Anda di halaman 1dari 31

PRODUKSI DALAM ISLAM

MATA KULIAH

EKONOMI SYARIAH

Dosen Pengampu: Noni Roziani, M.Si

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Adyanto Armando Purba 7213240015


Henny Mawarta Siregar 7213240024
Lutfiah Nur Azizah 7213240003
Meisha Fatma Wijaya 7212540006
Mentari Syahputri Purba 7213540023

PROGRAM STUDI S1 ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayahNya kami mampu mengerjakan dan menyelesaikan Makalah mengenai
Produksi dalam Islam dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Ekonomi Syariah. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini, terutama kepada Ibu
Dosen Pengampu Noni Roziani, M.Si yang telah memberikan arahan dalam
mengerjakan makalah. Kami memohon maaf apabila dalam kepenulisan tugas ini
masih banyak terdapat kesalahan, juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan tugas ini karena kami juga masih dalam tahap
pembelajaran.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga dengan adanya makalah ini
dapat memberikan manfaat serta wawasan bagi pembaca dan tentunya bagi kami
sebagai penulis.

Senin, 6 Maret 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
2.1 Teori Produksi ............................................................................................... 6
2.2 Konsep Biaya Produksi ................................................................................. 7
2.3 Teori Produksi dalam Islam ........................................................................ 11
2.4 Analisis Produksi Dalam Islam ................................................................... 13
2.5 Prinsip-prinsip Produksi Dalam Islam......................................................... 16
2.6 Tujuan Produksi Dalam Islam ..................................................................... 19
2.7 Motivasi Produsen Dalam Berproduksi ...................................................... 22
2.8 Perhatian Al-Quran terhadap Sumber Daya Alam ...................................... 23
2.9 Memanfaatkan Kekayaan Alam Tergantung Pada Ilmu Dan Amal ............ 26
BAB III ................................................................................................................. 30
PENUTUP ............................................................................................................. 30
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang
dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.Sistem produksi
berartimerupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta
faktor produksi. Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang
halal yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber
bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang
maupun jasa. Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya tuntunan agar
manusia berupaya menjalani hidup secara seimbang, memperhatikan kesejahteraan
hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Sebagai prasyarat kesejahteraan
hidup di dunia adalah bagaimana sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan benar dalam kerangka Islam. Distribusi merupakan salah satu
aktivitas perekonomian manusia, disamping produksi dan konsumsi. Dorongan al-
Qur'an pada sektor distribusi telah dijelaskan secara eksplisit.

Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang


dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.Sistem produksi
berartimerupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta
faktor produksi. Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang
halal yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber
bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang
maupun jasa. Sedangkan faktorfaktor produksi berarti segala yang menunjang
keberhasilan produksi seperti faktor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal serta
faktor manajemen. Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia
merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari

4
agama islam, ekonomi islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai
aspeknya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut:

1. Apa itu teori produksi ?


2. Bagaimana konsep biaya produksi ?
3. Apa saja teori produksi dalam Islam ?
4. Bagaimana analisis produksi dalam Islam ?
5. Jelaskan prinsip-prinsip produksi dalam Islam !
6. Apa itu tujuan produksi menurut Islam ?
7. Bagaimana motivasi produsen dalam berproduksi !
8. Jelaskan perhatian Alquran terhadap sumber daya alam !
9. Jelaskan pemanfaatan kekayaan alam tergantung pada ilmu dan amal.!

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari kepenulisan makalah ini, sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi syariah
2. Untuk mengetahui itu teori produksi
3. Untuk mengetahui teori produksi dalam Islam
4. Untuk mengetahui analisis produksi dalam Islam
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip produksi dalam Islam
6. Untuk mengetahui tujuan produksi menurut Islam
7. Untuk mengetahui motivasi produsen dalam berproduksi
8. Untuk mengetahui perhatian Alquran terhadap sumber daya alam
9. Untuk mengetahui pemanfaatan kekayaan alam tergantung pada ilmu dan
amal

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara
mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi,
manageril skill. Produksi merupakan usaha untuk meningkatkan manfaat dengan
cara mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat (place ultility), dan
menyimpan (store utility).

Teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat


produksi, jumlah faktor produksi, dan hasil penjualan output. Seorang produsen
atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuan harus
menentukan dua macam keputusan, yaitu Jumlah output yang harus diproduksikan
dan berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input)
dipergunakan. Untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam
menentukan keputusan tersebut digunakan dua asumsi dasar, yaitu :

1. Produsen atau pengusaha selalu berusaha mencapai keuntungan yang


maksimum;
2. Produsen atau pengusaha beroperasi dalam kondisi pasar persaingan
sempurna.

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis


yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah fungsi atau persamaan yang
menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor produksi yang
dipergunakan dengan jumlah produk yang di hasilkan per satuan waktu tanpa
memerhatikan harga, baik harga faktor produksi maupun harga produk.

Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan :

Y = f(X1, X2, X3,.... Xn)

Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X₁, X2, X3..... Xn adalah
berbagai faktor produksi (input) yang digunakan.

6
Fungsi ini masih bersifat umum, hanya menjelaskan bahwa produk yang
dihasilkan bergantung pada faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum
bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan
faktor-faktor produksi. Untuk memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi
harus dinyatakan dalam bentuk yang spesifik, misalnya:

Y = a +bX

(fungsi linear)

Y = a +bX-cX₂ ( fungsi kuadratis)

Y=aX₁ bX₂ cX3d ( fungsi Cobb - Douglas ), dan lain-lain.

Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada hukum


yang disebut The Law Of Diminishing Return (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang).
Hukum ini menyatakan, apabila penggunaan satu macam input ditambah,
sedangkan input lain tetap, tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan
satu unit input yang ditambahkan, mula-mula naik, kemudian menurun jika input
terus ditambahkan.

2.2 Konsep Biaya Produksi


1. Pengertian biaya produksi
Biaya produksi adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi dalam
rangka melakukan usaha-usaha pokok perusahaan, yaitu untuk
mendapatkan laba.
2. Cara penggolongan biaya
Biaya dapat digolongkan dengan berbagai cara atas dasar tujuan
yang hendak dicapai perusahaan. Penggolongan biaya meliputi:
a) Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Penggolongan ini
didasarkan atas nama objek pengeluarannya. Misalnya jika nama
objek pengeluaran adalah bahan bakar, disebut dengan biaya bahan
bakar.
b) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok di perusahaan Di
perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok, yaitu fungsi

7
produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum. Oleh
karena itu, biaya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Biaya produksi, yaitu biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produksi jadi yang siap dijual. Contoh, biaya
bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan, dll.
Biaya pemasaran, yaitu biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya iklan,
biaya pengangkutan, dan biaya gaji bagian pemasaran.
c) Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh,
biaya gaji karyawan bagian akuntansi, bagian keuangan, bagian
personalia,dan bagian hubungan masyarakat.
d) Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tidak ada,
biaya langsung tidak akan terjadi. Biaya langsung dibagi menjadi
dua, yaitu: Biaya produksi langsung, terdiri atas biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya langsung departemen,
yaitu semua biaya yang terjadi di departemen tertentu. Contoh,
biaya tenaga kerja yang bekerja di departemen pemeliharaan.
Biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadi
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya ini dibagi
menjadi dua yaitu : Biaya produksi tidak langsung, yaitu biaya
overhead pabrik dan biaya tidak langsung departemen, yaitu biaya
yang terjadi di departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih
dari satu departemen. Contoh, biaya listrik.
e) Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan. Dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan meliputi :
Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding

8
dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya bahan baku.
Biaya semi variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel; Biaya semi
tetap, yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu
dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu. Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh, gaji direktur produksi.
3. Macam macam biaya berdasarkan pengeluaran
Biaya produksi juga merupakan biaya yang digunakan untuk menilai
persediaan yang dicantumkan dalam laporan keuangan, dan jumlahnya
relatif lebih besar daripada jenis biaya lain yang selalu terjadi berulang-
ulang dalam pola yang sama secara rutin. Berdasarkan pengeluaran, biaya
terbagi menjadi:
Berdasarkan pengeluaran, biaya terbagi menjadi ;
a) Total fixed cost (biaya total tetap), yaltu jumlah pengeluaran tetap
yang tidak dipengaruhi oleh tinglkat produksi. Contoh, penyusutan
dan sewa. Biaya total (TFC) tidalk bergantung pada kuantltas output
( Q) sedangkan blaya variabel total bergantung pada kuantítas
output.
b) Total variabel cost (biaya variabel total), yaltu Jumlah pengeluaran
yang dibayarkan dan besarnya berubah menurut tingkat yang
dihasilkan. Contoh, tenaga kerja, blaya bahan baku. Total cost
(blaya total ), yaltu penjumlahan antara biaya total tetap dan biaya
total variabel. rumus: TC= TFC+ TVC
c) Average Jixed cost (blaya tetap rata-rata) adalah biaya tetap yang
dibebankan untuk setiap unit output. rumus: AFC-TFC/Q (Q-
banyaknya output)
d) Average varíabel cost (biaya varlabel rata- rata ) adalah pengeluaran
variabel yang dibebankan untuk setiap unit output. rumus:
AVC=TVC/Q

9
e) Average total cost ( biaya total rata-rata ), yaitu biaya produksi yang
dibebankan untuk setiap unit output. rumus: ATC= AFC+AVC
4. Dampak sistem bunga vs bagi hasil
Karakteristik dari sistem bunga dalam analisis biaya produksi adalah
adanya biaya bunga yang harus di bayarkan oleh produsen Bersifat tetap.
Sehingga biaya bunga akan menjadi bagian dari fixed cost, Dengan kata
lain, berapapun jumlah output yang diproduksi bunga tetap Harus di bayar.
Konsekuensi lebih lanjut, keberadaan biaya bunga akan Meningkatkan total
biaya. Dengan menggunakan sistem bagi hasil hal ini Tidak terjadi.
Naiknya total cost akan mendorong Break event point dari titik Q ke Qi.
Adanya beban bunga yang harus dibayar produsen sama sekali tidak akan
memengaruhi kurva permintaan. Oleh karena itu, kurva total penerimaan
dalam sistem bunga adalah TRi = TR.
Berbeda dengan sistem bunga, pada sistem bagi hasil, kurva fixed
cost tidak terpengaruh, tetapi pemberlakuan sistem ini akan berpengaruh
terhadap kurva TR. Jadi, bila dalam sistem bunga yang berubah adalah
kurva TC, sedangkan dalam sistem bagi hasil adalah kurva TR akan
berputar ke arah jarum jam dengan titik 0 sebagai titik putarannya Semakin
besar nisbah bagi hasil yang diberikan kepada pemodal. penggunaan sistem
bunga akan membawa perilaku produsen untuk berproduksi pada tingkat
output yang lebih kecil, lebih besar atau sama dengan tingkat output dengan
sistem bagi hasil. Dalam akad muamalah Islam, dikenal akad mudhorobah,
yaitu akad antara si pemodal dengan sipelaksana. Antara si pemodal dan si
pelaksana harus disepakati nisbah bagi hasil yang akan menjadi pedoman
pembagian bila usaha tersebut menghasilkan keuntungan. Namun, bila
usaha tersebut malah menimbulkan kerugian, maka si pemodal yang akan
menanggung sesuai penyertaan modalnya, dalam hal ini melanggar syarat
yang telah disepakati bersama, maka kerugian menjadi tanggung jawab si
pelaksana.
Bila yang disepakati adalah mudhorobah yang biaya-biaya di
Tanggung oleh si pemodal, atau dengan kata lain, dengan sistem bagi
Untung (profit sharing), maka kurva total penerimaan berputar ke arah

10
Jarum jam dengan titik BEP sebagai sumbu putarannya. Tingkat produksi
Sebelum titik BEP tercapai (Q< Qps) adalah keadaan dimana total biaya
Lebih besar daripada total penerimaan (TC > TR). Dalam keadaan ini,
Belum ada keuntungan yang dapat dibagi hasilkan. Sesuai kesepakatan
Bahwa biaya ditanggung oleh si pemodal, maka kerugian itu menjadi
Beban si pemodal. Itu sebabnya kurva total penerimaan TR berputar ke
Arah jarum jam dengan titik BEP sebagai sumbu putarnya.

2.3 Teori Produksi dalam Islam


Islam Memandang Produksi

Dalam Islam, prinsip fundamental yang harus diperhatikan dalam produksi


adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Selanjutnya dalam sistem produksi Islam,
konsep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih luas. Konsep
kesejahteraan Islam terdiri atas ber tambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh
meningkatnya produksi dari barang — barang yang bermanfaat melalui
pemanfaatan sumber daya secara maksimum, baik manusia maupun benda dan
melalui ikut sertanya jumlah maksimum orang dalam proses produksi .Pernyataan
menggambarkan aturan main produksi dalam Islam, yaitu produsen.

Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah SWT
semesta alam, maka konsep prodüksi di dalam ekonomi İslam tidak semata-mata
bermotif. Maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai
maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat al-Qashas mengingatkan
manusia utuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia.
Artinya, urusan dunia merupakan sarana untuk memperoleh kesejahteraan
akhirat. Orang bisa berkompetisi dalam kebaikan untuk urusan dunia, tetapi
sejatinya mereka sedang berlomba-lomba mencapai kebaikan di ahirat.İslam pun
sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi, seperti pola pikir ekonomi
konvensional. Hanya bedanya, lebih jauh Slam juga menjelaskan nilai -nilai
moral di samping utilitas ekonomi. Bahkan sebelum itu, İslam menjelaskan
mengapa prodüksi harus dilakukan. Menurut ajaran Islam, Manusia adalah
khalifatullah atau wakil Allah SWT di muka bumi dan berkewajiban untuk

11
memakmurkan bumi dengan jalan beribadah kepada-Nya. Dalam QS. Al -
An'aam ( 6 ) ayat 165 ah SWT berfirman :
“dan dia menunjukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa saja yang ada di
bumi semuanya sebagai rahmat daripadanya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat pada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir
QS. Al-Jaatsiyah :13)”
Terjemahkan Tuhan dalam bahasa Indonesia kamu memiliki makna yang
sangat luas, mencakup antara lain pemberian atau Mul Rabi, penolong atau Al
masyhur pemilik atau Al Malik yang memperbaiki atau Al Muslih, tuan atau Al
Said dan wali atau Al Wali. Konsep ini merupakan bahwa ekonomi Islam berdiri di
atas kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta ke pemilik dan
pengendali alam raya yang dengan takdirnya menghidupkan dan mematikan serta
mengendalikan alam dengan ketetapannya atau sunnatullah.

Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan Absolut dari Allah semesta
alam bahwa maka konsep produksi dalam ekonomi Islam tidak semata-mata
bermotif maksimilasi atau keuntungan dunia saja, Tetapi lebih penting untuk
mencapai maksimalisasi keuntungan Negara titik ayat 77 surat al-qasas
mengingatkan bahwa manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa
melupakan urusan dunia. Artinya urusan dunia merupakan sarana untuk
memperoleh Kesejahteraan Rakyat orang bisa berkompetisi dalam kebaikan untuk
urusan dunia komentar tapi sejatinya mereka sedang berlomba-lomba untuk
mencapai kebaikan di akhirat.

Islam pun sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola


pikir ekonomi konvensional. Hanya bedanya, lebih jauh Islam juga menjelaskan
nilai-nilai moral di samping utilitas ekonomi. Bahkan sebelum itu, Islam
Menjelaskan mengapa produksi harus dilakukan. Menurut ajaran Islam, manusia
adalah kafirullah atau wakil Allah di muka bumi dan merupakan berkewajiban
untuk memamerkan bumi dengan jalan beribadah kepadanya. Dalam QS. Al- Anam
ayat 165 Allah berfirman:

“Dan dia yang menjadikan kamu penguasa penguasa di bumi dan dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikannya kepadamu titik sesungguhnya

12
Tuhanmu amat cepat siksaannya dan sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi
maha penyayang”.
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang
banyak manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti
luas ini tidak mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha titik
Dengan demikian, bekerja dan berusaha itu menempati suatu posisi dan peranan
yang sangat penting dalam Islam. Sangatlah sulit untuk membayangkan seseorang
yang tidak bekerja dan berusaha, terlepas dari bentuk dan jenis pekerjaan, dapat
menjadikan fungsinya sebagai khalifatullah dan bisa Makmur kan bumi serta
bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam peran sebagai khalifatullah yang membawa rahmatan lil alamin


inilah, seseorang produsen dan tidak akan mengabaikan masalah eksternalitas
sebagai pencemaran. Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk
dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar: motivasi itu belum cukup, karena masih
terbatas pada fungsi ekonomi. Islam sarakas menekankan bahwa setiap kegiatan
produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. Intercermin dalam QS. Al-hadits 57
ayat 7.

“berimanlah kamu kepada Allah dan rasulnya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikanmu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya
memperoleh pahala yang besar ".
Sebagai modal dasar berproduksi, ala setelah menyediakan bumi beserta isinya bagi
manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat manusia.

2.4 Analisis Produksi Dalam Islam


Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang
dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.Sistem produksi
berartimerupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta
faktor produksi. Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang
halal yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber

13
bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang
maupun jasa.

Input produksi dan berkah

Pada dasarnya, faktor produksi atau input ini secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu input manusia (human input) dan input
nonmanusia (non human input). Yang termasuk input manusia adalah tenaga
kerja/buruh dan wirausahawan, sementara yang termasuk input non manusia adalah
sumber daya alam (natural resources), kapital (financial capital), mesin, alat-alat,
gedung dan input- input lainya (psical capital). Pengkategorian input manusia dan
input nonmanusia ini setidaknya didasari oleh dua alsan, yaitu :

a) Manusia adalah faktor produksi yang memiliki peran penting dalam


keseluruhan faktor produksi. Manusia dapat dikatakan sebagai faktor
produksi yang utama (main input), sementara input nonmanusia adalah
input pendukung (supporting input).

b) Manusia adalah makhluk hidup yang tentu saja memiliki berbagai


karakteristik yang berbeda dengan faktor produksi lainya. Manusia tidak
dapat disamakan dengan sumber daya alam, gedung, uang, dan faktor
produksi lainya. Secara umum, sumber daya non manusia dapat
diperdagangkan sesuai dengan mekanisme pasar, tetapi tidak demakd an
dengan manusia.

Kemuliaan harkat sebagai karakter produksi

Tujuan produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan mashla-


hah yang optimum bagi konsumen atau bagi manusia secara keseluruhan.
Dengan mashlahah yang optimum ini, maka akan dicapai falah yang
menjadi tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia.
Karakter yang seperti diatas akan membawa implikasi penting dalam teori
produksi dalam pandangan konvesional, tenaga kerja dan kapital memiliki
kedudukan yang setara dimana keduanya adalah subtitusi sempurna.
Subtitusi antara manusia/tenaga kerja dengan kapital pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

14
a) Subtitusi yang bersifat alamiah (natural substitution)

b) Subtitusi yang dipaksa (forced substitution)

3) Amanah untuk mewujudkan mashlahah maksimum

Nilai dan prinsip pokok dalam produksi adalah amanah, prinsip kerja profesional.

Amanah adalah salah satu nilai penting dalam Islam, diturunkan dari nilai
dasar khilafah, yang harus terus di junjung tinggi. Pengertian dalam konteks ini
adalah penggunaan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan hidup manusia
(falah). Sebagai kon- sekuensi dari nilai amanah tersebut, maka manusia perlu
menggunakan sumber daya yang ada sebagai input dalam berproduksi. Namun
Islam mengajarkan manusia dengan prinsip prioritas. Prinsip ini dalam Islam
mengajari manusia agar memulai sesuatu kebaikan berasal dari diri sendiri,
kemudian keluarga, kemudian lingkungan sekitar dan seterusnya meluas hingga
masyarakat luas.

a) Profesionalisme Setiap Muslim dituntut untuk menjadi pelaku produksi


yang profe sional, yaitu memiliki profesionalitas dan kompetensi di
bidangnya. Segala sesuatu urusan harus dikerjakan dengan baik, karenanya
setiap urusan harus diserahkan kepada ahlinya.
b) Pembelajaran sepanjang waktu untuk efesiensi. Pembelajaran ini
merupakan amanat sepanjang hidup (long life learning) dari ajaran Islam,
artinya bahwa setiap agen Muslim perlu terus I menerus belajar. Adapun
media untuk belajar bisa berupa apa saja, misalnya tempat bekerja (working
pleace). Ajaran Islam mengharuskan umatnya untuk melakukan long life
learning sehingga meningkatkan produktivitas sebagaimana diilustrasikan
dalam learning curve.

Implikasi konsep produksi Islam pada kegiatan produksi

Beberapa dampak yang secara langsung dari hal ini adalah adanya
penurunan tambahan penggunaan input ( marjinal input) dan efesiensi produksi.

a) Penurunan input marjinal Ketika output meningkat, maka penggunaan input


juga dinaikkan. Namun jumlah tambahan input untuk memproduksi satu

15
unit output ini yaitu marjinal input, semakin lama akan semakin menurun
sebagai akibat adanya efek learning curve. Penurunan ini akan berhenti dan
berubah menjadi menarik ketika efek learning curve sudah berhenti.
b) Efesiensi dan tingkat efesiensi penggunaan input Penurunan marjinal input
juga mengimplikasi telah terjadi efesiensi penggunaan input, sebab dengan
output yang sama jumlah input yang dibutuhkan semakin sedikit. Dengan
kata lain,efesiensi ini

2.5 Prinsip-prinsip Produksi Dalam Islam


Prinsip ekonomi Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun
struktur atau kerangka ekonomi Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis.
Prinsip ini berfungsi sebagai pedoman dasar bagi setiap individu dalam berperilaku
ekonomi, namun agar manusia dapat menuju falah, perilaku manusia perlu diwarnai
dengan spirit dan norma ekonomi Islam yang tercermin dalam nilai-nilai ekonomi
Islam. Nilai-nilai ekonomi Islam yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan didasari
oleh fondasi akidah, akhlaq dan syariat (aturan/hukum) dapat disarikan lebih lanjut
dan diformulasikan menjadi 6 (enam) prinsip dasar ekonomi dan keuangan syariah.

1. Pengendalian Harta Individu


Harta individu harus dikendalikan agar terus mengalir secara produktif.
Harta individu tidak boleh ditumpuk, namun keluar mengalir secara
produktif ke dalam aktivitas perekonomian. Aliran harta yang
dikeluarkan tersebut dapat berupa investasi produktif pada sektor rill
dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Dengan mengalirnya
harta secara produktif, kegiatan perekonomian akan terus bergulir secara
terus menerus.
2. Distribusi Pendapatan yang Inklusif
Pendapatan dan kesempatan didistribusikan untuk menjamin
inklusivitas perekonomian bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan
prinsip ini distribusi pendapatan dari masyarakat dengan harta melebihi
nisab disalurkan melalui zakat kepada 8 (delapan golongan yang berhak
menerima (mustahik) yaitu :
a) Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki sesuatu sehingga
tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.

16
b) Miskin, mereka yang memiliki harta, namun tidak cukup
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
c) Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
d) Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan
bantuan untuk menguatkan dalam tauhid dan syariah.
e) Hamba sahaya, budak yang ingin memerdekakan dirinya.
f) Ghorimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan kehormatannya (izzah).
g) Fiisabilillah, mereka yang berjuang dijalan Allah SWT dalam
bentuk kegiatan dakwah, jihad, dan sebagainya.
h) Ibnus sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam
ketaatan kepada Allah SWT.

Al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW juga memberikan arahan mengenai prinsip-
prinsip produksi sebagai berikut :

a) Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah SWT dan memak
murkan bumi dengan ilmu dan amalnya.
b) Islam selalu mendorong kemajuan dimuka bumi. Menurut Yusuf Qardhawi,
Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada
penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapiIslam tidak
membenarkan penahanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti
melepaskan dirinya dari Al-Quran dan hadis.
c) Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia.
Nabi pernah bersabda "Kalian lebih mengetahui urusan dunia
d) Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam
kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan menyukai
manfaat.

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain :

a. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
b. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi,
memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.

17
c. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan
masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus di penuhi
harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan
kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpelihara nya nyawa, akal dan
keturunan/kehormatan, serta untuk kemak- muran material.
d. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.
e. Meningkatkan sumberdaya manusia baik kualitas spiritual maupun mental
dan fisik. kualitas spiritual terkait dengan kesadaran rohaniah nya, kualitas
mental terkait dengan etos kerja, intelektual, kreativitas nya, serta fisik
mencakup kekuatan fisik, kesehatan, efisiensi, dan sebagainya.

Adapun beberapa prinsip produksi dalam ekonomi Islam yang berkaitan dengan
maqashid al-syari'ah selalu bertujuan untuk mewujud kan kesejahteraan dalam
kehidupan manusia antara lain :

a. Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan


maqashid al-syari'ah. Tidak memproduksi barang/jasa yang bertenta- ngan
dengan penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
b. Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan yaitu dlaruriyat,
hajiyat, dan tahsiniyat.
c. Kegiatan produksi harus memperhatiakn aspek keadilan, sosial, zakat,
sedekah, infak dan wakaf
d. Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, berlebihan dan
merusak lingkungan 5. Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan
pengelola, manajemen dan buruh.
Menurut Muhammad al-Mubarrak, produksi dalam Islam memiliki
beberapa prinsip, yaitu:
a) Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang buruk atau
tercela karena bertentangan dengan syariat
b) Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah kepada kedzaliman
c) Larangan melakukan ikhtikar (penimbunan barang).

Sehingga pada prinsipnya, produksi dalam ekonomi Islam harus memperhatikan


kemashlahatan (manfaat), yakni:

18
a) Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan
kemashlahatannya. Tidak memproduksi barang atau jasa yang bertentangan
dengan syariat.
b) Prioritas produksi harus memperhatikan kebutuhan dan manfaat bagi
masyarakat.
c) Mengelola sumber daya alam secara optimal, artinya tidak boros,
berlebihan, atau merusak lingkungan.
d) Distribusi dengan keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola.

2.6 Tujuan Produksi Dalam Islam


Dalam Islam memproduksi sesuatu bukanlah sekadar untuk dikonsumsi
sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi tersebut belumlah cukup, Islam pada
prinsipnya menekankan kegiatan produksi yang tidak hanya berhenti pada fungsi
ekonominya saja tetapi juga harus bisa sejalan dengan fungsi sosial, sehingga untuk
mencapai fungsi sosial kegiatan produksi harus mencapai surplus. Hal ini sesuai
dengan kutipan surat Al Hadid 57:7

‫س ْو ِل َه َواَ ْن ِفقُ ْوا ِم َّما َجعَلَ ُك َْم ُّم ْست َ ْخلَ ِفيْنََ فِ ْي ِهَ فَالَّ ِذيْنََ ٰا َمنُ ْوا‬ َٰ ِ‫ٰا ِمنُ ْوا ب‬
ُ ‫اّللِ َو َر‬
َ‫ِم ْن ُك َْم َوا َ ْنفَقُ ْوا لَ ُه َْم اَجْ رَ َك ِبيْر‬
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya
(amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan
(hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.
Melalui konsep tersebut, kegiatan produksi harus bergerak di atas dua garis
optimalisasi. Tingkat optimal pertama adalah mengupayakan berfungsinya sumber
daya insani ke arah pencapaian kondisi full employment, dimana semua orang
bekerja dan menghasilkan suatu karya kecuali mereka yang udzur syar’i seperti
sakit dan lumpuh. Optimalisasi yang kedua adalah memproduksi kebutuhan primer
(dharuriyyat), sekunder (hajiyyat) dan tersier (tahsiniyyat) secara proporsional,
sehingga tidak saja harus halal tetapi juga harus baik dan bermanfaat
(thayyib).Berbeda dengan ekonomi konvensional yang mengedepankan
memaksimalkan kuntungan dan kepuasan (maximization profit and utility), tujuan
yang ingin dicapai oleh kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah kecukupan

19
setiap individu, swasembada ekonomi umat dan kontribusi untuk mencukupi
kebutuhan umat dan bangsa lain.

Produksi barang dan jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-
alokasi sumber daya ekonomi dan kemubajiran (wastage). tetapi juga menyebabkan
terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara cepat. Semakin menipisnya persedian
sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidup merupakan salah satu masalah
serius dalam setiap pembangunan ekonomi moderen saat ini. Implikasi dari
aktivitas di atas adalah tersedianya secara memadai berbagai kebutuhan bagi
generasi mendatang. Konsep pembangunan yang berkesinambungan (subtainable
development), yang relatif baru dikembangkan dalam pembangunan konomi
konvensional, pada dasarnya adalah konsep pembangunan yang memberikan
persediaan yang memadai bagi generasi mendatang. Tujuan ini akan membawa
implikasi yang luas, sebab produksi tidak akan selalu menghasilkan keuntungan
material. Ibadah sering kali tidak secara langsung memberikan keuntungan
material, bahkan sebaliknya justru membutuhkan pengorbanan material. Pendapat
lain yang mejelaskan mengenai tujuan produksi dalam perspektif Islam adalah
menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum bagi
konsumen.

Secara lebih spesifik, ekonom muslim menjelaskan tujuan kegiatan


produksi sesuai ekonomi Islam adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa
diwujudkan di antaranya dalam bentuk:

a) Memenuhi kebutuhan manusia hingga tingkat moderat.


Pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat akan
menimbulkan2 (dua) implikasi:

1) Produsen hanya menghasilkan barang atau jasa yang menjadi kebutuhan


(need), meskipun belum tentu merupakan keinginan (want) konsumen.
Barang atau jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi
kehidupan yang Islami dan bukan sekadar memberikan kepuasan
maksimum bagi konsumen.
2) Kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan
yang wajar. Produksi barang atau jasa secara berlebihan tidak hanya

20
menimbulkan misalokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran, tetapi
juga menyebabkan cepat terkurasnya sumber daya secara cepat.
b) Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya.
Kegiatan produksi secara umum memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen, namun peran produsen dalam ekonomi Islam adalah dengan terus
Kegiatan Ekonomi Islam melakukan inovasi untuk menemukan jenis kebutuhan
manusia. Misalnya, kebutuhan tentang rumah sederhana tahan gempa baru disadari
konsumen setelah gempa terjadi, kebutuhan akan air minum sehat disadari ketika
banyak penyakit yang timbul karena kekurangan air minum yang sehat. \

c) Menyiapkan persediaan barang atau jasa di masa depan.


Produsen berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen di masa depan
seperti menyediakan sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan jangka
panjang sekaligus memperbaiki kerusakan alam dalam jangka pendek. Penemuan
sumber energi biologis (biogas atau biodiesel), energi listrik tenaga matahari (solar
energy), mobil listrik tenaga matahari, merupakan contoh produksi yang
direkomendasikan oleh Islam.

d) Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT.
Tujuan produksi ini menjadi ciri khas dari produksi Islam. Dengan kata lain, tujuan
produksi adalah mendapatkan berkah yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh
pengusaha itu sendiri, tetapi dapat dirasakan secara sosial. Selain untuk pemenuhan
kebutuhan manusia sendiri, produksi harus berorientasi kepada kegiatan sosial dan
beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firmanNya dalam Alquran surah As-
Saff (61): 10-11): "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu
beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.'

Semua tujuan produksi dalam Islam pada dasarnya adalah untuk


menciptakan maslahah yang optimum bagi manusia secara keseluruhan sehingga
akan dicapai falāh yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus
tujuan hidup manusia. Falāh itu sendiri adalah kemuliaan hidup di dunia dan akhirat
yang akan memberikan kebahagiaan hakiki bagi manusia. Dengan demikian,

21
kegiatan produksi sangatlah memperhatikan kemuliaan dan harkat manusia yakni
dengan mengangkat kualitas dan derajat hidup manusia. Kemuliaan harkat
kemanusiaan harus mendapat perhatian besar dan utama dalam keseluruhan
aktifitas produksi, karena segala aktivitas yang bertentangan dengan pemuliaan
harkat kemanusiaan bertentangan dengan ajaran Islam (P3EI) UII). Oleh karenanya,
kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam terkait dengan manusia dan
eksistensinya dalam aktivitas ekonomi (M. Nur Rianto Al-Arif, 2011).

2.7 Motivasi Produsen Dalam Berproduksi


Isu penting yang kemudian berkembang menyertai motivasi produsen
adalah masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen. Keuntungan maksimal
telah menjadi insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk melaksanakan
produksi. Akibatnya motivasi untuk mencari keuntungan maksimal sering kali
menyebabkan produsen mengabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya,
meskipun tidak melakukan pelanggaran hukum normal. Mencari keuntungan
melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak dilarang, sepanjang berada
dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.

1. Keuntungan, kerja dan tawakkal


Rasullah Muhammad Saw, para nabi, dan para sahabat adalah para
pekerja keras dan selalu menganjurkan agar manusia selalau bekerja keras.
Mereka memiliki berbagai profesi yang dilakukan dengan cara
profesional.Berikut ini beberapa hadist yang memberikan anjuran untuk
bekerja :
"tidak ada satu makanan pun yang dimakan seseorang itu lebih baik dari
pada makanan hasil usaha sendiri? ( HR bukhari)".
2. Kegiatan produksi pada masa rasullah muhammad SAW
Masyarakat Islam pada dasarnya adalah masyarakat produktif,
sebagaimana telah ditunjukan dalam sejarah industri pada masa rasulullah
SAW. Bahwa pada masa beliau terdapat kurang lebih 178 buah usaha
industri dan bisnis, barang dan jasa yang menggerakkan perekonomian
masyrakat pada masa itu.
Diantaranya berbagai industri tersebut, terdapat 12 macam yang
menonjol, yaitu:

22
a. Pembuatan senjata dan segala usaha dari besi
b. Perusahaan tenun-tenunan
c. Perusahaan kayu dan pembuatan rumah/bangunan
d. Perusahaan meriam dari kayu
e. Perusahaan perhiasan dan kosmetik
f. Arsitektur perumahan
g. Perusahaan alat timbangan dan jenis lainya
h. Pembuatan alat-alat berburu
i. Perusahaan perkapalan
j. Pekerjaan kedokteran dan kebidanan
k. Usaha penerjemahan buku
l. Usaha kesenian dan kebudayaan lainya.

2.8 Perhatian Al-Quran terhadap Sumber Daya Alam


Sumber daya secara umum dapat dipandang sebagai sesuatu yang memiliki
nilai ekonomi. Sumber daya dapat juga dilihat sebagai komponen dari ekosistem
yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Sumber daya dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi atau
menangani sesuatu, sumber persediaan, penunjang atau bantuan, serta sarana yang
dihasilkan oleh kemampuan atau pikiran manusia. Ada juga yang mengatakan
bahwa sumber daya itu sebagai aset untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia.
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu dapat
dipandang sebagai sumber daya, jika ia memiliki dua kriteria, yakni: (1) harus ada
pengetahuan, teknologi atau ketrampilan untuk memanfaatkannya, (2) harus ada
permintaan terhadap sumber daya tersebut. Jika kedua kriteria tersebut tidak
dimilikinya, maka sesuatu itu disebut barang netral. Sumber alam adalah kekayaan
alam yang diciptakan Allah SWT untuk manusia dengan bermacam-macam jenis.
Pertama, lapisan bumi dengan unsur yang berbeda-beda, berupa lapisan udara atau
berbagai jenis gas. Kedua, lapisan kering, yang terdiri dari debu, bebatuan, dan
barang tambang. Ketiga, lapisan air. Keempat, lapisan tumbuh-tumbuhan yang
beraneka ragam yang terdiri dari ilalang dan hutan belukar. Juga kekayaan laut, baik
yang terdapat ditepi pantai atau dilautan luas. Ada pula suatu kekayaan yang sampai

23
sekarang belum dimanfaatkan oleh banyak manusia, yaitu kekayaan dari gaya
gravitasi bumi dan sinar matahari.
Inilah yang ditetapkan oleh para ahli ekonomi. Jika kita merenung kan Al-
Quran, maka kita akan mendapatkan bahwa ia menganjurkan kepada kita untuk
menggunakan sumber-sumber kekayaan alam. AlQuran merangsang akal kita,
mengarahkan pandangan kita kepada dunia yang dikelilingi oleh air, udara, lautan,
sungai, tumbuh-tumbuhan, hewan, danbendamati;matahari dan bulannya, malam
dan siangnya. Semuaitu diciptakanuntukdimanfaatkan oleh manusia. Allah SWT
memuliakan manusia Manusiadianjurkan dengan anugerahuntuk mendayagunakan
kenikmatan-kenikamatansemua itu jika bagi ia memang mereka. Cendikiawan dan
ilmuwan. Sesuai dengan firman Allah SWT:
“Allahlah yang menciptakan langit dna bumi dan menurunkan air hujan
dari langit. Kemudia dia mengeluarkan dengan air hujan itu sebagai uah-
buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telahmenundukka bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan
Dia telah pula menundukkan (pula) bagimu sungaisungai. Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yangterus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala
apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, tidaklah kamu dapat menghing gakannya" (Q.S Ibrahim:32-34)
Hewan
Al-Quran mengingatkan manusia tentang kekayaan alam dalam berbagai
ayat-ayat dan surat. Dalam surat an-Nahl, misalnya, Al-Quran mengingatkan kita
tentang kekayaan alam dari jenis hewan dan apa-apa yang diperoleh dari hewan itu,
seperti daging, susu, dan kulit. Firman Allah:
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu)
yang mengahangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu
makan". (Q.S an Nahl: 5).

Tumbuh-tumbuhan
Dalam surat yang sama Al-Quran memberikan penjelasan tentang kekayaan
alam dari jenis tumbuhan dengan firman Allah:
"Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu
sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan tumbuh-
tumbuhan yang (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia

24
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman- tanaman zaitun,
pada kurma, yang anggur, demikian dan segala itu benar-benar macam
buah-buahan.ada tanda Allah) bagi kaum yang memikirkan".

Kekayaan Laut
Masih dalam surat yang sama, Al-Quran mengarahkan perhatian kita pada
kekayaan laut dan menganjurkan kita untuk mendayagunakan dengan cara
memancing ikan, melalui ayat:
"Dan Dia lah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluar kan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya dan
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur”.

Kekayaan Tambang
Di antara tanda yang paling jelas dianjurkan Al-Quran untuk di perhatikan ialah
kekayaan tambang. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia". Dalam ayat ini terdapat indikasi yang jelas
tentang pentingnya bahan tambang diantaranya besi bagi kehidupan manusia
baik sipil ataupun militer. Surat ini dinamakan Allah SWT dengan surat al-hadid
(besi).
Matahari Bulan
Selanjutnya, dalam lebih dari satu surat, Al-Quran menjelaskan bahwa
Allah SWT menundukkan matahari dan bulan bagi manusia. Hal ini
memperpanjang harapan mereka dan memenuhi ambisinya dalam menaklukkan
ruang angkasa, mendayagunakan energi matahari,serta mencapai bulan, bahkan
suatu saat mendarat di matahari. Allah ber firman:
"Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus
menerus beredar (dalam orbitnya)".
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan
bintang-bintang ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan) Allah bagi kamu yang memahaminya".

25
2.9 Memanfaatkan Kekayaan Alam Tergantung Pada Ilmu Dan Amal
• Ilmu dan Sains

Alquran Itu menjelaskan bahwa memanfaatkan itu semua terfokus dalam


dua hal pertama ilmu atau sains yang berdiri atas pondasi rasio dan akal budi titik
melalui akal budi Ini, Allah membedakan manusia dari hewan titik yang dimaksud
dengan sains di sini adalah spesialis dalam berbagai disiplin ilmu.

Buktinya dalam firman Allah:

“Tidakkah kamu melihat Bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit


". Ayat ini menunjukkan ilmu astronomi serta hubungan antara langit dan bumi."
Lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya
tanda titik-titik ayat ini menunjukkan ilmu tumbuh-tumbuhan. Kemudian ayat:"dan
diantaranya Gunung itu ada garis-garis Putih dan Merah yang beraneka ragam
warnanya dan ada dua Ada pula yang hitam pekat". Ayat ini menunjukkan ilmu
geologi dan bumi titik Lalu, "demikian pula diantara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan
jenisnya". Ayat ini menunjukkan ilmu biologi dan apa-apa yang berhubungan
dengan hewan. Selanjutnya ditutup dengan ayat "sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hambanya hanyalah ulama pada titik Sesungguhnya Allah
maha perkasa lagi maha pengampun.

Yang terdekat dengan ayat ini bahwa yang dimaksud dengan ulama adalah
yang mengetahui banyak tentang alam dan mengetahui segala Rahasianya, bukan
hanya ulama agama sebagaimana selama ini dipahami sebagai penguat dalil di atas
kita dikuti firman Allah:

“ dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lain bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian
terdapat tanda bagi orang-orang yang mengetahui ".

Yang mengetahui dalam ayat ini adalah para cendekiawan yang mengetahui
alam semesta dan manusia titik Lalu, apakah yang dimaksud dengan ilmu dan
orang-orang yang berilmu itu? Apakah sekedar menghafalkan teori dan rumus?

26
Atau ketajaman pemahaman, sikap kritis, sikap tanggap terhadap lingkungan?
Jawabnya akal dikarenakan Allah kepada manusia untuk mendayagunakan nikmat
dan kekayaan alam, bukan sekedar untuk menghafalkan rumus.

"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
kaum yang berpikir"

• Kerja

Ilmu tidak bermanfaat kalau tidak dipraktekkan dengan bekerja. Bekerja


dibutuhkan bukan hanya sekali sewaktu, tetapi terus-menerus. Bekerja dibutuhkan
untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik dan untuk mencapai karunia Allah

“ Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertabaranlah kemudian muka bumi


dan carilah karunia”

Bekerja di dalam Islam adalah suatu kewajiban bagi mereka yang mampu.
Tidak dibenarkan bagi seorang muslim berpangku tangan pada
alasan:"mengkhususkan waktu untuk beribadah" atau tawakal kepada Allah titik
langit tidak pernah menurunkan emas ataupun perintah tidak benar pula bagi
seorang muslim bersandar pada bantuan orang lain sedangkan ia mampu dan
memiliki kemampuan. Nabi bersabda, boleh memberi sedekah kepada orang kaya
dan kepada orang yang mampu bekerja.

Islam mengagungkan "pekerjaan duniawi" dan kadang-kadang menjadikannya


bagian dari ibadah. Di sisi lain, pekerjaan dikategorikan sebagai jihad jika diniatkan
dengan ikhlas sendiri oleh ketegunan dan ihsan. Nabi mengharamkan pelajaran atas
pekerjaan tertentu titik beliau mendidik sahabatnya bahwa kemuliaan terdapat pada
pekerjaan dan kehinaan terdapat pada orang yang Bersandar kepada orang lain.

Para ahli ekonomi menetapkan bahwa produksi terjadi pada 3 peranan atau
empat unsur yang saling berkaitan yaitu alam modal dan bekerja. Sebagai ahli lain
menambahkan unsur disiplin. Pada ekonomi muslim berbeda pendapat tentang apa
yang ditetapkan dalam Islam dari unsur-unsur ini. Sebagian dari mereka menghapus
salah satu dari empat unsur tersebut berdasarkan teori, pertimbangan dan juga hasil
penelitian mereka.

27
Yang dimaksud dengan bekerja adalah segala usaha maksimal yang
dilakukan manusia, baik lewat gerak anggota tubuh ataupun akal untuk menambah
kekayaan, baik dilakukan secara perseorangan ataupun secara kolektif, baik untuk
pribadi ataupun untuk orang lain dengan menerima gaji. Orang lain ini bisa jadi
majikan, perusahaan, swasta ataupun lembaga pemerintah. Pekerjaan itu bisa
dilakukan di lapangan perkebunan tanda keamanan Perindustrian keuangan
perdagangan, baik pekerjaan white color atau kerang putih ataupun belum color
atau buruh kasa.

Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan


bumi. Bumi tempat membanting tulang, sedangkan manusia dalam bekerja di
atasnya. Adapun unsur-unsur lainnya, seperti disiplin, tidak lebih daripada strategi
dan pengawasan, sementara modal tidak lebih daripada aset baik berbentuk alat
maupun bangunan yang semuanya merupakan hasil kerja manusia. Ringkasannya,
modal adalah pekerjaan yang terpendam titik jadi Sendi terpenting dan rukun yang
terutama dalam produksi adalah bekerja. Bekerja dalam mengelola bumi hingga
menghasilkan harta-harta dan apa-apa saja yang baik. Tujuan diwajibkannya
bekerja:

1. untuk mencukupi kebutuhan hidup


2. Untuk kemaslahatan keluarga
3. Untuk kemaslahatan masyarakat
4. Hidup untuk kehidupan dan untuk semua yang hidup
5. Bekerja untuk memakmurkan bumi
6. Bekerja untuk kerja
• Berproduksi dalam lingkaran halal

Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim
baik individu maupun komunitas adalah berpegang pada semua yang dihalalkan
Allah dan tidak melewati batas titik benar bahwa daerah halal itu luas dan, tetapi
mayoritas jiwa manusia-manusia yang ambisius merasa kurang puas dengan hal ini
itu walaupun banyak jumlahnya. Maka kita temukan jiwa manusia terjual kepada
sesuatu yang haram dengan melanggar hukum-hukum Allah. "2 barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim”.

28
Pada dasarnya, produsen pada tatanan ekonomi konvensional tidak
mengenal istilah halal dan haram titik yang menjadi prioritas kerja mereka adalah
memenuhi keinginan pribadi dengan mengumpulkan laba, harta dan uang. Ia tidak
mementingkan apakah yang diproduknya itu bermanfaat atau berbahaya tanpa, baik
atau buruk, etis pertanyaan seperti ini tidak pernah tertulis dalam hati mereka titik
bahkan menurut mereka pertanyaan seperti tidak ada pada tempatnya karena
mengaitkan ekonomi dengan etika dan berproduksi dengan norma. Mereka
berpendapat perpaduan ini adalah salah satu tidak masuk akal. Adapun Sikap
seseorang muslim sangat bertolak belakang PT ia tidak boleh menanamkan apa-apa
yang diharamkan kalau sama seperti Poppy yang diperbolehkan dari buah opium,
demikian pula tanah abis atau heroin. Seorang muslim tidak boleh menanam segala
jenis tumbuhan yang membahayakan manusia, seperti tembakau yang menurut
keterangan Who, sains dan hasil riset hal ini berbahaya bagi manusia. Selain
dilarang menanam tanaman-tanaman di atas kamu seorang muslim juga dilarang
memproduksi barang-barang haram tapi haram dikarenakan ataupun haram
dikoreksi. Misalnya membuat pelatuk atau saw dari bahan emas dan perak dan
membuat gelang emas untuk laki-laki.

Jika manusia masih memproduksi barang-barang yang dilarang beredar,


maka ia turut berdosa. Jika orang memanfaatkan barang yang dilarang ini bertipe
ribuan 7 tahun, maka ia mendapat dosa dari mereka karena ia memudahkan jalan
untuk dosa. Jika seorang manusia enggan memikul itu sendiri, lalu Bagaimana pula
ia memikul dosa ribuan 7 jutaan orang. Diantara produk yang dilarang keras beredar
ialah produk yang merusak aqidah, etika dan moral manusia seperti produk yang
berhubungan dengan tenografi dan sadisme baik dalam Opera pilin dan musik. Juga
apa saja yang berhubungan dengan media informasi baik media cetak ataupun
televisi. Pada umumnya golongan pengusaha dalam bidang ini hanya mengejar
sejumlah pendapatan, mengembangkan ekspor komandan meraih laba tanpa pernah
memikirkan halal dan haram.

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Produksi dalam Islam adalah setiap aktivitas dalam mengubah sumber daya
yang disediakan oleh Allah swt. menjadi suatu barang dan jasa yang memberikan
maslahah (manfaat fisik dan non fisik) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
manusia, dan yang melakukan aktivitas tersebut, disebut produsen. Produsen
muslim adalah organisasi/kelompok/orang yang menghasilkan barang atau jasa
yang dapat memberikan maslahah. Prinsip produksi dalam Islam berarti
menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan akumulasi dari semua proses
produksi. Prinsip produksi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kegiatan produksi harus dilandasi nilai-
nilai Islam dan sesuai dengan maqashid al-syari‟ah. Tidak memproduksi
barang/jasa yang bertentangan dengan penjagaan terhadap agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta, prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan
yaitu dharuriyyat, hajyiyat dan tahsiniyat, kegiatan produksi harus memperhatikan
aspek keadilan, sosial, zakat, sedekah, infak dan wakaf, mengelola sumber daya
alam secara optimal, tidak boros, tidak berlebihan serta tidak merusak lingkungan,
distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan
karyawan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Churiyah, M. (2011). Mengenail Ekonomi Syariah. Malang: Surya Pena Gemilang.


Gunarso, G. H. (2019). Persamaan Dan Perbedaan Perilaku Konsumen Dalam
Ekonomi Konvensional Dan Hukum Ekonomi Islam. Cirebon: IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.
Maika, R. (2017). Ekonomi Islam. Sidoarjo: UMSIDA PRESS.
Muljawan, D., Priyonggo, S., & Purwanta, W. (2020). Ekonomi Syariah. Jakarta:
Bank Indonesia.
Rozaini, N., & Albarawi, Q. (2018). Pengantar Ekonomi Syariah. Medan:
Madenatera.
Syaparuddin. (2017). Ilmu Ekonomi Mikro Islam . Yogyakarta: Trust Media.

31

Anda mungkin juga menyukai