. Hasil penelitian Handayani et al. (2013) juga menyatakan bahwa remaja
putri di kota mengalami menstruasi lebih awal dibanding di desa, disebabkan status gizi dan persen
lemak tubuh dikota lebih besar dibanding di desa.

Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Lingkar Lengan Atas


Hasil uji korelasi Pearson dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan secara statistik antara asupan zat gizi makro energi, protein, dan lemak dengan ukuran
lingkar lengan atas subjek (p<0.05), kecuali pada karbohidrat (p>0.05). Variabel-variabel yang

438
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18
November 2017
Purwokerto

saling berkorelasi tersebut secara keseluruhan memiliki nilai r yang positif yang dapat
diinterpretasikan bahwa semakin besar nilai asupan energi, protein, dan lemak dapat meningkatkan
nilai lingkar lengan atas. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Muchlisa et al. (2013) dimana
asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng memiliki hubungan yang signifikan
dengan status gizi berdasarkan LiLA yang ditunjukkan dengan nilai p<0.05. Hasil uji hubungan
antara asupan zat gizi makro dengan lingkar lengan atas dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3
berikut ini.
Tabel 3. Korelasi asupan zat gizi makro dan ukuran LiLA
Variabel Lingkar Lengan Atas
r p
Asupan energi 0.28 0.02a
Asupan protein 0.36 0.00a
Asupan lemak 0.26 0.03a
Asupan karbohidrat 0.23 0.06b

Lingkar lengan atas merupakan gambaran ketersediaan zat gizi di otot dan lemak bawah
kulit (Hardinsyah dan Supariasa 2016). Cadangan energi dapat disimpan dalam bentuk glikogen
salah satunya di otot, sementara kelebihan zat gizi makro yang lain disimpan dalam bentuk jaringan
adiposa, yang ada di lemak bawah kulit, sehingga lingkar lengan atas dapat digunakan sebagai
indikator untuk melihat riwayat asupan gizi seseorang pada masa lampau (Hastuti 2012). Penelitian
Kerksick et al. (2006) menunjukkan bahwa massa otot dipengaruhi oleh tingkat kecu-kupan energi
dan protein, yaitu tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit menyebabkan penu-runan
massa otot pada subjek.

KESIMPULAN
Sebagian besar subjek remaja putri di kawasan perdesaan Kabupaten Banyumas memiliki
asupan zat gizi makro energi, protein, lemak dan karbohidrat dalam kategori defisit berat. Status
LiLA subjek sebagian besar berada dalam kategori beresiko KEK. Terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan zat gizi makro subjek dengan LiLa, kecuali asupan karbohidrat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Universitas Jenderal Soedirman atas dukungan
pendanaan melalui dana penelitian dan pengabdian DIPA Unsoed 2017.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, AC. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Brown, JE., et al. 2011. Nutrition Through the Life Cycle 3rd Edition. USA: Wadsworth Inc.

439
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18
November 2017
Purwokerto

Chasanah, SU. 2016. Analisis pengetahuan kesehatan reproduksi, asupan zat gizi, dengan status
gizi pada remaja putri. Jurnal Kesehatan ―Samodra Ilmu‖ Vol. 07 No. 02 Juli 2016 142-
148

Christianti DF, Khomsan A. 2012. Asupan zat gizi dan status gizi pada remaja putri yang sudah
dan belum menstruasi. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2012, 7(3): 135-142

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang
Dewasa. Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Buku Pedoman Petunjuk Pelaksanaan
dan Penanggulangan KEK Pada Ibu Hamil. Jakarta: FKM UI

Fanny, dkk. 2010. Tingkat Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Siswa SMU PGRI Kabupaten Maros
Propinsi Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan. IX Edisi 1. 15-19.

Handayani MS, Dwiriani CM, Riyadi H. 2013. Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan
perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan. Jurnal Gizi dan
Pangan, November 2013, 8(3): 181-186

Hardinsyah dan Supariasa IDM. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC.

Hastuti, I. 2012. Alokasi Pengeluaran Pangan dan Asupan Makan Sebagai Faktor Resiko Kejadian
Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Calon Pengantin Wanita di Kabupaten Bantul.
[Skripsi]. Yogyakarta: UGM

Hu et al, 2014, Disparity of anemia prevalence and associated factors among rural to urban migrant
and the local children under two years old: a population based cross-sectional study in
Pinghu, China. BMC Public Health 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Infodatin Situasi Gizi. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI
Kerksick CM, Rasmussen CJ, Lancaster SL, Magu B, Smith P, Melton C, Greenwood M, Almada
AL, Earnest CP, & Kreider RB. 2006. The effects of protein and amino acid
supplementation on performance and training adaptations during ten weeks of resistance
training. J Strength Cond Res, 20, 643—53.

Muchlisa, Citrakesumasari, dan Indriasari, R. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi
pada Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar
Tahun 2013. Jurnal MKMI 1-15

Permaesih, Dewi, Susilowati Herman, 2005, Faktor – faktor yang mempengaruhi anemia pada
remaja. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 33, No-4.2005: 162-171

440
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-18
November 2017
Purwokerto

Prasasta Y, Syarief H, & Baliwati YF. 2012. Karakteristik pertumbuhan remaja berdasarkan
ekosistem wilayah di Propinsi Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2012, 7(3),
143-150

Pujiastuti, W., Iriyani, SB. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir
rendah (BBLR).

Sari HP, Dardjito E, Anandari D. 2016. Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Di Wilayah
Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 1, Januari 2016 : 15-
33

Sayogo, Savitri. 2011. Gizi Remaja Putri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Supariasa, IDM., B. Bakri., dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

441

Anda mungkin juga menyukai