Latar Belakang
US Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dan American Collage of Sport Medicine melaporkan bahwa sebanyak 250.000 jiwa melayang setiap tahun karena gaya hidup yang pasif. Ketidak aktifan memberikan kontribusi kematian yang besar (34%) dan menelan biaya $5,7 milyar pertahun (Sharkey)
Cont.
Manusia yang sehat dan memiliki tingkat kesegaran yang baik akan mampu berprestasi dalam pekerjaan sehingga tingkat produktivitas akan meningkat Hasyim Efendi
Rumusan Masalah
Tujuan penelitian
Tujuan umum Membuktikan manfaat latihan fisik terprogram terhadap nilai VO2 max. Tujuan Khusus Menganalisis perubahan nilai VO2max pada latihan fisik terprogram dan yang tidak terprogram. Menganalisis perbedaan perubahan nilai VO2 max pada orang yang memiliki aktivitas latihan fisik terprogram dan yang tidak terprogram.
Manfaat Penelitian
Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan program latihan untuk meningkatan kemampuan dan ketahanan fisik. Dapat digunakan untuk menilai efektivitas latihan fisik terprogram yang dilakukan di tempat kebugaran mataram. Untuk mengetahui perbaikan tingkat kebugaran untuk mengukur kesehatan kardiorespirasi seseorang. Apabila hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik terprogram yang dilakukan meningkatkan ketahanan kardiorespirasi, maka program latihan serupa dapat disarankan untuk yang memiliki latihan fisik tidak terprogram. Masukan untuk penelitian selanjutnya khususnya penelitian tentang bagaimana cara pemrograman latihan fisik yang benar.
Pengukuran VO2max
Ergometer Sepeda Treadmill Field Test Step Test N-EX VO2max estimated
Suhu
VO2MAX menstruasi
Sel darah merah (hemoglobin)
Komposisi tubuh
Kerangka Konsep
VO2MAX
Hipotesis
Hi :Ada hubungan antara latihan fisik terprogram dan nilai VO2max. H0 :tidak Ada hubungan antara latihan fisik terprogram dan nilai VO2max.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan case control retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Arena fitness dan aerobic di Mataram.
Variable penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel dependent : nilai Vo2max
sedang/ standart antara 35,4 45,1 (poor- fair) tinggi/ high apabila >45,2 (good- excellent)
Variabel independent
Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis rerata 2 populasi sebagai berikut :
Metoda Sampling
Sampel dalam penelitian ini dipilih melalui tekhnik simple random sampling dengan system lotre dimana siapa saja populasi yang ditemukan yang sebelumnnya di pilih secara acak atau yang ada saat penelitian dan memenuhi kriteria akan diambil sebagai sampel penelitian. Adapun kriteria dari sampel tersebut adalah:
Kriteria Inklusi
laki-laki. tidak merokok . Dalam kondisi sehat, tidak memiliki penyakit atau masalah dengan kesehatan jantung, paru, pembuluh darah dan ekstrimitas bawah (dengan Anamnesis), ataupun kecacatan fisik dari kecil walaupun setelah menjalani suatu terapi Bersedia menjadi responden
Kriteria Eksklusi
Tidak pernah melakukan olah raga dalam 3 bulan Terjadi kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan untuk diteruskan melakukan test :misalnya terjadi cidera saat melakukan test, responden ada kepentingan mendadak Umur dibawah 18 tahun.
Instrumen Penelitian
1. Kuisioner 2. Peralatan pengukuran Vo2max
1. Treadmile (ada di tempat kebugaran) 2. Stopwatch
Pemilihan subjek
Kriteria eksklusi
Kriteria inklusi
terprogr am
Tidak terprogr am
terprogr am
Tidak terprogr am
Analisis data
Analisis Data
a) Analisis univariat
a) rerata dan simpang baku, dan median.
b) Analisis bivariat
a) b) Chi-square Coefetion- contigency
Analisis univariat
Table 2.1 status latihan fisik Frekuensi tidak 28 terprogram 46,7 persentase
terprogram
Total
32 60
53.3 100.0
Dari table dan grafik, diketahui sebesar 51,7%, responden memiliki status latihan fisik terprogram dan sebesar 48,3%, responden memiliki nilai status latihan fisik tidak terprogram
Cumulative Frequency V02max standar 30 50.0 50.0 50.0 Percent Valid Percent Percent
VO2max tinggi
30 50.0 50.0 100.0
Total
60
100.0
100.0
Karena penelitian ini menggunakan case control, maka kasus yang diambil sebanyak 30 orang yang memasuki kriteria inklusi setelah dilakukan pengukuran VO2Max dengan hasil nilai VO2Max diatas rata-rata atau tinggi dan sisanya digunakan sebagai control dengan hasil nilai VO2Max rata-rata sebanyak 30 orang
Analisis Bivariate
Table 4.3 table silangStatus latihan fisik konsumsi oksigen maksimal
Konsumsi oksigen maksimal Status latihan fisik tidak terprogram terprogram Total V02max standar 26 (86,7%) 4(13,3%) 30(100%) VO2max tinggi 2(6,7%) 28(93,3%) 30(100%) Total 28(100%) 32(100%) 60(100%)
Odds ratio
Konsumsi oksigen maksimal V02max rata- VO2max > rata tidak terprogram terprogram 26 4 tinggi 2 28 Total 28 32
Total
30
30
60
Uji statistik
Untuk mengetahui hubungan peningkatan konsumsi oksigen maksimal dengan status latihan fisik, maka digunakan uji korelasi Contingency Coefficien, karena bentuk skala data yang di proleh adalah nominal dan ordinal. Namun sebelum melakukan uji korelasi Contigency Coefficient, peneliti melakukan uji chisquare untuk mengetahui perbedaan status latihan fisik yang memiliki nilai konsumsi oksigen maksimal rata-rata dan tinggi
Chi-square
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square 38.571a df 1 (2-sided) .000
Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada table di atas di proleh nilai signifikasni atau P value sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0,10 ( = 10%), 0,05 (=5%), bahkan 0,01 ( = 1%), sehingga H0 ditolak
contingency coefficient
Uji Value Contingency Coefficient .626 Signifikasi (value). .000
dilihat dari nilai - value menunjukan nilai sebesar 0,000 yang dalam hal ini berarti < 0,05 bahkan <0,01 menunjukan penolakan terhadap H0 dan penerimaan terhadap H1, yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara konsumsi oksigen maksimal dengan status latihan fisik responden.
PENUTUP
SIMPULAN Terdapat hubungan yang signifikan antara status latihan fisik responden dengan konsumsi oksigen maksimal di Arena dan kebugaran Fitness periode juni 2012 Dari hasil analisa data didapatkan status latihan fisik responden sebanyak 53,3% terprogram dan 46,7% memiliki status latihan fisik tidak terprogram.
cont
Dari hasil analisa table silang status latihan fisik tidak terprogram dengan nilai VO2Max didapatkan 86,3% konsumsi oksigen maksimal standar dan 6,7% dengan konsumsi oksigen maksimal tinggi Dari hasil analisa table silang status latihan fisik terprogram dengan nilai VO2Max didapatkan 13,3% konsumsi oksigen maksimal standar dan 93,3% dengan konsumsi oksigen maksimal tinggi Dari perhitungan odds ratio di dapatkan bahwa OR = 91 (OR>1) dalam hal ini berarti peningkatan nilai konsumsi oksigen maksimal di pengaruhi oleh status latihan fisik seseorang. Dimana apabila seseorang melakukan olahraga dengan terprogram akan memiliki resiko untuk memiliki nilai VO2Max yang tinggi.sebai indicator kebugaran seseorang.
SARAN.
Melihat ada hubungan antara status latihan fisik dan nilai konsumsi oksigen maksimal. Maka sebaiknya untuk seseorang yang ingin menjaga kebugaran harus dengan terprogram karena hasil yang didapat jauh lebih baik dari pada yang hanya sekedar berolah raga biasa, mengingat masyarakat masih kurang sadar akan manfaat olahraga.
cont
Tenaga kesehatan dapat menilai secara kasar bagaimana fungsi kardiorespirasi seorang dengan melihat bagaimana konsumsi oksigen maksimalnya. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, peneliti sebaiknya meneliti wanita dikarnakan pengukuran pada wanita lebih sulit karena adanya siklus menstruasi. Dan jika penelitian menggunakan prosepektif sehingga dapat mengikuti awal seseorang dari latihan fisik
Terima Kasih