Anda di halaman 1dari 19

RESPON KARDIORESPIRASI UNTUK LATIHAN BALET

FISIOLOGI OLAHRAGA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

NAMA :

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022/2023

PKO D 2022
13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok ucapkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa karena atas berkat rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat
selesai dengan tepat waktu. Adapun makalah ini untuk tugas
fisiologi olahraga.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis sangat membuka diri terhadap
kritik dan saran yang membangun. Semoga penulisan makalah ini
dapat membantu penulis dan pembaca untuk lebih memahami
mengenai model, strategi hingga metode pembelajaran Matematika
Anak usia Dini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada


para dosen pengampu mata kuliah serta teman-teman sejawat
anggota kelompok yang telah membantu berpartisipasi dalam
penulisan makalah ini, serta kepada pihak- pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.

Medan, 11 April 2023


14

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Balet merupakan tarian dengan berbagai macam teknik dan
variasi yang melatih motorik penari, sehingga mempengaruhi
aktivasi otak kecil dan basal ganglia yang terlibat dalam motorik.
Peran otak kecil dan basal ganglia tidak terbatas pada motorik
tetapi juga non-motorik, yaitu kognitif, termasuk atensi. Penelitian
terhadap atensi telah menunjukkan adanya keterlibatan jaringan
otak yang fungsinya adalah alerting, orienting, dan fungsi
eksekutif.

B. Rumusan masalah
1. Untuk mengetahui respon Kardiorespirasi terhadap latihan
balet.

C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran latihan
balet dalam respon Kardiorespirasi yang dilihat melalui lamanya
berlatih dan tingginya tingkat kebugaran .
15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Fisiologi Kardiorespirasi

Udara sebagian besar masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Setelah

melalui saluran hidung dan faring, tempat udara pernapasan dihangatkan dan

dilembabkan oleh uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea melalui

bronkus, bronkiolus, bronkiolus respiratorius, dan duktus alveolaris. Paru dan

dinding dada merupakan struktur yang elastis. Pada keadaan normal, hanya

ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada (ruang intrapleura).

Paru dengan mudah dapat bergeser sepanjang dinding dada, namun sukar untuk

dipisahkan dari dinding dada seperti halnya lempeng kaca basah yang dapat

digeser namun tidak dapat dipisahkan. Tekanan di dalam “ruang” antara paru dan

dinding dada (tekanan intrapleura) bersifat subatmosferik. Pada saat lahir, jaringan

paru mengembang sehingga teregang, dan pada akhir ekspirasi tenang,

kecenderungan daya recoil jaringan paru untuk menjauhi dinding dada diimbangi

oleh daya recoil dinding dada ke arah yang berlawanan. Jika dinding dada dibuka,

paru akan kolaps dan bila paru kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang

menyerupai bentuk gentong (barrel shaped).


16

Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan

meningkatkan volume intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan

turun dari nilai normal sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada

awal inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan paru akan semakin teregang. Tekanan

di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif, dan udara mengalir ke dalam

paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik dinding dada. Tekanan

di saluran udara menjadi sedikit lebih positif, dan udara mengalir meninggalkan

paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak

memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks. Namun, pada

awal ekspirasi, sedikit kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini

berfungsi sebagai peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.

Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun menjadi -30 mmHg sehingga

pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi meningkat,

derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot

ekspirasi yang menurunkan volume intratoraks.

Oksigen terus menerus berdifusi keluar dari udara dalam alveolus ke

dalam aliran darah, dan CO2 terus menerus berdifusi dari darah ke dalam alveolus.

Pada keadaan seimbang, udara inspirasi bercampur dengan udara alveolus,

menggantikan O2 yang telah masuk ke dalam darah dan mengencerkan CO2 yang

telah memasuki alveoli. Sebagian udara campuran ini akan dikeluarkan.

Kandungan O2 udara alveolus akan menurun dan kandungan CO 2-nya meningkat

sampai inspirasi berikutnya.

Gas berdifusi dari alveoli ke dalam kapiler di paru atau sebaliknya

melintasi membran alveolus-kapiler dan membran basalis yang menyatu. Tercapai


17

atau tidaknya keseimbangan antara waktu yang dibutuhkan senyawa untuk

melintas dari alveoli ke kapiler dalam waktu 0,75 detik dan waktu yang

diperlukan darah untuk melewati kapiler di paru pada saat istirahat bergantung

pada reaksi membran alveolus-kapiler.13

Gambar 1. Alveolus

Sumber : Watson R

Kapasitas difusi paru untuk suatu gas berbanding lurus dengan luas

membran alveolus-kapiler dan berbanding terbalik dengan tebal membran.

Kapasitas difusi CO (DLCO) diukur sebagai indeks kapasitas difusi karena

ambilannya dibatasi oleh kemapuan difusi. Dan kapasitas ambilan O 2 juga dibatasi

oleh perfusi, karena O2 diambil oleh hemoglobin. Akan tetapi jauh lebih lambat

dibandingkan CO dan mencapai keseimbangan dengan darah kapiler

sekitar 0,3 detik.

PO2 udara alveolus normal adalah 100 mmHg dan PO2 darah yang

memasuki kapiler paru adalah 40 mmHg. Sedangkan PCO2 darah vena adalah 46

mmHg dan di alveolus 40 mmHg. Perbedaan tekanan antara alveolus dan kapiler

inilah yang membuat udara berdifusi sesuai dengan selisih tekanan tersebut.
18

Gambar 2. Pertukaran gas

Sumber : Mengkidi, Dorce

Di dalam darah telah terdapat suatu protein pengikat O 2 yang disebut

hemoglobin. Dengan adanya hemoglobin ini akan meningkatkan kemampuan

darah untuk mengangkut O2. Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri atas respirasi

dan kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada

jumlah O2 yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas di paru yang

adekuat, aliran darah menuju jaringan, dan kapasitas darah untuk mengangkut O 2.

Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskuler di jaringan serta

curah jantung. Jumlah O2 di dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut,

jumlah hemoglobin darah, dan afinitas hemoglobin terhadap O2.

O2 yang terikat dengan protein hemoglobin di dalam darah akan menuju

jantung kiri yang kemudian dipompakan ke seluruh jaringan tubuh. Kemudian

setelah terdifusinya O2 ke dalam jaringan tubuh sebagai gantinya darah akan

membawa CO2 dan berbagai zat hasil metabolisme untuk dikembalikan ke paru

untuk dibuang selama ekspirasi dan begitu seterusnya.


19

Gambar 3. Mekanisme sirkulasi darah

Sumber : Primepantrystuff

Volume dan kapasitas paru

a. Volume Paru

1. Volume Tidal (Tidal Volume = TV), adalah volume udara paru yang

masuk dan keluar paru pada pernapasan biasa. Biasanya TV pada orang

dewasa sekitar 500 ml.

2. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV),

volume udara yang masih dapat dihirup ke dalam paru sesudah

inspirasi biasa, besarnya IRV pada orang dewasa adalah sekitar 3100

ml.
20

3. Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume = ERV),

adalah volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah

ekspirasi biasa, besarnya ERV pada orang dewasa sekitar 1000-1200

ml.

4. Volume Residu (Residual Volume = RV), udara yang masih tersisa di

dalam paru sesudah ekspirasi maksimal sekitar 1100 ml.

b. Kapasitas Paru

1. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity = IC), adalah volume udara

yang masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume

cadangan inspirasi ditambah volume tidal (IC = IRV + TV).

2. Kapasitas Vital (Vital Capacity = VC), volume udara yang dapat

dikeluarkan melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya

melakukan inspirasi maksimal (sekitar 4000 ml). Kapasitas vital

besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah volume

tidal (VC = IRV + ERV + TV).

3. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity = TLC), adalah kapasitas

vital ditambah volume sisa (TLC = VC + RV atau TLC = IC + ERV +

RV).

4. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity = FRC),

adalah volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa (FRC = ERV

+ RV).

Sel Darah Merah

Sel darah merah adalah salah satu komponen darah yang berbentuk

lempeng bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Sel ini berada dalam sirkulasi
21

selama kurang lebih 120 hari. Sel darah merah merupakan suatu membran yang

membungkus larutan hemoglobin. Hemoglobin yaitu suatu pigmen merah

pembawa oksigen dalam sel darah merah tubuh. Tiap-tiap subunit mengandung

satu gugus heme yang terkonjugasi oleh suatu polipeptida yang secara kolektif

disebut sebagai globin. Hemoglobin mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin, oksigen menempel pada Fe2+ di heme.

Bila oksigen telah berdifusi dari alveoli ke dalam darah paru, oksigen

terutama ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke kapiler

jaringan, dimana oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh sel.

B. Ketahanan Kardiorespirasi

Ketahanan kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan

aktivitas fisik yang intens dan berkesinambungan dengan melibatkan sekelompok

otot besar. Ketahanan kardiorespirasi ini termasuk unsur kesegaran jasmani yang

paling penting. Latihan untuk meningkatkan ketahanan kardiorespirasi dapat

menyebabkan peningkatan kapasitas aerobik seseorang.3

Pada dasarnya, terdapat dua macam ketahanan kardiorespirasi, yaitu

aerobik dan anaerobik. Ketahanan aerobik adalah kemampuan untuk melakukan

aktivitas jangka panjang (dalam hitungan menit sampai jam) yang bergantung

pada ikatan O2-ATP untuk memasok persediaan energi yang dibutuhkan selama

aktivitas. Aktivitas yang dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat

membutuhkan sistem yang dapat menyediakan ATP lebih cepat dari sistem

O2(ATP). Maka digunakanlah sistem energi anaerobik, yaitu glikolisis parsial

untuk menyediakan energi yang dibutuhkan. Aktivitas semacam ini disebut

dengan ketahanan anaerobik.


22

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah mengamati sumber buku atau artikel “ Quasi

Experiment“ dengan desain penelitian “One Group Pretest-Posttest Design “ yang

mengamati 1 kelompok perlakuan, di mana perlakuan yang diberikan adalah

latihan balet secara terprogram dan terukur selama 12 minggu. Populasi dalam

penelitian ini adalah dari Atlet penari balet. Sampel penelitian diambil dari

populasi terjangkau yang berusia antara 12-20 tahun, memiliki nilai Indeks Massa

Tubuh antara 18,5-24,9 kg/m², bukan atlet yang biasa melakukan latihan olahraga

berat, tidak mengonsumsi alkohol, dan tidak mempunyai riwayat penyakit

kardiovaskuler (hipertensi, penyakit jantung).

Subjek penelitian adalah seluruh populasi dari beberapa penari balet.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati pengukuran dan mencatat nilai

tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan latihan olahraga dengan beban

tertentu dalam waktu tertentu. Pengumpulan data nilai tekanan darah dilakukan

oleh tim peneliti. Data yang dikumpulkan adalah data primer dari penari balet ,

yang didapat dari pengukuran tekanan darah istirahat dan berupa kuesioner yang

berisi pertanyaan meliputi nama, umur, tinggi badan, berat badan, kebiasaan

berolahraga, konsumsi alkohol dan riwayat penyakit kardiovaskuler.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data pada penelitian ini dambil dengan instrumen test kebugaran dan

pengukuran tekanan darah. Deskripsi data, secara ringkas disajikan pada uraian

berikut ini.

 Kebugaran
23

Berdasarkan analisis deskriptif, diperoleh nilai mean untuk tingkat

kebugaran awal 2364,00; median 2415,00; mode 1950; dan standart

deviasi 273,707. Adapun nilai mean untuk tingkat kebugaran akhir

2467,00; median 2480,00; mode 2520; dan standart deviasi 230,654.

 Tekanan darah

Berdasarkan analisis deskriptif, diperoleh nilai mean untuk

tekanan darah sistole awal 126,60; median 127,00; mode 127; dan

standart deviasi 10,741; adapun nilai mean untuk tekanan darah

diastole awal 83,90; median 82,50; mode 82; dan standart deviasi

7,047. Dari analisis tersebut juga dihasilkan nilai mean untuk

tekanan darah sistole akhir 119,90; median 121,00; mode 120; dan

standart deviasi 6,887; adapun nilai mean untuk tekanan darah

diastole akhir 79,50; median 79,50; mode 75; dan standart deviasi

3,866.

1. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah: ”setelah mengikuti latihan

tenis secara teratur selama 12 minggu, tekanan darah akan

mengalami penurunan dan daya tahan Kardio-respirasi akan

mengalami peningkatan”. Guna pengujian hipotesis ini, data

dianalisis dengan teknik analisis statistik non parametrik, yaitu

dengan Wilcoxon Signed Ranks Test. Sebelumnya data diuji

normalitasnya dengan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.

Berdasarkan hasil uji normalitas seperti tersaji pada tabel tersebut

di atas, dinyatakan bahwa semua data pada penelitian ini, yaitu: (1)

kebugaran awal; (2) tekanan darah sistole awal; (3) tekanan darah

diastole awal; : (4) kebugaran akhir; (5) tekanan darah sistole


24

akhir; dan (6) tekanan darah diastole akhir berdistribusi normal.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnof dan

Shapiro-Wilk memiliki pvalue (sig.) lebih besar dari 5% (p>0,05).

Adapun hasil analisis uji beda dengan Wilcoxon Signed Ranks

Test.

PEMBAHASAN

A. Pengaruh latihan balet terhadap daya tahan Kardio-respirasi

Latihan olahraga dapat mengakibatkan efisiensi otot pernafasan

meningkat, yang dapat dilihat dengan ventilasi paru/menit; frekuensinya menurun,

sedang dalamnya bertambah. Orang terlatih, frekuensi dapat sampai 8 kali/menit

sewaktu istirahat, tetapi dilakukan lebih dalam. Sedang volume semenit untuk

pekerjaan tertentu bisa hanya 25% daripada sebelumnya. Volume paru-paru tidak

dipengaruhi oleh latihan. Ini berarti bahwa penggunaan kapasitas vital untuk

pengukuran kesegaran jasmani tidak memenuhi syarat. Pembesaran kapasitas vital

yang didapat pada atlet yang terlatih, lebih berhubungan dengan proses

pertumbuhannya daripada rangsangan latihannya. Hasil uji beda dengan Wilcoxon

Signed Ranks Test pada data kebugaran (awal >< akhir) diperoleh nilai Z= 2,812

dengan p-value (sig)= 0,005 dengan catatan: based on negative ranks. Ternyata

p<0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat

kebugaran sebelum dengan sesudah mengikuti latihan menari balet secara teratur

selama 12 minggu. Perbedaan itu berupa peningkatan, yang ditunjukkan dengan

catatan bahwa based on negative rank. Pengaruh latihan terprogram terhadap

pembuluh darah adalah: pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi), panas tubuh

akan melebarkan pembuluh darah, dan elasitisitas dinding pembuluh darah yang
25

baik (khususnya pada olahraga yang bersifat aerob) terjadi pada tubuh. Kecepatan

denyut jantung adalah salah satu faktor yang paling mudah dipantau yang

memperlihatkan baik respon segera terhadap olahraga maupun adaptasi jangka

panjang terhadap program olahraga tertentu. Sewaktu seseorang melakukan gerak

badan (berolahraga) sel-sel otot yang aktif menggunakan lebih banyak oksigen

untuk menunjang peningkatan kebutuhan energi yang digunakan pada waktu

berolahraga. Hal ini juga dibuktikan dengan peningkatan pada skor daya tahan

kardiorespirasi (kebugaran), yakni rata-rata kebugaran sebelum latihan sebesar

2364,00; sedangkan rata-rata kebugaran setelah mengikuti latihan secara teratur

selama 12 minggu meningkat menjadi 2467,00. Dengan demikian hipotesis pada

penelitian ini terbukti kebenarannya, yaitu ada peningkatan yang signifikan

(p<0,05) daya tahan Kardiorespirasi pada atlet penari balet di gedung latihan

setelah mengikuti latihan balet ini secara teratur selama 12 minggu.

B. Pengaruh latihan menari balet terhadap penurunan tekanan darah

Latihan otot menyebabkan berkembangnya mekanisme penghambatan di

otak atau di hipotalamus, yang menyebabkan aktivitas adrenergik rendah pada

waktu istirahat. Hal ini menunjukkan bahwa denyut jantung yang lebih rendah

pada seorang penari karena meningkatnya pengaruh saraf vagus dan berkurangnya

pengaruh simpatis. Jadi dengan latihan, jantung menjadi lebih efisien dan dapat

mengedarkan lebih banyak darah dengan jumlah denyut yang lebih rendah. Hasil

uji beda dengan Wilcoxon Signed Ranks Test pada data tekanan darah sistole

(awal >< akhir) diperoleh nilai Z= -2,601 dengan pvalue (sig)= 0,009 dengan

catatan: based on positive ranks. Ternyata p<0,05; hal ini menunjukkan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistole sebelum dengan
26

sesudah mengikuti latihan tenis secara teratur selama 12 minggu. Perbedaan itu

berupa penurunan, yang ditunjukkan dengan catatan bahwa based on positive

rank. Denyut jantung waktu istirahat pada penari yang terlatih menjadi lebih

lambat dibanding yang tidak terlatih. Meningkatnya efisiensi jantung,

mengakibatkan aliran darah yang mencapai otot menjadi lebih banyak, dengan

adanya persediaan makanan dan O2 yang memadai, memungkinkan seseorang

mencapai hasil yang lebih tinggi. Sebagai tambahan dari perubahan-perubahan

fungsional tersebut di atas, latihan juga menimbulkan perubahan struktural dari

jantung. Hasil uji beda dengan Wilcoxon Signed Ranks Test pada data tekanan

darah diastole (awal >< akhir) diperoleh nilai Z= - 2,2961 dengan p-value (sig)=

0,022 dengan catatan: based on positive ranks. Ternyata p<0,05; hal ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastole

sebelum dengan sesudah mengikuti latihan tenis secara teratur selama 12 minggu.

Perbedaan itu berupa penurunan, yang ditunjukkan dengan catatan bahwa based

on positive rank.

Hal ini juga dibuktikan dengan penurunan tekanan darah sistole, yakni rerata

tekanan darah sistole sebelum latihan sebesar 126,60; sedangkan rata-rata tekanan

darah sistole setelah mengikuti latihan secara teratur selama 12 minggu meningkat

menjadi 119,90. Penurunan tekanan darah diastole, sebelum latihan sebesar 83,90;

sedangkan rata-rata tekanan darah diastole setelah mengikuti latihan secara teratur

selama 12 minggu meningkat menjadi 79,50. Bertambah banyaknya pembuluh-

pembuluh darah kapiler otot akan memperbaiki asupan darah ke otot. Dengan

demikian hipotesis pada penelitian ini terbukti kebenarannya, yaitu ada penurunan

yang signifikan (p<0,05) tekanan darah pada pada penari balet meningkat setelah

mengikuti latihan menari secara teratur selama 12 minggu.


27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada saat orang berolahraga jantung dan sistem peredaran darah harus bekerja

lebih banyak dengan Kardiorespirasi yang semakin cepat dan tekanan darah akan

meningkat. Perubahan ini terjadi ada yang bersifat sementara dan ada yang

bersifat tetap, dimulai dengan perubahan fisiologis dan dalam waktu yang relatif

lama akan terjadi perubahan morfologis yang lebih konsisten. Olahraga Diantara

banyak manfaat olahraga tenis yang lain, salah satunya adalah bahwa olahraga

tenis dapat meningkatkan daya tahan Kardiorespirasi dan tekanan darah. Respon

fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan

disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan

Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang


28

akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang

membutuhkan, sedangkan

pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi,

misal traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh

terhadap tekanan darah. Kesimpulan yang dapat diambil, berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut: (1) Ada peningkatan daya

tahan Kardiorespirasi yang signifikan (p<0,05) pada atlet penari basket setelah

mengikuti latihan tenis secara teratur selama 12 minggu. (2) Ada penurunan

tekanan darah yang signifikan (p<0,05) pada atlet Penari balet setelah mengikuti

latihan tenis secara teratur selama 12 minggu.

B. Saran

Kardiorespirasi sangatlah penting bagi setiap orang, tidak hanya penari atau Atlet

melainkan setiap orang perlu menjaga ketahanan kardiorespirasinya. Penulis

menyarankan untuk setiap kita mulai lah pola hidup sehat. Misalnya seperti

berhenti merokok, konsumsi makanan sehat, menjaga berat badan tetap ideal,

hingga rutin memeriksakan tekanan darah. Demikian lah makalah ini kami

perbuat, semoga bermanfaat bagi setiap kalangan yang membaca, dan kami

dengan lapang hati menerima kritikan dan saran pembaca yang dapat membangun

penulis dalam berkarya lagi.


29

DAFTAR PUSTAKA

Kiyonaga,A., Arakawa,K., Tanaka,H., Shindo,M. , Blood Pressure and Hormonal

Responses to Aerobic Exercise , Hypertension by AHA 1985;7;125-

131Kurniawan, C., 2006. Sinopsis Fisiologi. PiDi Publisher,Yogyakarta.

Bompa, Tudor O (1994). Theory and Methodology of Training. The Key to

Athletic

Performance, 3rd Edition. Dubuque. Lowa: Kendal/Hunt Publishing Company.


30

Sukadiyanto.(2002). Teori dan Metodologi Melatih Fisik Petenis. Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.

Anda mungkin juga menyukai