Anda di halaman 1dari 31

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
FDM-07
PERCOBAAN SIRIP

Kelompok : 06 (ENAM)

Anggota :

1. AL HAKIM (12-2019-055)
2. CALFA RABIAL F. (12-2020-090)
3. M. ZIDANE AL H. (12-2020-122)
4. M. FERALDI P. (12-2020-132)
5. FAHRI F. (12-2020-135)

Bandung, 04 Mei 2023

Telah Diperiksa dan Disetujui


Asisten Pembimbing Fenomena Dasar Mesin

xxxxxxxxx
12-xxx-xxx

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat dan salam, kami
sampaikan kepada nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wa Sallam yang telah
membawa kita semua ke zaman yang penuh berkah.
Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada asisten yang telah
membimbing dan mengawasi kami selama praktikum berlangsung.
Selanjutnya kepada orang tua kami yang selalu memberikan dukungan agar
selalu rajin dan giat dalam melakukan aktivitas perkuliahan dan kepada
anggota kelompok yang telah bekerjasama untuk menyelesaikan praktikum
FDM-07 percobaan sirip ini dengan baik.
Adapun tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai laporan
pelaksanaan praktikum FDM-07 percobaan sirip untuk dijadikan acuan
praktikum yang telah dilaksanakan sehingga mahasiswa dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada saat praktikum.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi yang membacanya dan
terutama bagi kami dalam mengembangkan soft skill mengenai percobaan
sirip.
Atas perhatian dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih.

Bandung, 04 Mei 2023

Kelompok 06

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................... vi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Tujuan Praktikum ................................................................ 1

1.2 Teori Dasar ......................................................................... 1

1.3 Instalasi Pengujian ............................................................ 5

1.4 Prosedur Pengujian ............................................................ 6

BAB II TEORI DASAR .................................................................... 8

2.1 Perpindahan Panas .............................................................. 8

2.1.1 Definisi ...................................................................... 8

2.1.2 Modus-modus Perpindahan Panas .............................. 8

2.1.3 Definisi kalor beserta jenisnya .................................. 10

2.1.4 Panas ...................................................................... 11

2.2 Sirip ................................................................................... 11

2.2.1 Pengertian dan fungsi ............................................... 11

2.2.3 Macam-macam Sirip ................................................ 12

2.3 Jenis Aliran ........................................................................ 13

2.4 Bilangan Non Dimensional .................................................. 16

2.4.1 Bilangan Reynolds .................................................... 16

iii
2.4.2 Bilangan Nusselt ....................................................... 17

2.4.3 Bilangan Grasshoff ................................................... 18

2.5 Boundary Layer ................................................................. 18

BAB III PENGOLAHAN DATA ....................................................... 20

3.1 Data Pengamatan ............................................................ 20

3.2 Pengolahn Data ............................................................... 20

BAB IV ANALISA .......................................................................... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 23

LAMPIRAN ................................................................................... 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Batang 1 (Untuk Kasus I) ................................................. 6

Gambar 1.2 Batang 2 (Untuk Kasus III) ............................................... 6

Gambar 2.1 Modus – modus perpindahan panas .................................. 8

Gambar 2.2 Jenis-Jenis Sirip ............................................................. 12

Gambar 2.3 Aliran Laminer ............................................................... 14

Gambar 2.4 Aliran Transisi ................................................................ 15

Gambar 2.5 Aliran Turbulen .............................................................. 16

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GRAFIK

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui fenomena distribusi temperatur pada sirip silinder
horizontal.
2. Mengetahui sejauh mana keakuratan perhitungan dengan metode
analitik dapat dicapai..
3. Praktikan mampu mengetahui dan memahami kehandalan sirip
sebagai alat pelepas panas.

1.2 Teori Dasar


Sirip merupakan bidang yang digunakan untuk menambah
perluasan dari luas permukaan untuk menukar panas yang berfungsi
untuk mempercepat laju dari perpindahan panas. Pada pengujian
modul percobaan sirip ini kita akan melakukan 2 pengujian pada kasus
yaitu :
1. Sirip mempunyai panjang tertentu dan melepaskan kalor dari
ujungnya.
2. Ujung sirip diisolasi sehingga dt/dx = 0 pada x = L.
Dengan perhitungan sistem konduksi-konveksi pada sirip akan
diperoleh persamaan-persamaan penting berikut :
 Distribusi Temperatur Tanpa Dimensi
Kasus I Untuk Batang I
hL
Tx − T∞ cosh m (L − x) + ( ) sinh m (L − x)
= mk (1)
Ts − T∞ hL
cosh mL + ( ) sinh mL
mk
Keterangan :
Tx = Temperatur sirip pada jarak X dari dinding sirip
T∞ = Temperatur udara sekitar

1
Ts = Temperatur dasar dinding
hL = Koefisien konveksi pada permukaan ujung
k = Koefisien konduksi bahan sirip
L = Panjang sirip
x = Jarak titik pengamatan ke dinding pendinginan
H = Koefisien konveksi permukaan sirip
P = Keliling sirip
A = Luas penampang sirip
h.p
m = √K
b .A

Kasus III Untuk Batang II


Tx − T∞ sinh m. X + sinh m (L − X)
= (2)
Ts − T∞ sinh mL
 Laju aliran panas dari sirip :
Kasus I

sinh 𝑚 (𝐿 − 𝑋) + ( ) cosh 𝑚𝐿
𝑞 = √𝑃. ℎ. 𝐴. 𝑘 (𝑇𝑠 − 𝑇∞ ) 𝑚Kbh (3)

cosh (𝐿 − 𝑋) + ( ) sinh 𝑚𝐿
𝑚Kbh
Kasus III
𝑞 = √𝑃. ℎ. 𝐴. 𝑘 (𝑇𝑠 − 𝑇∞ ) tanh(𝑚𝐿) (4)
 Menentukan koefisien perpindahan panas konveksi (h)
1. Konveksi bebas
 Temperatur film (𝑇𝑓 )
𝑇𝑤 + 𝑇∞
𝑇𝑓 =
2

Dimana :

𝑇∞ = Temperatur udara sekitar

𝑇𝑤 = Temperatur rata-rata dinding sirip

2
 Angka Grasshof (Gr)

𝑔. 𝛽. (𝑇𝑤 − 𝑇∞ )𝑑 3
𝐺𝑟 =
𝑣

Keterangan :

𝑔 = Gaya gravitasi

1
𝛽 = Koefisien muai volume =
𝑇𝑓

d = Diameter sirip

v = Viskositas kinematika (sifat fisik fluida)

 Angka Nusselt (Nu)


Persamaan Morgan :

𝑁𝑢 = 𝐶 . (𝐺𝑟. Pr)𝑚

Keterangan :
Pr = Angka Prandl ( sifat fisik fluida) Harga konstanta C dan
m tergantung harga Gr dan Pr, dapat dilihat pada buku teks
perpindahan panas. Sifat dievaluasi pada temperatur film.
Persamaan Churcil dan Chu :
1
0,518 (𝐺𝑟. Pr)4
𝑁𝑢 = 0,36 +
0,559 9 4
[1 + ( Pr )16 ]9

Untuk aliran laminar 10-6 < Gr.Pr < 109


Sifat dievaluasi pada temperatur film
 Koefisien perpindahan panas konveksi (h)
𝑘
ℎ = 𝑁𝑢 .
𝑑
Dengan k = konduktivitas termal fluida
2. Konveksi paksa
 Koefisien tahanan aliran (Cd)
𝐶𝑑 = 0,9716 + 1,35. 10−3 ∆𝑃𝑛

3
Keterangan :
∆𝑃𝑛 = Beda tekanan antara tekanan udara lingkungan
dengan tekanan udara statik di leher nosel (dalam mm H₂O)
 Massa jenis udara (𝜌𝑜 )
𝑃𝑜 𝑘𝑔
𝜌𝑜 = [ ]
(𝑅. 𝑇𝑜 ) 𝑚3
Keterangan :
𝑁𝑚
R = 287 [𝐾𝑔.𝑘]
𝑁
𝑃𝑜 = Tekanan udara lingkungan [𝑚2 ]

𝑇𝑜 = Temperatur udara lingkungan [K]


 Kecepatan aliran udara di nosel (Vn)
(2. ∆𝑃𝑛) 1 𝑚
𝑉𝑛 = 𝐶𝑑 [ ]2 [ ]
𝜌𝑜 𝑠
Dengan ∆𝑃𝑛 dalam N/m2
 Kecepatan aliran udara di ruang uji (V)
𝐴𝑛 𝑚
𝑉= .𝑉 [ ]
𝐴𝑟𝑢 𝑛 𝑠
Keterangan :
An = Luas penampang nosel = 0,1662.10-2 m2
Aru = Luas penampang ruang uji = 0,100264 m2
 Bilangan (Re)
𝑉𝐿
𝑅𝑒 =
𝑣
 Bilangan Nusselt (Nu)
Persamaan Hilpert :
1
𝑁𝑢 = 𝐶. 𝑅𝑒 𝑛 . 𝑃𝑟 3
Dengan konstanta C dan n
Re C n

0,4 - 4 0,989 0,330

4 - 40 0,911 0,380

4
40 - 4000 0,683 0,466

40000 - 0,193 0,618


40.000

Sifat dievaluasi pada temperatur film


Persamaan Eckert da Drake :
𝑁𝑢 = (0,43 + 0,50 𝑅𝑒 0,5 )𝑃𝑟 0,38
Untuk 1 < Re < 103
Sifat dievaluasi pada temperatur film
Persamaan Churcil dan Bernstein :
1 1
0,62 𝑅𝑒 2 𝑅𝑒 3 𝑅𝑒 5 4
𝑁𝑢 = 0,3 + 2 3 [1+( ) 8 ]5
0,4 282.000
[1 + ( Pr )3 ]4

Untuk 102 < Re < 107 ; Pe > 0,2


Sifat dievaluasi pada temperatur film
Persamaan Whitaker :
2
𝜇∞ 1
𝑁𝑢 = (0,4 𝑅𝑒 0,5 + 0,06 𝑅𝑒 3 ) 𝑃𝑟 0,4 [ 𝜇𝑤 ]4

𝜇∞
Untuk 40 < Re < 105 ; 0,25 < < 5,2
𝜇𝑤

Semua sifat dievaluasi pada suhu udara bebas kecuali


w pada suhu dinding.

1.3 Instalasi Pengujian


Pada pengujian ini digunakan perangkat sebagai berikut :
Spesimen uji
Bahan : Kuningan
Diameter : 6,25 mm
Panjang : 32 cm dan 33 cm
Jarak titk pengamatan :

5
 Batang 1 (untuk kasus I)

Gambar 1.1 Batang 1 (Untuk Kasus I)


(Modul FDM – 07)
 Batang 2 (untuk kasus III)

Gambar 1.2 Batang 2 (Untuk Kasus III)


(Modul FDM – 07)

1.4 Prosedur Pengujian


A. Kondisi konveksi bebas
1. Hubungkan heater dan termometer - termokopel ke sumber
tegangan.
2. Atur besar masukan daya pada heater, hingga temperatur dasar
sirip mencapai temperatur stedi 100 ºC (gunakan dimmer).
3. Catat semua temperatur pada sirip (gunakan selector untuk
memindahkan pengamatan titik uji).
4. Catat temperatur dan tekanan udara lingkungan.
B. Kondisi konveksi paksa
1. Tutup dengan rapat ruang uji.
2. Jalankan fan.

6
3. Lakukan kembali langkah 2,3, dan 4 pada kondisi konveksi
bebas.
4. Atur dan catat harga yang ditunjukkan micrometer.
5. Ulangi pengujian untuk kecepatan skala yang berbeda

7
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Perpindahan Panas

2.1.1 Definisi
Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses
berpindahnya energi kalor atau panas (heat) karena adanya
perbedaan temperatur. Dimana, energi kalor akan berpindah
dari temperatur media yang lebih tinggi ke temperatur media
yang lebih rendah. Proses perpindahan panas akan terus
berlangsung sampai ada kesetimbangan temperatur yang
terjadi pada kedua media tersebut. Proses terjadinya
perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi,
dan radiasi.

2.1.2 Modus-modus Perpindahan Panas


Perpindahan panas dari suatu benda ke benda lainnya
dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Penentu
terjadinya perpindahan panas ialah adanya perbedaan suhu.
Arah perpindahan panas dimulai dari media dengan suhu tinggi
menuju ke media dengan suhu yang lebih rendah. Perpindahan
panas dapat terjadi dengan satu proses tunggal maupun proses
ganda.

Gambar 2.1 Modus – modus perpindahan panas


(kependidikan.com, 2020)

8
1. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan kalor dalam suatu zat


padat yang tidak diikuti dengan perpindahan partikelnya.
Konduksiterjadi ketika terjadi pertukaran energi kinetik antar
molekul (atom), dimana partikel dengan energi lebih rendah
dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi
yang lebihtinggi.
2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat
perantara dan disertai dengan perpindahan partikel zat.
Peristiwa konveksi dapat terjadi pada zat cair atau gas, dimana
terjadi karena adanya perbedaan massa jenis akibat
pemanasan.Contoh dari konveksi adalah saat air dipanaskan di
atas kompor, air yang berada pada bagian bawah akan
mengalami penurunan massa jenis akibat adanya panas
sedangkan bagian atas memiliki massa jenis yang lebih tinggi.
Hal tersebut menyebabkan air dengan massa jenis yang lebih
tinggi akan bergerak ke bawah dan air dengan massa jenis yang
rendah akan bergerak ke atas.
3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa melalui
perantara/ medium. Radiasi hanya dapat terjadi pada gas dan
ruang hampa udara. Contoh perpindahan panas melalui radiasi
adalah perpindahan panas matahari ke bumi yang melalui
ruang hampa udara, selain itu badan akan terasa hangat ketika
kita berada di dekat api unggun.

Panas yang dirasakan saat deket dengan api unggun


merupakan udara panas yang ditimbulkan dari api unggun yang
tidak menyebar kearah mendatar melainkan udara panas
bergerak ke atas. Hal tersebut dikarenakan udara panas

9
mempunyai massa jenis yang kecil, sehingga udara tersebut
mengarah ke atas.

2.1.3 Definisi kalor beserta jenisnya

Kalor merupakan bentuk energi panas atau jumlah panas


yangada dalam sebuah benda. Perpindahan kalor merupakan
kalor yangdapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu lebih rendah. Pengertian kalor juga
dapat disebut sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu
zat tertentu yang untuk mendeteksinya perlu menggunakan
alat pengukur suhu bendatersebut.

Kalor memiliki beberapa jenis yang dikategorikan


berdasarkan proses bekerjanya pada zat benda tertentu.
Berikut ini jenis-jenis kalor yang perlu kita ketahui agar bisa
mengidentifikasi terjadinya perubahan kalor yang terjadi di
kehidupan sehari-hari:

1. Kalor Pembentuk (∆Hf)


Kalor pembentukan kata adalah kalor yang
menghasilkan atau dibutuhkan untuk membuat 1 mol
senyawa dalam unsur- unsurnya, seperti berupa gas yang
ditulis dengan rumus molekulnya. Contoh kalor
pembentukan adalah C12, O2, Br2, H2.
2. Kalor Pengurai (∆Hd)
Kalor penguraian adalah bentuk kalor yang
dihasilkan atau dibutuhkan untuk mengurai 1 mol senyawa
menjadi unsur-unsur yang lain.
3. Kalor Pembakar (∆Hc)
Kalor pembakaran adalah kalor yang didapat atau
diperlukan untuk membakar 1 mol zat, yakni unsur atau
senyawanya.

10
4. Kalor Netralisasi (∆Hn)
Kalor netralisasi adalah jenis kalor yang didapatkan
atau dibutuhkan untuk membentuk 1 mol H20 dari reaksi
antara asam dan basa. Kalor ini termasuk dalam reaksi
eksoterm karena adanya reaksi kenaikan suhu.
5. Kalor Pelarutan (∆Hs)
Kalor pelarutan adalah jenis kalor yang didapatkan
ataudibutuhkan untuk melarutkan 1 mol zat yang awalnya
padat menjadi larutan.

2.1.4 Panas
Panas atau kalor merupakan suatu bentuk energi yang
berpindah karena adanya perbedaan temperatur. Panas atau
kalor tersebut akan bergerak dari temperatur tinggi ke
temperatur yang lebih rendah. Ketika panas atau kalor
bergerak maka akan terjadi pertukaran panas dan kemudian
akan berhenti ketika kedua tempat tersebut sudah memiliki
temperatur yang sama. Contohnya, kopi panas ke lingkungan
yang mempunyai suhu 20°C, hingga terjadikesetimbangan
atau kesamaan suhu pada gelas dan lingkungan.

2.2 Sirip

2.2.1 Pengertian dan fungsi


Sirip merupakan alat yang digunakan untuk menambah
perluasan untuk menukar panas yang berfungsi untuk
mempercepat laju dari perpindahan panas.
Fungsi sirip adalah untuk mempercepat laju dari
perpindahan panas. Adapun beberapa kelebihan sirip yaitu:
 Kontruksinya lebih sederhana.
 Lebih ringan dibandingkan dengan pendingin air.
 Mudah perawatanya.

11
Dalam studi perpindahan panas, sirip adalah permukaan
yang memanjang dari objek untuk meningkatkan laju
perpindahan panas ke atau dari lingkungan dengan
meningkatkan konveksi. Jumlah konduksi, konveksi, atau
radiasi dari sebuah objek menentukan jumlah transfer panas.
Peningkatan perbedaan suhu antara obyek dan lingkungan,
meningkatkan koefisien perpindahan panas konveksi, atau
meningkatkan luas permukaan objek meningkatkan
perpindahan panas. Kadang-kadang tidak ekonomis atau tidak
layak untuk mengubah dua opsi pertama. Menambahkan sirip
suatu benda, bagaimanapun, meningkatkan
luas permukaan permukaan dan kadang-kadang kadang-
kadang dapat menjadi menjadi solusi ekonomis ekonomis
untuk masalah perpindahan panas. Sirip yang paling sering
digunakan dalam perangkat panas bertukar seperti radiator
dalam mobil, heatsink , CPU komputer, dan penukar panas di
pembangkit listrik. Sirip juga digunakan dalam teknologi
teknologi baru seperti sel bahan bakar hydrogen.

2.2.3 Macam-macam Sirip

Gambar 2.2 Jenis-Jenis Sirip


(docplayer.info, 2018)

12
Bentuk sirip dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
sarang lebah (cellular ) dan tubular. Sedangkan sirip – sirip
pendingin lebih dikenal dengan nama tipe sirip plat dan
tipe sirip zig- zag. Sirip bentuk sarang lebah dewasa ini
jarang dipakai, karena mudah tersumbat dan sulit untuk
dibersihkan. Kontruksi radiator yang dipakai bentuk
turbular dengan sirip zig- zag yang paling banyak dipakai
pada kendaraan sekarang.

(a) Sirip longitudinal (memanjang) dengan profil siku-


empat.
(b) Tabung silinder dengan sirip berprofil siku-empat.
(c) Sirip longitudinal dengan profil trapezoida.
(d) Sirip longitudinal dengan profil parabola.
(e) Tabung silinder dengan sirip radial berprofil siku-empat.
(f) Tabung silinder dengan sirip radial berprofil kerucut
terpotong.
(g) Duri berbentuk silinder.
(h) Duri berbentuk kerucut terpotong.
(i) Duri berbentuk parabola.

2.3 Jenis Aliran


Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar,
aliran transisi, dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapat dari hasil
eksperimen yang dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang
mengklasifikasikanaliran menjadi 3 jenis. Jika fluida mengalir melalui
sebuah pipa berdiameter,d, dengan kecepatan rata-rata. V, maka
didapatkan bilangan Reynold di mana bilangan ini tergantung pada
kecepatan fluida, kerapatan, viskositas,dan diameter.
Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang
bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak

13
dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil
dan atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel
fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan
hanya gesekan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini
terjadi apabila kecepatan besar dankekentalan zat cair kecil
 Aliran Laminer
Aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan
kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak
berpotongan satu sama lain. Alirannya relatief mempunyai
kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar (laminae) &
mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida. Aliran
laminar adalah aliran fluida tanpa arus turbulent ( pusaran air).
Partikel fluida mengalir atau bergerak dengan bentuk garis lurus
dan sejajar. Laminar adalah ciri dari arus yang berkecepatan
rendah, dan partikel sedimen dalam zona aliran berpindah dengan
menggelinding (rolling) ataupun terangkat (saltation). Pada laju
aliran rendah, aliran laminer
tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir
sepanjang aliran. Aliran laminer mempunyai Bilangan Reynold
lebih kecil dari 2300.

Gambar 2.3 Aliran Laminer


(fikaranduk. 2017)

14
 Aliran Transisi
Aliran transisi yaitu merupakan salah satu aliran-aliran
peralihan dari aliran laminar ke aliran yang turbulen.

Gambar 2.4 Aliran Transisi

(Sumber : muhnabil.2018 )

 Aliran Turbulen
Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya
bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan
berfluktuasi yang saling interaksi. Akibat dari hal tersebut garis alir
antar partikel fluidanya saling berpotongan. Turbulen
mentransport partikel-partikel dengan dua cara; dengan
penambahan gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika
pusaran turbulen bekerja padanya. Keduanya adalah penyebab
terjadinya transportasi pasir sepanjang bawah permukaan. Di
alam hampir semua mekanisme transport pasir terjadi secara
turbulen. Turbulen terutama terjadi di sungai akibat penggerusan
sepanjang batas arus air, dan meningkat akibat
kekasaran bawah permukaan; sepanjang garis pantai dan
laut penyebabnya adalah ombak, tekanan angin permukaan, dan
penggerusan arus. Di udara turbulen yang membawa bekas
ledakan volkanis ditransport angin. Besarnya gerakan turbulen
bervariasi dari mikro hingga makro, yang terakhir tadi sangat
mudah dilihat di sungai dengan penampakkan pusaran yang
kompleks atau dengan boil yang berbenturan dengan permukaan

15
sungai, secara terus menerus. Aliran turbulen mempunyai
bilangan reynold yang lebih besar dari 4000.

Gambar 2.5 Aliran Turbulen


(fikaranduk, 2017)
2.4 Bilangan Non Dimensional

2.4.1 Bilangan Reynolds

Reynold number (Re) atau bilangan Reynold adalah


suatubilangan tanpa dimensi yang menganalisa gaya inersia
Fluida. Jenis aliran Fluida dan gaya gesekan yang terjadi
dengan permukaannya akan menentukan Bilangan Reynold.
Aliran Fluida dapat dibagi dalam tiga kategori: Laminar,
Transisi dan Turbulen.

Untuk membedakan antara aliran laminar, transisi, dan


turbulen maka digunakan bilangan tak berdimensi, yaitu
bilangan Reynolds, yang merupakan perbandingan antara
gaya inersia dengan gaya viskos. Jadi, rumus bilangan
reynold adalah :

dan,

Kedua persamaan diatas di substitusi, maka


menghasilkan persamaan:

16
dimana: D = Diameter penampang saluran, m

ṁ = Laju massa fluida, kg/s

μ = Viskositas, kg/s m

𝜌 = Massa Jenis Fluida, kg/m3

Ac = Luas penampang saluran, m2

um=Kecepatan aliran fluida, m/s

Pada aliran laminar molekul molekul fluida mengalir


mengikuti garis-garis aliran secara teratur. Aliran turbulen
terjadi saat molekul- molekul fluida mengalir secara acak
tanpa mengikuti garis aliran. Aliran transisi adalah aliran yang
berada diantara kondisi laminar danturbulen, biasanya pada
kondisi ini aliran berubah-ubah antara transien dan turbulen
sebelum benar-benar memasuki daerah turbulen penuh.

Nilai bilangan Reynolds yang kecil (< 2100)


menunjukkan aliran bersifat laminar sedangkan nilai yang
besar menunjukkan aliran turbulen(> 4000). Nilaibilangan
Reynolds saat aliran menjadi turbulen disebut bilangan
Reynolds kritis yang nilainya berbeda-beda tergantung
bentuk geometrinya

2.4.2 Bilangan Nusselt


Perpindahan kalor yang terjadi pada suatu lapisan fluida
terjadi melalui proses konduksi dan konveksi. Bilangan
Nusselt menyatakanperbandingan antara perpindahan kalor
konveksi pada suatu lapisan fluida dibandingkan dengan
perpindahan kalor konduksi pada lapisan fluida tersebut.
Dapat di tulis dengan persamaan:

17
Dimana: h = Koefisien perpindahan panas konveksi, W/m2 K
L = Panjang karakteristik, m
k = Konduktivitas bahan, W/m K
n = 0.5 for heating (Ts > Tm), 0.3 for cooling (Ts > Tm)

2.4.3 Bilangan Grasshoff


Bilangan Grashof merupakan perbandingan
gaya apung terhadap gaya viskos dalam aliran fluida
konveksi bebas atau alamiah. Secara matematik bilangan
Grashof dinyatakan sebagai berikut.

dimana:
GrL = Bilangan Grashoff
g = Percepatan gravitasi
β = 1/suhu bola kering di dalam kandang atau 1/T∞
Tw = Suhu bahan
T∞ = Suhu bola kering di dalam kandang
L = Panjang konstruksi secara vertikal maupun
horizontal
v = karakterisitik udara pada T∞
2.5 Boundary Layer
Pada setiap aliran udara yang melalui suatu benda akan mengalami
gesekan dengan permukaan benda tersebut. Gesekan ini
akanmenimbulkan suatu hambatan / tahanan. Besar kecilnya tahanan
ditentukan oleh Kekasaran permukaan bendab.Kecepatan udara yang
mengalir. Letak benda terhadap aliran udara Dengan adanya gesekan

18
permukaan (skin friction) maka pada setiap aliran udara yang mengalir
melalui benda akan menyebabkan adanya perubahan kecepatan aliran
udara dari yang paling kecil sampai dengan suatu daerah yang
mempunyai kecepatan udara bebas, karena adanya separasi aliran.
Kecepatan tiap lapisan udara berbeda-beda sehingga tampakbatas
setiap lapisan.Apabila aliran udara mengalir pada suatu benda yang
kemudian terjadi lapisan-lapisan aliran udara yang rata serta sejajar
dengan permukaan benda tadi, maka aliran udara yang demikian
disebut aliran udara laminer. Pada aliran udara laminer ini juga terjadi
boundary layer, sehingga kecepatan lapisan udara yang dekat dengan
permukaan benda akan lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan
lapisan udara yang di titik yang lebih jauh dari permukaan benda. Di
dalam boundary layer pengaruh viskositas relatife besar sehingga
profil kecepatan tidak uniform. Di luar boundary layer,tidak ada
pengaruh viskositas sehingga aliran dapat diperlakukan sebagai
inviscid flow.Lapisan batas (boundary layer)adalah lapisan tipis pada
permukaan padat (solid surface)tempat fluida mengalir dimana
pengaruh viskositas relatif besar.

19
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan

3.2 Pengolahn Data

20
BAB IV
ANALISA

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

22
DAFTAR PUSTAKA

1. entropi.co.id. 2018. Entropi. Diakses pada 02 Mei 2023. Dari :


https://entropipancabersama.co.id/pengertian-entropi/
2. perpindahanpanas.com. 2019. Entalpi Itu Apa. Diakses pada 03 Mei
2023. Dari : http://www.perpindahanpanas.com/20180601_double-
heater-html
3. Etsworld.id. 2020. Apa yang Dimaksud Boundary Layer Pada .
Diakses pada 03 Mei 2023. Dari : https://www.etsworlds.id//03/apa-
yang-dimaksud-boundary layer.html
4. Blog.unnes.ac.id. 2018. Apa Itu Sirip. Diakses pada 03 Mei 2023. Dari
http://blog.unnes.ac.id/antosupri/apa-itu-sirip-

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai