Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa tahun belakangan ini, munculnya Startups di bidang

Financial Technology mendukung adanya fenomena Crowdfunding.

Financial Technology atau lebih sering disebut Fintech adalah industri

finansial berbasis teknologi terutama internet yang diaplikasikan untuk

sektor layanan jasa keuangan. Menurut Kuliah Hak Segala Bangsa (2017)

Crowdfunding adalah praktik penggalangan dana dari sejumlah besar orang

untuk memodali suatu proyek atau usaha yang umumnya dilakukan melalui

internet.

Salah satu jenis Crowdfunding yang menarik perhatian masyarakat

adalah Peer to peer lending atau lebih dikenal dengan istilah P2P Lending.

Menurut Lin (2013) online peer to peer lending adalah “A special type of

online micro loan markets, where individuals make microloans to other

individual borrowers without collaterals and financial institutions as an

intermediary.” Peer to peer lending adalah praktek atau metode

memberikan pinjaman uang kepada individu atau bisnis dan juga sebaliknya

yang menghubungkan antara pemberi pinjaman atau borrowers dengan

peminjam atau lender secara online. Ada dua pendekatan peer to peer

lending, sebagai peminjam (borrowers) mengajukan pinjaman kepada

lenders. Atau sebagai sebagai pemberi pinjaman (lenders) memberikan

pinjaman kepada borrowers.

1
Keberadaan Peer to peer lending mulai menggeser industri jasa

keuangan tradisional bank, koperasi, simpan pinjam, investasi dan asuransi.

Individu atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami

kesulitan peminjaman ke bank atau industri jasa keuangan lainnya karena

besarnya bunga, cicilan, biaya admin dan harus adanya jaminan atau agunan

(dalam bentuk fisik).

Peer to peer lending di Indonesia boleh dibilang sebagai “anak

bawang” karena Peer to peer lending baru mulai beroperasi dan mendapat

izin terdaftar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juni 2017. Tapi pada

Desember 2018, jumlah dana yang disalurkan oleh Peer to peer lending

mencapai Rp. 22 trilliun, sebuah angka yang cukup fantastis untuk jenis

pendanaan yang baru berjalan selama 1 tahun. Sumber:

https://www.ojk.go.id/id (Ikhtisar Data Keuangan Financial Technology

Peer to Peer Lending Periode Desember 2018). Lampiran 1 menunjukkan

dana yang disalurkan peer to peer lending selama tahun 2018 dan lampiran

2 menunjukkan portfolio bisnis Fintech di Indonesia, terlihat bahwa lending

memberikan kontribusi terbesar kedua setelah payment.

Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan penelitian

terhadap herding behaviors pada Peer to peer lending markets. Menurut

Saasta Moinen (2008), herding adalah Perilaku lender menjual atau

membeli saham tanpa menghiraukan alasan yang mendasarinya untuk

melakukan investasi. Herzenstein (2011a) dan Zhang (2012) menemukan

adanya herding behaviors pada peer to peer lending Prosper.com di

Amerika Serikat. Herzentein (2011a) pada penelitiannya menemukan bukti

2
herding di antara lenders Prosper.com di mana pinjaman borrower yang

dapat menarik minat banyak lenders akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk dapat menerima pendanaan pinjaman berikutnya. Selain itu

penelitian yang dilakukan oleh Herzenstein (2011a) menyatakan adanya

eksistensi herding sebagai berikut: Lenders have a greater likelihood of

bidding on an auction with more bids, but only to the point at which it has

received full funding. He also discovered that after borrowing listing is fully

funded, herding diminishes.

Pada dasarnya, setiap lender mempunyai rasionalisme yang tinggi

dan tidak menyukai risiko. Hal ini dapat dilihat, dari sikap individu yang

menginginkan adanya tambahan keuntungan yang lebih besar untuk setiap

peningkatan risiko yang dihadapinya. Lender perseroangan (Individual

lender) mengharapkan keuntungan yang lebih besar tetapi mereka tidak

mengetahui secara detail akan hasil yang didapat dari investasi yang

dilakukan.

Pada bisnis Peer to peer lending yang tergolong masih terbilang

baru di Indonesia, lenders masih belum memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang cukup untuk mengalokasikan dananya. Selain itu lenders

belum mengetahui determinan atau faktor apa yang harus diperhatikan

dalam menentukan investasi mana yang sebaiknya dipilih untuk

mendapatkan tingkat keuntungan maksimal dengan risiko seminimum

mungkin.

Walaupun, peneliti sebelumnya, Herzenstein (2011a) dan Zhang

(2012) sudah melakukan penelitian secara mendalam terkait herding

3
behaviour di online herding market Prosper.com di Amerika Serikat,

penelitian untuk herding pada peer to peer lending di negara berkembang

(developing countries) masih terbatas. Hal ini dikarenakan setiap negara

mempunyai market dan pengalaman berinvestasi yang berbeda-beda,

sehingga hasilnya kemungkinan akan memiliki perbedaan.

Maka dari itu pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian

serupa di Indonesia yang berfokus pada PT Akseleran Keuangan Inklusif

Indonesia (Akseleran) untuk memprediksi apakah ada herding behaviours

dan determinan apa yang menentukan pada pinjaman peer to peer lending,

seperti yang disarankan oleh Herzenstein (2011a) untuk dapat melakukan

penelitian lebih lanjut terkait lending behaviour pada peer to peer lending

platform yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

dijelaskan perumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada herding behavior di Indonesia (khususnya pada PT

Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia)?

2. Apakah suku bunga peer to peer lending signifikan dijelaskan oleh total

pinjaman borrowers, total hari pinjaman berhasil terkumpul, total lender

pinjaman, agunan, jangka waktu pinjaman dan suku bunga rating

Akseleran?

3. Apakah total lender pinjaman signifikan dijelaskan oleh agunan, jangka

waktu pinjaman, suku bunga rating Akseleran, suku bunga Peer to peer

4
lending, total pinjaman borrowers dan total hari pinjaman berhasil

terkumpul?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah ada herding behavior di Indonesia (khususnya

pada PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia).

2. Mengetahui apakah total hari pinjaman berhasil terkumpul, total

lender pinjaman, agunan, jangka waktu pinjaman dan suku bunga

rating Akseleran berpengaruh signifikan terhadap suku bunga Peer

to peer lending.

3. Mengetahui apakah jangka waktu pinjaman, suku bunga rating

Akseleran, suku bunga peer to peer lending, total pinjaman

borrowers dan total hari pinjaman berhasil terkumpul berpengaruh

signifikan terhadap total lender pinjaman.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi Akseleran, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

untuk mengetahui apakah yang menyebabkan herding behavior dan

determinan apa yang diperhatikan lenders dalam melakukan

pemilihan pinjaman.

5
2. Bagi para lender dalam melakukan pemilihan pinjaman yang tepat

untuk memperolah keuntungan investasi yang lebih baik.

3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lebih

lanjut dan dapat menambah referensi atau informasi dalam

mendukung penelitian selanjutnya terkait fenomena crowdfunding

terutama peer to peer lending di Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan

Berikut adalah sistematika penulisan dalam penyusunan tesis

dengan pembagian yang dijelaskan sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan yang berisikan latar belakang penelitian,

selanjutnya diringkas menjadi permasalahan yang akan diteliti, kemudian

dijelaskan mengenai tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

Bab II adalah landasan teori dan hasil empirik yang relevan dengan

penelitian dan hipotesis konseptual. Bab ini akan membahas teori-teori

yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas sebagai acuan dasar

dalam melakukan penelitian dan melakukan analisis terhadap hasil

penelitian ini.

Bab III adalah metode penelitian. Bab ini berisi metode yang

diterapkan dalam melakukan penelitian di mana di dalamnya terdapat obyek

penelitian, teknik pengumpulan data serta metode yang digunakan dalam

pengumpulan dan pengolahan data.

Bab IV adalah hasil penelitian. Bab ini berisi tentang proses

pengolahan data beserta uji validasi data yang selanjutnya digunakan dalam

6
menganalisis dan uraian pembahasan atas uji hipotesis serta implikasi dari

hasil yang diperoleh.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Bab V adalah bab terakhir yang

memberikan kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai