KESENJANGAN ANTARA KONDISI PENDIDIK J PENGELOLAAN SERTA SARANA DAN PRASARANA PADA SMKN YANG ADA DI KOTA BATU JAWA TIMUR DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NO 4 TAHUN 2022 (1) (Repaired)
KESENJANGAN ANTARA KONDISI PENDIDIK J PENGELOLAAN SERTA SARANA DAN PRASARANA PADA SMKN YANG ADA DI KOTA BATU JAWA TIMUR DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NO 4 TAHUN 2022 (1) (Repaired)
DAN PRASARANA PADA SMKN YANG ADA DI KOTA BATU JAWA TIMUR
DENGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NO 4 TAHUN 2022
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
Muhammad Zulfikar (210121600506)
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Kesenjangan antara Kondisi Pendidik, Pengelolaan serta Sarana dan Prasarana pada SMKN
yang ada di Kota Batu Jawa Timur dengan Standar Nasional Pendidikan No 4 Tahun 2022”.
1. Ibu Dra. Susilaningsih, M. Pd., dan Dr. Muhibuddin Fadhli, M. Pd., selaku Dosen Mata
Kuliah Metodologi Riset dan Pengembangan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan
proposal penelitian.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian yang disusun ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik serta saran diharapkan guna perbaikan dimasa mendatang dan semoga
proposal penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita, khususnya bagi
pembaca. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA 3
2.1 Pendidik 4
2.2 Pengelolaan Sekolah 5
2.3 Sarana dan Prasarana.................................................................................6
2.4 Standar Nasional Pendidikan.....................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN 9
3.1 Rancangan Penelitian 9
3.2 Data Penelitian 9
3.3 Analisis Data Penelitian 10
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 4 Tahun 2022 tentang SNP adalah untuk
menjamin mutu pendidikan nasional guna mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana
yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. . Mengingat PP tersebut relatif
baru diterbitkan, informasi yang selama ini tersedia, misalnya dalam Indonesia
Educational Statistics in Brief 2004/2005, belum meliputi parameter dalam standar
nasional pendidikan. Dengan demikian, penelitian mengenai.1 pendidik, pengelolaan, dan
sarana serta prasarana yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa diperlukan untuk
mengetahui kondisi pendidik, pengelolaan, dan sarana serta prasarana Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri, yang didasarkan pada parameter dalam SNP, untuk mengidentifikasi
kesenjangan dengan standar tersebut. Di samping itu, kajian mengenai kontribusi
pendidik, pengelolaan, dan sarana serta prasarana sekolah terhadap hasil belajar
diperlukan untuk memastikan bahwa peningkatan pada ketiga komponen tersebut akan
meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal lain, hasil kajian mengenai kontribusi
pendidik, pengelolaan, dan sarana serta prasarana sekolah terhadap basil belajar juga
dapat digunakan untuk menetapkan prioritas penanganan bilamana dihadapkan pada
keterbatasan sumber daya untuk peningkatan tiga komponen masukan instrumental
tersebut sekaligus (Bhojaraju et al., 2005). Oleh karena itu, penelitian mengenai pendidik,
pengelolaan, dan sarana serta prasarana yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa
diperlukan untuk mengetahui kondisi pendidik, pengelolaan, dan sarana serta prasarana
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri, yang didasarkan pada parameter dalam Standar
Nasional Pendidikan, untuk mengidentifikasi kesenjangan dengan standar tersebut.
2.1 Pendidik
Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 menyebutkan babwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pendidik pada
jenjang pendidikan menengah kejuruan disebut guru. Guru merupakan salah faktor penentu
yang paling besar terhadap mutu pendidikan. Hasil studi (Bank Dunia, 1989) menunjukkan
bahwa faktor guru menentukan 34% mutu guru untuk negara berkembang dan sebesar 36%
untuk negara maju. Dengan demikian, lebih dari sepertiga variasi mutu pendidikan dapat
dijelaskan oleh variabel guru. Tidak berlebihan bilamana Ronald Brandt (A Noertjahyana et
al., 2005) mengemukakan bahwa hampir semua reformasi di bidang pendidikan seperti
pembaharuan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru pada akhirnya tergantung
pada guru. Lebih lanjut Banicky dan Foss (Umaedi et al., 2014) menyimpulkan bahwa
mutu guru memiliki dampak yang lebih besar terhadap hasil belajar dibandingkan ukuran
kelas, iklim sekolah, pengelompokan kemampuan siswa, atau lokasi sekolah.
Mutu guru dicirikan oleh penguasaan yang mendalam terhadap materi yang diajarkan,
kemampuan untuk menyajikan dan menyesuaikan materi tersebut dalam kegiatan
pembelajaran, dan keterampilan mengelola kelas sehingga memungkinkan siswa belajar
secara aktif. Belajar aktif merupakan kondisi yang diinginkan dalam paradigma baru
pembelajaran. Peran guru berubah dari dispenser pengetahuan menjadi fasilitator belajar,
seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut.
Sekolah yang mandiri terkait dengan efektivitas sekolah. Ciri sekolah yang efektif adalah
sebagai berikut:
a. Visi dan misi yang jelas dan target mutu yang harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan secara lokal.
b. Sekolah memiliki output yang selalu meningkat setiap tahun.
c. Lingkungan sekolah aman, tertib, dan menyenangkan bagi warga sekolah.
d. Seluruh personil sekolah memiliki visi, misi, dan harapan yang tinggi untuk berprestasi
secara optimal.
e. Sekolah memiliki sistem evaluasi yang berkesinambungan dan komprehensif terhadap
berbagai aspek akademik dan non akademik.
PP Nomor 57 Tahun 2021 mengenai SNP berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, Kabupaten/Kota, Provinsi,
atau Nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Dengan
demikian, berdasarkan uraian diatas, pengelolaan sekolah meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan yang mencerminkan penerapan peningkatan mutu MBS yang berkaitan
dengan pengelolaan: (1) Sumber daya manusia sekolah; (2) proses belajar mengajar; (3)
pelayanan siswa; (4) pengelolaan sarana dan prasarana; (5) pengelolaan keuangan; (6)
peningkatan secara berkelanjutan; dan (7) pembinaan hubungan antara sekolah dan
masyarakat.
f. Ukuran Kelas
Ukuran kelas adalah banyaknya siswa dalam suatu ruangan kelas, bukan rasio guru terhadap
siswa. Berbeda dengan ukuran sekolah, penelitian-penelitian mengenai ukuran kelas
menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara ukuran kelas dengan kinerja atau hasil
belajar. Pada kenyataannya, hasil penelitian (Balitbang Depdiknas, 2004) mengungkapkan
bahwa ukuran kelas rata-rata secara nasional baru 26 siswa. Dengan demikian, ukuran kelas
kecil mungkin dilaksanakan tanpa meningkatan jumlah kelas atau jumlah sekolah. Standar
sarana dan prasarana adalah SNP yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan tekoologi informasi dan
komunikasi. Ketersediaan atau keberadaan dan kualitas fasilitas sekolah tersebut merupakan
ukuran mutu sarana dan prasarana sekolah.
BAB III
METODE PENELITIAN
Langkah analisa data tersebut merupakan ilustrasi pendekatan linier dan hirarkis yang
dibangun dari bawah keatas, dalam praktinya pendekatan ini lebih interaktif. Beragam tahap
hubungan saling berhubungan dan tidak selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan,
pendekatan diatas dapat dijabarkan dalam langkah-langkah analisis sebagai berikut:
Langkah 1: Mengelola dan mempersiapkan data untuk dianalisa, yang biasanya
berupa transkripsi wawancara, menscanning, materi, menguak data lapangan atau memilah-
milah dan menyusun data tersebut kedalam jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber
informasi. Dalam penelitian ini peneliti membedakan informasi atau data yang diperoleh
bedasarkan hasil pertanyaan terbuka, observasi, dokumentasi dan wawancara yang terdiri
dari tiga kategori partispian yaitu kondisi pendidik, pengelolaan sekolah oleh staff sekolah,
dan sarana prasarana sekolah yang dituju.
Langkah 2: Membaca keseluruhan data, jika langkah pertama merupakan general
sense atas informasi yang diperoleh dan merefleksikan makna secara keseluruhan tentang
gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan pastisipan, bagaimana nada gagasan-
gagasan tersebut, bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi.
Pada tahap ini peneliti menulis catatan-catatan khusus tentang tema yang sedang diteliti atau
gagasan umum tentang data yang diperoleh.
Langkah 3: Menganalisis lebih detail dengan mencoding data merupakan proses
mengelolah informasi atau materi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya
atau menganalisanya. Tahapan ini melibatkan beberapa proses yaitu: (1) mengambil data
yang telah diperoleh, (2) mensegmentasi kalimat-kalimat atau gambar kedalam kategori-
kategori sesuai indikator penelitian, (3) memberi label dengan istilah khusus untuk
memudahkan peneliti dalam menganalisa. Dalam hal ini peneliti dapat mengcoding data
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
Langkah 4: Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang,
kategori dan tema yang akan dianalisis, deskripsi ini melibatkan usaha penyampaian
informasi secara detail mengenai orang, lokasi atau peristiwa dalam setting tertentu. Proses
coding yang telah dilakukan dapat menjadikakan ke sejumlah tema-tema kecil atau kategori,
tema-tema, inilah yang biasanya menjadi hasil utama dalam penelitian kualitatif.
Langkah 5: Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan
kembali dalam narasi atau laporan kualitatif, hal ini dapat dilakukan dengan menarasikan
dalam menyampaikan temuan dalam hasil analisis, yaitu seperti pembahasan kronologi
peristiwa, atau memberikan informasi deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel.
Langkah 6: Langkah terakhir dalam analisa data adalah menginterpretasi atau
memaknai data, interpretasi dapat dilakukan dengan memberikan makna yang berasal dari
perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori.
Interpretasi penelitian kualitatif dapat berupa banyak hal, dapat diadaptasikan untuk jenis
rancangan yang berbeda dan dapat bersifat pribadi, berbasis penelitian dan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Mixed Methods Procedures. In Research Defign:
Qualitative, Quantitative, and Mixed M ethods Approaches.
Isnaini Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang Jl Zainal Abidin Fikri No, M.
(2012). Pola Dan Strategi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Menghadapi
Persaingan Mutu. XVII(01), 83–96.
Livesey, L., Morrison, I., Clift, S., & Camic, P. (2012). Benefits of choral singing for social
and mental wellbeing: qualitative findings from a cross‐national survey of choir
members. Journal of Public Mental Health, 11(1), 10–26.
https://doi.org/10.1108/17465721211207275
Mujamiasih, M., Prihastuty, R., & Hariyadi, S. (2013). Subjective well-being (SWB): Studi
indigenous karyawan bersuku Jawa. Journal of Social and Industrial Psychology, 2(2),
36–42.
Sopian, A. (2016). Tugas, Peran, Dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan. Raudhah Proud To Be
Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 1(1), 88–97.
https://doi.org/10.48094/raudhah.v1i1.10
Tujuan, D. A. N., Kementerian, M., Nasional, P., Kamil, I., & Paripurna, I. (2014).
Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. 25–33.
Umaedi, M., Hadiyanto, M., & Siswantari, I. (2014). Landasan Filosofis Manajemen Berbasis
Sekolah. Universitas Terbuka, 1–34.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IDIK4012-M1.pdf