Anda di halaman 1dari 5

Nama : Novalda ns

NIM : 2250051016

Ahmad Yani dilahirkan di Jenar, Purworejo, pada tanggal 19 Juni 1922, sebagai putra tertua dari
Sarjo bin Suharyo dan istrinya Murtini. Ahmad mempunyai dua orang adik, Asmi dan Asina. Ia dan
keluarganya pindah ke Batavia pada tahun 1927 karena sang ayah bekerja pada General Belanda. Di
Batavia, Ia bekerja dan juga menempuh pendidikannya di HIS (setara SD) Bogor dan lulus pada tahun
1935, kemudian Ia melanjutkan pendidikanya ke MULO (setara SMP) kelas B Afd. Bogor dan lulus
pada tahun 1938. Setelah itu, Ia melanjutkan ke AMS (setara SMA/SMU) bagian B Afd. Jakarta,
namun pendidikannya di AMS hanya sampai kelas 2 saja. Di sekolah Yani bukan hanya tergolong
murid yang pintar tetapi juga disegani oleh teman- temannya. Tenang, pendiam dan tidak suka
dipuji, menyebabkan anak – anak yang sebaya dengannya menaruh hormat yang besar. Hampir-
hampir tidak ada yang berani mengganggunya, karena mereka tahu bahwa Yani pasti berani
menjawab setiap tantangan yang diberikan kepadanya.

Mungkin Yani akan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, jika Perang Dunia II tidak pecah di Eropa.
Dalam bulan Mei 1940 Negeri Belanda diduduki Jerman. Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan
milisi untuk menghadapi kemungkinan menjalarnya perang ke Indonesia. Dalam tahun 1940 itu Yani
meninggalkan AMS dan mendaftarkan diri sebagai aspirant pada Dinas Topografi Millter. Memasuki
karir militernya, sebagai komandan seksi ia cukup disegani oleh anak buahnya. Pasukannya selalu
memperlihatkan prestasi yang baik dalam latihan perang – perangan yang diadakan. Karena itu
nama pasukan ini menjadi terkenal. la tetap berada di Magelang ketika kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan. Dua hari setelah proklamasi itu, Jepang membubarkan Peta dan semua organisasi
kemiliteran. Alasannya untuk mencegah kesatuan – kesatuan itu membalikkan senjata terhadap
Jepang sendiri. Kesatuan Yani bubar. Anak buahnya sebagian pulang ke kampung masing – masing.
Yani berusaha mengumpulkan kembali anak buahnya yang sudah cerai – berai itu sambil mencari
tenaga tambahan. Akhimya ia berhasil mengumpulkan tenaga sebesar satu batalyon. Dengan
kekuatan yang ada itu ia memberikan jasa pertamanya dalam mempertahankan negara.

Yani memangku jabatan Menteri/Panglima Angkatan Darat pada saat situasi politik di tanah air
didominasi oleh PKI. Banyak tuduhan yang dialamatkan kepada Angkatan Darat walaupun tidak
berdasarkan kebenaran, yang pada akhirnya berpuncak pada pemberontakan yang mereka
lancarkan pada tanggal 30 September 1965 yang kemudian dikenal dengan nama G.30.S/PKI, Yani
pun akhirnya gugur. Tokoh Angkatan Darat dan ayah dari delapan orang anak itu memiliki tiga belas
buah tanda jasa berkat pengabdiannya kepada negara. Berkat pengabdian itu pula, setelah
gugurnya, Pemerintah menganugerahkan kepadanya gelar Pahlawan Revolusi pada tanggal 5
Oktober 1965.

Nilai – nilai kejuangan Jenderal Ahmad Yani yang begitu istimewa dan beliau wariskan adalah
karakter gigihnya dalam mencapai prestasi atau kemauan, yaitu memiliki kemauan kuat dalam usaha
mencapai cita – cita dan selalu berusaha menjadi yang terdepan. Selain itu, jiwa kepemimpinan
tinggi Yani, yaitu memiliki kemampuan yang tinggi dalam mempengaruhi orang lain. Yani juga sosok
heroisme yang mengutamakan kemerdekaan, yaitu mengutamakan dalam meraih hak kendali penuh
atas diri dan masyarakat.

Ahmad Yani diambil dan diasuh oleh seorang Belanda yang bernama Hultsyn yang mana ia adalah
majikan dari ayahnya, Hultsyn mengasuhnya karena ia melihat sosok Yani kecil yang menarik
perhatiannya dengan ketenangannya ketika menangani kekacauan di kampungnya. Nama Ahmad
kemudian ditambah dengan ‘Yani’ oleh Hultsyn.Sejak kecil Ahmad Yani sudah disuapi oleh sejarah-
sejarah dari kampung kelahirannya, daerah kelahiran Ahmad Yani dikenal sebagai kawasan dengan
banyak mitos atau cerita-cerita kepahlawanan warisan dari masa perjungan Diponogoro mulai dari
ditinggal oleh pasukannya hingga kisah serangan grilya terhadap Belanda.

Pada tahun 1940, Yani meninggalkan sekolah menengah untuk menjalani pendidikan wajib militer
sebagai tentara Hindia Belanda. Sebagai calon perwira, ia mengambil kecabangan/bidang topografi
militer di Malang, Jawa Timur, tetapi pendidikan ini terputus karena invasi Jepang pada tahun 1942.
Di tahun yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah.

