Smart and Green School Dengan Nilai Humanisme - Kasni Astutik
Smart and Green School Dengan Nilai Humanisme - Kasni Astutik
Abstrak
Sekolah menjadi rumah kedua bagi anak-anak. Untuk itu,
kedudukannya tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain
memberikan kenyamanan, sekolah juga harus mampu memberikan
gambaran masa depan untuk mempersiapkan generasi-generasi
terbaik di zamannya. Kini, anak-anak tengah dihadapkan pada
persiapan era revolusi industri 5.0. Untuk itu, pendekatan
pembelajaran, penanaman nilai-nilai kehidupan, dan tata kelola
sekolah yang visioner sangat diperlukan. Konsep smart and green
school dengan nilai-nilai humanisme diyakini dapat menjadi
pendekatan terbaik dalam menciptakan sekolah yang ramah anak.
Dengan desain sekolah yang berlingkungan nyaman, berteknologi
mutakhir, dan bernuansa “memanusiakan manusia”, generasi emas
Indonesia era 5.0 dapat terlahir. Dengan demikian, masa depan
Indonesia yang dititipkan melalui sekolah-sekolah dasar terawat
dengan baik dan bijaksana.
Kata Kunci: smart, green school, humanisme, era 5.0
Pendahuluan
Revolusi industri tidak lagi pada poin 4.0 yang bertumpu pada kecerdasan buatan. Kini,
manusia dihadapkan pada era yang menuntut persiapan menuju masa revolusi industry 5.0. Pada
era revolusi industri 5.0, teknologi bukan satu-satunya solusi atas segala permasalahan hajat
hidup manusia. Akan tetapi, teknologi seyogyanya menjadi bagian dari kehidupan manusia. Arah
dari paradigma ini ialah memanusiakan manusia dengan teknologi.
Sekolah dasar sebagai tempat pertama masa depan bangsa Indonesia dititipkan memiliki
peran sentral. Ia harus memiliki visi yang tidak hanya futuristik, tetapi juga arif dan bijaksana. Hal
inilah yang menjadi amanat era revolusi industri 5.0. Pada era ini, teknologi bukan menjadi poin
yang paling didewakan. Akan tetapi, ada rumusan integrasi antara teknologi dengan nilai-nilai
kemanusiaan (humanisme). Untuk itu, sekolah harus siap menjawab tantangan pasar untuk
mempersiapkan generasi yang melek teknologi, tanggap keadaan lingkungan, dan santun dalam
berinteraksi dengan sesama manusia. Ketiga hal ini dapat diraih dengan proses pengembangan
berkelanjutan di sekolah (sustainable development goals).
Siswa menjadi insan yang akan eksis di masa depan. Untuk itu, sekolah harus menjadi tempat
yang mampu meneropong masa depan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang
strategis bagi masa depan bangsa. Kualitas generasi bangsa di masa mendatang sangat
ditentukan oleh kualitas sekolah saat ini, terutama sekolah dasar. Handoyo (2002) mengutip
pendapat Nawawi menyatakan peran sekolah sebagai berikut membantu anak memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, bahkan keahlian yang diperlukan untuk mencari nafkah hidup
masing-masing kelak setelah dewasa; membantu anak mempelajari cara penyele- saian masalah-
masalah kehidupan, baik sebagai masalah individu maupun masalah masyarakat; membantu
anak mengembangkan sosialitas masing-masing agar mampu menyesuaikan diri dalam
kehidupan bersama dan masyarakat yang dinamis sebagai warga negara suatu bangsa; dan
memperbaiki mutu dan kualitas kehidupan manusia.
Di sisi lain, penanaman pondasi lingkungan sejak dini menjadi solusi utama yang harus
dilakukan, agar generasi muda memiliki pemahan tentang lingkungan hidup dengan baik dan
benar. Pendidikan lingkungan hidup diharapkan mampu menjembatani dan mendidik anak
agar bersikap dan berperilaku bijaksana serta arif terhadap lingkungannya. Oleh sebab itu
pendidikan lingkungan harus dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan. Dengan
memasukkan materi pendidikan lingkungan hidup ke dalam mata pelajaran tertentu secara
integratif, misalnya ke dalam pelajaran geografi, biologi, kimia, PPKN, kertakes dan yang lain
atau pendidikan lingkungan yang berdiri sendiri secara monolitik, memberikan dimensi baru
untuk meningkatkan pemahan, sikap dan perilaku siswa terhadap lingkungannya.
Pendidikan lingkungan hidup merupakan usaha untuk melestarikan lingkungan yang
dilakukakan dari generasi sekarang ke generasi yang akan datang. Secara eksplisit
menunjukkan bahwa perjuangan manusia untuk melestarikan dan menyelamatkan ling- kungan
hidupnya, supaya tidak terjadi kepunahan dan tetap terjaga daya dukung lingkungan harus di-
lakukan secara berkesinambungan, dengan jaminan estafet antargenerasi.
Anak sebagai generasi penerus bangsa harus disiapkan tanggap perkembangan baik
teknologi, seni, dan akhlak. Kondisi lingkungan hidup kini dalam fase yang
mengkhawatirkan. Untuk itu, tidak bijak rasanya jika perkembangan teknologi justru
merusak ekosistem lingkungan. Perlu tercipta keseimbangan antara perkembangan
teknologi, pelestarian lingkungan, dan peradaban dengan nilai-nilai kemanusiaan agar
kehidupan dapat aman, nyaman, dan sejahtera. Paradigma ini perlu ditanamkan pada diri
setiap siswa agar masa depan bangsa Indonesia menyingsingkan mentari yang cerah dan
paripurna. Smart and green school dengan nilai-nilai humanisme menjadi salah satu
tawaran solusi menciptakan sekolah dasar ramah anak pencetak generasi emas Indonesia
yang siap menghadapi era revolusi industri 5.0.
Selain tiga hal utama diatas, ada sektor-sektor lain yang terus dikembangkan kaitanya
dengan pemanfaatan teknologi di sekolah. Pemanfaatan teknologi informasi ini menjadi salah satu
indikator penting dalam menciptakan smart school yang ramah anak untuk mempersiapkan
generasi emas indonesia pada era revolusi industri 5.0.
Penutup
Sekolah dasar menjadi tempat pertama masa depan bangsa dititipkan. Oleh sebab itu, aset-
aset bangsa di masa depan terlahir di sini. Desain sekolah dasar yang baik dan visioner menjadi
bagian penting dalam perencanaan jangka panjang atau sustainable development goals. Dengan
smart and green school bernilai humanisme, generasi muda yang akan menghadapi era 5.0 dapat
disiapkan dengan baik. Tidak hanya kemampuan mengelola teknologi, siswa juga perlu diberikan
kesadaran menjaga lingkungannya yang kini kian mengkhawatirkan. Kesadaran tersebut dapat
lahir jika mereka mengenal nilai-nilai kemanusiaan. Selaras dengan kunci dari era revolusi industri
5.0 yang mengintegrasikan kecerdasan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Daftar Pustaka
Gough, N. 1992. Blueprint for Greening School: Princi- ples, Policies and Practice for
Environmental Edu- cation in Australian Secondary School. Victoria. Gould League of
Victoria Inc.
Handoyo, B. 2002. Model Sekolah Hijau Berbasis Sekolah Setempat di Sekolah Dasar Sekitar Sungai
Bango Sawojajar Malang. Laporan penelitian tidak diter- bitkan. Malang: Lemlit
Universitas Negeri Malang.
Hardiman, Budi. 2012. Filsafat Moderen: dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kementrian Sumber Asli dan Alam Sekitar. 2004. Anuge- rah Sekolah Rakan Alam Sekitar
(SERASI), Ming- gu Alam Sekitar Malaysia/MASM. Kinabalu: Unit Pendidikan dan
Sebaran Maklumat.
Muthahhari, Murtadha. 2002. Falsafah Akhlak. Bandung: Pustaka Hidayah.
PEMDA DKI Jakarta. 1979. Kewajiban Para Pelajar Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan untuk
Mem- biakkan Tanaman dan Menghijaukan Lingkungan Sekolah. Jakarta: Kantor
Pemerintah Daerah Khu- sus Ibu Kota Jakarta.
Poedjawijatna. 2003. Etika Filsafat Tigkah Laku. Jakarta: PT Rinek Cipta.
Sarwono. 1997. Pengintegrasian Materi Pelestarian Lingkungan Hidup Ke Dalam Bidang Studi
Bio- logi, PPKN, Ekonomi, dan Geografi di SMP Ma- lang. Malang: Lemlit IKIP Malang.
Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar – Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
Susilo, H. 2001. Menggalakkan Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Dasar ”Sekolah Hijau”.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Suwarmo, T. 2002. Implementasi Kurikulum Materi PKLH di Perguruan Tinggi dalam
Pelaksanaan Pembelajaran di SMU. Malang: Lembaga Pene- litian Universitas Negeri
Malang.
Turcotte, D. & Villareal, J. 2003. Research on Develop- ing Model for a Pilot ”Green” School in the
City Lowell. New York: Center for Family, Work, & Community.