Anda di halaman 1dari 21

Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)

KEBIASAAN AKTIVITAS FISIK PASIEN DIABETES


MELLITUS TERHADAP KADAR GULA DARAH DI RUMAH
SAKIT UMUM dr. FAUZIAH BIREUEN
Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan
Loka Litbang Biomedis Aceh
Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga No. 9 Lambaro,
Aceh Besar 0651-8070189, 0651-8070289,
Email : abidahnur@yahoo.co.id

ABSTRAK
Latihan fisik merupakan salah satu pilar penatalaksaan diebets melitus. Latihan fisik
teratur bersifat aerobic pada penderita diabetes dapat memperbaiki sensitivitas
insulin dan menurunkan penyakit kardiovaskular. Penelitian merupakan analisis
lanjut dari penelitian Riset Pembinaan Kesehatan tahun 2014. Penelitian dilakukan
di Rumah Sakit Umum dr.Fauziah Bireuen dengan jumlah subjek 37 pasien dengan
diabetes dan 48 pasien non diabetes. Data dianalisis secara bivariat menggunakan
uji korelasi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah
puasa pasien DM dengan aktivitas fisik dan olah raga. Pada pasien non DM
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah
puasa dengan aktivitas fisik. Namun terdapat hubungan yang signifikan antara
kadar gula darah puasa dengan olah raga. Korelasi antara olahraga dan kadar gula
darah berada pada rentang sedang dengan arah korelasi negatif. Dianjurkan bagi
pasien non DM agar dapat melakukan olahraga secara teratur dan
berkesinambungan untuk mencegah timbulnya penyakit diabetes melitus.

Kata kunci : glukosa darah, diabetes, aktivitas fisik

ABSTRACT
One of diabetes mellitus management is physical activity. Aerobic physical activity
for diabetes mellitus improve insulin sensitivity and decrease cardiovascular disease.
The research was the further analysis of Riset Pembinaan Kesehatan 2014. The study
was conducted at the General Hospital of Bireuen dr.Fauziah by the number of
subjects 37 patients with diabetes and 48 nondiabetic patients. Data analyze using a
correlation test. There was no significant correlation between fasting blood glucose
with physical activity and exercise on diabetic patient. There was no significant
correlation between fasting blood glucose and physical activity on nondiabetic
patient. But, there was a significant correlation between fasting blood glucose and
sport. Correlation between exercise and blood glucose is medium and negative
direction. Non-diabetic patient is recommended to exercise routine and regularly to
prevent diabetes mellitus.

Keyword : blood glucose, diabetes, physical activity

41
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48

PENDAHULUAN aktivitas fisik semakin rendah kadar


Penyakit diabetes mellitus glukosa darah.7 Namun penelitian oleh
ditandai dengan tingginya kadar Haryanto melaporkan tidak ada
glukosa darah sewaktu puasa dan/atau hubungan yang signifikan antara
2 jam post prandial. Diagnosa diabetes aktivitas fisik dengan kadar gula
ditegakkan bila kadar glukosa darah darah.4 Senada dengan penelitian
sewaktu lebih dari 200 mg/dL dan Martha yang menyatakan tidak ada
glukosa darah puasa diatas 126 mg/dL. hubungan yang bermakna antara
Kebiasaan melakukan aktivitas fisik kurang olah raga dengan kejadian
dan olahraga akan mempengaruhi diabetes melitus.8 Perbedaan beberapa
kadar gula darah. Pada pasien diabetes hasil penelitian dapat disebabkan oleh
melitus, aktivitas sedentary harus variasi jumlah sampel, analisis data,
dihindari seperti menonton televisi, dan kategori aktivitas fisik. Oleh sebab
menggunakan internet, dan duduk itu, dilakukan kembali analisis data
santai. Peningkatan aktivitas fisik penelitian Riset Pembinaan Kesehatan
tinggi seperti jalan cepat, bersepeda, tahun 2014 untuk mengetahui
dan olah otot dianjurkan.1 hubungan aktifitas fisik dengan kadar
Latihan fisik teratur bersifat glukosa darah.
aerobic pada penderita diabetes dapat
memperbaiki sensitivitas insulin dan BAHAN DAN METODE
menurunkan risiko cardiovascular. Penelitian merupakan analisis
Jalan kaki, bersepeda santai, jogging, lanjut data Riset Pembinaan Kesehatan
dan berenang merupakan latihan yang tahun 2014 dengan memilih variabel
bersifat aerobic. Frekuensi latihan aktiviyas fisik dan olahraga. Penelitian
dilakukan minimal 3-4 kali per dilakukan di Rumah Sakit Umum
minggu. Latihan fisik secara teratur dr.Fauziah Bireuen. Populasi adalah
dapat menurunkan kadar HbA1c. semua pasien yang berobat di rumah
Anjuran dokter kepada pasien dengan sakit. Subjek penelitian berjumlah 37
pre diabetes dan dengan kadar glukosa pasien dengan diabetes dan 48 pasien
normal untuk meningkatkan latihan non diabetes. Variabel aktivitas fisik
fisik masing-masing sebesar 59,1% dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
dan 24,2%.1,2 Klasifikasi aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Definisi
ringan, sedang, dan berat mengacu operasional aktifitas fisik mengacu
pada Riskesdas 2013.3 pada Riakesdas 2014. Variabel
Hariyanto dalam penelitiannya olahraga dibagi menjadi tiga kategori
menyebutkan hanya terdapat 2 pasien yaitu tidak pernah, kurang dari 3 kali
DM yang melakukan aktivitas fisik per minggu, dan lebih atau sama
sedang memiliki kadar glukosa darah dengan 30 menit (3 kali per minggu).
normal.4 Penelitian di Denpasar Data dianalisis secara bivariat
menunjukkan hasil bahwa terdapat menggunakan uji korelasi.
hubungan yang bermakna antara Penelitian sudah mendapat
aktivitas fisik dengan kadar gula persetujuan Komisi Etik dari Badan
darah.5 Penyerapan glukosa untuk Penelitian dan Pengembangan
pembentukan otot lebih baik Kesehatan dengan judul “Pola
dibanding lemak. Pembentukan otot Konsumsi Mayarakat Aceh dan
dapat dilakukan dengan aktivitas Hubungannya dengan Penyakit
fisik.6 Aktivitas fisik dan kadar Diabetes Mellitus di RSUD dr.
glukosa darah memiliki korelasi Fauziah Bireuen” ketua Pelaksana
negatif, yang artinya semakin tinggi Abidah Nur, S.Gz nomor

42
Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)

LB.02.01/5.2/KE.643/2013 pada Diabetes Mellitus di RSUD dr.


tanggal 31 Desember 2013. Fauziah Bireuen.
Tulisan ini lebih fokus pada
aktivitas fisisk dan olah raga. Aktivitas HASIL
fisik dan olahraga adalah bagian dari Penelitian yang dilakukan di
variabel dalam penelitian Pola Bireuen menunjukkan karakteristik
Konsumsi Mayarakat Aceh dan responden yang bervariasi. Hal ini
Hubungannya dengan Penyakit dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Karakteristik penderita diabetes melitus dan non diabetes melitus yan
menjadi responden dalam penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen.
Responden
No. Karakteristik responden
Pasien DM (%) Pasien non DM (%)
1. Jenis kelamin
- Laki-laki 19 (51,4) 12 (25,0)
- Perempuan 18 (48,6) 36 (75,0)
2. Umur
- Dewasa 20 (54,1) 14 (29,2)
- Lanjut usia (>46 tahun) 17 (45,9) 34 (70,8)
3. Pendidikan
- Tinggi 16 (43,2) 32 (66,7)
- Rendah 21 (56,8) 16 (33,3)
4 Pekerjaan
- PNS 8 (21,6) 14 (29,2)
- Swasta 20 (54,1) 21 (43,8)
- Tidak bekerja 9 (24,3) 13 (27,1)
5 Aktivitas
- Ringan 11 (29,7) 8 (16,7)
- Sedang 18 (48,6) 35 (72,9)
- Berat 8 (21,6) 5 (10,4)
6 Olah raga
- 30 menit (>3x/mgg) 11 (29,7) 6 (12,5)
- <3x/mgg 10 (27,0) 21 (43,8)
- Tidak pernah 16 (43,2) 21 (43,8)
*) Sumber : Data primer Penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada besar besar berpendidikan rendah,


pasien DM, perbandingan persentase berwiswasta, mempunyai kebiasaan
laki-laki dan perempuan hampir sama. beraktivitas sedang, dan tidak pernah
Demikian juga dengan persentase usia, melakukan olahraga. Pasien non DM,
antara dewasa dan lanjut usia tidak sebagian besar berjenis kelamin
jauh berbeda. Pasien DM sebagian perempuan, berusia lanjut,

43
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48

berpendidikan tinggi, berwiswasta, sebanding dengan responden yang


dan mempunyai aktivitas fisik sedang. tidak olahraga.
Di tinjau dari segi olahraga, persentase Hasil penelitian mengenai
olahraga kurang dari 3 kali seminggu deskripsi kadar glukosa darah puasa
pasein DM dan non DM dapat dilihat
pada tabel 2.

Tabel 2. Deskriptif kadar glukosa darah puasa pasien DM dan non DM pada
penelitian penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan Hubungannya
dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah Bireuen
No. Kadar glukosa darah (n) Range Minimum Maksimun Rata-rata
1 Diabetes (37) 490 110 600 265,43
2 Non Diabetes (48) 71 44 115 83,75
*) Sumber : Data primer Penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen

Tabel 2 menunjukkan kadar untuk pasien DM tergolong masih


glukosa darah minimum pasien DM tinggi atau tidak terkontrol.
dan non DM masih normal, sedang Hasil korelasi antara karakteristik
kadar maksimum pasien DM sangat responden, aktivitas fisik, dan
tinggi. Rata-rata kadar glukosa darah olahraga dengan kadar glukosa darah
dapat dilihat dalam tabel 3.

Tabel 3. Korelasi antara karakteristik responden, aktivitas, dan olah raga dengan
kadar glukosa darah puasa pada penelitian penelitian Pola Konsumsi
Mayarakat Aceh dan Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di
RSUD dr. Fauziah Bireuen
No. Korelasi KGD Puasa Koefisien korelasi P
Pasien DM
1 Jenis kelamin -0,063 0,709
2 Umur 0,260 0,121
3. Pendidikan -0,195 0,247
4. Pekerjaan 0,146 0,388
5. IMT -0,202 0,232
6. Aktivitas fisik -0,050 0,771
7. Olah raga 0,043 0,799
Pasien non DM
1 Jenis kelamin -0,005 0,972

44
Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)

2 Umur 0,488 0,000


3. Pendidikan -0,273 0,060
4. Pekerjaan -0,158 0,283
5. IMT 0,195 0,184
6. Aktivitas fisik -0,064 0,663
7. Olah raga -0,333 0,021
*) Sumber : Data primer Penelitian Pola Konsumsi Mayarakat Aceh dan
Hubungannya dengan Penyakit Diabetes Mellitus di RSUD dr. Fauziah
Bireuen

Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat DM. DM dapat terjadi pada umur yang
hubungan yang signifikan antara jenis lebih muda, yaitu 46 tahun ke bawah.
kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, Individu berumur 20-59 tahun berisiko
IMT, aktivitas fisik, dan olahraga DM 8,7%.13
dengan kadar glukosa darah pada Pasien DM sebagian besar
pasien DM. Pada pasien non DM, menempuh pendidikan terakhir tingkat
terdapat hubungan yang signifikan menengah. Senada dengan penelitian
antara umur dan olahraga dengan Gandini yang menyebutkan terdapat
kadar glukosa darah. Sedangkan antara 64% pasien DM dengan pendidikan
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, menengah ke bawah.14 Hal ini
IMT, dan aktivitas fisik tidak berkaitan dengan tingkat pemahaman
berhubungan secara signifikan dengan seseorang terhadap penyakit yang
kadar glukosa darah. diderita dan penanggulangannya.
Pradana melaporkan sebagian besar
PEMBAHASAN pasien DM dengan pendidikan rendah
Responden yang dijadikan subjek tidak patuh terhadap terapi
15
penelitian terdiri dari pasien DM dan farmakologis DM.
non DM yang berobat di Rumah Sakit Hasil penelitian menunjukkan
Umum dr.Fauziah Bireuen. Hasil sebagian besar pasien DM melakukan
penelitian menyebutkan sebagian aktivitas sedang dan tidak pernah olah
besar pasien DM adalah laki-laki. raga. Kadar glukosa darah pada pasien
Berbeda dengan penelitian yang DM juga ditemukan sebagian besar
dilakukan di Puskesmas Martaram tidak terkontrol. Pasien dengan kadar
yang menyebutkan pasien diabetes glukosa darah terkontrol hanya 1
lebih banyak perempuan.9 Ditinjau orang, melakukan aktivitas ringan dan
dari segi umur, pasien diabetes olah raga kurang dari 3 kali seminggu.
sebagian besar berusia di bawah 46 Minimal kadar glukosa darah
tahun dan termasuk dalam kategori puasa pada pasien DM adalah 110
dewasa. Salah satu faktor risiko DM mg/dL. Kadar minimal masih dalam
adalah pertambahan usia. Umumnya di kategori normal untuk range kadar
Eropa penderita DM berusia 50-60 glukosa darah puasa. Namun nilai
tahun. Beberapa penelitian maksimal kadar glukosa darah puasa
menyebutkan sebagian besar penderita pasien DM tinggi. Rata-rata kadar
DM berusia 45 tahun ke atas.10,11,12 glukosa darah pasien DM 265 mg/dL
Penelitian ini menunjukkan adanya dan tergolong dalam kategori tinggi.
pergeseran umur timbulnya penyakit Pasien DM dengan kadar glukosa

45
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48

darah yang tinggi akan sangat berisiko Olahraga yang dimaksud dalam
terhadap penyakit komplikasi DM penelitian ini adalah olahraga yang
seperti gangguan saraf, mata, ulkus, dilakukan selama 3 kali dalam
dan ginjal. seminggu selama 30 menit secara
Pasien non DM menunjukkan rutin. Beberapa penelitian melaporkan
bahwa kadar glukosa darah puasa adanya hubungan yang signifikan
masih dalam keadaan normal. Nilai antara olahraga dengan olahraga17,18
maksimum kadar glukosa darah puasa Olah raga yang kurang menyebabkan
tergolong dalam pra diabetes (100-125 makanan yang masuk ke tubuh tidak
mg/dl). Namun rata-rata kadara dibakar melainkan ditimbun sebagai
glukosa darah puasa masih dalam lemak dalam tubuh.19 Penimbunan
rentang normal. Pasien non DM lemak tubuh dalam waktu yang lama
dengan kadar glukosa darah rentang akan mengakibatkan obesitas. Orang
100-125 mg/dL berisiko terkena DM dewasa dengan obesitas akan
bila tidak menjaga pola makan dan mempunyai risiko diabetes 24 kali
aktivitas fisik.13 lebih besar.20
Penelitian ini menunjukkan
hubungan yang tidak signifikan antara KESIMPULAN
kadar glukosa darah pasien DM Tidak terdapat hubungan yang
dengan jenis kelamin, umur, signifikan antara jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, IMT, akivitas pendidikan, pekerjaan, IMT, aktivitas
fisik, dan olah raga. Hubungan yang fisik, dan olahraga dengan kada
tidak signifikan antara variabel bebas glukosa darah pada pasien DM. Pada
dengan kadar glukosa darah pada pasien non DM, terdapat hubungan
pasein DM, kemungkinan disebabkan yang signifikan antara umur dan
oleh jumlah respoden yang sedikit atau olahraga dengan kadar glukosa darah.
faktor lain sebagai faktor risiko Sedangkan antara jenis kelamin,
penyakit DM. Berlawanan dengan pendidikan, pekerjaan, IMT, dan
penelitian yang dilakukan oleh aktivitas fisik tidak berhubungan
Ramadhanisa yang menyatakan bahwa secara signifikan dengan kadar
terdapat hubungan yang bermakna glukosa darah.
antara aktivitas fisik dengan kadar
HbA1c pada pasien DM.16 Kadar
HbA1c menunjukkan rata-rata kadar SARAN
glukosa darah dalam 2-3 bulan Penurunan kadar glukosa darah pada
terakhir. pasien non DM menunjukkan adanya
Pada pasien non DM terdapat pengaruh olahraga terhadap penurunan
hubungan yang signifikan antara umur kadar glukosa darah. Dengan
dan olahraga dengan kadar glukosa demikian, olahraga 3 kali seminggu
darah puasa. Korelasi antara umur dan selama 30 menit dapat dijadikan salah
olahraga dengan kadar glukosa darah satu cara untuk mencegah timbulnya
tergolong sedang dengan arah masing- DM.
masing positif dan negatif. Hasil uji
korelasi menunjukkan semakin UCAPAN TERIMKASIH
bertambah umur seseorang maka Terimakasih penulis hanturkan
semakin tinggi juga kadar glukosa terutama kepada penyandang dana,
darah. Sebaliknya, semakin berat yaitu Riset Pembinaan Kesehatan
olahraga yang dilakukan maka kadar tahun 2014, Kepala Loka Litbang
gula darah semakin menurun. Biomedis Aceh, pihak Rumah Sakit

46
Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Mellitus… (Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli Ramadhan)

Umum dr.Fauziah Bireuen, pasien Kedokteran Universitas


yang telah berpartisipasi dalam Muhammadiyah Surakarta. 2014.
penelitian dan teman-teman yang telah 8. Martha A. [Tesis] Analisis Faktor-
membantu dalam penelitian ini. faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Penyakit Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA pada Perusahaan X. Program
1. Budhiarta, dkk. Konsensus Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan
pengelolaan dan pencegahan Masyarakat Departemen
diabetes mellitus tipe 2 di Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indonesia. PB PERKENI. 2006. Universitas Indonesia. DEPOK.
2. American Diabetes Association. 2012.
Diabetes care. The Journal of 9. Jelantik IGMG. Hubungan faktor
Clinical and Applied Research risiko umur, jenis kelamin,
and Education. 2015:Volume 38, kegemukan, dan hipertensi
Supplement 1. dengan kejadian diabetes mellitus
3. Balitbangkes. Riset Kesehatan tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Dasar 2013. Badan Penelitian dan Mataram.Media Bina
Pengembangan Kesehatan Ilmiah.2014;8:1.pp39-44.
Kementerian Kesehahatan. 10. Fatimah RN. Diabetes Melitus
Jakarta. 2013. tipe 2. Journal Majority.
4. Hariyanto F. [Skripsi] Hubungan 2015;4(5).pp93-101.
aktivitas fisik dengan kadar gula 11. Trisnawati SK. Setyorogo. Faktor
darah puasa pada pasien diabetes risiko kejadian diabetes mellitus
mellitus tipe 2 di Rumah Sakit tipe 2 di Puskesmas Kecamatan
Umum Daerah Kota Cilegon Cengkareng Jakarta Barat tahun
Tahun 2013. Pogram Studi 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Pendidikan Dokter. Fakultas 2013;5(1).pp6-11.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 12. Azrimaidaliza. Asupan zat gizi
Universitas Islam Negeri Syarif dan penyakit diabetes
Hidayatullah Jakarta. 2013. mellitus.Jurnal Kesehatan
5. Darmaja K. Faktor-faktor yang Masyarakat.2011;6(1).pp.36-41.
mempengaruhi Peningkatan 13. Muchid A, dkk. Phamaceutical
Kadar Gula Darah pada Pasien care untuk penyakit diabetes
Lansia dengan Diabetes Mellitus mellitus. Direktorat Bina Farmasi
di Persatuan Werdatama Republik Komunitas dan Klinik Direktorat
Indonesia Cabang Kota Denpasar. Jenderal Bina Kefarmasian dan
Jurnal Dunia Kesehatan. 4(2). Pp Alat Kesehatan Departemen
65-74. Kesehatan RI. 2005.
6. National Institute of Diabetes and 14. Gandini ALA. Pranggono E.Ropi
Digestive and Kidney H. Pendidikan kesehatan terhadap
Disease.Why I need to know pengetahuan, perilaku, dan gula
about physical activity ang darah pada pasien diabetes
diabetes. 2014. mellitus tipe 2. Jurnal Husada
7. Paramitha GM. [Naskah Mahakam. 2015;3(9).pp452-521.
publikasi] Hubungan aktivitas 15. Pradana IPA. Hubungan
fisik dengan kadar gula darah karakteristik pasien dengan
pada pasien diabetes mellits tipe 2 tingkat kepatuhan dalam
di Rmah Sakit mum Daerah menjalani terrapin diabetes
Karanganyar. Fakultas mellitus di Puskesmas Tembuku 1

47
SEL Vol. 3 No. 2 November 2016: 41-48

Kabupaten Bangli Bali 2015. I 18. Sugiyarti, Meikawati W. Salawati


Sain Medis;8(1).pp1-5. T. Hubungan Ketaatan Diet dan
16. Ramadhanisa A, Laasati TA, Kebiasaan Olahraga dengan
Mayasari D. Hubungan Aktivitas Kadar Gula Darah pada Pasien
Fisik dengan Kadar HbA1c Diabetes Mellitus yang Berobat di
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Ngembal Kulon
Laboratorium Patologi Klinik Kabupaten Kudus. Jurnal
RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Bandar Lampung. Medical 2011;7(1).pp 51-58.
Journal of Lampung University. 19. Kementerian Kesehatan. Petunjuk
2013;2(4).pp44-51. Teknis Pengukuran Faktor Risiko
17. Lande NPGA, Mewo Y, Paruntu Diabetes Mellitus. 2010.
M. Perbandingan kadar glukosa
sebelum dan sesudah aktivitas 20. Sri K.Obesitas dan
fisik insentitas berat. Jurnal e- Penatalaksanaan Program Diit.
Biomedik. 2015;3(1).pp20-24. Semarang : PAM Gizi Depkes RI
Semarang, 1996.p.1-4.

48
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar Glukosa


Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus
(Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

Sri Anani*), Ari Udiyono**), Praba Ginanjar**)


*)
Alumnus FKM UNDIP, **)Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM
UNDIP

ABSTRAK

Pengendalian Diabetes mellitus dapat dilakukan dengan melaksanakan 4 pilar


meliputi kebiasaan makan, kebiasaan aktivitas fisik/olahraga, konsumi obat dan
edukasi. Terjadinya peningkatan jumlah pasien diabetes rawat jalan dan rawat
inap di RSUD Arjawinangun ini menjadi salah satu indikator bahwa penanganan
dan penanggulangan diabetes mellitus belum optimal dalam masyarakat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara kebiasaan
minum obat, aktivitas fisik/olahraga, kebiasaan makan dan pemeriksaan gula
darah ke pelayanan kesehatan dengan kondisi glukosa darah pasien. Jenis
penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional . Besar sampel
dalam penelitian ini adalah 77 responden. Pengukuran variabel menggunakan
kuesioner dengan teknik wawancara. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi-
square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kebiasaan
minum obat (p=0,032), aktivitas fisik (p=0,012), olahraga (p=0,041) dan
kebiasaan makan (0,001) dengan kondisi glukosa darah. Sedangkan keteraturan
pemeriksaan glukosa darah (p=0,509) tidak berhubungan dengan kondisi
glukosa darah pasien. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum obat,
aktivitas fisik, olahraga dan kebiasaan makan dengan kadar glukosa darah
pasien DM di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

Kata Kunci : Diabetes mellitus, pilar pengendalian DM, glukosa darah

PENDAHULUAN pembunuh manusia secara diam-


Diabetes mellitus (DM) diam atau “Silent killer”. Seringkali
merupakan kumpulan gejala yang manusia tidak menyadari apabila
timbul pada seseorang akibat tubuh orang tersebut telah menyandang
mengalami gangguan dalam diabetes, dan seringkali mengalami
mengontrol kadar gula darah. keterlambatan dalam menanganinya
Gangguan tersebut dapat disebabkan sehingga banyak terjadi komplikasi.
oleh sekresi hormon insulin tidak Diabetes juga dikenal sebagai
adekuat atau fungsi insulin terganggu “Mother of Disease” karena
(resistensi insulin) atau justru merupakan induk atau ibu dari
gabungan dari keduanya.(1) penyakit-penyakit lainnya seperti
Diabetes Melitus (DM) adalah hipertensi, penyakit jantung dan
penyakit gangguan metabolik pembuluh darah, stroke, gagal ginjal
menahun yang lebih dikenal sebagai dan kebutaan. Penyakit Diabetes

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Melitus dapat menyerang semua pada penderita penyakit jantung dan


lapisan umur dan sosial ekonomi. pembuluh darah. Hasil telaah para
Apabila dibiarkan tidak terkendali pakar diabetes menyimpulkan bahwa
maka penyakit ini dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada diabetisi dii
komplikasi lain yang membahayakan Indonesia meningkat dari 15%
kesehatan. (2) menjadi 25% dan 40%-50% dari
Bentuk paling umum dari DM penderita penyakit jantung adalah
adalah DM tipe 2. DM tipe 2 adalah diabetisi. (9)
DM yang secara klinis dinilai tidak Dalam Perkeni 2006
mendesak memerlukan insulin untuk menyebutkan bahwa World Heatlh
melestarikan kehidupannya.(3,4) Organization (WHO) juga
Karena biasanya jumlah insulin memprediksi kenaikan jumlah pasien
normal bahkan berlebih tetapi jumlah di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun
reseptor insulin yang terdapat pada 2000 menjadi 21.3 juta pada tahun
permukaan sel yang kurang.(5) DM 2030. Hal tersebut mengakibatkan
tipe 2 yang terjadi lebih dari 90% Indonesia berada di peringkat
biasanya pada usia 40 tahun keempat jumlah penyandang DM di
keatas.(6,7) DM disebabkan oleh dunia setelah Amerika Serikat, India,
hiposekresi atau hipoaktivitas dari dan Cina menurut Reputrawati dalam
insulin. Saat aktivitas insulin tidak Hans (2008). (10). Hasil riset
ada atau berkurang (deficient), kadar kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
gula darah meningkat karena glukosa 2007 menunjukkan bahwa secara
tidak dapat masuk kedalam sel nasional, prevalensi DM berdasarkan
jaringan. (8) diagnosis tenaga kesehatan dan
Sebagian besar faktor risiko dari gejala adalah 1,1%. Sedangkan
kasus diabetes mellitus adalah prevalensi nasional DM berdasarkan
perubahan gaya hidup yang hasil pengukuran gula darah pada
cenderung kurang aktivitas fisik, diet penduduk umur >15 tahun yang
tidak sehat dan tidak seimbang, bertempat tinggal di perkotaan
mempunyai berat badan lebih adalah 5,7%. Riset ini juga
(Obesitas), hipertensi, menghasilkan angka Toleransi
hipercholesterolemi, dan konsumsi Glukosa Terganggu (TGT) secara
alkohol serta konsumsi tembakau nasional berdasarkan hasil
(merokok). Oleh karena itu, titik berat pengukuran gula darah yaitu pada
pengendalian Diabetes Melitus penduduk berumur>15 tahun yang
adalah pengendalian faktor risiko bertempat tinggal di perkotaan
melalui aspek preventif dan promotif sebesar 10,2%.(11)
secara integrasi dan menyeluruh.(2) Secara rerata di Provinsi
Pada tahun 2005 WHO telah Jawa Barat prevalensi DM
mencatat bahwa 70% angka berdasarkan diagnosis adalah 0,8%,
kematian dunia disebabkan oleh dimana 8 dari 9 kota di Jawa Barat
penyakit tidak menular yaitu 30% dengan prevalensi>1%. Diabetes
karena penyakit jantung dan mellitus telah menjadi salah satu
pembuluh darah, kanker (13%), penyebab kematian terbesar di
penyakit kronis lainnya (9%), saluran wilayah kerja Rumah sakit
pernapasan kronis (7%), kecelakaan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon
(7%) dan 2% disebabkan karena Jawa Barat yaitu 7,30 %. (12) Pada
Diabetes Melitus. Diabetes Melitus tahun 2010 jumlah pasien yang
memberikan kontribusi sebagai terdata sebagai pasien rawat jalan
salah satu penyebab kematian utama pengidap penyakit diabetes mellitus

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

adalah 1.287 pasien dengan riwayat DM tidak hanya ditujukan untuk


kasus baru ada 325 orang. menormalkan kadar glukosa darah
Sedangkan pada tahun 2011 jumlah tetapi juga mengendalikan faktor
pasien rawat jalan pasien Diabetes risiko lainnya yang sering dijumpai
Melitus adalah 1.505 pasien dengan pada penderita dengan DM.
riwayat kasus baru 529. Sedangkan Pengendalian DM dapat dilakukan
data pasien inap pengidap penyakit dengan diet, latihan, pemantauan,
Diabetes Melitus adalah 69 orang terapi dan pendidikan.(15)
dengan jumlah meninggal adalah 3 Keberhasilan pelaksanaan diet dan
orang. Sedangkan pada tahun 2011 upaya preventif DM lainnya
jumlah pasien rawat inap RSUD bergantung pada perilaku penderita
Arjawinangun yang mengidap DM dalam menjalaninya. Perilaku
penyakit Diabetes Melitus ada 120 kesehatan dipengaruhi oleh
orang dengan jumlah meninggal bagaimana seseorang percaya pada
adalah 3 orang.(12) kemampuannya dalam menjalani
Terjadinya peningkatan kehidupan, psikososial, dukungan
jumlah pasien diabetes di RSUD keluarga dan tingkat
Arjawinangun pada tahun 2010 dan pengetahuannya.(16)
2011 ini menjadi salah satu indikator Kontrol DM yang buruk dapat
bahwa penanganan dan mengakibatkan hiperglikemia dalam
penanggulangan diabetes mellitus jangka panjang, yang menjadi
belum optimal dalam masyarakat. Hal pemicu beberapa komplikasi yang
ini didasarkan bahwa setiap pasien serius baik makrovaskular maupun
yang sudah mengalami perawatan mikrovaskular seperti penyakit
rumah sakit merupakan pasien yang jantung, penyakit vaskuler perifer,
memerlukan penanganan khusus gagal ginjal, kerusakan saraf dan
dalam mengatasi penyakit diabetes kebutaan. Banyaknya komplikasi
ataupun komplikasi yang ditimbulkan. yang mengiringi penyakit DM telah
Walaupun Diabetes mellitus memberikan kontribusi terjadinya
merupakan penyakit kronik yang perubahan fisik, psikologis maupun
tidak menyebabkan kematian secara sosial. (17)
langsung, tetapi dapat berakibat fatal Mengingat tingginya
bila pengelolaannya tidak tepat. prevalensi dan biaya perawatan
Pengelolaan DM memerlukan untuk penderita DM maka perlu
penanganan secara multidisiplin yang adanya upaya untuk pencegahan dan
mencakup terapi non-obat dan terapi penanggulangan penyakit tersebut
obat.(13) Penyakit DM memerlukan meliputi peningkatan edukasi,
perawatan medis dan penyuluhan perilaku konsumsi obat anti diabetes,
untuk self management yang latihan jasmani (aktivitas fisik),
berkesinambungan untuk mencegah pengaturan makanan serta
komplikasi akut maupun kronis. pengecekan berkala glukosa darah.
Untuk mencegah dan menghambat Perilaku penanggulangan DM yang
komplikasi mikrovaskuler dan dilakukan oleh setiap penderita
makrovaskuler, penatalaksanaan berbeda sehingga hal tersebut
diabetes ditujukan untuk adalah salah satu faktor yang
pengendalian faktor metabolik dan membuat tingkat kesembuhan
faktor risiko kardiovaskuler. Kontrol penyakit DM berbeda. Prevalensi DM
glukosa darah merupakan hal yang di Kabupaten Cirebon termasuk
terpenting di dalam pengendalian dan dalam kategori cukup tinggi oleh
pengelolaan DM.(14) Pengendalian karena itu perlu adanya upaya yang

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dilakukan agar pengendalian dan Arjawinangun Kabupaten Cirebon.


penanggulangan diabetes mellitus Besar sampel dalam penelitian ini
dapat berjalan secara efektif dan diambil dengan menggunakan rumus
efisien. uji beda proporsi yaitu 53 sampel dan
Berdasarkan permasalahan didapatkan sebanyak 77 sampel.
yang telah disebutkan maka peneliti Teknik pengambilan sampel
ingin melakukan penelitian di RSUD dilakukan dengan menggunakan
Arjawinangun Kabupaten Cirebon purposive sampling.
yang berkaitan dengan perilaku Variabel terikat adalah kadar
penderita DM dalam menjalankan glukosa darah. Variabel bebasnya
upaya pengendalian DM yang terdiri dari konsumsi obat, aktivitas
meliputi perilaku konsumsi obat, fisik, olahraga dan keteraturan
latihan jasmani (olahraga dan pemeriksaan glukosa darah. Data
aktivitas fisik), kebiasaan makan dan yang diperoleh dianalisis dengan
pemeriksaan kadar gula di pelayanan menggunakan chi-square.
kesehatan).

HASIL DAN PEMBAHASAN


MATERI DAN METODE
Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan
Secara lengkap karakteristik
penelitian analitik dengan desain
subjek penelitian dapat dilihat pada
cross sectional. Populasi dari
Tabel 1.
penelitian ini adalah seluruh pasien
rawat jalan diabetes mellitus RSUD

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian


Variabel Kategori f %

Usia Mean 51,87


Minimum 25,00
Maximum 64,00
Jenis kelamin Laki-laki 21 27,30
Perempuan 56 72,70
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 30 39,00
Petani 14 18,20
Buruh 4 5,20
Wiraswasta 19 24,70
PNS 7 9,10
Pensiunan 3 3,90
Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD 15 19,50
Tamat SD 41 53,20
Tamat SMP 8 10,40
Tamat SMA 5 6,50
D2/D3/S1 8 10,40
Tahun Terdiagnosis DM <tahun 2000 6 7,80
2001-2010 51 66,20
>2011 20 26,00
Kadar Glukosa Darah Tidak Normal 52 67,50
Normal 25 32,50

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1 menunjukkan bahwa glukosa darah ataupun komplikasi


umur responden rata-rata 51-52 yang dapat ditimbulkan. Bila
tahun. Sebagian besar responden penderita DM tidak patuh dalam
berjenis kelamin perempuan melaksanakan program pengobatan
(72,70%) dan mempunyai pekerjaan yang telah dianjurkan oleh dokter,
sebagai ibu rumah tangga (39%). ahli gizi atau petugas kesehatan
Dari latar belakang pendidikan lainnya maka akan dapat
menunjukkan bahwa sebagian besar memperburuk kondisi penyakitnya.
responden (53,2%) adalah tamat Keberhasilan dari pengobatan DM
SD. Sedangkan untuk tahun ini selain dengan pengobatan secara
pertama terdiagnosis DM, sebagian medik dalam bentuk pemberian obat
besar responden terdiagnosis pada juga dipengaruhi dengan pola diet
rentang waktu 2001-2010 (66,2%). dan olah raga untuk menjaga
Sebagian besar responden memiliki kebugaran tubuh. (35) Selain itu juga
kadar glukosa darah tidak normal keberhasilan suatu pengobatan
yaitu melebihi standar glukosa dipengaruhi oleh berbagai faktor
normal puasa yaitu 126 mg/dl. seperti kualitas pelayanan
kesehatan, sikap dan keterampilan
Keteraturan Minum Obat petugasnya, sikap dan pola hidup
Berdasarkan Tabel 2 dapat pasien beserta keluarganya. (19)
dijelaskan bahwa perilaku
keteraturan minum obat anti Aktivitas Fisik
diabetes berhubungan dengan kadar Berdasarkan Tabel 3 dapat
glukosa darah dengan nilai p=0,032. dijelaskan bahwa aktivitas fisik
Hal ini sesuai dengan penelitian berhubungan dengan kadar glukosa
sebelumnya yang dilakukan oleh darah dengan nilai p=0,012.
Achmad Yoga yang menunjukkan Beberapa studi menunjukkan bahwa
bahwa kepatuhan minum obat aktivitas fisik terbukti dapat
berhubungan secara signifikan meningkatkan sensitivitas insulin,
dengan keberhasilan pengelolaan memperbaiki profil lipid dan
DM tipe 2 (P = 0,01). (18) mengurangi kadar lemak perut. Studi
Dalam penelitian ini keteraturan DA Qing di Cina menunjukkan
konsumsi responden dilihat dari bahwa aktivitas fisik secara regular
kesesuaian antara anjuran konsumsi dapat mengurangi risiko
obat dari dokter dengan realita yang berkembangnya diabetes sampai 46
dilakukan oleh responden. Masing- %. (20)
masing responden mempunyai Hasil penelitian ini juga sejalan
waktu konsumsi obat serta dosis dengan penelitian yang dilakukan
obat yang berbeda disesuaikan oleh Roro Utami Adiningsih (2011)
dengan kebutuhan responden dan menunjukkan bahwa terdapat
tingkat diabetes yang dialami oleh hubungan yang bermakna antara
responden serta dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang rendah (OR=260)
jumlah obat yang dikonsumsi untuk dengan kejadian diabetes mellitus
komplikasi lain jika responden pada orang dewasa di bandingkan
mengalami komplikasi akibat dengan orang yang memiliki aktivitas
diabetes. tinggi di Kota Padang Panjang
Perilaku keteraturan konsumsi Tahun 2011. (21)
obat anti diabetes responden
menjadi salah satu upaya untuk Olahraga
pengontrolan dalam pengendalian

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kebiasaan makan


dengan menggunakan uji chi square responden dengan kondisi glukosa
pada tabel 4 menyatakan bahwa ada darah responden. Hal ini ditunjukkan
hubungan antara kebiasaan dengan besarnya nilai p =0,001. Hal
olahraga dengan kondisi glukosa ini sejalan dengan penelitian yang
darah responden. Hal ini ditunjukkan telah dilakukan oleh Achmad Yoga
dengan besarnya nilai p= 0,041. Setyo Utomo yang memperlihatkan
Sebagian besar responden yang bahwa pengaturan pola makan
mempunyai kadar glukosa tidak mempunyai hubungan yang
normal yaitu 73,30% tidak signifikan dengan keberhasilan
mempunyai kebiasaan olahraga pengelolaan DM tipe 2 (P =
seperti jogging, senam, tennis, lari 0,008).(18)
dan sebagainya. Dalam penelitian ini sebagian
Banyaknya responden yang besar responden masuk dalam
tidak melakukan aktivitas olahraga kategori kebiasaan makan yang
ini bisa disebabkan karena kurang baik sehingga sejalan
kesibukan masing-masing individu dengan kondisi glukosa darah yang
yang belum dapat meluangkan belum terkendali. Kebiasaan makan
waktunya, belum terbentuknya dari responden ini diukur dengan
kebiasaan melakukan olahraga kepatuhan jadwal makan, kepatuhan
teratur dan kurangnya tersedia jenis makanan, dan jumlah makanan
sarana dan prasarana yang yang dikonsumsi. Kurang baiknya
memadai dalam melakukan kebiasaan responden bisa
keteraturan olahraga. Selain itu juga disebabkan karena adanya berbagai
karena faktor usia yang sudah faktor antara lain karena usia,
mendekati usia lansia yang sudah keterbatasan financial, peran serta
mengalami penurunan terhadap keluarga responden dalam
kerja fungsi otot-otot dan syaraf membantu pengobatan diet dan
sehingga tidak dapat melakukan konseling dari pelayanan kesehatan.
olahraga secara teratur. (22) Semakin bertambahnya usia
Dalam perkeni (2006) seseorang maka akan terjadi
disebutkan bahwa olahraga teratur penurunan fungsi organ tubuh yaitu
dapat memperbaiki kendali glukosa fungsi otak yang berhubungan
darah, mempertahankan atau dengan daya ingat. Sehingga
menurunkan berat badan, serta dengan bertambahnya umur pasien
dapat meningkatkan kadar kolesterol DM maka kemampuan untuk
HDL. Olahraga selain untuk menjaga melakukan perencanaan makanan
kebugaran juga dapat menurunkan sehari-hari juga akan semakin
berat badan dan memperbaiki menurun . (23-25)
sensitivitas insulin, sehingga akan Selain itu dukungan keluarga
memperbaiki kendali glukosa darah. juga mempengaruhi kebiasaan
Olahraga secara teratur (3-4 kali makan responden sehingga dapat
seminggu selama kurang lebih 30 berpengaruh terhadap kadar glukosa
menit), merupakan salah satu pilar darah responden. Hal ini sesuai
dalam pengelolaan DM tipe 2. (22) dengan penelitian Atyanti Isworo
(2010) yang menyatakan bahwa ada
Kebiasaan Makan hubungan yang bermakna antara
Berdasarkan hasil penelitian dukungan keluarga dengan kadar
dengan menggunakan uji chi square gula darah (p=0,0005). Dukungan
pada tabel 5 menyatakan bahwa ada keluarga merupakan faktor yang

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

paling dominan pengaruhnya Berdasarkan hasil penelitian ini


terhadap kadar gula darah dengan menggunakan uji chi square
(OR=9,758). Dukungan keluarga (p=0,509) pada tabel 6 menyatakan
yang kurang baik ternyata bahwa tidak adanya hubungan yang
berhubungan pada kepatuhan bermakna antara perilaku
subjek untuk mengikuti jadwal keteraturan pemeriksaan glukosa
makan yang dianjurkan oleh ahli gizi. darah di pelayanan kesehatan
Hal ini terkait dengan pernyataan dengan kondisi glukosa darah
bahwa DM merupakan penyakit responden. Meskipun sebagian
kronis yang menyebabkan diabetisi besar responden melakukan
merasa bosan dan stres sehingga pemeriksaan rutin ke RSUD atau
tindakan terhadap faktor psikologis pelayanan kesehatan terdekat setiap
sangat membantu penyelesaian 1-2 kali dalam sebulan yang
masalah DM. (26) disesuaikan dengan masa habis
Berbagai kemungkinan faktor OAD, namun hal tersebut tidak
kurang baiknya kebiasaan makan bermakna secara signifikan dalam
responden yang berhubungan hubungannya dengan
dengan kondisi glukosa darah juga keterkendalian glukosa darah
sejalan dengan penelitian yang responden.
dilakukan oleh A.K Prima yang Hal tersebut bisa dimungkinkan
menyatakan bahwa variabel yang karena berbagai faktor seperti
berpengaruh terhadap praktek responden kurang mendapat
pengukuran makanan/diet sehari- informasi tentang upaya
hari pasien DM tipe 2 yaitu pengendalian glukosa darah yang
pengetahuan, sikap, dukungan lengkap dan kepatuhan responden
keluarga, dan jenis metode dalam melaksanakan anjuran yang
konseling. diberikan oleh dokter. Keteraturan
Jenis pekerjaan responden juga pemeriksaan gula darah di
mempengaruhi kebiasaan makan pelayanan kesehatan yang
responden. Hal ini dijelaskan pada dilakukan oleh responden seringkali
penelitian Martalena (2010) yang hanya sebatas untuk mengetahui
menyatakan bahwa responden yang perkembangan dari diabetes yang
sebagian besar adalah ibu rumah dialami dan pemberian obat tanpa
tangga dan wiraswasta membuat ada sikap atau langkah
jadwal makan tidak konsisten setiap berkelanjutan untuk
hari. Kemudian, aktivitas pekerjaan mengendalikannya. Selain itu juga
dilakukan tanpa batasan tertentu kurangnya informasi atau konseling
dan berdasarkan kemampuan pada saat pemeriksaan bisa menjadi
masing-masing subjek, sehingga salah satu faktor belum efektifnya
jadwal makan sangat beragam proses pemeriksaan teratur terhadap
antara satu subjek dengan subjek pengaruhnya dalam pengendalian
lainnya. Berbeda jika subjek yang glukosa darah. Karena salah satu
diperoleh bekerja di kantor atau tujuan dari dianjurkannya
mempunyai aktivitas pekerjaan yang pemeriksaan teratur yang dilakukan
dibatasi oleh waktu, sehingga oleh penderita diabetes mellitus
kepatuhan terhadap jadwal makan adalah sebagai upaya dalam deteksi
dapat tergambarkan. (27) dini terjadinya komplikasi serta
upaya penanganan klinis yang baik
(28).
Pemeriksaan Glukosa Darah .

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

SIMPULAN pengobatan dapat berjalan


1. Ada hubungan antara dengan baik
keteraturan konsumsi obat 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
dengan kadar glukosa darah Dari hasil penelitian ini
responden di RSUD diharapkan menjadi bahan
Arjawinangun Kabupaten rujukan untuk dilakukan penelitian
Cirebon (p=0,032) selanjutnya untuk memperdalam
2. Ada hubungan antara aktivitas penelitian mengenai faktor-faktor
fisik responden dengan kadar pendukung dalam keberhasilan
glukosa darah responden di pengendalian DM
RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon (p=0,012) DAFTAR PUSTAKA
3. Ada hubungan antara
kebiasaan olahraga dengan 1. Soegondo S. Diagnosis dan
kadar glukosa darah responden Klasifikasi Diabetes Mellitus
di RSUD Arjawinangun Terkini. Dalam Soegondo S dkk
Kabupaten Cirebon (p=0,041) (eds), Penatalaksanaan
4. Ada hubungan antara Diabetes Mellitus Terpadu.
kebiasaan makan responden Jakarta. Penerbit FKUI. 2005.
dengan kadar glukosa darah 2. Departemen Kesehatan RI.
responden di RSUD Pedoman Pengendalian
Arjawinangun Kabupaten Diabetes mellitus dan Penyakit
Cirebon (p=0,001) Metabolic . Jakarta: Departemen
5. Tidak ada hubungan antara Kesehatan RI. 2008.
pemeriksaan di pelayanan 3. Sidartawan S. Diagnosis dan
kesehatan dengan kadar Klarifikasi Diabetes Melitus
glukosa darah responden di terkini. Dalam: Pusat Diabetes
RSUD Arjawinangun dan Lipid RSUP Dr. Cipto
Kabupaten Cirebon (p=0,509) Mangunkusumo dan FK-UI,
Editors. Penatalaksanaan
SARAN Diabetes Melitus Terpadu.
1. Bagi Institusi (RSUD Jakarta: Aksara Buana. 1999
Arjawinangun Kabupaten 4. WHO. Prevention of Diabetes
Cirebon) Mellitus. Technical reports
RSUD Arjawinangun Series. 1994: 11-31
Kabupaten Cirebon diharapkan 5. Slamet S. Patofisiologi diabetes
dapat meningkatkan usaha Melitus Diabetes Melitus Terkini.
untuk melakukan edukasi yang Dalam: Pusat Diabetes dan Lipid
lebih komprehensif kepada RSP Dr. Cipto Mangunkusumo
penderita DM terkait upaya dan FK-UI, Editors.
pengendalian DM tersebut Penatalaksanaan Diabetes
sehingga dapat meningkatkan Melitus Terpadu. Jakarta: Aksara
kontrol glukosa darah yang baik. Buana. 1999.p5-10
2. Bagi Penderita 6. PERKENI, Konsensus
Dari hasil penelitian ini Pengelolaan Diabetes Mellitus di
diharapkan bahwa para penderita Indonesia, Jakarta. 1998.
diabetes dapat memotivasi diri 7. Suyono, S., Kecenderungan
untuk senantiasa menerapkan Peningkatan Jumlah Pasien
secara kontinyu dan menyeluruh Diabetes, Penatalaksanaan
tentang pengendalian DM agar Diabetes Melitus Terpadu, Pusat

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Diabetes & Lipid RSUP Nasional clinical practice guideline from


Dr. Cipto Mangunkusumo, FK- the American College 4f
UI, Jakarta, Cetakan Pertama, Physicians.USA:Ann Intern
1999, Konsensus Pengelolaan Med.2004;140:644-9
Diabetes Mellitus Tipe 2 di 15. Smeltzer SC. Bare BG. Buku
Indonesia Perkumpulan Endo- Ajar Keperawatan Medikal
krinologi Indonesia FK-UI, Bedah Brunner dan Suddarth
Jakarta, Cetakan Revisi, 2002. Volume 2 Edisi 8.Jakarta: EGC.
8. Black, Hawk. Medical surgical 2001
nursing clinical management for 16. Kozler B. Fundamentals of
positive outcomes. 7th ed. St. Nursing: Concepts and
Louis Elsevier Saunders. 2005 procedures. Addison Wesley,
9. WHO. National Diabetes Menlo Park 1997. Berita
statistic. 2005. Diunduh dari Kedokteran Masyarakat Vol 25
(http://www.who.org.id) diakses No 1 Maret 2009 page 31-33
pada tanggal 30 maret 2012 17. Andersom et al. A taxonomy for
10. Hans. Jumlah Penderita learning, Teaching and Assesing
Diabetes Melitus di Indonesia a Revision of bloom’s. Taxonomy
Meningkat. 2008. Diunduh dari of educational objectives. New
http://www.nttonlinenews.com/ntt York: Addison Wesley Longman.
/index.php?view= 2001
article&id=1105% 18. Achmad Yoga Setyo Utomo.
3Ajumlahpenderita- diabetes- Hubungan Antara 4 Pilar
melitus-di-indonesia Pengelolaan Diabetes Melitus
meningkat&option=com_content dengan keberhasilan
&Itemid=70) Diakses pada 01 Pengelolaan Diabetes Melitus
Mei 2012 Tipe 2. Program Pendidikan
11. Departemen Kesehatan RI. Sarjana kedokteran Fakultas
Laporan Nasional Riskesdas Kedokteran Universitas
2007. Jakarta : Badan Penelitian Diponegoro Tahun 2011
dan Pengembangan Kesehatan 19. Hussar DR. Drug Interaction, In
Departemen Kesehatan. 2008 Gennaro AR (ed) Remington
12. Dinas Kesehatan Kabupaten Pharmaceutical Sciences, 16th
Cirebon. Profil RSUD ed, 1820-1858. Pennsylvania:
Arjawinangun Kabupaten Mack Publishing Company. 1990
Cirebon Tahun 2010. Cirebon: 20. De Vegt F, et.al. Glycaemia and
Dinas Kesehatan Kabupaten lifestyle in relation to mortality
Cirebon. 2011 and diabetes in the Hoorn Study
13. Departemen Kesehatan RI. – impact of diagnostic criteria.
Pharmaceutical Care Untuk Netherlands: . EMGO Institute,
Penyakit Diabetes Mellitus. Vrije Universteit. 2001.
Jakarta: Direktorat Bina Farmasi 21. Skripsi: Roro Utami Adiningsih.
Komunitas Dan Klinik Direktorat Faktor –Faktor Yang
Jenderal Bina Kefarmasian Dan Berhubungan Dengan Kejadian
Alat Kesehatan Departemen Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada
Kesehatan RI. 2005 Orang Dewasa Di Kota Padang
14. Snow V, Aronson MD, Hornbake Panjang Tahun 2011
ER, Mottur-PllsonC, Weis KB.
Lipid control in the Management
of type 2 diabetes mellitus: a

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2. Hubungan antara keteraturan minum obat dengan kadar glukosa


darah

Tingkat Kadar Glukosa


Minum Obat Tidak Normal % Normal % Total %
Tidak Teratur 21 84,00 4 16,00 25 100,00
Teratur 31 59,60 21 40,40 52 100,00
Total 52 67,50 25 32,50 77 100,00
Nilai p=0,032
Keterangan :
a
: Chi Square Test
b
: Signifikan (p<0,05)

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 3. Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah

Tingkat Kadar Glukosa


Aktivitas Fisik Tidak Normal % Normal % Total %
Kurang 15 93,80 1 6,30 16 100,00
Cukup 37 60,70 24 39,30 15 100,00
Total 52 67,50 25 32,50 77 100,00
Nilai p=0,012
Keterangan :
a
: Chi Square Test
b
: Signifikan (p<0,05)

Tabel 4. Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kadar glukosa darah

Kebiasaan Tingkat Kadar Glukosa


Olahraga Tidak Normal % Normal % Total %
Tidak 44 73.30 8 26,70 17 100,00
Ya 8 47,10 9 52,90 60 100,00
Total 52 67,50 25 32,50 77 100,00
Nilai p=0,041
Keterangan :
a
: Chi Square Test
b
: Signifikan (p<0,05)

Tabel 5. Hubungan antara kebiasaan makan dengan kadar glukosa darah

Kebiasaan Tingkat Kadar Glukosa


Makan Tidak Normal % Normal % Total %
Kurang Baik 36 83,70 7 16,30 43 100,00
Baik 16 47,10 18 52,90 34 100,00
Total 52 67,50 25 32,50 77 100,00
Nilai p=0,001
Keterangan :
a
: Chi Square Test
b
: Signifikan (p<0,05)

Tabel 6. Hubungan antara pemeriksaan glukosa darah dengan kadar


glukosa darah
Pemeriksaan Tingkat Kadar Glukosa
glukosa darah Tidak Normal % Normal % Total %
Tidak Teratur 14 73,70 5 26,30 19 100,00
Teratur 38 65,50 20 34,50 19 100,00

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 466 - 478
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Total 52 67,50 25 32,50 77 100,00


Nilai p=0,509
Keterangan :
a
: Chi Square Test
b
: Signifikan (p<0,05)

Sri Anani
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP © 2012

Anda mungkin juga menyukai