Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA


DENGAN SOFTWARE ANSYS

BAGAS HANI PRADIPTA 02311740000065

NAUFAL KHOODHI MOUTI 02311740000119

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2018
ABSTRAK

Fin sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kegunaannya untuk meningkatkan


laju perpindahan panas dari permukaan telah membuat fin menjadi satu komponen penting
dalam alat yang berhubungan erat dengan perpindahan panas seperti radiator, heat exchanger
dan lain lain. Dalam laporan ini, akan diamati bagaimana perilaku fin ketika diberi panas
berdasarkan hasil simulasi menggunakan software ANSYS versi 18,1, serta membandingkan
laju transfer panas fin ketika jumlah fin ditambah atau dikurangi. Berdasarkan hasil laporan ini,
dari tiga variasi fin yang telah didesain sedemikian rupa. Ditemukan bahwa variasi pertama
dari fin yang memiliki jumlah fin lebih banyak dari variasi fin lain mentransfer panas lebih
besar dengan nilai 2,2628893 Watt. Selain itu, jarak antar fin juga mempengaruhi laju transfer
panas dalam fin tersebut.

Kata Kunci : Perpindahan Panas, Fin, ANSYS, Konduksi, Konveksi


ABSTRACT

Fin is often used in many applications in daily life. It’s important benefit to enhance
the heat transfer rate has made fin an important component in a system that involves heavily
on heat transfer such radiator, heat exchanger, etc. In this report, would be observed the
behavior of the fin when given a certain amount of heat based on simulation using ANSYS
software version 18.1, and compare the heat transfer rate of the fin when the number of fins is
increased or decreased. Based on the result of this report, from the 3 variations of fin that has
been designed. Turns out that the first variation of fin whose have more number of fin is
transferring heat more than the other variations with the value 2,2628893 Watt. Beside that,
the space between fin also affects the heat transfer rate of the fin.

Keyword : Heat Transfer, Fin, ANSYS, Conduction, Convection


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas besar ini dengan
baik .

Laporan ini kami susun dengan bersungguh sungguh dan maksimal, kami juga
berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan ini.
Harapan kami laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Kami juga memahami bahwa
laporan ini tidak sepenuhnya benar, oleh karena itu kami membuka selebar lebarnya kritik dan
saran mengenai laporan ini

Surabaya,17 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………………………………..i
ABSTRACT…………………………………………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………...1
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………………….1

BAB II DASAR TEORI……………………………………………………………………….2


2.1 Dasar Teori Kasus…………………………………………………………………………2
2.2 Dasar Teori CFD…………………………………………………………………………..3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………………...6
3.1 Flowchart…………………………………………………………………………………..6
3.2 Langkah Percobaan………………………………………………………………………...6
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN…………………………………………..9
4.1 Analisa Data. ………………………………………………………………………………9
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………………12
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………...14
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….14
5.2 Saran……………………………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fin atau extended surface umumnya digunakan untuk menggambarkan sebuah kasus
khusus penitng yang melibatkan perpindahan panas secara konduksi dalam suatu benda dan
perpindahan panas secara konveksi (dan/atau radiasi) dari boundary benda tersebut[1]. Fin
biasanya digunakan untuk memperbesar perpindahan panas dan biasanya juga menambah laju
perpindahan panas dari permukaan berkali-kali lipat[2]. Fin sering ditemukan pada radiator
mobil, pada CPU desktop, dan lain lain. Dalam pengaplikasiannya, fin memiliki beragam
bentuk, mulai dari kotak, segitiga, hingga elips.

Dalam dunia Teknik, fin sering dijadikan bahan penelitian untuk meningkatkan kinerja
dari fin tersebut. Mulai dari mengubah bentuk fin, mengubah material fin hingga mengubah
posisi fin [3]–[7]. Dari perubahan perubahan parameter tersebut, diukur performa fin tersebut
ketika dikenai panas dan bagaimana perilaku fin tersebut saat memindahkan panas dari
permukaan suatu benda.

Dalam laporan ini, akan dibahas bagaimana perilaku fin yang bentuknya telah
dimodifikasi ketika diberikan panas dalam simulasi menggunakan software ANSYS. Kami
berharap bahwa dengan laporan ini, perilaku dari fin yang telah dimodifikasi ini akan
membantu dalam pengembangan fin di masa yang mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perilaku dari fin yang telah dimodifikasi bentuk berdasarkan simulasi
menggunakan software ANSYS?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari laporan ini ialah mengetahui dan memahami perilaku fin yang dimodifikasi
bentuknya berdasarkan simulasi menggunakan software ANSYS

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penulisan laporan ini ialah

a. Menjadi referensi untuk simulasi fin kedepannya.


b. Menjadi sarana belajar mengenal simulasi menggunakan software ANSYS.
c. Menjadi saran belajar untuk simulasi fin menggunaka software ANSYS.
BAB II

DASAR TEORI

4.1 Dasar Teori Kasus

4.1.1 Perpindahan Panas

Perpindahan panas adalah energi panas yang berpindah karena adanya perbedaan
temperatur dalam suatu ruang [1]. Perpindahan panas sering dijumpai dalam kehidupan sehari
hari. Contohnya ialah tubuh manusia. Tubuh manusia menolak panas secara konstan terhadap
lingkungannya, dan kenyamanan manusia juga bergantung pada laju penolakan panas. Kita
dapat mengontrol laju perpindahan panasnya dengan memakai pakaian yang sesuai dengan
kondisi lingkungan sekitar.

Peralatan perpindahan panas seperti heat exchanger, boiler, condenser, radiator,


pemanas, furnace, refrigerator, dan solar collector didesain untuk menjadi dasar dalam
Analisa perpindahan panas. Permasalahan dalam perpindahan panas yang sering ditemukan
dalam pengaplikasiannya terbagi dalam 2 kategori. Rating dan sizing. Rating berhubungan
dengan penentuan dari laju perpindahan panas dalam suatu system untuk perbedaan
temperature yang spesifik. Sementara sizing berhubungan dengan penentuan ukuran suatu
sitem agar dapat memindahkan panas dalam nilai tertentu pada perbedaan temperature yang
spesifik[2].

Umumnya panas dapat berpindah dengan 3 cara. Yaitu, konduksi, konveksi, dan radiasi.
Ketiga cara ini membutuhkan perbedaan temperature dan cara tersebut selalu dari temperature
tinggi ke temperature rendah, dan perpindahan panas akan berhenti apabila telah tercapai suhu
yang sama

4.1.2 Konduksi

Konduksi merupakan perpindahan energi dari partikel bahan yang memiliki energi
yang tinggi ke partikel bahan yang memiliki energi yang lebih rendah karena adanya interaksi
dari partikel tersebut [2]. Laju perpindahan panas melalui suatu medium bergantung pada
bentuk geometris dari medium tersebut, ketebalannya, dan bahan dari medium tersebut. Hasil
eksperimen menunujkkan bahwa laju perpindahan panas melalui dinding menjadi dua kali lipat
ketika selisih suhu dinding atau luasan dinding yang dikenai panas menjadi dua kali lipat,
namun perpindahannya menjadi setengah kali lipat ketika tebalnya menjadi dua kali lipat,

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa laju perpindahan panas


melalui suatu bidang berbanding lurus dengan selisih suhu sepanjang bidang dan luasan yang
terkena panas, namun berbanding terbalik dengan ketebalan bidang tersebut [2]. sehingga
dapat ditulis

(𝐿𝑢𝑎𝑠)(𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑢ℎ𝑢)
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 ∝
(𝐾𝑒𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛)

Atau
Δ𝑇
𝑄̇ = 𝑘𝐴
Δ𝑥
Dimana konstanta k merupakan konduktivitas termal pada bahan, yang menentukan
kemampuan dari suatu bahan untuk menghantarkan panas dengan cara konduksi.

4.1.3 Konveksi

Konveksi merupakan cara untuk menghantarkan energi antara permukaan yang solid
dengan cairan atau gas yang bergerak, dan melibatkan gabungan dari konduksi dan pergerakan
fluida[2]. Semakin cepat fluida bergerak, semakin besar pula perpindahan panas secara
konveksinya. Apabila tidak ada pergerakan dari fluida. Perpindahan panas antara permukaan
solid dengan fluida adalah konduksi saja. Keberadaan pergerakan dari fluida meningkatkan
pengantaran panas antara permukaan solid dengan fluida, namun juga menyusahkan dalam
penentuan laju transfer panasnya.

Meskipun konveksi merupakan hal yang kompleks, laju konveksi berbanding dengan
selisih suhu, dan umumnya diekspresikan dalam Newton’s law of cooling yaitu

𝑄̇ = ℎ𝐴(𝑇𝑠 − 𝑇∞ )

Dimana h adalah koefisien konveksi , A merupakan luas permukaan yang dikenai konveksi, Ts
merupakan suhu permukaan, dan T∞ merupakan suhu fluida disekitar permukaan benda.

Nilai h bukan merupakan property dari fluida. Nilanya merupakan parameter yang telah
ditentukan secara eksperimen yang mana harganya bergantung pada semua variable yang
mempengaruhi konveksi, seperti bentuk permukaan, asal gerakan fluida, properti fluida, dan
kecepatan fluida.

4.1.4 Fin (Extended Surface)

Istilah extended surface umumnya digunakan untuk menggambarkan sebuah kasus


khusus penitng yang melibatkan perpindahan panas secara konduksi dalam suatu benda dan
perpindahan panas secara konveksi (dan/atau radiasi) dari boundary benda tersebut [1]. Sampai
sekarang kita beranggapan bahwa transfer panas dari boundary benda memiliki arah yang sama
dengan transfer panas secara konduksi pada benda. Sebaliknya untuk extended surface, arah
transfer panas dari boundary tegak lurus dengan arah transfer panas dalam benda.

Meskipun terdapat beragam situasi yang berbeda yang melibatkan kombinasi dari
konduksi dan konveksi. Pengaplikasian yang paling sering ditemukan dari extended surface
ialah untuk meningkatkan perpindahan panas, dan juga meningkatkan laju perpindahan panas
dari permukaan menjadi berkali kali lipat [2]. Contoh dari extended surface ialah fin. Contoh
pengaplikasian fin ialah radiator pada mobil. Ada banyak ragam bentuk dari fin, ada yang
berbentuk kotak, segitiga, maupun silindris.

4.2 Dasar Teori CFD

4.2.1 CFD
Computational Fluid Dynamics adalah metode yang digunakan untuk menganalisa fluida
pada suatu geometri yang telah disusun oleh pemakai CFD, metode yang digunakan pada CFD
adalah angka, algoritma dan bantuan komputer untuk menganalisa perhitungan . CFD sering
digunakan untuk keperluan analisa fluida pada beberapa instansi atau perusahaan, contohnya
analisa aliran perpipaan, analisa streamline pada badan kendaraan, analisa aerofoil untuk turbin
dan masih banyak analisa yang lain. Untuk menggunakan CFD dibutuhkan spesifikasi
komputer yang tinggi, dan tidak hanya itu hasil dari analisa CFD tidak sepenuhnya benar
karena pada CFD hanya melakukan pendekatan secara perhitungan numerik sehingga hasil dari
CFD ketika diterapkan pada kenyataan biasanya terdapat nilai eror atau kesalahan sebesar
sekian persen. Pada CFD terdapat banyak sekali metode analisa dan perhitungan fluida
contohnya seperti fluid flow (fluent), fluid flow(CFX), Static Structural dan masih banyak yang
lain, pada simulasi ini digunakan metode fluid flow (fluent).

Gambar 2. Simulasi CFD

4.2.2 Fluid Flow ( Fluent )

Fluent merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa fluida yang memiliki
sifat incompressible dan compressible, tidak hanya itu saja metode ini dapat digunakan untuk
menganalisa perpindahan panas pada geometri yang kompleks. Pada metode Fluent terdapat
urutan untuk menganalisa suatu fluida yaitu :

a. Desain Geometri
b. Meshing Geometri
c. Setup Geometri
d. Solution
e. Result
Gambar 2. Metode Fluid Flow (Fluent)
4.2.3 Meshing

Meshing merupakan pembagian desain geometri menjadi elemen yang kecil, pembagian
ini bertujuan untuk melakukan perhitungan pada geometri yang dianalisa. Pembagian menjadi
elemen kecil ini akan semakin bagus apabila semakin banyak elemen kecil dari hasil
pembagian geometri, semakin baik meshingan maka akan semakin mendekati akurat hasil
perhitungan pada CFD ini. Untuk memperbaik meshingan terdapat beberapa cara yaitu antara
lain adalah dengan mengubah metode meshingan contohnya menggunakan metode tetrahedral
atau hex, cara lainnya adalah dengan cara mengubah nilai minimal dan maksimal ukuran
elemen. Salah satu parameter kualitas mesh di terima adalah skewness.

Skewness atau kemiringan adalah derajat ketidaksimetrisan atau dapat juga dikatakan
sebagai penyimpangan kesimetrisan dari suatu distribusi. Pada CFD Ansys, nilai skewness
memiliki rentang tertentu yang ditampilkan pada gambar dibawah ini

Gambar 2. Rentang Nilai Skewness

Berdasarkan gambar diatas, apabila hasil dari meshing geometri bernilai mendekati 1
maka hasil tersebut tidak dapat di diterima perhitungannya. Untuk mengatasi masalah tersebut
diharuskan untuk merubah metode meshingnya.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Flowchart Percobaan

Adapaun flowchart atau diagram alir pada percobaan ini yaitu :

3.2 Langkah Percobaan

Adapun langkah percobaan yang dilakukan pada simulasi kali ini yaitu :

a. Software Ansys dibuka lalu proyek baru dibuat


b. Fluid Flow dipilih
c. Pada kolom geometry dibuka lalu desain geometri dibuat sesuai gambar dibawah ini :
Gambar 3.1 Desain Fin Variasi 1

Gambar 3.2 Desain Fin Variasi 2

Gambar 3.3 Desain Fin Variasi 3


d. Setelah melakukan pendesainan geometri, proses penamaan bidang dilakukan
e. Setelah melakukan proses penamaan bidang pada geometri, Tab Meshing di buka dan
dilakukan meshing
f. Metode meshing diatur dengan metode tetrahedron seperti pada gambar

Gambar 3.
g. Meshing dilakukan dengan menekan tombol “Generate Mesh” lalu kualitas meshing di
amati
h. Setelah meshing selesai, tab “Setup” dibuka
i. Pada bagian general transien diatur dan pada bagian Model energi eqaution diatur
menyala
j. Pada Boundary Condition, setiap penamaan bidang diatur kondisi awal dengan
mengubah temperatur dan nilai konstanta konveksi pada tab thermal.
Tabel 3.1 Tabel Boundary Condition

Nama Temperature ( K )
Bahan Thermal Konstanta Konveksi
Bidang Bidang Surronding
fin_surface Aluminium Temperature 500 - -
fin1_wallside Aluminium Konveksi - 300 20
fin1_walltip Aluminium Konveksi - 300 20
fin2_wallside Aluminium Konveksi - 300 20
fin2_walltip Aluminium Konveksi - 300 20
fin3_wallside Aluminium Konveksi - 300 20
fin3_walltip Aluminium Konveksi - 300 20

k. Setelah melakukan pengaturan Boundary Condition, Nilai time step, number of time step
dan Max Iteration/Time Step diatur pada tab Run Calculation. Lalu Calculation Activities
diatur menjadi 1
l. Sebelum melakukan kalkulasi, Intialize dilakukan dengan mengatur menjadi Hybrid
Intialize
m. Proses kalkulasi dilakukan dengan mengklik “Calculate” dan Proses kalkulasi diamati
hingga kalkulasi selesai
n. Kalkulasi selesai dan hasil kalkulasi dilihat pada bagian “Report”, hasil perhitungan
dicatat
o. Tab “Result” dibuka untuk melihat kontur warna dan animasi perpindahan panas pada
geometri.
BAB IV
ANALISA DATA & PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Setelah melakukan simulasi perpindahan panas pada benda padat atau konduksi didapat
data dan nilai hasil dari perpindahan panas yaitu :

4.1.1 Meshing

Pada simulasi perpindahan panas ini dilakukan meshing atau pembagian suatu geometri
atau desain menjadi bagian elemen kecil dengan ukuran tertentu, metode meshing yang
digunakan adalah menggunakan tetrahedrons dengan ukuran minimum 4,6758 x 10-5 m dan
ukuran maksimal element sebesar 9,351 x 10-3 m.

Gambar 4.1 Meshing Variasi Fin 1

Gambar 4.2 Meshing Variasi Fin 2


Gambar 4.3 Meshing Variasi Fin 3

4.1.2 Kualitas Meshing

Setelah melakukan meshing pada geometri yang disimulasikan terdapat hasil nilai
kualitas meshing. Parameter kualitas yang digunakan pada simulasi perpindahan panas ini
adalah smoothing dengan opsi medium dan skewness, nilai skewness yang baik adalah dengan
nilai skewness kurang dari 1 atau semakin mendekati 0 maka semakin baik. Pada simulasi ini
didapatkan nilai skewness pada variasi 1 sebesar 0,845, variasi 2 sebesar 0,821, dan variasi 3
sebesar 0,847.

Gambar 4.4 Kualitas Meshing Variasi 1

Gambar 4.5 Kualitas Meshing Variasi 2

Gambar 4.6 Kualitas Meshing Variasi 3

4.1.3 Hasil Simulasi

Pada simulasi perpindahan panas kali ini dilakukan perhitungan atau komputasi pada
Ansys dengan mode transien, pada mode transien terdapat 3 parameter yaitu Time step, Number
of time step, dan Jumlah iterasi. Pada simulasi ini setiap variasi memiliki parameter perhitungan
transien yang sama yaitu time step sebanyak 0,1 s, number of time step berjumlah 100, dan
jumlah iterasi sebanyak 100 pada setiap time stepnya, dengan parameter diatas dapat dihitung
bahwa simulasi ini diamati dengan waktu sebesar 10 detik.
Gambar 4.7 Hasil Simulasi Variasi 1

Gambar 4.8 Hasil Simulasi Variasi 2

Gambar 4.9 Hasil Simulasi Variasi 3


4.1.4 Kontur Simulasi

Setelah melihat hasil perhitungan atau komputasi pada Ansys, kita dapat melihat hasil
persebaran panas pada geometri yang disimulasikan yaitu dengan cara melihat kontur simulasi.
Kontur atau persebaran panas digambarkan dengan perbedaan warna pada geometri yang telah
melalui perhitungan pada simulasi ini, semakin merah warna kontur maka semakin besar nilai
suhu pada bidang atau bagian tersebut, dan semakin biru warna kontur maka semakin kecil
nilai suhu pada bagian tersebut.

Gambar 4.10 Kontur Variasi 1


Gambar 4.11 Kontur Variasi 2

Gambar 4.12 Kontur Variasi 3

4.2 Pembahasan

Setelah melakukan simulasi perpindahan panas dengan menggunakan software Ansys


versi 18.1 didapatkan data hasil simulasi yang telah dijelaskan pada sub bab 4.1. Berdasarkan
data tersebut dapat dilakukan analisa dan dilakukan pembahasan setiap hasil dari simulasi.

Metode meshing yang dilakukan pada simulasi ini adalah dengan metode tetrahedron, hal
itu dipilih karena metode ini dapat membagi geometri menjadi elemen kecil – kecil lebih
banyak. Semakin banyak jumlah elemen pada meshing maka akan semakin mendekati akurat
hasil simulasi ini dengan kenyataan yang ada, selain mengatur metode meshing pada simulasi
ini terdapat hal lain yang juga diatur yaitu sizing meshing. Sizing meshing yang diatur pada
simulasi ini ada 2 yaitu sizing function dan relevance center, sizing funciton pada simulasi ini
diatur menjadi proximity karena tipe dikhususkan pada benda yang bersudut seperti segitiga,
persegi dan segi lain, lalu relevance center diatur dengan coarse. Setelah melakukan
pengaturan meshing seperti yang dijelaskan sebelumnya akan dilakukan meshing oleh software
Ansys, untuk melihat kualitas hasil meshing dapat dilihat pada kolom Quality atau kualitas
pada bagian Mesh. Parameter kualitas meshing pada simulasi ini adalah skewness, nilai
skewness pada variasi 1 adalah 0,845, variasi 2 sebesar 0,821, dan variasi 3 sebesar 0,847, nilai
skewness dapat dikatakan bagus atau dapat diterima hasilnya adalah apabila bernilai kurang
dari 1.
Simulasi perpindahan panas ini dilakukan dengan metode transient, pada metode ini
terdapat 3 parameter yaitu time step, number of time step dan max iteration. Pada simulasi ini
diatur jumlah time step dengan nilai 0.1 s , number of time step dengan nilai 100, dan max
iteration berjumlah 100 setiap time step, berdasarkan pengaturan diatas dapat dihitung bahwa
simulasi ini dilakukan atau diamati selama 10 detik peristiwa perpindahan panasnya. Setelah
melakukan pengaturan diatas akan dilakukan perhitungan atau kalkulasi hingga sampai
menemukan nilai konvergen dari perhitungan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan oleh
software Ansys, dapat dilihat bahwa nilai perpindahan panas terbesar adalah pada variasi fin
pertama yaitu sebesar 2,2628893 Watt lalu diikuti dengan nilai perpindahan panas terbesar
kedua pada variasi fin ketiga dan ketiga pada variasi fin kedua.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan simulasi perpindahan panas konduksi pada 3 buah variasi fin atau sirip
yang ditempelkan pada permukaan bersuhu panas didapatkan kesimpulan yaitu :

a. Ujung fin memiliki suhu lebih dingin dibandingkan suhu permukaan yang diberi fin.
b. Perpindahan panas akan lebih besar pada desain fin yang berjarak antar fin, sehingga
banyak permukaan fin yang lebih terpengaruh temperatur sekitar yang lebih dingin.
c. Untuk memperkecil nilai skewness adalah dengan cara merubah metode meshing geometri
dan merubah ukuran minimal dan maksimal elemen hasil meshing.
d. Pada simulasi transien, lama waktu simulasi transien merupakan hasil kali dari jumlah time
step dan jumlah number of time step dimana kedua hal tersebut dapat diatur jumlah pada
saat sebelum melakukan perhitungan
5.2 Saran

Adapun saran untuk melakukan simulasi perpindahan panas pada software Ansys yaitu :

a. Sebelum melakukan simulasi sebaiknya membaca teori dan perhitungan menganai


perpindahan panas pada benda.
b. Sebelum melakukan simulasi pada software Ansys sebaiknya membaca terlebih dahulu
tentang metode yang digunakan pada Ansys yaitu tentang pendesainan geometri,
meshing dan pengaturan kondisi awal.
c. Sebelum melakukan simulasi perpindahan panas, sebaiknya dipersiapkan berbagai desain
geometri agar tidak menghambat pengerjaan desain.
d. Selama melakukan simulasi, disarankan untuk selalu teliti pada saat awal pengerjaan
hingga akhir pengerjaan.
e. Setelah melakukan perhitungan, disarankan untuk menulis atau menyimpan hasil
perhitungan pada tabel ataupun pada softfile.
DAFTAR PUSTAKA

[1] F. P. Incropera, D. P. Dewitt, T. L. Bergman, and A. S. Lavine, Fundamentals of Heat


and Mass Transfer, 6th Editio. United States: John Wiley & Sons, Inc, 2007.
[2] Y. A. Cengel and A. J. Ghajar, Heat and Mass Transfer, 5th Editio. New York:
McGraw-Hill Education, 2015.
[3] T. Ambreen and M. H. Kim, “Effect of fin shape on the thermal performance of
nanofluid-cooled micro pin-fin heat sinks,” Int. J. Heat Mass Transf., vol. 126, pp.
245–256, 2018.
[4] G. J. Huang, S. C. Wong, and C. P. Lin, “Enhancement of natural convection heat
transfer from horizontal rectangular fin arrays with perforations in fin base,” Proc.
Tech. Pap. - Int. Microsystems, Packag. Assem. Circuits Technol. Conf. IMPACT, vol.
84, pp. 295–298, 2012.
[5] S. A. Nada, “Natural convection heat transfer in horizontal and vertical closed narrow
enclosures with heated rectangular finned base plate,” Int. J. Heat Mass Transf., vol.
50, no. 3–4, pp. 667–679, 2007.
[6] M. Zadhoush, A. Ahmadi Nadooshan, M. Afrand, and H. ghafori, “Constructal
optimization of longitudinal and latitudinal rectangular fins used for cooling a plate
under free convection by the intersection of asymptotes method,” Int. J. Heat Mass
Transf., vol. 112, pp. 441–453, 2017.
[7] B. Kamkari and D. Groulx, “Experimental investigation of melting behaviour of phase
change material in finned rectangular enclosures under different inclination angles,”
Exp. Therm. Fluid Sci., vol. 97, no. April, pp. 94–108, 2018.

Anda mungkin juga menyukai