Anda di halaman 1dari 8

Vol. 5, No.

1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

HUBUNGAN KEDALAMAN LORDOSIS LUMBAL DENGAN INTENSITAS NYERI


PADA PASIEN LOW BACK PAIN YANG OBESITAS DI POLIKLINIK SARAF RSHS
BANDUNG

Anggraeni Apriani Suryana1, Wendra2, Daswara Djajasasmita3


1
Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
2
Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
3
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Abstrak
Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya low back pain (LBP). LBP pada penderita obese
terjadi akibat akumulasi lemak yang berlebih dalam jaringan menyebabkan perubahan kedalaman
lengkung lumbal sehingga akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kedalaman lordosis lumbal intensitas nyeri. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan subjek penelitian 22 pasien LBP yang
obesitas di Poliklinik Saraf RSHS Bandung dengan metode quota sampling. Kedalaman lengkung
lumbal diukur dengan menggunakan metode flexicurve, Sedangkan intensitas nyeri diukur dengan
menggunakan metode VAS. Data karakteristik pasien disajikan secara deskriptif sedangkan untuk
melihat hubungan kedua variable dilakukan uji regression logistic. Hasil data deskriptif penelitian
ini menunjukkan bahwa rata-rata usia pasien LBP dengan obesitas adalah 43,9 tahun, pada
perempuan 44,5 tahun sedangkan laki-laki 43 tahun. Sebanyak 18 orang (81,8%) subyek memiliki
kedalaman lordosis lumbal tidak normal (Hiperlordosis) dan sebanyak 16 orang (72,7%) subjek
memiliki intensitas nyeri berat. Hasil uji regression logistic menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara kedalaman lordosis lumbal dengan intensitas nyeri pada pasien LBP yang obesitas
di Poliklinik Saraf RSHS (0,048<0,05) dan memiliki risiko 17 kali untuk terjadinya intensitas nyeri
berat pada seseorang yang memiliki hiperlordosis (OR=17,0). Hal ini menunjukkan pada penderita
Obese terjadi perubahan sumbu gravitasi ke ventral mengakibatkan beban aksial hanya terjadi pada
columna vertebralis, menyebabkan kedalaman lengkung lumbal bertambah dan terjadi sprain pada
otot-otot lumbal sehingga terjadi LBP.

Kata kunci: Intensitas nyeri, flexicurve, kedalaman lordosis lumbal, low back pain, obesitas

Korespondensi: Anggraeni Apriyani Suryana, Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas


Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani. Email: Anggraenia.s11@yahoo.com

25
Vol. 5, No. 1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

PENDAHULUAN Menurut penelitian Purba JS, 2006 sebanyak


Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya 65% keluhan LBP dialami oleh wanita dan
penumpukan lemak berlebih didalam tubuh presentase tertinggi pada usia 41 sampai 60
sehingga berat badan tubuh seseorang berada tahun.15 Penelitian lain yang dilakukan oleh
diatas normal.1 Faktor resiko yang dapat Roffey, 2010 menyebutkan bahwa LBP dapat
mempengaruhi kejadian obesitas diantaranya dialami juga pada usia muda maupun tua,
faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup tetapi keluhan ini dapat semakin memburuk
yang kurang tepat, kebiasaan makan yang pada usia 30-60 tahun keatas.16
salah dan stres.2 Menurut World Health Pengukuran pada kedalaman lordosis
Organization (WHO) tahun 2016, lumbal dapat diukur dengan menggunakan
memperkirakan di dunia ada sekitar 1,6 Flexicurve Method atau penggaris fleksibel.19
penduduk asia dengan IMT >25 kg/m2. WHO Flexicure dapat memberikan pemeriksaan
juga menyebutkan bahwa terdapat 1,9 miliyar yang cepat, tidak mahal dan non-invasif
populasi dewasa dengan usia 18 tahun ke atas sehingga cocok digunakan dalam studi dengan
mengalami kelebihan berat badan.3 Menurut populasi yang besar dibandingkan radiografi.
Riskesdas tahun 2013 prevalensi obesitas di Flexicurve metode memiliki sensitivitas 85%
Indonesia semakin meningkat dari tahun ke dan spesivitas 97%.17,46 Normal kedalaman
tahun dan pada wanita lebih banyak dari pada lordosis lumbal tidak lebih dari 1 inchi (2,5
pria.4 Obesitas merupakan masalah kesehatan cm) Jika lebih dari 1 inchi (2,5 cm), maka
di Indonesia yang meningkatkan risiko pasien tersebut mengalami hiperlordosis pada
berbagai macam penyakit salah satunya Low lumbalnya.22
Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah.5 Pengukuran nyeri dapat dikategorikan
Seseorang dengan obesitas akan menyebabkan berdasarkan derajat keparahan atau yang
tonus otot abdomen melemah, sehingga pusat disebut intensitas nyeri.18 Intensitas nyeri
gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dapat diukur berdasarkan laporan pribadi
dan menyebabkan hiperlordosis.6-9 pasien yang bersifat subjektif, kompleks dan
Hiperlordosis lumbal yang diakibatkan oleh personal. VAS (Visual Analog Scale)
obesitas menjadi faktor resiko terjadinya LBP. merupakan pengukuran intensitas nyeri yang
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung paling dianggap efisien yang telah digunakan
bawah merupakan gangguan muskuloskeletal dalam penelitian dan pengaturan klinis.20 VAS
yang disebabkan oleh penyakit merupakan pengukuran yang penyajiannya
muskuloskeletal, gangguan psikologik, dan skala angka 0-10 yang masing-masing nomor
mobilisasi yang salah. LBP adalah nyeri dapat menunjukan intensitas nyeri yang
punggung bawah yang berasal dari tulang dirasakan oleh pasien. Keuntungan
belakang, otot, saraf atau struktur lain pada penggunaan VAS antara lain sensitif, murah
daerah tersebut.10 Perhimpunan Dokter dan mudah, sehingga VAS sangat luas
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) digunakan dalam penelitian karena
mendefinisikan LBP adalah nyeri yang memberikan hasil yang valid, handal, dan
dirasakan didaerah punggung bawah, nyeri konsisten.18 Kekurangan dari skala ini adalah
terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat VAS memerlukan pengukuran yang lebih teliti
bokong bawah yaitu daerah lumbal atau dan sangat bergantung pada pemahaman
lumbosakral dan sering disertai dengan pasien terhadap alat ukur tersebut.21
penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki.11 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
Prevalensi LBP di dunia sangat bervariasi peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
setiap tahunnya dengan angka mencapai 15- kedalaman lordosis lumbal dan intensitas nyeri
45%.12 Berdasarkan National Health Interview pada pasien low back pain yang obesitas di
Survey (NHIS) LBP merupakan penyebab poliklinik saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin
tersering kedua pada orang dewasa dari Bandung.
kecatatan.13 WHO tahun 2013, melaporkan
bahwa sekitar 80% orang menderita LBP.14 METODE

26
Vol. 5, No. 1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

Metode penelitian ini bersifat analitik hiperlordosis lumbal dengan metode


dengan desain cross sectional untuk flexicurve. Data dianalisis secara univariat
menganalisis hubungan kedalaman lordosis dengan uji explore untuk data numerik dan
lumbal dengan intensitas nyeri pada pasien distribusi frekuensi untuk data kategorik serta
LBP yang obesitas di Poklinik Saraf RSHS secara bivariat dengan uji Regression Logistic.
Bandung. Jumlah sampel pada penelitian ini Tempat pengambilan data dilakukan di
terdiri dari 22 subjek. Sampel diambil dengan Poklinik Saraf RSHS Bandung pada tahun
metode quota sampling. Data diambil dengan 2020.
kuesioner, serta melakukan pengukuran
kedalaman lordosis lumbal untuk memeriksa .

HASIL

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Usia Pasien LBP Yang Obesitas Di Poliklinik Saraf RSHS
Bandung
Variabel Mean Median Standar Deviasi Min-Max

Usia 43,9 45,5 10,3 22-59

Pada tabel 1. diperoleh gambaran rata- pasien yaitu 22 tahun dan umur tertua 59
rata usia pasien low back pain yang obesitas tahun. Untuk melihat distribusi usia pada jenis
di klinik saraf RSHS Bandung adalah 43,9 kelamin dan pekerjaan pasien LBP yang
tahun. Median 45,5 dengan standar deviasi obesitas tampak pada tabel berikut
10,3. Umur termuda pada

Tabel 2. Sebaran Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Pekerjaan


Variabel Mean Median Standar Deviasi Min-max
Jenis Kelamin
Laki-laki 43,0 46,5 12,5 26-58

Perempuan
44,5 45,5 9,4 22-59

Pekerjaan
Ringan 0,0 0,0 0,0 0

Sedang
43,0 45,0 10,3 22-59
Berat
53,0 53,0 5,6 49-57

27
Vol. 5, No. 1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

Tabel 3. Gambaran Kedalaman Lordosis Lumbal Pada Pasien LBP Yang Obesitas Di Poliklinik
Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Kedalaman lordosis lumbal Frekuensi Persentase
Normal 4 18,2
Hiperlordosis 18 81,8
Total 22 100,0

Tabel 4. Gambaran Intensitas Nyeri Pada Pasien LBP Yang Obesitas Di Poliklinik Saraf Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung
Intensitas nyeri Frekuensi Persentase
Ringan 0 0,0
Sedang 3 13,6
Berat 16 72,7
Sangat berat 3 13,6
Total 22 100,0

Tabel 5. Sebaran.Intensitas Nyeri Berdasarkan Status Gizi


Status Gizi Total
Variabel
Obesitas 1 Obesitas 2
Ringan 0 0 0
Intensitas Sedang 2 1 3
nyeri Berat 15 1 16
Sangat berat 3 0 3
Total 20 2 22

Tabel 6. Hubungan Antara Kedalaman Lordosis Lumbal Dengan Intensitas Nyeri Pada Pasien
LBP Yang Obesitas Di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Variabel Intensitas Nyeri


Ringan- Sedang Berat-Sangat Berat OR P
n % n %
Kedalaman Normal 2 50 2 50 Reff
Lordosis Hiperlordosis 1 5,6 17 94,4 17,0 0,048
Lumbal
28
Vol. 5, No. 1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

DISKUSI belakang akibat beban kerja tulang seperti


Berdasarkan karakteristik jenis kelamin microtrauma, degenerasi natural tulang belakang
bahwa jenis kelamin perempuan lebih dominan dan penurunan kapasitas tulang belakang dalam
mengalami LBP dibandingkan laki-laki. Hasil hal weight-bearing. Pada usia 30 tahun terjadi
penelitian ini sesuai dengan penelitian Purba JS, degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,
2006 sebanyak 65% keluhan LBP dialami oleh penggantian jaringan menjadi jaringan parut
wanita dan presentase tertinggi pada usia 41 (fibrosis) dan pengurangan cairan. Hal tersebut
sampai 60 tahun.15 Hal ini juga didukung oleh menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot
penelitian Setyaningrum MS tahun 2013 yang menjadi berkurang. Pada tulang belakang,
menunjukan bahwa pasien perempuan lebih terjadi penurunan elastisitas diskus
sering mengeluhkan LBP dari pada pasien laki- intervertebralis akibat dari degenerasi dari
laki.23 Laki-laki dan perempuan mempunyai nukleus pulposus yang berfungsi sebagai
risiko yang sama terhadap keluhan LBP. Jenis bantalan dan mobilitas pada tulang yang
kelamin perempuan lebih sering mengalami LBP menjadi pemicu timbulnya gejala LBP25
dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat Berdasarkan karakteristik pekerjaan pada
dikarenakan adanya faktor dari hormon estrogen penelitian ini menunjukan bahwa pekerjaan
yang berperan pada perempuan. Kehamilan, sedang yang paling banyak mengalami
penggunaan kontrasepsi dan menopause yang keluhan LBP. Menurut WHO kategori pekerja
terjadi pada perempuan mempengaruhi ringan terdiri dari pekerjaan rumah tangga
peningkatan dan penurunan dari kadar estrogen. dengan menggunakan alat-alat rumah tangga.
Peningkatan estrogen pada proses kehamilan Pekerjaan sedang terdiri dari pekerjaan industry
dan penggunaan kontrasepsi menyebabkan ringan, mahasiswa dan mahasiswi, buruh,
terjadinya peningkatan hormone relaxin. nelayan, petani yang menggunakan alat atau
Hormone relaxin adalah hormone kehamilan mesin, dan pekerjaan rumah tangga tanpa
yang diproduksi oleh plasenta dan corpus menggunakan alat-alat rumah tangga sedangkan
luteum yang berfungsi untuk memberikan efek pekerja berat terdiri dari petani yang tidak
relaksasi pada bagian sendi panggul sehingga menggunakan alat atau mesin, kuli angkat dan
jika terjadi peningkatan hormone relaxin dapat angkut, pekerjaan tambang, tukang kayu dan
menyebabkan terjadi kelemahan pada sendi besi serta atlit. Hal tersebut bisa terjadi
dan ligament khususnya pada daerah dikarenakan pekerjaan dengan posisi statis.26
pinggang. Selain itu proses menopause juga Posisi statis bisa terjadi pada pekerja ringan
dapat menyebabkan kepadatan tulang sampai sedang. Posisi statis merupakan salah
berkurang akibat penurunan hormone estrogen satu penyebab seseorang yang dapat
sehingga memungkinkan terjadinya LBP. mengeluhkan LBP dikarenakan dapat
dalam teori menyebutkan kemampuan otot menyebabkan kelelahan pada daerah vertebra
perempuan lebih rendah dibandingkan dengan lumbalis. Posisi statis yaitu membungkuk,
memutar tubuh, mengangkat dan memindahkan
kekuatan otot laki-laki.8,15
barang. Kombinasi 3 posisi tersebut dapat
Berdasarkan karakteristik usia rata-rata
usia pasien 43,9 tahun, usia termuda terdapat mengakibatkan timbulnya LBP.24 Hal tersebut
pada perempuan dengan usia 22 tahun dan juga dapat disebabkan karena adanya beban
5 usia tertua 59 tahun. Dibadingkan dengan yang terus menerus tanpa memperoleh
Penelitian yang dilakukan oleh Patrianingrum M kesempatan untuk relaksasi sehingga sering
di RS Dr.Hasan Sadikin Bandung tahun 2014 menyebabkan fatigue dan ketegangan otot
yang menyatakan bahwa pasien yang paling tendon.30
banyak mengalami keluhan LBP yaitu pasien Dari 22 orang subjek penelitian sebanyak
berusia 31-50 tahun.24 Beberapa kemungkinan 18 orang (81,1%) Hiperlordosis dengan rata-
yang menyebabkan LBP yang berhubungan rata kedalaman lordosis lumbal yaitu 1.7-1.8
dengan usia yaitu akumulasi kerusakan tulang
29
Vol. 5, No. 1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

inchi (>1 inchi). Pada Penelitian Widodo dan dorsalis. Selanjutnya impuls nyeri akan
Wahyuni tahun 2008, mengenai korelasi menuju neuron tingkat kedua di kornu
antara kegemukan dengan peningkatan kurval posterior dan menyilang ke tractus
lumbal bidang sagittal, Penelitian ini spinothalamikus lateralis. Impuls nyeri
menyebutkan bahwa kedalaman lordosis tersebut akan naik melewati medulla
lumbal banyak diderita pada wanita dengan oblongata, pons, dan mesencephalon.
usia 46-50 tahun dengan rata-rata IMT 32,86% Kemudian ke Neuron tingkat ketiga di talamus
Kg/m2 dan besar rerata lumbal 46mm. Hal ini pada nucleus ventralis posterolateralis (VPL)
dikarenakan pada kegemukan terdapat kemudian dengan melewati capsula interna,
kelemahan otot abdominal yang akan impuls nyeri akan disalurkan ke gyrus
mengubah sumbu gravitasi ke depan sehingga postcentralis lobus parietalis (area Brodman
beban axial hanya terjadi pada columna 3,1,2) daerah ini adalah lokasi primer
vertebralis terutama terberat pada L5-S1 somatosensori korteks dan selanjutnya menuju
sehingga moment force yang berlebih akan asosiasi somatosensoris pada Brodman 5 dan
meningkatkan kurva lordosis lumbal.5 7 yang pada akhirnya terjadilah sensasi nyeri.28
Lordosis lumbal merupakan istilah yang Penelitian Donna dkk, 2011, menyatakan
dipakai untuk melukiskan lengkung sagital semakin meningkatnya IMT khususnya
yang berlebihan didaerah lumbal.27 Lordosis overweight dan obesitas maka durasi
lumbal ditandai dengan rotasi anterior pelvis timbulnya gejala LBP semakin meningkat.
pada persendian tulang pinggul yang Penelitian ini juga menyatakan bahwa setiap
menyebabkan lengkung lumbal bertambah peningkatan 5kg massa tubuh akan
secara abnormal, dimana lengkung columna menyebabkan peningkatan intensitas nyeri
vertebra lebih ke anterior.29 Hal ini didukung hingga 19%.29
juga oleh penelitian Negara dkk 2014, yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
dilakukan di Fakultas Kedokteran Udayana penelitian Widodo dan Wahyuni, 2008,
yang juga menyatakan bahwa berat badan yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang kuat
berlebih menyebabkan tonus otot abdomen antara kegemukan dengan peningkatan kurva
melemah, pusat gravitasi seseorang akan lumbal sagittal r=0,617 dengan rerata
terdorong ke depan tubuh dan menyebabkan kedalaman lordosis lumbal sekitar 46,8 mm
lordosis lumbalis akan bertambah, yang dan berada dalam kisaran 41-54 mm dan
kemudian menimbulkan kelelahan pada otot kedalaman lordosis lumbal tertinggi pada
paravertebral.31 Menurut American Physical obesitas dengan nilai 54 mm.5
Therapy Association (APTA) normal Hal tersebut menunjukan bahwa
kedalaman lordosis lumbal tidak lebih dari 1 kedalaman lordosis lumbal mempengaruhi
inchi (2,5 cm). Jika lebih dari 1 inchi atau (2,5 intensitas nyeri pada pasien LBP yang
cm), maka pasien tersebut mengalami obesitas. Seseorang dengan berat badan yang
hiperlordosis pada lumbalnya.22 normal menerima beban aksial bersama-sama
Pada seseorang dengan obesitas akan antara otot abdomen dengan columna
menyebabkan tonus otot abdomen melemah, vertebrales sedangkan pada seseorang dengan
sehingga pusat gravitasi seseorang akan obesitas akan menyebabkan tonus otot
terdorong ke depan dan menyebabkan abdomen melemah, sehingga pusat gravitasi
hiperlordosis.5 Jika hiperlordosis ini terus seseorang akan terdorong kedepan dan
bertambah maka akan menimbulkan cedera menyebabkan Hiperlordosis. Pada seseorang
pada vertebra lumbalis, ataupun adanya yang obesitas juga terjadi kelemahan otot.
kompresi berlebih pada kelengkungan Dengan adanya pemendekan otot-otot
vertebrae lumbalis yang menyebabkan nyeri.9 tersebut dan kompresi berlebih terhadap
Sensasi nyeri dapat dirasakan apabila reseptor kelengkungan vertebra akan menyebabkan
nyeri terstimulus, kemudian impuls nyeri ketegangan otot yang lama-lama akan
tersebut disalurkan ke sel neuron tingkat menimbulkan rasa nyeri.5,6
pertama yang terletak di serabut ganglion

30
Vol. 5, No. 1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

Penelitian Purnamasari et al, 2010 Maka dari itu menimbulkan efek sakit atau
menyatakan seseorang dengan obesitas lebih nyeri pada punggung bawah akibat menahan
berisiko untuk mengalami LBP dari pada beban berat tubuh yang berlebihan.32
seseorang yang normal. Seseorang dengan
kelebihan berat badan akan menambah kerja SIMPULAN
lumbal dan tulang belakang akan tertekan Rerata usia dari 22 pasien LBP dengan
karena menerima beban tersebut sehingga obesitas di klinik saraf RSHS Bandung ialah
memudahkan terjadinya kerusakan pada 43,5 tahun, usia termuda terdapat pada
struktur tulang belakang yaitu vertebra lumbal. perempuan dengan usia 22 tahun dan usia
tertua 59 tahun. Pada laki-laki usia termuda
ialah 26 tahun dan usia tertua 58 tahun.
Sedangkan, pada pekerjaan sedang rerata usia
43 tahun dan pekerjaan berat didapatkan rerata
usia 53 tahun. Pada 22 responden terdapat 18
(81,8) pasien LBP dengan obesitas yang
mengalami hiperlordosis. Pada 22 responden
terdapat 15 (68,2) pasien LBP dengan
obesitas yang memiliki intensitas nyeri. Ada
hubungan antara kedalaman lordosis lumbal
dengan intensitas nyeri pada pasien LBP yang
Gambar 4. 1 Biomekanik Tulang Belakang Pada
Obesitas obesitas di Poliklinik Saraf Rumah Sakit
Dikutip dari: jurnal ortopedi 2018 34 Hasan Sadikin Bandung (H0 diterima).

DAFTAR PUSTAKA
1. Sandjaja, Sudikno. Prevalensi Gizi lordosis. Clin Orthop Relat Res.
Lebih dan Obesitas Penduduk Dewasa 2010;468(7):1822–9.
di Indonesia. Gizi Indonesia 7. Vitriana. Aspek anatomi dan
2005;31:1-7 biomekanik tulang lumbosakral dalam
2. WHO. Obesity and Overweight. hubungannya dengan nyeri pinggang.
Tersedia pada alamat website: 2001;
https://www.who.int/en/news- 8. Sorensen CJ, Norton BJ, Callaghan JP,
room/fact-sheets/detail/obesity-and- Hwang CT, Van Dillen LR. Is lumbar
overweight. 2018. (Diakses 23 Juli lordosis related to low back pain
2019). development during prolonged
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). standing. Man Ther. 2015;20(4):553–
Pokok– Pokok Hasil Riset Kesehatan 7.
Dasar. Jakarta. 2013. 9. Rakel D. (2011). Back Pain-
4. WS, Wahyuni. Korelasi Antara low.Dikutip dari:
Kegemukan Dengan Peningkatan www.clinicalevidence.com/ceweb/con
Kurva Lumbal Bidang Sagital. Jurnal diti
Kesehatan 2008: 1; 155 – 164. ons/msd/1102/1102_background.jsp.
5. Been E, Kalichman L. Lumbar Akses pada 15 April 2015
lordosis. Spine J. 2014;14(1):87–97. 10. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
6. Been E, Barash A, Marom A, Kramer (PERDOSSI). Standar Pelayanan
PA. Vertebral bodies or discs: Which Medis Neurologi 7. 2006;
contributes more to human-like lumbar 11. Cooper, Phyliss G. Low Back Pain.
31
Vol. 5, No. 1, Agustus 2021 – Februari 2022 Jurnal Ilmu Faal Olahraga

Clinical Reference System. McKesson 22. Patriningrum M, Oktaliansah E,


Health Solutions LLC, 2003, 1-16. Surahman E. Prevalensi dan faktor
12. Hoy, D., March, L., Brooks, P., Blyth, risiko nyeri punggung bawah di
F., Woolf, A., Bain, C., & Leonel 2014. lingkungan kerja anestesiologi Rumah
The global burden of low back pain: Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.
estimates 11 from the global burden of Jurnal Anestesi Perioperatif 2015; 3:
disease 2010 study. Ann Rheum Dis, 47-56.
73: 968-74 23. Hakim MN. Hubungan kecemasan
13. WHO. Low Back Pain: Priority dengan nyeri punggung bawah di
medicine for Europe and the world antara mahasiswa kedokteran preklinik
2013 update 2013; 1. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016;
14. Purba JS, 2006. Nyeri Punggung 24. Gempur S. Manajemen Keselamatan
Bawah. Studi Epidemiologi, dan Kesehatan Kerja. Jakarta; 2018.
Patofisiologi dan Penanggulangan, 79-80.
BNS No.7 (2) 25. Moore KL, Agur AM. Essential
15. Roffey, D.M., Wai, E., Paul, Brian., clinical anatomy. 3rd ed. Philadelpia:
Kwon & Simon, D. 2010. Causal Lippincott Williams and Wilkins;
Assesment of Occupational Sitting and 2007. p. 440-89.
Low Back Pain: Result of A Systematic 26. Snell RS. Medula spinalis serta traktus
Review. The Spine Journal, 10(3): 219- asendens dan desendens. In
225. Djayasaputra L, Salim C.
16. Fa TE, Ga CA. Reliability and Validity Neuroanatomi klinik. ed 7. Jakarta:
of Thoracic Kyphosis Measurements. EGC; 2009. hal.137-41
2007;7:9–13. ATAU 18. Bukit, S. T. 27. Donna, U; Berry, P.B; Wluka, A.E;
2011. Hubungan Kualitas tidur dengan Strauss, B.J; Wang, Y; Proietto, J,
Intensitas Nyeri Pada Penderita Nyeri Jones, G; Dixon, J.B; Cicuttini, F.M;
Punggung Bawah dan Nyeri Kepala 2011, Young Investigator Award
Primer. Thesis: Universitas Sumatera Winner: Increased Fat Mass is
Utara Associated With High Levels of Low
17. Sarikaya S, Ozdolap S, Gümüs ̧tas ̧S, et Back Pain Intensity and Disability,
al.: Low back pain and lumbar angles Spine Jurnal., 36(16):1320±1325.
in Turkish coal miners. Am J Ind Med, 28. Umami AR, Hartanti, Ragil Ismi ADP.
2007, 50: 92–96 Hubungan antara Karakteristik
18. Francesa F, Bader P, Echtle D, Giunta Responden dan Sikap Kerja Duduk
F, Williams J. Guidelines on Pain dengan Keluhan Nyeri Punggung
Management. European Assosiationof Bawah (Low Back Pain) Pada pekerja
Urology. 200721. Breivik H, batik tulis. 2014;2(1):72-8
19. Borchgrevink PC, Allen SM, 29. Negara KNDP, Wibawa A, Purnawati
Rosseland LA, Romundstad L, Hals S. Hubungan Antara Indeks Massa
EK, et al. Assesment of Pain. British Tubuh (IMT) Kategori Overweight
Journal Anaesthesia. 2008;101:17-24 Dan Obesitas Dengan Keluhan Low
20. APTA (America physical therapy Back Pain (LBP) pada Mahasiswa
association), The Secret of Good Fakultas Kedokteran Universitas
Posture, (Amerika: 1998). Udayana. Balir: Fakultas Kedokteran
21. Setyaningrum MS. Hubungan indeks Universitas Udayana. 2014.
masa tubuh dengan angka kejadian low 30. Purnamasari H., 2010. Overweight
back pain di RSUD Dr. Moewardi Sebagai Faktor Resiko Low Back Pain
Surakarta. Surakarta: Fakultas Pada Pasien Poli Saraf Prof. Dr.
Kedokteran Universitas Margono Soekarjo Purwokerto,
Muhammadiyah Surakarta. 2014. Mandala of Health 4: 26-32.

32

Anda mungkin juga menyukai