Pada tahun 1943, ia bergabung menjadi anggota PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk oleh
penguasa Jepang waktu itu dan menjalani pelatihan lanjut di Magelang. Setelah menyelesaikan
pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton PETA dan menerima pendidikan
di Bogor, Jawa Barat. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur tentara.

Pada tanggal 5 Desember 1944, ia menikah dengan Bandiah Yayu Ruliah, yang dulu pernah menjadi
guru mengetiknya. Dari perkawinan ini kelak mereka dianu gerahi delapan orang anak.Lalu karir
Jenderal Ahmad Yani,setelah Kemerdekaan Indonesia, Yani bergabung dengan tentara republik yang
baru terbentuk untuk berjuang melawan Belanda yang membonceng sekutu. Selama bulan-bulan
pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan, Yani memimpin batalion tentara dan menang dalam
pertempuran melawan tentara Inggris di Magelang. Yani kemudian juga mempertahankan Magelang
dari tentara Belanda dan mendapat julukan "Juruselamat Magelang". Pencapaian yang juga
menonjol dari karier Yani di masa ini adalah serangkaian serangan gerilya yang digencarkan pada
awal tahun 1949 untuk mengalihkan perhatian tentara Belanda.

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tahun 1949, Yani pindah ke Tegal, Jawa
Tengah. Pada tahun 1952, ia mendapatkan tugas untuk memadamkan pemberontakan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang ingin mendirikan negara agama berdasarkan syariat
Islam di Indonesia. Untuk menghadapi DI/TII, Yani membentuk pasukan khusus bernama Banteng
Raiders. Dalam kurun waktu 3 tahun, pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah berhasil dipadamkan.

Pada Desember 1955, Yani berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar di Komando dan Staf Umum
College, Fort Leavenworth, Kansas. Kembali pada tahun 1956, Yani dipindahkan ke Markas Besar
Angkatan Darat di Jakarta di mana ia menjadi anggota staf Umum untuk Abdul Haris Nasution. Di
Markas Besar Angkatan Darat, Yani menjabat sebagai Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat
sebelum menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk Organisasi dan kepegawaian.
Pada bulan Agustus tahun 1958, ia memerintahkan Operasi 17 Agustus terhadap Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia di Sumatra Barat. Pasukannya berhasil merebut kembali Padang
dan Bukittinggi, dan keberhasilan ini menyebabkan ia dipromosikan menjadi wakil kepala Angkatan
Darat ke-2 staf pada 1 September 1962, dan kemudian Kepala Angkatan Darat stafnya pada 28 Juni
1962 dan pada tanggal 21 Juli 1962 sebutan Kepala Staff Angkatan dirubah menjadi
Menteri/Panglima, sehingga menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat yang langsung bertanggung
jawab kepada Presiden. Jenderal Abdul Haris Nasution sebagai pendahaulu Jenderal Yani diangkat
menjadi Mengko hankam/KASAB - Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan / Kepala Staff
Angkatan Bersenjata.

Pendidikan Ahmad Yani pun sangat tinggi diantaranya

HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935.

MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938.

AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940.

Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang.

Pendidikan Heiho di Magelang.

PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor

Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat, tahun 1955.

Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956.

Ahmad yani juga mendapatkan berbagai macam jabatan untuk dirinya diantaranya

Komandan Seksi I Kompi III Batalyon II (1944-1945).

Komandan Batalyon 4/Yani Resimen XIV Magelang (1945-1948).


Komandan Brigade Diponegoro dari Divisi III (1948-1950).

Komandan Wehrkreise/WK II Kedu (1950-1951).

Komandan Batalyon Banteng Raiders (1951-1953).

Komandan Resimen 12 Wijayakusuma (1951-1956).

Asisten II/Operasi (1956).

Deputy I/Operasi (1957).

Komandan Operasi 17 Agustus (1958).

Deputy II/Pembinaan (1960).

Deputy KSAD untuk wilayah Indonesia bagian Timur (1962-1963).

Menteri/Panglima Angkatan Darat (1963-1965).

Ahmad Yani meninggal pada usia 43 tahun di Lubang Buaya, Jakarta, setelah di culik dari rumahnya
saat peristiwa Gerakan 30 September.Kisahnya sangat panjang,awal nyaa sebagai Presiden,
Soekarno bergerak lebih dekat ke Partai Komunis Indonesia (PKI) di awal 60-an. Yani yang sangat
anti-komunis, menjadi sangat waspada terhadap PKI, terutama setelah partai ini menyatakan
dukungannya terhadap pembentukan kekuatan kelima (selain keempat angkatan bersenjata dan
polisi) dan Soekarno mencoba untuk memaksakannya Nasakom (Nasionalisme-Agama-Komunisme)
doktrin di militer. Keduanya, Yani dan Nasution menunda-nunda ketika diperintahkan oleh Soekarno
pada tanggal 31 Mei 1965 mempersiapkan rencana untuk mempersenjatai rakyak

Referensi : sejarah-tni.mil.id. 2017. “Jenderal Ahmad Yani (1922 – 1965)”. Pusat Sejarah Tentara
Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai