Anda di halaman 1dari 25

MODUL PPG PRAJAB UNM

Topik 5
RENCANA DAN
PENGEMBANGAN BISNIS
Disusun oleh:
TIM MODUL KEWIRAUSAHAAN LIPK UNM
1
2022
TOPIK 5
RENCANA DAN PENGEMBANGAN BISNIS

Durasi • 2 pertemuan

Capaian •Mahasiswa mampu mengumpulkan data tentang


bisnis yang akan dikembangkan

Pembelajaran •Mahasiswa mampu mendesain model bisnis


berbasis technopreneurship

A. Mulai Dari Diri

Setelah membahas tentang Riset Pasar pada pada Topik 4, maka pada Topik 5 ini,
kita akan belajar tentang Rencana dan Pengembangan Bisnis. Mengawali aktivitas
belajar pada topik ini, silahkan Anda menyimak pernyataan berikut ini:

Sumber: Bahan Ajar Teknik Perencanaan Pembangunan, Syamsu Alam, 2022

Gambar 1. Pernyataan tentang logical framework analysis

2
Dalam rantai nilai perencanaan dan evaluasi diketahui salah satu kerangka analisis
yaitu Logical Framework Analysis (FLA), yang diadopsi pada penentuan program
yang berorientasi pada dampak. Namun dalam perencanaan juga sangat tergantung
pada faktor (potensi, masalah, sumber daya, regulasi, dan lainnya) yang akan
diproses untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan ilustrasi di atas kemukakan pendapat Anda terkait


dengan dua perspektif di atas dan diskusikan !!

B. Eksplorasi Konsep

1. Konsep Dasar Perencanaan Bisnis

Perencanaan bisnis atau business plan adalah pernyataan tertulis yang dapat
mendeskripsikan bagaimana bisnis itu sendiri, produk atau layanan yang disajikan
kepada konsumen. Rencana bisnis biasanya dibuat oleh pebisnis pada proses awal
bisnis dimulai sebagai rancangan awal atau proyeksi atau strategi. Pengertian bisnis
juga dapat didefinisikan sebagai dokumen yang merangkum tujuan operasional dan
keuangan bisnis. Rencana usaha atau bisnis adalah, dokumen tertulis yang
disiapkan wirausahawan yang dapat menggambarkan semua unsur-unsur relevan
baik internal maupun eksternal mengenai perusahaan untuk memulai suatu usaha
nantinya Isinya merupakan perencanaan terpadu yang menyangkut pemasaran
permodalan, manufaktur, dan sumber daya manusia. Richard L. Daft dalam bukunya
Management, menyebutkan bahwa perencanaan bisnis adalah, dokumen yang
merincikan detail-detail bisnis yang disiapkan oleh seorang wirausahawan sebelum
membuka bisnis baru (Daft, 2007).

Menurut Bygrave (1994) dalam Alma (2006), mendefinisikan Business Plan sebagai
dokumen yang disediakan oleh entrepreneur yang memuat rincian tentang masa

3
lalu, keadaan sekarang dan kecenderungan masa depan dari sebuah perusahaan.
Isinya mencakup analisis tentang manajerial, keadaan fisik bangunan, karyawan,
produk, sumber permodalan, informasi tentang jalannya perusahaan selama ini dan
posisi pasar dari perusahaan. Business Plan juga berisi tentang rincian profit, neraca
pembayaran, proyeksi aliran kas untuk dua tahun yang akan datang. Selain itu juga
memuat pandangan dan ide dari untuk dua tahun yang akan datang, pandangan dan
ide dari anggota tim manajemen serta menyangkut strategi dan tujuan perusahaan
yang hendak dicapai.

Jadi business plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausaha yang
menggambarkan semua unsur-unsur yang relevan baik internal maupun eksternal
mengenai perusahaan untuk memulai suatu usaha. Isi dari business plan sering
merupakan perencanaan terpadu yang menyangkut pemasaran, permodalan,
manufacturing dan sumber daya manusia.

2. Menyusun Rencana Bisnis

Perencanaan merupakan unsur penting agar bisnis dapat berjalan dengan sukses.
Namun perlu diingat, perencanaan tidak hanya sebatas aktivitas mental dalam
pikiran saja, namun harus berkomitmen untuk menulis suatu rencana bisnis sebelum
memulai bisnis. Rencana bisnis yang tertulis dapat membantu wirausaha
menemukan kelalaian dan kekurangan dalam ide-ide dan menemukan kemungkinan
lainnya. Sebuah rencana bisnis memberitahu pembaca apa tujuan bisnis dari suatu
perusahaan; kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana bisnis tersebut akan
mencapai tujuannya, serta siapa-siapa saja yang akan terlibat dalam
menjalankannya.

a. Tujuan menyusun rencana bisnis

Ada tiga alasan utama yang mendasari wirausaha dalam menyusun rencana bisnis
yaitu; 1) untuk membantu Anda menentukan kelayakan ide bisnis, 2) untuk menarik
modal awal bisnis, dan 3) untuk memberikan arahan setelah bisnis berjalan.

Untuk menentukan kelayakan ide bisnis. Wirausaha tidak akan pernah tahu
secara pasti apakah ide usahanya cukup layak, bila tidak direalisasikan. Juga perlu

4
mempertahankan bisnis dalam waktu yang cukup lama untuk melihat apakah bisnis
ini layak. Dengan menulis rencana bisnis, wirausaha dapat melihat secara kritis
maksud, tujuan, dan harapan dalam usahanya, sehingga ketika merealisasikan ide
usahanya, dapat mencegah kelalaian yang berakibat pembiayaan bisnis menjadi
lebih tinggi.

Untuk menarik modal awal. Modal, baik dari modal sendiri maupun dari perbankan
atau investor, merupakan kebutuhan awal pada sebagian besar bisnis. Salah satu
pertanyaan yang pertama kali ditanyakan oleh seorang bankir atau investor adalah
"Mana rencana Anda?". Perbankan pada umumnya konservatif dalam hal finansial,
sehingga sebelum mengambil risiko dengan memberikan modal bisnis, pihak
perbankan ingin mendapatkan keyakinan bahwa wirausaha memiliki pengetahuan
dan cukup realistis dalam proyeksi bisnis. Calon investor juga akan memiliki
pertanyaan tentang rencana bisnis. Mereka butuh informasi kapan suatu bisnis akan
mencapai titik impas (break event point), untuk mengetahui apakah bisnis tersebut
akan menguntungkan mereka. Dengan rencana bisnis yang lengkap, menunjukkan
bahwa wirausaha memiliki pemahaman dan perencanaan yang baik, pertimbangan
yang strategis dalam memecahkan masalah dan melihat peluang bisnis. Rencana
bisnis juga diperlukan untuk meningkatkan setiap modal yang diperlukan.

Untuk memberikan arahan. Rencana bisnis seharusnya berlaku sebagai peta.


Didalamnya, terdapat arahan-arahan jangka panjang yang perlu dilakukan untuk
menjalankan bisnis pada masa depan. Dengan rencana bisnis yang jelas, akan
memandu wirausaha untuk tetap berada dalam jalurnya, dan terhindar dari
keputusan ataupun aktivitas bisnis yang bersifat reaktif. Rencana bisnis juga
sebaiknya dievaluasi secara berkala, sehingga sejalan dengan perubahan yang
terjadi didalam maupun diluar bisnis.

b. Data dan informasi dalam penyusunan rencana bisnis

Penyusunan perencanaan bisnis pada umumnya memuat data sebagai pokok-


pokok pikiran yaitu :

5
1) Nama perusahaan
Pemilihan nama perusahaan harus dipikir baik-baik karena berdampak jangka
panjang. Pemberian nama harus berorientasi ke depan, tidak hanya pada faktor-
faktor yang kekinian.

2) Lokasi
Penetapan lokasi terbagi atas lokasi perusahaan, lokasi pertokoan, dan lokasi
pabrik/industri. Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi yaitu :
1). backward linkage/pertalian ke belakang, yaitu bagaimana sumber daya
(resources) yang akan digunakan. Termasuk dalam hal ini adalah bahan baku,
tenaga kerja, suasana dan kondisi masyarakat setempat. 2). forward
linkage/pertalian ke depan, yaitu daerah pemasaran hasil produksi. Apakah
tersedia konsumen yang cukup untuk menyerap hasil produksi.

3) Produk yang akan dihasilkan


Menurut Wasty Soetomo, 1992 : 224 (dalam Buchari Alma, 2006 : 202), pemilihan
produk yang akan diusahakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a). Membanjirnya permintaan masyarakat terhadap jenis-jenis hasil usaha
tertentu, baik berupa barang-barang ataupun jasa. b). Teridentifikasinya
kebutuhan tersembunyi masyarakat akan barang-barang atau jasa tertentu.
c). Kurangnya saingan dalam bidang usaha yang kita kerjakan. d). Adanya
kemampuan yang meyakinkan untuk bersaing usaha dengan pihak lain dalam
mengembangkan suatu bidang usaha yang sama.

4) Target Konsumen.
Prospek konsumen ini didasarkan atas bentuk usaha dan jenis usahanya. Jika
jenis usaha yang dijalankan berbentuk industri tentu jangkauan konsumen yang
dituju lebih jauh dibandingkan dengan usaha bentuk pertokoan.

5) Target Pasar.
Sebuah perusahaan yang akan memasuki pasar akan menempatkan
perusahaannya sebagai pemimpin pasar (market leader), penantang pasar
(market challenger), pengikut pasar (market follower), atau perelung pasar
(market nicher).

6
6) Partner yang akan diajak kerjasama.
Partnership adalah suatu asosiasi atau persekutuan dua orang atau lebih untuk
menjalankan suatu usaha mencari keuntungan. Walaupun persekutuan ini
banyak dilakukan dalam bidang usaha yang mencari laba, tetapi ada juga
persekutuan yang dibentuk tidak untuk mencari laba. Bentuk partnership dapat
mengatasi beberapa kelemahan yang terdapat pada bentuk usaha perseorangan.
Ada dua macam partnership yaitu: 1). General partnership, Dalam bentuk ini
semua anggota ikut secara aktif mengoperasikan bisnis dan sama-sama
bertanggung jawab, termasuk tanggung jawab yang tidak terbatas terhadap
utang-utang bisnis. 2). Limited partnership. Bentuk ini, memiliki anggota
sekurang-kurangnya satu orang yang bertanggung jawab tidak terbatas dan
anggota lainnya bertanggung jawab terbatas.

7) Personil yang dipercaya untuk menjalankan perusahaan.


Pilihlah seseorang untuk menjalankan perusahaan karena kejujurannya.
Pengelola bisnis inilah umumnya disebut manajer bisnis

8) Jumlah modal yang diharapkan dan yang tersedia.


Pada umumnya seseorang pada saat mau mendirikan usaha jumlah modal yang
tersedia untuk membuka usaha sangat minim. Modal utama adalah semangat
dan kejujuran. Jika modal yang dimiliki pengusaha awal sangat kecil dapat
dilakukan kerjasama dengan partner, yang masing-masing menyetorkan
modalnya. Semua sumber dan kemampuan pengumpulan modal ini harus ditulis.
Modal awal ini harus tetap dicari sampai memenuhi/mencukupi untuk membuka
usaha yang masih baru.

9) Peralatan perusahaan yang perlu disediakan.


Peralatan yang perlu disediakan adalah sesuai dengan kepentingan usaha.
Peralatan usaha pertokoan, akan berbeda dengan usaha kerajinan dan industri.
Untuk pertama kali membuka usaha, pikirkan peralatan yang sangat diperlukan.
Peralatan yang tidak begitu diperlukan penggunaannya sebaiknya tidak dibeli
terlebih dahulu, sebab akan mengganggu uang kas. Ada dua hal yang
dipertimbangkan dalam menyediakan peralatan yaitu ekonomis dan prestise.

7
10) Penyebaran promosi.
Sebagai suatu usaha baru, tentu belum dikenal oleh masyarakat. Oleh sebab
itu harus direncanakan apakah usaha ini perlu diperkenalkan/ dipromosikan
atau tidak. Jika akan dipromosikan harus direncanakan bentuk promosi,
tempat/media mempromosikan, keunggulan apa yang akan ditunjukkan, apakah
akan menonjolkan harga murah, kualitas prima, lokasi strategis dan sebagainya.

3. Analisis Evaluasi Rencana Bisnis

Terdapat 2 (dua) langkah yang perlu diperhatikan dalam menilai/mengevaluasi


peluang rencana usaha yaitu: penetapan kelayakan usaha dan penerapan
manajemen risiko usaha.

a. Penetapan Kelayakan Usaha

Yang pertama kali harus dilakukan dalam memulai usaha adalah analisis kelayakan
usaha tersebut. Hakikat dari analisis kelayakan usaha adalah menemukan jawaban
tentang apakah peluang usaha baik yang berupa produk baru atau jasa dapat dijual,
berapa biaya yang dikeluarkan serta mampukah produk atau jasa tersebut
memperoleh laba. Pada tahap analisis kelayakan usaha baru ini ada beberapa
langkah yang harus dilakukan yaitu:

1) Analisis Kelayakan Teknis


Dalam melaksanakan analisis kelayakan teknis ada 2 langkah yang harus
dilakukan yaitu: a) Identifikasi Analisis Teknis, Sebuah peluang usaha harus
memiliki persyaratan teknis yang antara lain: daya tarik penampilan produk,
produk mudah dimodifikasi sesuai dengan perubahan teknologi, permintaan
konsumen dan perkembangan pesaing, daya tahan dari bahan baku produk,
mudah diproduksi, dan biaya rendah. b) Uji coba produk atau jasa. Setelah
produk dianalisis secara teknis perlu dilakukan uji coba produk untuk
memperoleh jaminan bahwa produk atau jasa tersebut dapat memenuhi
permintaan konsumen.

8
2) Analisis Peluang Pasar.
Para wirausaha yang akan membuka usaha tentunya membutuhkan informasi
tentang pasar, karena tujuan dari pemasaran adalah untuk memenuhi
permintaan pelanggan. Oleh karena itu perlu adanya riset pasar untuk
menemukan pasar yang menguntungkan, memilih produk yang dapat dijual,
menerapkan teknik pemasaran yang lebih baik dan merencanakan sasaran
yang realistik. Tujuan riset pasar adalah mengumpulkan informasi untuk
pengambilan keputusan tentang usaha yang akan dibuka. (telah dikaji pada
topik 4)

3) Analisis Kelayakan Finansial.


Analisis kelayakan finansial adalah landasan untuk menentukan sumber daya
finansial yang diperlukan untuk tingkat kegiatan tertentu dan laba yang bisa
diharapkan. Kebutuhan finansial dan pengembalian (return) bisa sangat
berbeda tergantung pada pemilihan alternatif yang ada bagi usaha baru. Ada
tiga langkah dasar untuk pemilihan alternatif dalam analisis kelayakan finansial,
yaitu. a) Penentuan kebutuhan finansial total dengan dana yang diperlukan
untuk operasional Kebutuhan finansial hendaknya diproyeksikan tiap bulan atau
bahkan mingguan sekurang-kurangnya untuk operasi tahun pertama dari usaha
baru. Selanjutnya diperlukan juga proyeksi kebutuhan keuangan untuk tiga
sampai lima tahun. b) Penentuan sumber daya finansial yang tersedia biaya-
biayanya, yaitu berupa pencairan sumber dana dan biaya modal. Langkah
kedua dalam analisis kelayakan finansial ini adalah proyeksi sumber daya
finansial yang tersedia dan dana-dana yang akan dihasilkan dalam operasi
perusahaan. Dalam menentukan sumber daya finansial potensial yang tersedia
harus dibedakan sumber finansial jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang.

4) Penilaian Kemampuan Organisasional.


Setiap bisnis usaha membutuhkan orang-orang dengan berbagai jenis
keterampilan dan bakat untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi. Hal
yang perlu diperhatikan adalah jenis keterampilan, jenis organisasi dan

9
keterampilan yang dibutuhkan dalam penerapan usaha baru yang efektif serta
keterampilan dan bakat yang dibutuhkan jika usaha baru tersebut mulai berhasil
dan tumbuh. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini, yaitu:
a) Penentuan kebutuhan personalia dan perencanaan struktur organisasi awal.
Langkah pertama dalam penentuan kebutuhan personalia adalah analisis
kebutuhan tenaga kerja dan berbagai aktivitas yang perlu dilakukan. Langkah
kedua adalah pengelompokkan aktivitas tersebut ke dalam seperangkat tugas
yang bisa ditangani individu secara efektif. Langkah tiga adalah dari berbagai
tugas dikategorikan untuk membentuk dasar dari struktur organisasi. b)
Perbandingan kebutuhan dan ketersediaan personalia. Pada langkah ini perlu
dilakukan membandingan personalia yang dibutuhkan dan orang-orang yang
berkualitas yang tersedia bagi usaha baru. Apakah ketersediaan orang-orang
yang berkualitas sudah memenuhi dari yang dibutuhkan.

5) Analisis Persaingan.
Semua bisnis/usaha akan menghadapi persaingan baik persaingan langsung
yaitu dari produk atau jasa yang identik dengan produk perusahaan itu pada
pasar yang sama dan tekanan tidak langsung dari barang pengganti. Suatu
pendekatan untuk menganalisa tekanan persaingan dipusatkan pada tiga hal
yaitu: a) Identifikasi pesaing besar potensial. b) Identifikasi berbagai strategi dan
taktik yang digunakan pesaing. c) Identifikasi keuntungan persaingan tertentu
dari usaha yang dilaksanakan.

b. Penerapan Manajemen Risiko

Wirausaha tentunya membutuhkan manajemen risiko dalam bisnisnya, secara


harfiah manajemen risiko merupakan suatu proses mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi dan juga mengendalikan potensi kerugian dan peluang keuntungan
yang akan terjadi dalam suatu bisnis baik yang baru akan dijalankan ataupun yang
telah berjalan.

1) Identifikasi Risiko,
Identifikasi risiko adalah kegiatan untuk menemukan atau mengetahui bentuk
dan jenis risiko-risiko yang mungkin timbul dalam aktivitas yang dilakukan oleh

10
perusahaan atau perorangan. Hal-hal yang dilakukan oleh wirausaha dalam
identifikasi masalah:

a) Mengetahui kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan


harus berhati-hati atas kemungkinan timbulnya setiap kerugian.
b) Memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya risiko sehingga dapat
diperkirakan kemungkinan kerugian maksimum dari risiko yang berasal dari
berbagai sumber.
c) Memutuskan pemakaian metode pengelolaan risiko yang terbaik dan paling
ekonomis, apakah dengan jalan menghapuskan, mengurangi, membatasi,
menanggung sendiri, memindahkan atau mengkombinasikan metode
tersebut.
d) Mengadministrasikan program manajemen risiko termasuk mengadakan
penilaian kembali atas program-program, pencatatan-pencatatan dan lain
sebagainya.

Adapun metode yang dapat digunakan pada saat mengidentifikasi risiko yaitu;
analisis data historis, pengamatan dan survey (menggunakan questionnaire,
inspeksi langsung, dan interaksi dengan unit kerja), pengacuan (benchmarking),
dan pendapat ahli.

Dalam mengidentifikasi risiko juga diperlukan berbagai informasi yang menjadi


sumber identifikasi, sumber informasi itu bisa berasal dari; Dokumen Internal,
berupa laporan keuangan, strategi dan rencana, standar dan prosedur operasi,
dokumen karyawan, surat perintah, dan lainnya yang merupakan target
pencarian yang pertama dalam identifikasi risiko dari dalam/ pemilik wirausaha
tetapi seringkali tidak semua dokumen internal ini tersedia dan tertata dengan
baik. Dokumen Eksternal, berupa data dan informasi dari koran, majalah, data
publikasi, statistik keuangan dan ekonomi, dan sumber lainnya yang berasal dari
luar perusahaan. dan Narasumber internal perusahaan; seperti pimpinan/
manajer, staf karyawan yang mengetahui seluk beluk pekerjaannya secara
detail dan telah berpengalaman dan kompeten (expert).

11
2) Menganalisis Risiko,
Analisis risiko adalah alat yang digunakan dalam proses pengambilan
keputusan. analisis risiko ini memungkinkan wirausaha untuk mengidentifikasi
potensi manfaat dan potensi kerugian dari setiap opsi, mengevaluasi
kemungkinan masalah yang terjadi dan memutuskan apakah akan bergerak
maju dengan mempertimbangkan risiko tersebut. Setelah menganalisis potensi
risiko, maka dapat ditentukan cara mengelolanya dan bahkan mengembangkan
rencana pencegahan yang komprehensif.

Terdapat beberapa metode analisis risiko yang dapat dilakukan yaitu;

a) Bow tie analysis, adalah metode analisis risiko yang digunakan untuk
mengelola dan mengurangi risiko. Kegiatan awal proses ini dengan
mengamati risiko potensial dan membaginya menjadi dua kategori: satu
yang mencakup semua faktor yang berkontribusi potensial dan satu lagi
yang mencantumkan semua konsekuensi potensial. Dari sini dapat dibuat
praktik baru yang membahas setiap penyebab dan konsekuensi potensial.
Misalnya, jika wirausaha di sektor makanan, melakukan Bow tie analysis
untuk menentukan kejadian mana yang dapat menyebabkan pemadaman
listrik dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi pemasok Anda dan
makanan yang Anda simpan di lokasi. Setelah itu, Anda akan membuat
daftar semua cara potensial untuk menghindari pemadaman listrik serta apa
yang harus dilakukan jika terjadi pemadaman listrik.

b) Delphi, Teknik Delphi adalah metode analisis risiko yang mirip dengan
brainstorming, tetapi perbedaannya adalah teknik Delphi sangat
bergantung pada penggunaan pendapat ahli di seluruh proses. Pendapat
ini memungkinkan untuk mengevaluasi, mengidentifikasi dan menganalisis
risiko secara individual. Dari, setiap ahli meninjau risiko lain untuk membuat
daftar risiko, yang dapat mencakup semua potensi risiko dan konsekuensi.
Seseorang yang bekerja di ritel, misalnya, mungkin meluangkan waktu
untuk meninjau studi tentang pencurian dan apa yang para ahli yakini
sebagai faktor risiko utama. Ini akan memungkinkan perusahaan untuk

12
meninjau keamanan ruang kerjanya dan memasang kamera atau
mempekerjakan personel untuk menjaganya tetap aman.

c) Analisis SWIFT, Pendekatan SWIFT, atau “structured what-if technique”


termasuk pendekatan berbasis tim dalam lingkungan perusahaan. Proses
ini melibatkan penilaian bagaimana perubahan dari rencana atau desain
yang baru diimplementasikan dapat mempengaruhi proyek potensial.
Dengan menggunakan pertanyaan “bagaimana jika”, tim dapat menentukan
bagaimana perubahan dapat mempengaruhi proyek atau inisiatif di masa
mendatang.

d) Matriks probabilitas/ konsekuensi, Metode matriks probabilitas/


konsekuensi adalah metode yang menonjol untuk menilai tingkat keparahan
risiko saat melakukan analisis risiko kualitatif, dan dapat menilai risiko di
semua tingkat perusahaan. Matriks probabilitas/konsekuensi adalah
metode praktis untuk menentukan peringkat keparahan berbagai risiko
dengan menghitung potensi dampak risiko. Hal ini tidak hanya
memungkinkan perusahaan untuk menentukan tingkat keparahan risiko
secara keseluruhan dengan lebih baik, tetapi juga memungkinkan Anda
menentukan faktor utama yang berkontribusi terhadap setiap potensi risiko.
Contoh; Pemilik gym yang tertarik untuk melakukan analisis risiko dapat
menggunakan matriks probabilitas/konsekuensi untuk menilai aturan dan
prosedur tentang peralatan dan kebersihan di fasilitas mereka. Matriks
probabilitas/konsekuensi dapat membantu mereka menentukan area
pedoman kebersihan mana yang perlu diperhatikan agar bisnis tetap
beroperasi dengan aman.

e) Analisis pohon keputusan (Decision tree analysis), metode analisis


pohon keputusan membantu wirausaha menentukan tindakan terbaik
dalam sebuah skenario. Untuk menjalankan metode ini, wirausaha memulai
dengan menganalisis keputusan yang diusulkan dan memetakan berbagai
hasil potensial dari keputusan tersebut. Setelahnya dibuat daftar semua

13
hasil potensial, serta kemungkinan terjadinya, maka dimungkinkan untuk
memutuskan tindakan terbaik untuk setiap masalah.

3) Evaluasi dan Pengendalian Risiko


Setelah melakukan identifikasi dan menganalisis alternatif risiko, maka
selanjutnya dibutuhkan evaluasi dalam pengendalian risiko. Beberapa strategi
yang menjadi pilihan dalam evaluasi dan mengendalikan risiko bisnis dapat
diuraikan sebagai berikut :

a) Penghindaran Risiko, cara paling sederhana bagi organisasi dan individu


untuk mengelola risiko adalah dengan menghindarinya sama sekali.
Meskipun terjadinya beberapa risiko tidak dapat dihindari, beberapa
risikohanya datang dengan pilihan yang dibuat oleh organisasi dan individu.

b) Pengurangan Risiko, juga disebut mitigasi risiko, pengurangan risiko


melibatkan menemukan cara untuk mengurangi dampak risiko, terutama
ketika risiko tersebut tidak dapat dihindari. wirausaha dapat mengurangi
risiko dengan terlebih dahulu memprioritaskan jenis risiko yang diketahui
yang dihadapi dan menyiapkan antisipasinya.

c) Retensi Risiko, juga disebut penerimaan risiko, retensi risiko terjadi ketika
wirausaha menentukan bahwa mereka dapat menerima tingkat risiko
tertentu. Seringkali, bisnis dapat berinvestasi dalam proyek-proyek tertentu
jika keuntungan yang diharapkan jauh lebih besar daripada tingkat risiko
yang diasumsikan.

d) Pembagian Risiko, ketika risiko dibagikan, risiko itu didistribusikan di antara


beberapa entitas yang terhubung ke proyek atau kepentingan. Dalam
bisnis, setiap peserta yang terlibat memiliki sebagian risiko, seperti
pemegang saham, banyak departemen, dan pihak ketiga seperti vendor.
Akibatnya, semua pihak berbagi kerugian atau keuntungan.

e) Pengalihan Risiko, perusahaan asuransi juga bertindak sebagai saluran


untuk transfer risiko, di mana bisnis membayar premi sehingga perusahaan
asuransi akan membayar kerusakan dan kewajiban. Dalam keadaan

14
darurat, bisnis dapat melindungi diri mereka sendiri secara finansial, dan
perusahaan asuransi dapat membayar untuk setiap penyelesaian atau
perbaikan yang berhubungan dengan properti.

4. Technopreneurship sebagai model pengembangan bisnis

Di era persaingan global saat ini, inovasi usaha diiringi dengan berbagai macam
rekayasa teknologi agar dapat meningkatkan kinerja usaha. Pemanfaatan teknologi
mutakhir tepat guna dalam pengembangan usaha yang berdasarkan semangat
entrepreneur. Technopreneurship adalah sebuah kolaborasi antara penerapan
teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan.
Technopreneurship adalah suatu karakter integral antara kompetensi wirausaha
dengan penerapan teknologi dalam spirit membangun usaha.

Technopreneur merupakan orang yang menjalankan technopreneurship atau


seseorang yang menjalankan usaha yang memiliki semangat entrepreneur dengan
memasarkan dan memanfaatkan teknologi sebagai nilai jualnya (ITS, 2015).
Technopreneurship merupakan integrasi kewirausahaan dengan teknologi
merupakan bentuk dari technopreneurship (Depositario, et.al., 2011).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, mencerminkan integrasi wirausaha


dengan teknologi, menumbuhkan unit usaha yang teknologis yaitu unit usaha yang
memanfaatkan teknologi aplikatif dalam proses inovasi, produksi, marketisasi,
finansial dan lain sebagainya. Lebih lanjut silahkan dicermati pada Gambar 2 dan
Gambar 3 berikut.

Sumber: Technopreneurship (Depositario, et.all., 2011)

Gambar 2. Integrasi Technology dan Entrepreneurship menjadi Technopreneurship

15
Sumber: Creating Competitive Advantage through Technology and Innovation in
Technopreneurship. Presented on “the International Conference on Engineering Management and
Industrial Technology'' (ICEMIT2015) 10-12 December in Medan, Indonesia

Gambar 3. Proses Technopreneurship

Penjelasannya:

a. Technology
Teknik, berasal dari bahasa yunani, techne yang berarti seni, keterampilan, dan
ketangkasan. Teknologi sendiri adalah pembahasan sistematis tentang
penerapan seni dan keterampilan pada suatu bidang. Teknologi dapat dipandang
sebagai alat atau mesin. Don Ihde memandang Teknologi secara empirik dan
non-empirik.

Definisi Empirik: Teknologi sebagai alat-alat/artefak untuk survive (Pakaian,


gedung-gedung, senjata, infrastruktur, dan lainnya). Masa kini: TIK (Satelit,
komputer, smartphone, dan lainnya). lebih lanjut Van Dusek (2003) mengatakan
Technology as Hardware, Technology as Rule, Technology as System (bagian
dari kebudayaan)

Definisi non-Empirik: Teknologi sebagai techne yang bermakna sebagai


pengungkapan sesuatu yang baru. Techne serupa dengan kreativitas dan
inovasi. Teknologi sebagai bagian dari kebudayaan (Don Ihde, 1990), Oleh
karena itu, teknologi bersifat partikular dan berada dalam konteks kebudayaan.
Contohnya: besi diasah jadi parang (primitif).

16
Berdasarkan sifatnya yang aplikatif, untuk dapat menjadi teknologi, ilmu-ilmu
yang dipelajari dapat diimplementasikan. Implementasi ini berupa karya nyata
yang dapat dimanfaatkan secara langsung dalam usaha. Proses rekayasa
teknologi menjadi produk yang bisa dimanfaatkan secara langsung merupakan
tujuan akhir dari pengaplikasian sains dan keilmuan. Tahap ini disebut
implementation. Lalu, teknologi yang telah dihasilkan harus dapat dikolaborasikan
dengan kebutuhan yang ada, agar tepat guna dan bermanfaat secara luas
sekaligus spesifik. Proses ini disebut collaboration.

b. Entrepreneurship
Untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship diperlukan beberapa tahapan,
antara lain internalization, paradigm alteration, spirit initiation, dan competition.
Internalization adalah tahapan penanaman jiwa entrepreneurship melalui
konstruksi pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta medan dalam usaha.
Tahap ini berkutat pada teori tentang kewirausahaan dan pengenalan tentang
urgensinya. Setelah itu, paradigm alteration, yang berarti perubahan paradigma
umum. Pola pikir pragmatis dan instan harus diubah dengan memberikan
pemahaman bahwa unit usaha riil sangat diperlukan untuk menstimulus
perkembangan perekonomian negara, dan jiwa entrepreneurship berperan
penting dalam membangun usaha tersebut. Di tahap ini diberikan sebuah
pandangan tentang keuntungan usaha bagi individu maupun masyarakat.

Setelah pengetahuan telah terinternalisasi dan paradigma segar telah terbentuk,


diperlukan sebuah inisiasi semangat untuk mengkatalisasi gerakan
pembangunan unit usaha tersebut. Inisiasi ini dengan memberikan bantuan
berupa modal awal yang disertai monitoring selanjutnya. Lalu, perlu digelar
sebuah medan kompetisi untuk dapat mengembangkan usaha tersebut dengan
baik.

c. Technopreneurship
Setelah memiliki kompetensi teknologi dan jiwa entrepreneurship, hal terakhir
yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikannya. Teknologi yang telah dimiliki

17
kita kreasikan dan inovasikan untuk menyokong pengembangan unit usaha. Hal
ini dapat dilakukan secara nyata dalam proses produksi (contoh: Microsoft),
marketing (contoh: e-Bay), finance, accounting, dan lain sebagainya. Kreativitas
dan pemanfaatan teknologi dengan tepat adalah hal utama dalam
mengembangkan jiwa technopreneurship. Technopreneurship adalah perpaduan
ketiga hal yaitu enterpreneurship, teknologi, dan Inovasi.

Berdasarkan uraian di atas Technoprenership memiliki konsep yang relatif sama


dengan bisnis digital. Digital business is fuelled by the integration of technology
and business models. Bisnis digital sebagaimana technoprenership adalah
pemanfaatan teknologi untuk mencitakan nilai baru.

Dalam hal adopsi teknologi dalam aktivitas usaha dapat diklasifikasikan pada
Gambar 4 sebagai berikut:

Gambar 4. Kategori Adopter Berdasarkan Keinovatifan (Rogers, 1983)

Klasifikasi Pasar Teknologi

a. Technologists/innovators; kelompok yang mengadopsi teknologi baru sekalipun


teknologi tersebut belum terlihat memberikan manfaat apapun.

18
b. Early adopters; kelompok ini adalah mereka yang mengadopsi teknologi setelah
mengetahui ada sedikit manfaatnya.
c. Early majority; kelompok ini mengadopsi suatu teknologi setelah melihat ada
kelompok lain (early adopters) yang telah sukses memperoleh keunggulan
dengan memanfaatkan teknologi.
d. Late majority; kelompok ini mengadopsi suatu teknologi setelah melihat ada
kelompok lain (early majority) yang telah sukses.
e. Laggards; ini adalah kelompok yang paling akhir mengadopsi teknologi.

Kompetensi Technopreneurship Kompetensi ini diukur berdasarkan 4 aspek yaitu


kemampuan interpersonal, kemampuan Intrapersonal, pengetahuan wirausaha, dan
penggunaan teknologi tepat guna (Ismail, et.al., 2017)

Dalam hal penggunaan teknologi tepat guna. Hal utama yang bisa menjadi landasan
technopreneurship ada 4 yaitu:

a. Mulai dari masalah atau kebutuhan masyarakat


Kebutuhan masyarakat adalah peluang bisnis. Hampir seluruh produk berbasis
teknologi yang sangat terkenal dan banyak dibeli saat ini adalah yang berangkat
dari kebutuhan masyarakat. Mobil, motor, telepon seluler, televisi, internet,
provider seluler, sosial media, beragam produk elektronik, hingga beragam
gadget berawal dari kebutuhan masyarakat. Apakah kebutuhan atau masalah
masyarakat tersebut dapat diselesaikan dengan mengadopsi teknologi.

b. Perkaya Diri dengan Ide dan Inspirasi


Ide dan inspirasi merupakan awal timbulnya suatu ide bisnis. Ide dan inspirasi
memang terkadang dapat datang dengan sendirinya. Banyak cara yang bisa
dilakukan mulai dari (1) memperkaya wawasan membaca, (2) mengikuti kegiatan
pelatihan, seminar, atau workshop, (3) berkomunikasi langsung dengan pelaku
technopreneur.

c. Rencanakan Matang dan Lakukan dengan Cepat


Seorang technopreneur harus mampu menganalisis pasar, mendesain produk,
membuat strategi pemsaran, menentukan harga dan target pasar, menyusun

19
struktur organisasi, serta memgang tanggungjawab terhadap seluruh proses
bisnis.

d. Tambahkan Value pada Produk


Banyak kasus terjadi bahwa produk akan sama dengan milik orang lain. Tetapi,
ada sesuatu hal yang mampu membedakan dan membuat produk disukai oleh
orang lain yaitu nilai (value). Tentunya, value yang ditambahkan disesuaikan
dengan daya kreativitas dan inovasi masing-masing. Perlu diingat, value yang
dimaksud bukan berarti harag (price), melainkan suatu nilai tambah dan inovasi
misalnya dari sisi produk, model pemasaran, model kemasan, dan lainnya.

Integrasi Bisnis dengan Teknologi

Perencanaan dan pengembangan bisnis sebagaimana dikemukakan pada uraian


sebelumnya sangat tergantung pada ekosistem. Ekosistem adalah kunci sukses
suatu bisnis dapat bertahan dan bertumbuh dengan stabil.

Babson Entrepreneurship Ecosystem Project.

20
Suatu bisnis atau usaha memiliki ekosistemnya sendiri. Sebuah ekosistem yang
adalah rangkaian komples dari hulu sampai hilir, dari faktor mikro, meso, sampai
makro. Ilustrasi Babson Enterprenuership Ecosystem di atas dapat menjadi panduan
dalam mengintegrasikan bisnis dengan teknologi. Beberapa contoh bisnis yang
relatif sukses mengadopsi teknologi berdsarkan sektor dapat dilihat pada ilustrasi
berikut.

Sumber: Creating Competitive Advantage through Technology and Innovation in Technopreneurship. Presented on “the International
Conference on Engineering Management and Industrial Technology'' (ICEMIT2015) 10-12 December in Medan, Indonesia

Buku wirausaha digital kominfo


dapat di download di sini

C. Ruang Kolaborasi

Setelah mengeksplorasi konsep rencana bisnis, tentu telah dipahami bagaimana


rencana bisnis dapat dijalankan sesuai tujuannya. Juga dapat merefleksikan
pengalaman empiris dengan konsep menganalisis rencana bisnis yang terbaik.
Untuk membuktikan hal tersebut, Silahkan Anda lakukan kegiatan berikut (LK 5.1.).

21
1. Bersama dengan teman kelompok Anda, tentukanlah satu
peluang usaha baru yang dapat diimplementasikan!
2. Susunlah perencanaan usaha/business plan secara lengkap
berdasarkan data rencana bisnis! Buatlah dalam bentuk poster
bersama dengan kelompok Anda.

D. Demonstrasi Kontekstual

Setelah melakukan diskusi kelompok pada Ruang Kolaborasi di atas, maka


selanjutnya pada tahap ini setiap kelompok diminta untuk mendemonstrasikan
Rencana Bisnis yang telah disusun. Setiap kelompok dipersilakan memberikan
penilaian kepada kelompok lainnya, setelah itu:

1. Berikan pendapat kelompok Anda terkait dengan hasil kerja


kelompok lain!
2. Kemukakan hal yang perlu ditingkatkan untuk kelompok yang
Anda nilai!
3. Silahkan memberikan umpan balik terhadap hasil penilaian dari
kelompok lain!

E. Elaborasi Pemahaman

Setelah berdiskusi dalam demonstrasi kontekstual maka selanjutnya anda masuk ke


tahap elaborasi. Pada tahap elaborasi pemahaman ini, silahkan Anda memberikan
jawaban dari beberapa pertanyaan berikut.

22
1. Apa yang dimaksud dengan rencana bisnis?
2. Apa tujuan membuat rencana bisnis?
3. Sebutkan langkah awal untuk menjadi seorang entrepreneur yang
siap bersaing?
4. Apa prinsip technopreneurship?
5. Hal apa saja yang harus dikuasai oleh seorang technopreneur?

F. Koneksi Antar Materi

Pada bagian koneksi antar materi, silahkan Anda merumuskan potensi rencana
bisnis yang telah disusun. Selanjutnya silahkan Anda menghubungkan dengan
model bisnis berbasis technopreneur, melalui lembar kerja berikut ini;

LK 5.2 Kriteria dalam mengadopsi teknologi baru

Dalam memanfaatkan teknologi, silahkan mengukur diri Anda masing-masing.


Silahkan memilih klasifikasi Pasar Teknologi dalam mengadopsi teknologi baru
(silahkan memilih kriteria yang sesuai):
• Technologists/ innovators
• Early adopters
• Early majority
• Late majority
• Laggards

Alasan Memilih Klasifikasi:

23
G. Aksi Nyata

Berdasarkan rencana bisnis yang telah Anda susun, silahkan menggunakan model
bisnis dengan mengadopsi teknologi yang sesuai dengan rancangan bisnis yang
Anda kembangkan. Kemukakan target capaian dari pengembangan teknologi sesuai
dengan usaha Anda. Contoh Profil Bisnis yang mengadopsi teknologi dalam salah
satu aspek (misalnya pemasaran). Social media dapat menuliskan URL media
sosialnya, seperti Tabel berikut ini (LK 5.3):

Daftar Pustaka

Anonim. 2020. Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis. Gunadarma University


Amir, Sambodo. 2006. Pengembangan Teknopreneurship. http://teknopreneur.com .
Diakses 10 Oktober 2022.
Ismail, E., Samsudi, S., & Widjanarko, D. (2017). Development of Technopreneurship
Learning Model in

24
Vocational High School Machinery Program. Journal of Vocational and Career
Education, 2(2).
Don Ihde, Technics and Praxis (Holland and Boston: D. Riedle Publishing Company,
1979), pp. 110-111.
Dusek.(2003). Philosophy and Technology. The Technological Condition. An A
nthology. London: Blackwell.
Digital Business Models for Industry 4.0, How Innovation and Technology Shape the
Future of Companies (pp.211-239)
Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika.
2018. STRATEGI KEWIRAUSAHAAN DIGITAL Sebuah Panduan untuk
UMKM, Startup, dan E-Commerce

25

Anda mungkin juga menyukai