Anda di halaman 1dari 28

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

9 KEBUTUHAN MANUSIA

DOSEN KEPERAWATAN DASAR


Hj. Simunati, S.Kep, M.Kes

DIBUAT OLEH :

NAMA : Nur Rahmawati


NIM : PO713201211167
KELAS : 1D

D.III KEPERAWATAN MAKASSAR


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
TAHUN 2022
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBANTU ELIMINASI URIN DAN FEKAL (HUKNAH)
Pengertian : - Enema / Huknah adalah tindakan memasukkan cairan ke dalam usus
melalui rectum, sehingga cairan tersebut dapat mengalir balik atau
tertahan. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flaktus.
- Jenis Enema/Huknah terdiri ari enema tinggi dan enema rendah.
- Enema/Huknah tinggi adalah memasukkan cairan/larutan hangat ke
dalam kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. High enema
(huknah tinggi) diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak
mungkin, sering diberikan sekitar 750-1000 ml larutan untuk orang
dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal
recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini
cairan dapat turun ke usus besar.
- Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara
memasukkan cairan/lartan hangat ke dalam kolon desendens dengan
menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan
sebelum operasi (persiapan pembedahan) dan pasien yang mengalami
obstipasi. Low enema (huknah rendah) diberikan hanya untuk
membersihkan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan
diberikan pada orang
dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims / miring kekiri selama
pemberian.

Tujuan: Enema/Huknah Tinggi :


1) Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal
2) Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan
defakasi (bowel training program)
3) Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik.

Enema/Huknah Rendah :
1) Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi,
colonoscopy
2) Merangsang peristaltik usus
3) Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostic

Indikasi: 1. Konstipasi
2. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur.
3. Penggunaan laxative yang berlebihan.
4. Peningkatan stress psikologis
5. Impaksi fases
6. Kebiasaan buang air besar yang teratur
7. persiapan pra operasi
8. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi
9. pasien dengan malena

Kontraindikasi: 1. Dengan diverticulis,ulcerative colitis,crhon’s disease/ keganasan


kolon atau rectum
2. Hemoroid yang beradarah
3. Post operasi
Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid,
tumor rectum dan kolon.

Persiapan Alat: 1. Wadah enema (huknah)


2. Volume larutan hangat
 Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5- 43ºC
 Anak – anak :
- Bayi : 150-250 ml
- Usia bermain (toddler): 250-350ml
- Usia sekolah : 300-500ml
- Remaja : 500-700 ml
Catatan : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adlah
37,7ºC,sedang untuk dewasa dihangatkan 40,5-43ºC
3. Slang rektal dengan ujung bulat.
- Dewasa : No.22-30 G French(fr)
- Anak – anak : No.12-18 fr
4. Slang menghubungkan slang rectal ke wadah (slang irrigator)
5. Klem pengatur pada slang
6. Termometer air untuk mengukur suhu larutan
7. Pelumas Vaseline atau jeli
8. Perlak pengalas
9. Selimut mandi
10. Kertas toilet
11. Pispot

12. Baskom, waslap dan handuk, serta sabun


13. Sarung tangan sekali pakai/ handscoon dan masker
14. Tiang intravena
15. Bengkok
16. Disinfektan

Persiapan Pasien: 1. Mengucapkan salam terapiutik


2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan
4. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)
5. Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klasifikasi
7. Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan perhatian
serat respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
8. Pasien disiapkan dalam posisi yang sesuai

Persiapan Lingkungan: 1. Ruangan terutup


2. Pastikan semua jendela atau pintu dakam keadaan tertutup agar
privasi terjaga.
3. Pasang sekat atau sampiran
4. Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi pasien

Prosedur: 1. Jelaskan prosedur kepada klien.


Mengurangi ansietas klien dan meningkatkan kerja sama
prosedur.
2. Tutup ruangan / tirai.
Memberikan privasi pada klien.
3. Susun wadah enema, hubungkan slang, klem, dan selang rectal.
Slang rectal harus cukup kecil untuk diameter anus klien, tetapi cukup
besar untuk mencegah kebocoran disekitar slang.
4. Tutup klem pengatur
Mencegah kehilangan larutan awal saat ditambah ke wadah
5. Siapkan larutan air hangat dan perikasa suhu larutan dengan
thermometer air atau dengan menesteskan larutan diatas pegelangan
tangan sebelah dalam. Tambahkan larutan hangat kedalam wadah
6. Bilas wadah, isi dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan larutan
keluar sampai tak ada udara. Tempatkan dekat dengan unit tempat tidur
untuk memenuhi slang. Klem kembali slang.
Membuang udara dari dalam slang dan mencegah kehilangan
cairan.
7. Letakan wadah di tiang intravena
8. Cuci Tangan, lalu keringkan dan pasang handscoon
9. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi
10. Letakkan perlak pengalas dibawah pantat klien
Agar linen tempat tidur tidak basah
11. Lepaskan celana klien
12. Bantu klien untuk pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk
huknah rendah dan miring ke kanan untuk huknah tinggi dengan lutut
kanan fleksi.
13. Letakan bengkok didekat bokong, dan dekatkan juga pispot
14. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung slang rectal dengan pelumas jeli.
Memungkinkan insersi halus slang tanpa resiko iritasi atau
trauma pada mukosa rectal
15. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus.
Instrusikan klien untuk rileks dengan menghembuskan nafas pada
perlahan melalui mulut.
Dengan mengembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal
akan meningkat.
16. Masukkan ujung slang rectal secara perlahan dengan
mengarahkanny ke umbilicus klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10
cm untuk orang dewasa, 5-7,5 cm untuk anak-anak, dan 2,5-3,25 cm
untuk bayi. Tarik slang dengan segera, jika ditemukan obstruksi.

17. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan
dengan wadah pada setinngi pinggul klien.
18. Terus pegang slang sampai pengisian cairan berakhir.
Kontraksi otot dapat menyebabkan ekspultasi rectal.
19. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus
(30-45 cm untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah,
dan 7,5 cm untuk bayi). Waktu pengaliran sesuai dengan pemberian
volume larutan (missal,1 liter dalam 10 menit).
20. Rendahkan wadah atau klem slang selama 30 detik, kemudian
alirkan kembali secara lebih lambat jika klien mengeluh kram.
21. Klem slang setelah semua larutan dialirkan.
22. letakkan lapisan tisu toilet disekitar slang pada anus dan dengan
perlahan tarik slang.
23. Jelaskan pada klien bahwa prasaan distensi adalah normal. Minta
klien untuk menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat
tidur (untuk bayi atau anak kaci, dengan perlahan pegang kedua sisi
pantat selama beberapa menit).
24. Bereskan wadah enema dan slng pada tempat yang telah disediakan
atau cuci secara menyeluruh dengan air hangat dan sabun bila akan
digunakan ulang
24. Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga terbalik
dan taruh ke dalam wadah yang telah disediakan.
25. Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi pispot.
26. Observasi feses dan larutan (peringatkan klien agar jangan
menyiram toilet sebelum perawat menginspeksi).
27. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan air
hangat dan sabun.
28. Cuci tangan anda catat hasil enema pada catatan perawat.

Dokumentasi: Mencatat warna dan konsistensi fases serta respon klien terhadap
proses enema/huknah yang dilakukan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN TANDA- TANDA VITAL
Pengertian : 1. Pernafasan
menghitung jumlah pernafasan ( inspirasi yang diikuti ekspresi
selaman 1 menit).
2. Nadi
menghitung frekuensi denyut nadi ( loncatan aliran darah yang dapt
teraba yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan
pada nadi, yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis.
3. Tekanan darah
melakukan pengukuran tekanan darah ( hasil dari curah jantung dan
tekanan darah perifer ) dengan menggunakan spygnomanometer dan
stetoskop.
4. Suhu
mengukur suhu tubuh dengan mengguanakan termometer yang di
pasangkan di mulut, aksila dan rektal.

Tujuan: 1. Pernafasan
a) Mengetahui kesdaan umum pasien
b) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit
c) Mengikuti perkembangan penyakit
d) Membantu menegakkan diagnosis
2. Nadi
a) Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
b) Mengetahui keadaan umum pasien
c) Mengetahui intgritas sistem kardiovaskulr
d) Mengukuti perjalanan penyakit
3. Suhu
a) Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan
keperawatan
b) Membantu menegakkan diagnosis
4. Tekanan darah
a) Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
4) Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh

Indikasi: 1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat


2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien

Persiapan Alat : 1. Pernafasan


Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
2. Nadi
Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
3. Tekanan darah
Stotoskop, spygnomanometer, pena dan buku
4. Suhu
Termometer aksila, atau termometer mulut atau rektum, tissue, air
bersih, air sabun, air desinfektan, savlon didalam bitol, pena dan buku.
Persiapan: 1. Mengatur posisi pasien
2. Menyiapkan alat

Prosedur: 1. Tahap pra interaksi


a) Baca status pasien
b) Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
c) Mencuci tangan
d) siapkan alat

2. Tahap orientasi
a) Menberi salam, pangil pasien dengan panggilan yang di senangi
b) Memperkenalkan nama pasien
c) Jelaskan prosedur dab tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
d) Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
e) Jaga privacy pasien

3. Tahap kerja
a) Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya
sebelum tindakan dimulai
b) Menggunakan sarung tangan
c) Menanyakan keluhan utama melakukan penilaian sesuai dengan
prosedur
d) Melakukan kegiatan sesuai perencanaan

1) Penilaian pernafasan
a. Menjelaskan prosedur kepada pasien bila hanya khusus menilai
pernafasan
b. Membuka baju pasien jika perlu untukmengobservasi gerakan dada
c. Letakan tangan pada dada, menobservasi keadaan dan kesimetrisan
gerak pernafasan
d. Menentukan irama pernafasan
e. Menghitung pernafasan slama 1 menit atau 60 detik
f. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinana ada bunyi abnormal
g. Mencuci tangan

2) Penilaian denyut nadi radialis


a. Mengatur posisi pasien dengan nyaman dan rileks
b. Menekan kulit pada area arteri radialis dengan menggunakan 3 jari
yang kemudian meraba denyut nadi
c. Menekan arteri radialis kuat dengan menggunakan jari-jari 1 menit
atau 60 detik, jika tidakteraba denyutan, jari-jari digeser kekanan atau
kekiri hingga denyut nadi dapat dirasakan
d. Denyut pertama akan terasa atau teraba kuat, jika denyut hilang
rabalah, tekanlah hinggadenyut terasa kuat kembali
e. Mencuci tangan
3) Penilaian tekanan darah
a. Mnyiapkan posisi pasien
b. Menyingsingkan lengan baju pasien
c. Memasang manset 1 inchi ( 2,5 cm ) diatas nadi branchialis
( melakukan palpasi nadi branchialis )
d. Mengatur tensi meter agar siapdipakai ( untuk tensi air raksa )
menghubungkan pipa tensi meter dengan pipa manset, menutup sekrup
balon manset, membuka kunci resevoir
e. Meletakan diafragma stotoskop diatas tempat denyut nadi tanpa
menekan nadi branchialis
f. Memompa balon manset ±180 mmHg
g. Mengendorkan pompa dengan cara membuka skrup balon manset
hingga melawati bunyi denyut nadi yang terdengar terakhir
h. Pada saat mengendurkan pompa perahtikan bunyi denyut nadi
pertama ( syistol ) sampai denyut nadi terakhir ( diastol ) jatuh diangka
berapa sesuai dengan sekala yang ada di tensi meter
i. Jika pengukuran belum yakin, tunggu 30 detik dan lalu lengan
ditinggikan diatas jantung untuk mengalirkan darah dari lengan setelah
itu ulangi lagi, hingga merasa yakin dan mendapat hasil yang akurat
j. Melepaskan manset
k. Mengembalikan posisi pasien dengan senyaman mungkin
l. Mencuci tangan

4) Penilaian suhu pada aksila


a. Mengamati angka yang di tunjuk air raksa dengan benar
b. Menurunkan air raksa bila perlu
c. Mengatur posisi pasien
d. Meletakan termimeter di ketiak tangan kanan atau tangan kiri
dengan posisi ujung termometer dibawah kemudian pasien disuruh
menjepit thermometer dengan cara tangan kanan atau tangan kiri
memegang bahu secara bersilangan
e. Menunggu sekitar 5 menit
f. Mengambil termometer setelah 5 menit kemudian mengelap
termometer dengan cara berputar dari urutan yang paling bersih
keurutan yang paling kotor
g. Menbaca hasil pengukuran suhu yang ditunjukan air raksa dengan
segera
h. Merapikan baju dan posisi pasien senyaman mungkin
i. Mencelupkan termometer dengan urutan air savlon, air sabun dan
bilas dengan air bersih
j. Mengeringkan termometer dengan menggunakan tissue
k. Mengembalikan atau menurunkan posisi air raksa
l. Mencuci tangan

4. Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
b. Menyimpulkan prosedur yang telah dilakukan
c. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
d. Berikan penghargaan sesuai dengan kemampuan pasien
e. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam

Dokumentasi: Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu
pelaksanaan kegiatan dan tanda tangan perawat jaga.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MENCUCI RAMBUT
Pengertian : Suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.

Tujuan: 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri

Persiapan Alat: Persiapkan alat dan bahan taruh diatas baki beralas:
1. Dua buah sisir.
2. Dua handuk dan satu waslap.
3. Sabun/shampo dalam tempatnya.
4. Alas (handuk dan perlak).
5. Talang karet.
6. Kain kasa dalam tempatnya.
7. Bengkok berisi lysol 2 – 3 %.
8. Celemek.
9. Gayung.
10. Kapas.
11. Ember berisi air hangat
12. Ember kosong
Prosedur: 1. Identifikasi klien
2. Jelaskan prosedur kepada klien
3. Persiapkan alat dan bahan
4. Cuci tangan
5. Pasang sampiran
6. Mendekatkan peralatan ke klien
7. Tinggikan posisi tempat tidur. Rendahkan penghalang sisi tempat
tidur.
8. Memposisikan klien senyaman mungkin, dengan posisi kepala
dipinggir tempat tidur
9. Memasang talang dibawah bahu, leher, kepala klien dan ujung
talang diarahkan ke ember kosong. Pastikan ujung talang masuk
kedalam ember
10. Letakkan handuk mandi disepanjang bahu dan bawah leher
11. Menutup telinga dengan kapas
12. Tawarkan klien untuk untuk memegang handuk wajah atau waslap
penutup mata
13. Menyisir rambut dan basahi dengan air hangat
14. Menggosok rambut dengan shampo, kemudian diurut dengan ujung
jari.
15. Membilas beberapa kali dengan air hangat
16. Mengeringkan rambut dengan handuk, mengangkat penutup mata
dan telinga
17. Mengangkat talang, lalu dimasukkan ke dalam ember
18. Mengembalikan posisi klien dengan cara mengangkat kepala dan
alasnya
19. Tutup kepala dengan handuk mandi. Keringkan wajah dengan
waslap yang digunakan untuk melindungi mata. Keringkan daerah
sekitar leher dan bahu
20. Sisir rambut untuk menghilangkan kekusutan dan keringkan
dengan pengering atau handuk yang ada secepat mungkin
21. Bantu klien mengatur posisi yang nyaman dan menyelesaikan
pengaturan rambut
22. Kembalikan peralatan pada tempatnya
23. Cuci tangan
Dokumentasi: Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu
pelaksanaan kegiatan dan tanda tangan perawat jaga.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERINEAL HYGIENE
Pengertian : Tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk membersihkan
alat kelamin
bagian luar.
Tujuan: - menjaga kebersihan diri terutama perineal genital
- mencegah infeksi
- menghindari kelembapan berlebih
- memberikan pengobatan
- memberika rasa nyaman
Indikasi: 1. pasien dengan penurunan kesadaran
2. Pasien post partum
3. pasien dengan luka episiotomi
4. pasien dengan masalah pada genitalia
Persiapan Alat: 1. Kom steril berisi kapas Nacl/kapas sublimat
2. sarung tangan
3. pinset anatomis
4. korentang
5. perlak
6. bengkok
7. pispot
8. baskom berisi air bersih
9. pembalut
10. celana dalam
Persiapan Pasien: 1. memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan
2. memposisikan pasien sesuai kebutuhan
Prosedur: 1. dekatkan alat-alat
2. atur posisi litotomi
3. lepas celana dalam
4. cuci tangan
5. kenakan sarung tangan
6. pasang perlak dan pispot
7. guyur alat genitalia luar dengan air bersih
8. ambil kapas Sublimat dengan piset bungkung ibu jari dan telunjuk
kiri dengan kapas sublimat dan renggangkan labia
9. dengan tangan kanan ambil kapas Sublimat dengan menggunakan
pinset
10. usapkan kapas Sublimat pada labia mayora kanan, labia mayora
kiri dan minora. Satu kapas digunakan untuk satu labia. Sekali usap
dan buang kebengkok.
11. Pasang pembalut dan celana dalam
12. Rapikan alat
13. Kembalikan pasien pada posisi semula
14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Dokumentasi: Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu
pelaksanaan kegiatan dan tanda tangan perawat jaga.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMANDIKAN PASIEN
Pengertian: Membersihkan tubuh pasien dengan air bersih dan sabun
Tujuan: 1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan
2. Melaksanakan kebersihan perorangan
3. Memberikan rasa nyaman
Indikasi: Pasien yang memerlukan bantuan mandi di tempat tidur
Persiapan Alat: 1. Pakaian bersih 1 stel
2. Baskom mandi 2 buah
3. Air panas dan dingin
4. Waslap 2 buah
5. Perlak dan handuk kecil 1 buah
6. Handuk besar 2 buah
7. Selimut mandi/kain penutup
8. Celemek plastic
9. Tempat tertutup untuk pakaian kotor
10. Sabun mandi
11. Bedak
12. Sarung tangan bersih
13. Pispot/urinal dan pengalas
14. Botol cebok
Prosedur: Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mencuci tangan
3. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
4. Melepas pakaian atas klien

1. MEMBASUH MUKA
1. Membentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah kepala
2. Menawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak
3. Membersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lali di
keringkan
4. Menggulung perlak dan handuk
2. MEMBASUH LENGAN
1. Menurunkan selimut mandi kebagian perut klien
2. Memasang handuk besar diatas dada klien secara melintang dan
kedua tangan klien diletakkan diatas handuk
3. Membasahi tangan klien dengan waslap air bersih, disabun,
kemudian dibilas dengan air hangat (lakukan mulai dari ekstremitas
terjauh klien)
3. MEMBASUH DADA DAN PERUT
1. Melepas pakaian bawah klien dan menurunkan selimut hingga
perut bagian bawah, kedua tangan diletakkan diatas bagian kepala,
membentangkan handuk pada sisi klien
2. Membasuh ketiak dan dada serta perut dengan waslap basah,
disabun, kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan,
kemudian menutupdengan handuk
4. MEMBASUH PUNGGUNG
1. Memiringkan pasien kearah perawat
2. Membentangkan handuk di belakang punggung hingga bokong
3. Membasahi punggung hingga bokong dengan waslap, disabun,
kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan
4. Memberi bedak pada punggung
5. Mengembalikan ke posisi terlentang, kemudian membantu
pasien mengenakan pakaian
5. MEMBASUH KAKI
1. Mengeluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar
2. Membentangkan handuk dibawah kaki tersebut, menekuk lutut
3. Membasahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal paha,
disabun, dibilas dengan air bersih, kemudian dikeringkan
4. Melakukan tindakan yang sama untuk kaki yang lain
6. MEMBASUH DAERAH LIPAT PAHA DAN GENITAL
1. Membentangkan handuk dibawah bokong, kemudian selimut
mandi bagian bawah dibuka
2. Membasahi daerah lipat paha dan genital dengan air, disabun,
dibilas, kemudian dikeringkan
3. Mengangkat handuk, membantu mengenakan pakaian bawah
klien
4. Merapikan klien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur

Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
6. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Dokumentasi: Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu
pelaksanaan kegiatan dan tanda tangan perawat jaga.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ORAL HYGIENE
Pengertian: Membersihkan rongga mulut, lidah dan gigi dari semua kotoran / sisa
makanan dengan menggunakan kain kassa atau kapas
Tujuan: 1. Mencegah infeksi baik setempat maupun penularan melalui mulut
2. Melaksanakan kebersihan perorangan
Indikasi: Pada pasien yang tidak dapat menggunakan sikat gigi, stomatitis berat,
pada penyakit darah tertentu
Persiapan Alat: 1. Handuk
2. Gelas kumur berisi air matang/air garam/NaCl 0,9%
3. Kom kecil berisi boraks glycerin/gentian violet
4. Bak steril berisi kapas lidi, deppers, pinset chirurgis atau arteri klem,
sudip lidah yang dibungkus kassa
5. Sarung tangan bersih
6. Bengkok
7. Perlak dan pengalas
Prosedur: 1. Tahap Pra Interaksi
- Melakukan verifikasi program pengobatan klien
- Mencuci tangan
- Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
- Memberikan salam dan menyapa nama pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
- Menjaga privacy pasien
- Memasang alas dan handuk di bawah dagu pasien
- Memakai sarung tangan
- Membasahi deppers dengan air masak/air garam/NaCl 0,9 %
menggunakan pinset chirurgis atau arteri klem
- Membuka mulut klien dengan sudip lidah yang sudah dibungkus
kassa
- Membersihkan rongga mulut mulai dari dinding gusi gigi dan gigi
luar hingga bersih
- Mengolesi bibir dengan boraks, bila ada stomatitis diolesi dengan
gentian violet menggunakan lidi kapas, Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
- Mengevaluasi hasil tindakan
- Berpamitan dengan pasien
- Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN NGT
Pengertian: Melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga hidung ke lambung
(gaster)
Tujuan: 1. Memasukkan makanan cair/obat-obatan, cair/padat yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan/isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
3. Mengirigasi karena perdarahan/keracunan dalam lambung
4. Menghisap dan mengalirkan
5. Mencegah/mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan
atau trauma
6. Mengambil spesimen dalam lambung untuk studi laboratorium
Indikasi: 1. Pasien tidak sadar (koma)
2. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus,
tumor mulut/faring/esofagus
3. Pasien yang tidak mampu menelan
4. Pasien yang keracunan
5. Pasien yang muntah darah
6. Bayi premature atau yang tidak dapat menghisap
7. Pasien pasca operasi pada mulut/faring/esophagus
Kontraindikasi: 1. Pada pasien yang memilki tumor dironga hidung atau esophagus
2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal
3. Pasien dengan trauma cervical
4. Pasien dengan fraktur facialis
Persiapan Alat: 1. Selang NGT no.5 -7
2. Jelly
3. Spatel lidah
4. Handscoen steril
5. Senter / penlight
6. Spuit/ suntik ukuran 50cc
7. Plester
8. Stetoskop
9. Handuk
10. Tissue
11. Bengkok
12. Benang
13. Baskom berisi air
14. Kasa
15. Kom
16. Perlak pengalas
17. Gunting
18. Bak instrument
Prosedur: 1. Mendekatkan alat ke samping klien
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Membantu bayi atau anak pada posisi semi fowler
4. Mencuci tangan
5. Periksa kepatenan nasal. Bantu bayi untuk bernapas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang
hidung yang lain, bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan
kassa/lidi kapas. Periksa adakah infeksi
6. Memasang handuk diatas dada klien
7. Buka kemasan steril NGT dan taruh dalam bak instrumen steril
8. Memakai sarung tangan steril
9. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara
menempatkan ujung selang dari hidung klien ke ujung telinga atas lalu
dilanjutkan sampai processus xipodeus
10. Beri tanda pada selang yang telah diukur dengan plester
11. Beri jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm dari ujung selang tersebut
12. Masukkan pipa lambung ke dalam salah satu lubang hidung hingga
batas yang telah ditentukan
13. Masukkan selang sepanjang rongga hidung. Apabila terasa agak
tertahan putarlah selang dan jangan dipaksa untuk dimasukkan
14. Memeriksa ketepatan pipa masuk ke lambung dengan cara
menghisap cairan lambung dengan spuit dan dengarkan melalui
stetoskop
15. Menempatkan pipa dengan plester
16. Spuit dipasang pada pangkal pipi kemudian udara dihisap kembali
17. Mengevaluasi respon klien
18. Pendokumentasian tindakan dan hasil
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN KATETER
Pengertian: Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau
mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan
kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan
mengeluarkan urin.
Tujuan: 1. Untuk mengosongkan kandung kemih dan mengeluarkan urin.
2. Untuk mengambil sampel urin.
3. Sebagai tindakan alternatif guna memenuhi kebutuhan eliminasi
pada pasien dengan obstruksi saluran kemih.
4. Pantau input dan output klien.
5. Mengatasi adanya retensi urin.
Persiapan Alat: 1. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa
2. Kom
3. Kateter sesuai ukutan (Menurut Fundamental Of Nursing 2, Patricia,
Potter) :
- anak – anak : No 8 – 10
- Laki2 dewasa : No 14 – 16
- Laki2 dewasa muda : No 12
- Perempuan ; No 16 - 18
4. Sarung tangan steril
5. Sarung tagan bersih
6. Cairan antiseptic
7. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril
8. KY jelly
9. Urine bag
10. Plaster
11. Gunting verban
12. Selimut mandi
13. Tirai/sampiran
14. Perlak dan pengalas
15. Bengkok/nierbekken
16. Tempat specimen (jika perlu)
Prosedur: Tahap Pra Interaksi
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
9. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)
Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri
Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2. Meminta persetujuan tindakan
Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah prosedur
3. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan

Tahap Interaksi
1. Memberikan sampiran dan menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal recumbent, pria:posisi
supine dan melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
4. Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup bagian
ekstremitas bawah dengan selimut mandi sehingga hanya area perineal
yang terpajan
5. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
6. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
7. Gunakan sarung tangan bersih
8. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
9. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong
plastic yang telah disediakan
10. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan
di alas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan
KY jelly di dalam bak steril. Jangan menyentuh area steril
11. Gunakan sarung tangan steril
12. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan
berikan jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan atau
dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan teknik steril
Pada laki-laki
13. Posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh pasien
Pada wanita
14. Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk
dengan jari tengah tangan tidak dominan
15. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan
kateter perlahan-lahan hingga ujung kateter. Anjurkan pasien untuk
menarik nafas saat kateter dimasukkan.
Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak
kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan.
16. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter
agar urine tidak tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen urin
bila diperlukan. Lalu segera sambungkan kateter dengan urine bag
17. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai
volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
18. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon
kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria.
19. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
20. Fiksasi kateter:
Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
21. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih
rendah dari kandung kemih
22. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
23. Lepaskan sarung tangan
24. Rapihkan kembali pasien
Tahap Terminasi
1. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi tujuan
2. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam terminasi
3. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula (ruang
penyimpanan).
4. Mencuci tangan

Tahap Evaluasi
1. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur
pemasangan kateter.
2. Mengevaluasi produksi urine

Tahap Dokumentasi
1. Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
2. Mencatat waktu tindakan (hari tanggal, jam).
3. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda tangan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN LUKA
Pengertian: Perawatan : Mengganti balutan,membersihkan luka pada luka kotor
Tujuan: 1. Mencegah infeksi.
2. Membantu Penyembuhan luka.
Persiapan Alat: Bak Instrumen yang berisi :
1. Pinset Anatomi
2. Pinset Chirurgis
3. Gunting Debridemand
4. Kasa Steril
5. Kom: 3 buah
Peralatan lain terdiri dari:
1. Sarung tangan
2. Gunting Plester
3. Plester atau perekat
4. Alkohol 70%/ wash bensin
5. Desinfektant
6. NaCl 0,9%
7. Bengkok: 2 buah,1 buah berisi larutan desinfektan
8. Verband
9. Dressing luka sesuai kebutuhan
Prosedur: A. Tahap Pra Interaksi
 Melakukan Verifikasi program terapi
 Mencuci tangan
 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan menyapa nama pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
C. Tahap Kerja
 Menjaga Privacy
 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
 Membuka peralatan

 Memakai sarung tangan


 Membasahi plaster dengan alkohol/wash bensin dan buka dengan
menggunakan
pinset
 Membuka balutan lapis terluar
 Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
 Membuka balutan lapis dalam
 Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
 Melakukan debridement
 Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl
 Melakukan kompres desinfektant dan tutup dengan kassa
 Memasang plester atau verband
 Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
 Berpamitan dengan klien
 Membereskan alat-alat
 Mencuci tangan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS
Pengertian: Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien
yang memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan
menggunakan infus set
Tujuan: a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh cairan elektrolit,
vitamin, protein, kalori dan nitrogen. Pada klien yang tidak mampu
mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut.
b. Memulihkan keseimbangan asam-asam.
c. Memulihkan volume darah dan,
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan
Indikasi: a. Pasien Syok
b. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
c. Intoksikasi berat
d. Sebelum tranfusi darah
e. Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
Persiapan Alat: Alat steril
1. Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum / wingnedle / abocath dengan nomer yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tutup berisi kapas alcohol
Alat tidak steril
1. Standart infus
2. Bidai dan pembalut jika perlu
3. Perlak dan alasnya
4. Pembendung (tourniquet)
5. Plester
6. Gunting verban
7. Bengkok
8. Sarung tangan bersih
Obat-obatan
1. Alcohol 70%
2. Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Dextrose 5% dll.
Prosedur: Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien
Persiapan Lingkungan :
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
6. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
7. Membawa alat ke dekat pasien
Pelaksanaan :
8. Mencuci tangan
9. Memakai sarung tangan
10. Membuka daerah yang akan dipasang infus
11. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
12. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
13. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian
mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk
mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
14. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
15. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah
bawah)
16. Menggantungkan selang infus pada standar infus
17. Buka abocath dari bungkusnya
18. Potong 3 lembar plester
19. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat :
pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang,
pembuluh darah tidak di area persendian
20. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan
dipasang infus dengan torniquet
21. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di
dalam genggaman
22. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
23. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri
oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum
dan abocath
24. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
25. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh
darah
26. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung sela infus set ke abocath
27. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah
terpasang
28. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka
roller. Bila tetesan
lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang benar
29. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara
terbalik di bawah
selang infus, kemudian disilangkan
30. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan
diplester
31. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
32. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi
spalk
33. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
34. Merapikan alat dan pasien
35. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Evaluasi
a. Aliran dan tetesan infus lancar
b. Tidak terjadi hematom
c. Sterilitas terjaga
d. Infus terpasang rapi
e. Pasien nyaman
f. Lingkungan bersih
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMBERIAN TERAPI OKSIGENASI
Pengertian: Pemberian oksigen melalui alat nasal kanul atau masker. Nasal kanut
digunakan untuk memberikan oksigen konsentrasi (FiO2) rendah (bila
24% berikan 1 liter/menit, bila 28% berikan 2 liter/menit, dan bila 35-
40% mendapat 4-6 liter/menit). Face mask digunakan untuk
memberikan oksigen dengan konsentrasi lebih dari nasal kanul (30-
60%) pada 5-8 liter/menit
Tujuan: 1. Mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah atau mengatasi hipoksia
Persiapan Alat: 1. Nasal kanul/ masker oksigen
2. Selang oksigen
3. Sumber oksigen dengan flowmeter
4. Cairan steril
5. Humidifier
6. Bengkok, plester, kassa pembersih
Prosedur: Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Berikan salam terapeutik
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Siapkan alat sesuai kebutuhan prosedur dan dekatkan kesamping
tempat tidur klien
4. Kaji fungsi pernafasan klien, adanya tanda hipoksia, dan hasil
analisis gas darah klien
5. Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor, bersihkan)
6. Pastikan tabung humidifier terisi cairan secara adekuat
7. Sambungkan nasal kanul/masker ke selang oksigen dan kesumber
oksigen yang sudah dihumidifikasi
8. Berikan oksigen sesuai dengan program terapi
9. Pastikan oksigen mengalir dengan baik ke klien
10. Beri fiksasi pada kanula
11. Cek kanul/face mask, humidifier, & sumber oksigen tiap 8 jam
12. Pertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai