Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Thrifty4/7 Thrift Shop, menjual kembali baju bekas yang masih layak pakai untuk
masyarakat. Dengan membuka thrift shop ini kami juga membuka alternatif masyarakat
untuk membeli pakaian berkualitas baik dengan harga yang murah dan menunjang sustainble
living, yaitu gaya hidup yang menyeimbangkan upaya local serta global untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dengan tetap melestarikan lingkungan dari kerusakan dan
degredasi. Ekenomi di Indonesia sendiri sedang mengalami krisis yang cukup parah, karena
pembuatan baju banyak memakan bahan baku serta modal yang tidak sedikit. Jadi dengan
dibukanya thrift shop, diharapkan kedepannya Indonesia tidak mengalami krisis yang lebih
parah.

Risiko pencemaran lingkungan yang mempengaruhi kualitas kehidupan kita sehari-


hari ada dalam banyak aspek, salah satunya adalah limbah kain yang sulit untuk diurai.
Limbah kain sintetis seperti polyester dan kain sintetis lainnya, membutuhkan waktu hingga
puluhan tahun bahkan ratusan tahun untuk dapat terurai. Sedangkan, banyak pakaian
berkondisi dan berkualitas baik terbuang sia-sia. Krusialnya lagi, industri fashion kini sangat
bergantung dengan bahan kain sintetis, di mana dalam pakaian berbahan sintetis ini
menggabungkan sejumlah bahan seperti polyester dan spandex.

Maysarakat terutama di kalangan mahasiswa yang berbelanja di thrift shop lebih


cenderung sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan, lebih sensitif terhadap harga yang
lebih tinggi dan lebih cenderung memakai pakaian bekas untuk mengekspresikan tampilan
vintage dan menjadi "hijau", dibandingkan dengan mereka yang tidak berbelanja di thrift
shop. Studi ini menyimpulkan bahwa, di kalangan mahasiswa, pembeli pakaian bekas
mungkin melakukannya tidak hanya karena alasan ekonomi tetapi juga untuk menciptakan
gaya dan perasaan istimewa tentang diri mereka sendiri.
Melalui etnografi belanja yang terjadi di lima toko barang bekas di kota barat tengah
AS, penulis meneliti peran barang bekas dalam proses belanja yang ekonomis dan hedonis
—'belanja barang bekas'. Mengambil perspektif dialektis pada studi belanja (Sherry, 1990),
temuan Miller (1998) tentang peran penghematan diperluas dengan menunjukkan bahwa
dalam konteks belanja barang bekas penghematan hidup berdampingan dengan hadiah, dan
mengejar barang hemat itu sendiri bisa menjadi hedonis. pengalaman. Selain itu, penulis
mengidentifikasi enam cara di mana konsumen mempraktikkan penghematan dalam belanja
barang bekas dan manfaat hedonis yang mereka peroleh dari aktivitas penghematan uang
ini. Temuan menantang perspektif berhemat tradisional dikotomi penghematan dan keinginan
hedonis menjadi orientasi yang berlawanan dan kontradiktif. 

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang dibahas
dalam program ini adalah:
1. Bagaimana Thrifty4/7 akan menjadi solusi untuk mengurangi limbah kain di
Indonesia?
2. Bagaimana Thrifty4/7 akan bersaing dengan thrift shop lain dan menarik
minat masyarakat Indonesia?

1.3. TUJUAN
1. Agar Thrifty4/7 dapat menjadi alternatif masyarakat dalam konsumsi pakaian
serta menunjang sustainble living di masyarakat.
2. Untuk mengetahui bahwa Thrifty4/7 adalah solusi yang efektif untuk
mengurangi sampah dan limbah kain.

1.4. MANFAAT
1. Bagi Masyarakat
Tanpa di sadari dapat membantu mengurangi limbah kain disekitar lingkungan
masyarakat dan bisa menjadi solusi alternatif masyarakat untuk menunjang
sustainable living.
2. Bagi Pelaksana
Diharapkan dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan pelaksana dalam menciptakan
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat luas.
1.5. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan adalah aktivitas wairausaha yang dijalankan oleh mahasiswa.
Luaran lainnya berupa:

1. Thrifty4/7 Thrift Shop.


2. Laporan kemajuan,.
3. Laporan akhir,
4. Artikel ilmiah

Anda mungkin juga menyukai