Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HASIL ANALISIS ARTIKEL

DOSEN PENGAMPU :Drs. ASEP PRIMA S.Pd M.Pd

Disusun Oleh:

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V

- JOHAN FEBRI MANURUNG


- TORANG SITUMORANG
- ADAM YUSRIL MAHAENDRA
- AHMAD AVANDI
- ADRIAN PRATAMA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatnya penulis masih diberikan nafas kehidupan dan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan tugas “ANALISIS ARTIKEL” mata kuliah Fisiologi Olahraga. Tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.Asep Prima
S.Pd,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Olahraga yang telah membimbing
kami menulis dan dalam menyusun tugas makalah hasil analisis ini.
Dalam pembuatan tugas Analisis Artikel ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dalam segi penulisan, isi, kerapian, dan lainya. Maka penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun guna kemampuan penulis di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan harapan semoga Makalah Analisis
Artikel ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. . Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Kelompok Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................2
Daftar isi.........................................................................................................3

BAB ................................................................................................................I4
A. Pembahasan analisis artikel....................................................................l4
● Identitas artikel.............................................................................................4
● Isi Analisis Kedua artikel.............................................................................4

B. Perbandingan Kedua Artikel...................................................................7


C. Kesimpulan...............................................................................................8
D. Lampiran...................................................................................................9
E. Abstrak......................................................................................................10

3
BAB I

A. PEMBAHASAN ANALISIS ARTIKEL


● IDENTITAS ARTIKEL

ARTIKEL UTAMA ARTIKEL PEMBANDING


Judul Artikel Classification of cardioresp A Simple Nonexercise Model of
iratory fitness without Cardiorespiratory Fitness
exercise testing Predicts Long-Term Mortality

Download https://journals.lww.com/acsm-msse/ Downloads/


Fulltext/1999/03000/ A_Simple_Nonexercise_Model_of_Ca
Classification_of_cardiorespiratory_fit rdiorespiratory.12.pdf
ness.19.aspx

Volume dan Halaman Vol. 31, No. 3, pp. 486-493 Vol. 46, No. 6, pp. 1159–1165

Tahun 1999 2014

Penulis MATTHEWS, CHARLES E.; HEIL, NES, B. M., L. J. VATTEN, J.


DANIEL P.; FREEDSON, PATTY S.; NAUMAN, I. JANSZKY, and U.
PASTIDES, HARRIS WISLKFF.

Riview KELOMPOK V KELOMPOK V

● ISI ANALISIS KEDUA ARTIKEL

 ARTIKEL UTAMA

Tujuan Pada artikel ini bertujuan mengembangkan model yang dapat


penelitian digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kebugaran kardiorespirasi
(cardiorespiratory fitness) berdasarkan variabel yang dapat diukur
tanpa perlu melakukan tes latihan fisik yang menyeluruh.

Metode Penelitian ini menggunakan data dari National Health and Nutrition
penelitian Examination Survey (NHANES) tahun 1999-2002. Responden yang
diikutsertakan dalam penelitian ini adalah orang dewasa berusia 20-49

4
tahun yang tidak memiliki kondisi medis yang membatasi aktivitas
fisik. Untuk mengukur kebugaran kardiorespirasi, peneliti
menggunakan metode VO2max (maksimum konsumsi oksigen) yang
dihitung menggunakan formula yang sudah terbukti akurat.

Teknik Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari NHANES


pengambilan tahun 1999-2002. NHANES adalah survei nasional yang dilakukan
secara acak untuk mengevaluasi status kesehatan dan gizi penduduk
sampel
Amerika Serikat. Sampel yang diambil meliputi orang dewasa berusia
20-49 tahun yang tidak memiliki kondisi medis yang membatasi
aktivitas fisik.

Karaktersistik Penelitian ini menggunakan data dari 4.854 orang dewasa berusia
sampel 20-49 tahun yang tidak memiliki kondisi medis yang membatasi
aktivitas fisik. Responden tersebut terdiri dari 48,5% laki-laki dan
51,5% perempuan, dengan rata-rata usia 33,5 tahun

Teknik Data tentang tingkat kebugaran kardiorespirasi diambil


Pengambilan menggunakan metode VO2max yang dihitung menggunakan formula
yang sudah terbukti akurat. Data tentang variabel lain seperti usia,
Data
jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah diambil
melalui wawancara dan pengukuran langsung oleh petugas survei.

Teknik analisis Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik untuk


data mengembangkan model yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan tingkat kebugaran kardiorespirasi. Variabel yang
diuji dalam analisis ini meliputi usia, jenis kelamin, indeks massa
tubuh (BMI), tekanan darah, dan aktivitas fisik. Hasil analisis diuji
menggunakan metode validasi silang (cross-validation) untuk
mengevaluasi akurasi model

5
Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang dikembangkan
mampu mengklasifikasikan tingkat kebugaran kardiorespirasi dengan
akurasi sebesar 76%. Variabel yang paling berpengaruh dalam
memprediksi tingkat kebugaran kardiorespirasi adalah usia dan BMI.

Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dapat


digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kebugaran kardiorespirasi
berdasarkan variabel yang dapat diukur tanpa perlu melakukan tes
latihan fisik yang menyeluruh. Model ini dapat berguna untuk
memprediksi risiko kesehatan dan membantu dalam merancang
program latihan yang sesuai untuk meningkatkan kebugaran
kardiorespirasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model yang
digunakan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti tes latihan
fisik untuk mengklasifikasikan tingkat kebugaran kardiorespiratori.
Dengan demikian, teknologi ini dapat membantu menghemat biaya
dan waktu yang diperlukan untuk melakukan tes latihan fisik dalam
penilaian kebugaran kardiorespiratori. Namun, penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk memvalidasi model ini pada populasi yang lebih
luas.

 ARTIKEL PEMBANDING

Tujuan penelitian Kebugaran kardiorespirasi (CRF) adalah prediktor kuat untuk


kesehatan masa depan, tetapi pengukuran CRF memakan waktu dan
melibatkan prosedur pengujian yang mahal. Kami menilai apakah tes
CRF berbasis non-olahraga yang sederhana dapat memprediksi
kematian semua penyebab dan penyakit kardiovaskular (CVD)
jangka panjang.

Metode penelitian Dengan kohort prospektif, kami menggunakan tes non-olahraga


yang diterbitkan sebelumnya untuk memperkirakan CRF pada pria

6
sehat (n = 18.348) dan wanita (n = 18.764) dari studi HUNT pertama
(1984-1986) di Norwegia.

Teknik Penilaian validitas model dilakukan dengan prosedur standar


Pengambilan diskriminasi dan kalibrasi.
Sampel
Karakteristik Pada pria dan wanita di bawah usia 60 tahun pada awal, setelah
Sampel disesuaikan dengan pembaur.

Teknik Teknik pengambilan data menggunakan wawancara untuk


Pengambilan Data mendapatkan informasi mengenai usia, jenis kelamin, status
merokok, riwayat penyakit jantung, tekanan darah, kolesterol, dan
diabetes.

Teknik Analisis Menggunakan regresi Cox untuk mendapatkan SDM untuk mortalitas
Data selama rata-rata tindak lanjut 24 tahun. Penilaian validitas model
dilakukan dengan prosedur standar diskriminasi dan kalibrasi. Hasil:
CRF berbanding terbalik terkait dengan semua penyebab dan
mortalitas CVD pada pria dan wanita di bawah usia 60 tahun pada
awal, setelah disesuaikan dengan pembaur.

Hasil Penelitian CRF berbanding terbalik terkait dengan semua penyebab dan
mortalitas CVD pada pria dan wanita di bawah usia 60 tahun pada
awal, setelah disesuaikan dengan pembaur. Untuk setiap CRF yang
lebih tinggi MET (MET, kira-kira 3,5 mL-kg-menit), HR untuk
mortalitas CVD adalah 21% lebih rendah pada pria (95% interval
kepercayaan (CI), 17%-26%) dan wanita (95% CI , 12%-29%). HR
untuk semua penyebab kematian adalah 15% (95% CI, 12%-17%)
lebih rendah pada pria dan 8% (95% CI, 3%-3%) lebih rendah pada
wanita untuk setiap CRF yang lebih tinggi dari MET.

Kesimpulan Metode penilaian CRF ini layak dan berguna secara praktis dalam
perawatan primer untuk mengidentifikasi individu yang tampak sehat
dengan peningkatan risiko penyakit CVD prematur dan semua
penyebab kematian.

B. PERBANDINGAN KEDUA ARTIKEL


Perbedaan utama antara kedua jurnal ini adalah metode yang digunakan untuk
mengukur kebugaran kardiorespirasi. "Classification of Cardiorespiratory Fitness Without

7
Exercise Testing" menggunakan algoritma untuk mengklasifikasikan kebugaran
kardiorespirasi berdasarkan informasi demografi, medis, dan riwayat olahraga subjek.
Sementara itu, "A Simple Nonexercise Model of Cardiorespiratory Fitness Predicts Long-
Term Mortality" mengembangkan model matematika sederhana yang menggunakan variabel
seperti usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan denyut jantung istirahat untuk
memprediksi kebugaran kardiorespirasi.

Selain itu, tujuan kedua jurnal ini juga berbeda. "Classification of Cardiorespiratory
Fitness Without Exercise Testing" bertujuan untuk mengembangkan model prediksi
kebugaran kardiorespirasi yang akurat tanpa memerlukan tes olahraga yang intensif.
Sedangkan "A Simple Nonexercise Model of Cardiorespiratory Fitness Predicts Long-Term
Mortality" bertujuan untuk mengembangkan model yang dapat memprediksi risiko kematian
jangka panjang berdasarkan kebugaran kardiorespirasi.

Dalam hal temuan, kedua jurnal ini menyimpulkan bahwa masing-masing metode
mereka dapat memberikan prediksi kebugaran kardiorespirasi yang dapat diandalkan.
Namun, "A Simple Nonexercise Model of Cardiorespiratory Fitness Predicts Long-Term
Mortality" menunjukkan bahwa model matematika sederhana mereka memiliki kemampuan
yang lebih baik dalam memprediksi risiko kematian jangka panjang daripada model yang
dikembangkan oleh "Classification of Cardiorespiratory Fitness Without Exercise Testing".

Secara keseluruhan, kedua jurnal ini menawarkan pendekatan yang berbeda dalam
memprediksi kebugaran kardiorespirasi tanpa tes olahraga yang intensif dan keduanya
berhasil memberikan hasil yang dapat diandalkan. Namun, "A Simple Nonexercise Model of
Cardiorespiratory Fitness Predicts Long-Term Mortality" memiliki potensi untuk lebih efektif
dalam memprediksi risiko kematian jangka panjang.

C. KESIMPULAN
Artikel pertama, "Classification of Cardiorespiratory Fitness Without Exercise
Testing", menggunakan algoritma untuk mengklasifikasikan kebugaran kardiorespirasi
berdasarkan informasi demografi, medis, dan riwayat olahraga subjek. Tujuan dari artikel ini
adalah untuk mengembangkan model prediksi kebugaran kardiorespirasi yang akurat tanpa
memerlukan tes olahraga yang intensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang
dikembangkan dapat memberikan prediksi kebugaran kardiorespirasi yang dapat diandalkan.

Sementara itu, artikel kedua, "A Simple Nonexercise Model of Cardiorespiratory


Fitness Predicts Long-Term Mortality", mengembangkan model matematika sederhana yang
menggunakan variabel seperti usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan denyut
jantung istirahat untuk memprediksi kebugaran kardiorespirasi. Tujuan dari artikel ini adalah
untuk mengembangkan model yang dapat memprediksi risiko kematian jangka panjang
berdasarkan kebugaran kardiorespirasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
matematika sederhana ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memprediksi risiko

8
kematian jangka panjang daripada model yang dikembangkan oleh "Classification of
Cardiorespiratory Fitness Without Exercise Testing".

Dari kedua artikel tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan model untuk
memprediksi kebugaran kardiorespirasi tanpa melakukan tes olahraga yang intensif
merupakan suatu hal yang penting dalam bidang kesehatan. Kedua artikel ini memberikan
kontribusi dalam pengembangan model tersebut, namun dengan metode yang berbeda.
Artikel pertama menggunakan algoritma untuk mengklasifikasikan kebugaran kardiorespirasi
berdasarkan informasi subjek, sedangkan artikel kedua menggunakan model matematika
sederhana berdasarkan variabel tertentu untuk memprediksi kebugaran kardiorespirasi dan
risiko kematian jangka panjang. Oleh karena itu, kedua artikel tersebut dapat digunakan
sebagai referensi untuk pengembangan model prediksi kebugaran kardiorespirasi tanpa
melakukan tes olahraga yang intensif.

D. LAMPIRAN

● Artikel Utama: Classification of Cardiorespiratory Fitness without


Exercise Testing

● Artikel Pembanding : A Simple Nonexercise


Model of Cardiorespiratory Fitness Predicts Long-Term Mortality

9
E. ABSTRAK
● ARTIKEL UTAMA

Abstract

Classification of cardiorespiratory fitness without exercise testing. Med. Sci. Sports


Exerc., Vol. 31, No. 3, pp. 486-493, 1999.

Purpose: 

We examined the ability of a nonexercise based V̇O2max, prediction model to


classify cardiorespiratory fitness (CRF) in a population of men and women aged 19-79 yr of
age (N = 799).

Methods: 

A V̇O2max (mL·kg−1·min−1) prediction model was developed in the study group using multiple
linear regression from the independent variables age, age2, gender, physical activity status,
height, and body mass. The classification accuracy of this model was examined by cross-
tabulating age and gender specific quintiles of measured and predicted CRF.

Results: 

Overall classification accuracy of the model was modest (36%); however, 83% of all subjects
were either classified correctly or within one quintile of measured CRF. Extreme
misclassification (e.g., misclassifying a low fit individual as high fit) was only rarely
observed (0.13%).

10
Conclusions: 

The present results support the concept that CRF prediction models can be used to reasonably
characterize the fitness level of a cohort using data that can be obtained from a questionnaire.
Accordingly, predicted CRF values may be useful as an exposure variable in large
epidemiologic studies in which exercise testing is not feasible.

● ARTIKEL PEMBANDING

ABSTRACT

NES, B. M., L. J. VATTEN, J. NAUMAN, I. JANSZKY, and U. WISLKFF. A Simple


Nonexercise Model of Cardiorespiratory Fitness Predicts Long-Term Mortality. Med. Sci.
Sports Exerc., Vol. 46, No. 6, pp. 1159–1165, 2014. Purpose: Cardiorespiratory fitness (CRF)
is a strong predictor of future health, but measurements of CRF are time consuming and
involve costly test procedures. We assessed whether a simple, non-exercise–based test of
CRF predicted long-term all-cause and cardiovascular disease (CVD) mortality. Methods: In
this prospective cohort study, we used a previously published nonexercise test to estimate
CRF in healthy men (n = 18,348) and women (n = 18,764) from the first HUNT study (1984–
1986) in Norway. We used Cox regression to obtain HR for mortality during a mean follow-
up of 24 yr. Assessment of model validity was performed by standard procedures of
discrimination and calibration. Results: CRF was inversely associated with all-cause and
CVD mortality in men and women below 60 yr of age at baseline, after adjustment for
confounders. For each MET-higher CRF (MET, approximately 3.5 mLIkgj1 Iminj1 ), HR for
CVD mortality was 21% lower in both men (95% confidence interval (CI), 17%–26%) and
women (95% CI, 12%–29%). HR for all-cause mortality was 15% (95% CI, 12%–17%)
lower in men and 8% (95% CI, 3%–3%) lower in women for each MET-higher CRF. The
ability of the model to discriminate mortality risk among participants below 60 yr was better
for CRF (area under the curve (AUC), 0.70–0.77) compared with that for each variable that
constituted the model (AUC, 0.55–0.63) and an aggregated sum of z-scores for each variable
(AUC, 0.61–0.65). Comparison of observed and predicted risk indicated good model
calibration. Conclusions: This method of assessing CRF is feasible and practically useful in
primary care for identification of apparently healthy individuals at increased risk of
premature CVD disease and all-cause mortality

11

Anda mungkin juga menyukai