Aluminium merupakan unsur yang termasuk banyak di kerak bumi (8% dari massa
kerak bumi). [1] Aluminium memiliki densitas 2,7 g/cm3 atau kira-kira sepertiga
densitas baja (7,83 g/cm3).
Paduan seri 1xxx terdiri dari 99% atau lebih tinggi aluminium. Seri ini memiliki
workability, ketahanan korosi serta konduktivitas termal dan listrik yang baik serta
kekuatan yang rendah. Al 1xxx merupakan seri aluminium dengan ketahanan korosi
paling baik dibanding seri lainnya. Dalam seri ini, paduan yang paling umum
digunakan adalah AA1350 (untuk aplikasi listrik) dan AA1100 (untuk aplikasi
pembungkus makanan). [2,3] Al 1100 tidak dapat dilakukan perlakun panas (misalnya
annealing dan precipitation hardening). Besi dan silikon merupakan pengotor utama
pada Al 1xxx. [4]
Al murni tahan terhadap serangan bahan kimia dan weathering, ductile dan mudah
dilas. Al-Si memiliki kelarutan tinggi dan meningkat dengan peningkatan temperatur.
Mangan pada larutan padat berfungsi menguatkan Al. Kebanyakan Cr dapat
menyebabkan coarsening. [4]
Boron. Boron digunakan dalam aluminium dan paduannya sebagai penghalus butir.
Boron dapat digunakan sendiri (pada tingkat 0,005 hingga 0,1%) sebagai penghalus
butir selama solidifikasi tetapi menjadi lebih efektif bila digunakan dengan titanium.
Boron bersamaan dengan Ti dapat membentuk
Hidrogen. Hidrogen memiliki kelarutan yang lebih tinggi dalam keadaan cair pada
titik leleh aluminium daripada dalam padatan pada suhu yang sama. Oleh karena itu,
porositas gas dapat terbentuk selama solidifikasi. Hidrogen muncul sebagai pengotor
akibat adanya reduksi uap air di atmosfer oleh aluminium panas dan dekomposisi
hidrokarbon. Hidrogen dalam aluminium padat dan cair dapat meningkatkan jumlah
zat yang terikat akibat adanya pengotor tertentu seperti senyawa belerang. Porositas
akibat hidrogen mempengaruhi sifat mekanik. Gambar 1 menunjukkan pengaruh
porositas pada kekuatan tarik utama dari komposisi yang dipilih. Selain menyebabkan
porositas primer dalam pengecoran, hidrogen menyebabkan porositas sekunder,
blister, dan degradasi suhu tinggi selama perlakuan panas.
Besi. Besi adalah pengotor yang paling umum ditemukan dalam aluminium. Besi
memiliki kelarutan tinggi dalam aluminium cair dan karena itu mudah larut di semua
lelehan. Kelarutan besi dalam keadaan padat sangat rendah (~0,05%) dan besi yang
tersisa akan muncul sebagai fase kedua intermetalik dalam kombinasi dengan
aluminium atau unsur lainnya. Fe sebagai tambahan Al berfungsi menjadi sumber
strength namun dapat memperlambat fluidity aluminium. Fe juga dapat menjadi pusat
porosity. Tanpa Fe strength di bawah 50 MPa.
Lithium. Tingkat pengotor litium adalah beberapa ppm namun pada tingkat kurang
dari 5 ppm dapat menyebabkan perubahan warna (korosi biru) aluminium foil dalam
kondisi lembab. Lithium sangat meningkatkan laju oksidasi aluminium cair dan
mengubah karakteristik permukaan produk tempa.
Magnesium. Magnesium adalah elemen paduan utama dalam seri 5xxx paduan.
Kelarutan padat maksimum dalam aluminium 17,4%, tetapi kandungan magnesium
dalam paduan tempa saat ini tidak melebihi 5,5%. . Penambahan magnesium secara
nyata meningkatkan kekuatan aluminium tanpa terlalu mengurangi keuletan.
Ketahanan korosi dan kemampuan las Mg baik.
Titanium. Titanium dengan jumlah 10 sampai 100 ppm ditemukan dalam aluminium
komersil. Titanium mengurangi konduktivitas listrik aluminium. Titanium digunakan
terutama sebagai penghalus butir coran dan ingot paduan aluminium. Ketika
digunakan sendiri, efek penghalusan butir titanium berkurang dengan holding time
dalam keadaan cair dan dengan repeated re-melting. Efek penghalusan butir
ditingkatkan jika boron hadir dalam lelehan Al atau jika boron ditambahkan sebagai
master alloy dalam bentuk TiB2. TiB2 memiliki berat jenis lebih rendah dibandingkan
lelehan aluminium sehingga cenderung mengendap pada launder. Oksida aluminium
yang berinteraksi dengan TiB2 akan dapat lebih cepat teraglomerasi dan material ini
akan terjebbak pada cetakan keramik (tip) yang dapat merusak kualitas Al. TiB2 dapat
berperan sebagai inklusi menyebabkan pembentukan lubang setelah nantinya diproses
lebih lanjut. Ti memiliki kemampuan tuang rendah namun ductility baik.
(a) (b)
Alloy Al Fe Zn Cu Mn Ti Mg Si Cr
1100 Min. 0.95 Max 0.05 - Max - - 0.95 -
99% (+ Si) 0.1 0.2 0.05 (+ Fe)
1235 Min 0.65 Max Max Max Max Max 0.65 -
99.35% (+ Si) 0.1 0.05 0.05 0.06 0.05 (+Fe)
3105 Balance Max Max Max 0.3- Max 0.2- Max Max
0.7 0.4 0.3 0.8 0.1 0.8 0.6 0.2
8011 97.5 - 0.6- Max Max Max Max Max 0.5- Max
99.1 1.0 0.1 0.1 0.2 0.08 0.05 0.9 0.05
8079 < 98.2 0.7 - < < - - - 0.05 - -
1.3 0.11 0.051 0.3
Berdasarkan data makeitfrom.com [6], Al 1100 memiliki elongasi 1.1 - 32% dan Al
1235 memiliki elongasi 28 - 34 MPa. UTS 1100 di kisaran 86 - 170 MPa dan UTS
1235 di kisaran 80 - 84 MPa.
Al 8079
Paduan aluminium 8079 yang memiliki kelebihan kekuatan tarik tinggi, jumlah
pinhole yang sedikit dan elongasi yang baik. Namun, terdapat permasalahan seperti
misalnya timbul goresan, microcrack atau impurities. Permasalahn-permasalahan
yang telah disebutkan disebabkan oleh komposisi material penyusun Al 8079. Al
8079 memiliki elongasi 2.2% dan UTS 150 MPa menunjukkan Al 8079 lebih strong
namun kurang ductile dibandingkan Al 1100 dan 1235. [5, 6]`
Hal ini menunjukkan sifat mekanis Al 8079 dapat ditingkatkan dengan mengurangi
ukuran butir dan mengontrol terbentuk fasa AlFeSi dan Al3Fe. Penambahan Si hingga
1,3% untuk Al 8079 menyebabkan ukuran butir berkurang dan sifat mekanis paling
optimum di penambahan 1.3% Si. Penambahan Si dengan kadar lebih tinggi tidak
menurunkan lagi ukuran butir namun malah menurunkan sifat mekanis akibat adanya
fasa sekunder. [5]
BAB II
CONTINUOUS CASTING
164
Gambar. (1) Melting furnace (2) Holding furnace (3) Degasser (4) Ceramic Foam Filter (5) Rolling
Charging
Pada saat charging, terkadang peleburan Al mengeluarkan gas. Gas berwarna hitam
dapat berupa karbon ataupun reaksi antara Al dengan oksigen membentuk alumina
serta gas yang berwarna putih merupakan uap air. Gas karbon dapat berasal dari
minyak maupun plastik yang digunakan sebagai penyangga Al foil. Perlu dilakukan
pengujian bulk density terhadap baling press Al karena apabila bulk density Al hasil
baling press lebih rendah dibandingkan Al cair, Al baling press akan mengapung pada
Al cair dan membentuk dross.
Setelah charging, dilakukan melting lalu penaburan injection flux dengan nama
komersil coverall (yang berupa garam) yang diberikan dengan cara ditabur (harus di-
investigasi metode penaburannya) dilanjutkan skimming dan kemudian transfer ke
holding. Pemberian coverall standarnya 20kg. Perlu dicatat jarak waktu pemberian
coverall setelah charging dan apakah setelah charging pintu langsung ditutup atau
tidak serta berapa lama waktu proses dari fluxing ke drossing. Coverall berfungsi
meng-cover Al dari udara sekaligus berfungsi mengangkat impurities. Skimming
memiliki rentang waktu 30 menit. Skimming merupakan pembersihan Al cair dari
dross yang terangkat oleh nitrogen. Pemberian injection flux (coverall) bertujuan
memberikan Al perlindungan terhadap gas-gas. Kapasitas melting 32 ton. Temperatur
roof melting 900-1025C. Melting dan holding furnace memiliki panas yang diberikan
dengan burner melalui udara.
Holding Furnace
Holding memiliki fungsi menjaga panas aluminium (agar Al tidak menjadi lebih
dingin atau panas setelah pemberian nitrogen dan master alloy). Panas di holding
furnace berasal dari burner melalui proses konveksi. Bola burner dipanaskan oleh
udara yang keluar dari holding furnace dan di saat yang sama memanaskan bola yang
masuk ke holding furnace. Di holding, dilakukan pemberian gas nitrogen (parameter
yang digunakan tekanan) sekaligus injection fluxing dengan coverall 10 kg.
Pengadukan di holding harus rata agar semua bagian memiliki kandungan yang sama
rata. Suhu di melting tidak stabil sehingga saat ditransfer ke holding Al paling
parahnya dapat membeku. Alloying dilakukan di proses holding karena penambahan
alloying maupun Al akan jauh lebih hemat di holding.
Hingga saat penulisan ini, pemasukan master alloy ke holding furnace bersamaan
dengan coverall dan plastik bungkusannya kemudian langsung diinjeksi. Seharusnya,
pemberian injection flux tidak bersamaan dengan pemberian master alloy. Kandungan
dross yang terangkat saat skimming bergantung dari master alloy yang diberikan.
Coverall 21Z miliki PT. Foseco merupakan flux yang ditambahkan ke aluminium cair
dengan rumus kimia Kalium heksafluoroaluminat dan persen berat Fluor 3-10%,
Klorin 30-50%, K 30-50%, O 1-5%, Na 1% max, Al 1-5% dan S 1% max.
Komposisi garam kalium unregulated > 60%, kalium heksafluoroaluminat 10-30%,
aditif unregulated < 1%. Produk terkategori produk stabil dan tidak akan membentuk
polimerisasi.
Al bergerak dari holding hingga mencapai rolling di caster dengan launder. Suhu yang
dipasang di holding 820C (seharusnya 810C namun heater di degasser mati sehingga
dinaikkan 10-40C) dan di head box umumnya 690 - 710 C. Suhu di CFF 710-740C.
Suhu berkurang jauh saat degassing dan saat CFF. Umumnya Al masuk ke holding
dari melting tiga kali sehari.
Degasser
Degasser atau nama komersialnya Alphur berfungsi mengambil gas hidrogen dari Al
dengan menggunakan gas argon (dapat dengan gas nitrogen juga). Argon meniliki
flow rate 28 L/menit dan saat ini sedang trial 24 L/menit. Degasser 225 rad
seharusnya menjadi 175 rad dan deviasi di rotor 100-300%. Degasser bergerak
dengan mengaduk. Dross yang diambil kemudian dijual ke perusahaan lain.
Hingga saat ini, graphite shaft untuk degassing secara periodik (1-2 minggu) diganti
sebelum patah. Permukaan liquid metal yang bersih akan mengurangi rotation friction
antara shaft dengan dross di permukaan kontak yang otomatis meningkatkan daya
tahan shaft dan mencegah efek riak di permukaan logam cair. Bila Wd (weight dross)
dikurangi maka ∆ P akan meningkat yang berarti kemampuan argon ke udara akan
lebih tinggi.
Hasil observasi menunjukkan banyak dross di daerah degassing dan terbentuk launder
dan oxide layer yang terbentuk setiap kali casting (dibersihkan setiap ganti alloy).
Melakukan skimming secara teratur dan mengontrol secara ketat diperlukan untuk
menjaga kebersihan cairan logam di area degassing. Alat skimming yang digunakan
harus mengeluarkan dross. Besi ketika dipanaskan mudah berkarat membentuk okside
besi yang apabila masuk ke cairan aluminium akan tenggelam akibat massa jenis besi
lebih rendah dibandingkan aluminium. Oksida besi ini dapat menjadi inklusi nantinya
bila filter tidak maksimal. Alat skimming wajib dicoating sebelum kontak dengan
aluminium cair dan alat skimming yang dicoating wajib dikeringkan terlebih dahulu
sebelum digunakan.
Grain Refiner
Semua paduan aluminium dengan struktur butiran halus melalui penambahan grain
refiner (penghalus butir). Grain refiner yang paling banyak digunakan adalah paduan
titanium, boron, atau titanium - boron pada aluminium. Titanium secara umum
terkandung 3 sampai 10% pada grain refiner Ti. Pada grain refiner AlTiB, boron
memiliki kandungan 0.2 sampai 2.5% dengan rasio titanium:boron 5:1 ke 50:1. Grain
refiner dalam bentuk batang dikembangkan untuk pengolahan aluminium secara terus
menerus. [3]
Boron (tanpa Ti) berdasarkan hasil penelitian dapat lebih efektif dibandingkan
titanium sebagai grain refiner. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar x.
Modifier yang digunakan di PT. 3i adalah AlTiB. Pemberian AlTiB diatur sesuai
dengan speed dan length. AlTiB memiliki persentase komposisi Ti 5% dan B 1%.
AlTiB kebanyakan menyebabkan semakin banyak boron yang dapat diikat oksigen
membentuk boron oksida menyebabkan inklusi.
Karbon diberikan agar Al tidak lengket dan di bawahnya ditambah air agar Al cepat
mendingin. Temperatur air sebelum mendinginkan Al umumnya 32C dan setelahnya
36C. Pressure air saat masuk 3-7 bar dan saat keluar 0.5-3 bar.
CFF
Ceramic Foam Filter (CFF) berfungsi untuk meng-filter pengotor yang massa jenisnya
lebih rendah dari logam (misalkan boron dan karbon). Apabila massa jenis pengotor
lebih tinggi, pengotor akan tenggelam di dasar dan dapat menyebabkan penurunan
kualitas produk. Di PT. 3i, CFF diganti 2 minggu setelah pemakaian (memiliki nomor
CFF 1 - 36) atau setiap 110-120 ton untuk foil dan 150 ton untuk coil. CFF
menggunakan filter 40-50 ppi sehingga filter lebih dapat menyaring pengotor. Hasil
pengujian bubble yang dibelah masih menunjukkan inklusi yang dicurigai merupakan
boron oksida yang tidak dapat disaring CFF.
Tip diganti setiap ada problem (misalnya tip menyebabkan adanya garis yang
dideteksi di mesin blaw knox). Setiap kali penggantian tip, Al cair yang sudah
mengalir melewati holding furnace harus dimasukkan ke bak sebagai Al drain. Al
drain memiliki potensi bubbling yang rendah karena pendinginan berjalan sesuai
termodinamika.
Pemotongan Coil
Apabila sudah mencapai panjang lapisan yang diinginkan, Al dipotong dengan mesin.
Ketebalan Al di caster 6.00-6.50 mm. Di WI tertulis ketebalan yang diharapkan 7 mm
namun ketebalan 7 mm akan menyebabkan patah di blaw knox (kecuali dilakukan
homogenizing terlebih dahulu sebelum rolling pass 1). Tebal kurang dari 6 mm juga
dapat menyebabkan perpatahan. Berat satu coil caster 4200 - 5200 kg secara umum
walaupun minimal 2900 dan maksimal 5900 kg. Coil harus minimal 3000 kg dan
kalau di bawah itu akan dijadikan scrap karena produk dai caster tidak dapat di-join.
Gas flow dan metal flow harus berbanding lurus. Metal flow alloy Al di bulan
September hingga November 2021 adalah sebagai berikut.
Berdasarkan Keles et al. [11], berikut merupakan zat-zat pengotor yang dapat
terkandung pada proses continuous casting.
Bubble Test
Pengujian bubble merupakan pengujian yang membuat adanya udara yang terjebak
dan udara yang terjebak ini kemudian diukur. Bubble ini nantinya dapat menyebabkan
putus sehingga perlu disambung dengan joint. Tekanan rendah menyebabkan
pembekuan yang seharusnya dari pinggir wadah menjadi di permukaan wadah yang
menyebabkan gas hidrogen tidak dapat keluar dan gas yang tersisa ini lah yang dites.
Porosity yang baik adalah 1-2 porosity per 100 gr dan standar yang paling buruk
memiliki 20 porosity. Pengambilan sampel hingga pemasangan sampel agar tekanan
udara turun maksimal 1 menit agar hasil presisi. Cek porosity menggunakan penetran.
Gambar. Alat pengujian bubble test
CLS merupakan segregasi unsur larut pada bagian tengah coil. CLS mempengaruhi
homogenitas komposisi dan sifat mekanik material (menurunkan fatigue strength)
serta menyebabkan microcrack. [7] Semua logam mengalami segregasi sampai batas
tertentu dan segregasi dapat diklasifikasikan menjadi segregasi mikro dan segregasi
makro. Segregasi mikro terjadi pada tingkat mikrostruktur material dan mengacu pada
perbedaan komposisi kimia di antara butir dan dapat dikurangi secara signifikan
dengan perlakuan panas homogenisasi. Hal ini dimungkinkan karena jarak yang
terlibat (10 - 100 mikron) kecil. Namun, segregasi makro tidak dapat diatasi dengan
homogenizing. Segregasi makro terjadi karena pergerakan daerah segregasi mikro
pada jarak makroskopik (jarak besar). [9] Berdasarkan referensi, CLS meningkat
dengan meningkatnya kecepatan rolling atau meningkatnya jumlah alloying. [10]
Lab 3i menguji CLS (Center Line Segregation) sekali dalam satu hari (di pagi hari).
CLS ditentukan oleh kecepatan rolling. Sampel diambil dan diberikan etsa apabila
ukurannya sudah sesuai dengan kriteria. Sampel dibandingkan dengan grade CLS A,
B, C dan D dengan pengujian menggunakan etchant.
Pengujian Komposisi
Coil 3i di Bulan Desember 2021
11%
12% 1100
1235
8079
78%
Kompos
Juml isi Persentase Sigma (σ)
Alloy
ah Over/Un (%) Level
der
1100 65 1 1.53 3
1235 49 1 2.04 3
8079 12 4 33.33 1.5
Pada bulan Desember 2021, produk yang paling banyak diproduksi adalah Al 8079.
Berdasarkan hasil pengujian komposisi, dapat dilihat 1.53% produk Al 1100, 2.04%
produk Al 1235 dan 33.33% produk Al 8079 tidak sesuai spesifikasi.
Pengujian komposisi dilakukan di tiga titik yaitu transfer (di antara MF dan HF), top
out (setelah HF dan sebelum degasser) dan setelah CFF. Komposisi tidak melihat
senyawa yang terbentuk namun melihat unsur yang terbentuk karena pengujian
menggunakan OES. Apabila ingin mengetahui kandungan senyawa dapat dilakukan
uji XRD. Komposisi dapat lebih atau kurang. Seringkali pengadukan saat holding
furnace belum merata sehingga komposisi titik top out lebih rendah dibandingkan
komposisi di transfer. Komposisi scrap di PT. 3i di Januari 2021 adalah sebagai
berikut.
Pengujian grain size dilakukan dengan menggunakan etsa lalu dibandingkan dengan
grade grain size A, B, C dan D. Standar ukuran butir yang diperbolehkan lab adalah
160 mikron. Pengukuran di lab dilakukan dengan membandingkan besar butir pada
sampel dengan Al yang tersedia (120, 160, 180 dan 250 mikron).
Sifat Mekanis
UTS dan elongasi dicek di lab untuk produk foil yang diambil dari finished good dan
sifat mekanis merupakan variabel yang sangat ditentukan oleh beragam parameter di
antaranya waktu rolling, kecepatan rolling, lama annealing dan lain-lain.
Pengujian Density
Density diukur dengan membandingkan volume air sebelum dan setelah dimasukkan
sampel bubble test dengan berat sampel bubble test. Seringkali density test
menggunakan metode ini kurang akurat dikarenakan pembacaan alat yang kurang
presisi.
Defect akibat continuous casting dibedakan menjadi dua yaitu surface defect dan
internal defect. Garis, belang, buram dan crack merupakan surface defect sedangkan
centerline segretation (CLS), mikrostruktur yang tidak homogen maupun terlalu
besar, dan inklusi adalah internal defect. [7]
Footnotes