Anda di halaman 1dari 3

Pembaharuan Pemberian Kuasa

Pembaharuan pemberian kuasa merujuk pada proses memperbarui atau memperpanjang


wewenang atau hak yang diberikan kepada seseorang atau entitas tertentu untuk mewakili
atau bertindak atas nama orang lain atau entitas tersebut. Pemberian kuasa adalah perjanjian
di mana seseorang, yang disebut pemberi kuasa, memberikan hak kepada orang lain, yang
disebut kuasa, untuk bertindak atas namanya dalam hal-hal tertentu.
Pada beberapa kesempatan, pemberi kuasa mungkin perlu memperbaharui atau
memperpanjang pemberian kuasa yang telah diberikan sebelumnya. Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor seperti berakhirnya masa berlaku pemberian kuasa,
perubahan situasi atau kondisi yang mengharuskan perpanjangan kuasa, atau kebutuhan
untuk mengubah atau menyesuaikan ketentuan dalam pemberian kuasa yang ada.
Pembaharuan pemberian kuasa dilakukan melalui proses yang melibatkan pemberi kuasa dan
kuasa. Mereka dapat menandatangani perjanjian baru yang menggantikan pemberian kuasa
sebelumnya atau mereka dapat menambahkan tambahan atau amendemen ke perjanjian yang
ada. Tujuan dari pembaharuan ini adalah untuk memastikan bahwa kuasa terus memiliki hak
dan wewenang yang diperlukan untuk mewakili pemberi kuasa.
Pembaharuan pemberian kuasa biasanya membutuhkan kesepakatan dan persetujuan kedua
belah pihak yang terlibat. Prosesnya dapat melibatkan peninjauan ulang dokumen pemberian
kuasa, negosiasi antara pemberi kuasa dan kuasa mengenai persyaratan dan ketentuan yang
diperbarui, dan akhirnya penandatanganan perjanjian baru atau tambahan.
Pembaharuan pemberian kuasa penting untuk memastikan bahwa kuasa tetap memiliki
otoritas yang sah dan berlaku untuk bertindak atas nama pemberi kuasa. Hal ini juga
membantu menjaga kejelasan dan keabsahan hubungan antara pemberi kuasa dan kuasa, serta
memastikan bahwa kuasa memiliki kekuatan hukum yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Bunyi Pasal 1972 KUHP “Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang berisikan
pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas
nama orang yang memberikan kuasa.”

Dasar Hukum
Dasar hukum mengenai pembaharuan pemberian kuasa dapat berbeda-beda tergantung pada
yurisdiksi atau negara yang bersangkutan. Berikut adalah beberapa dasar hukum umum yang
mungkin menjadi acuan dalam konteks ini:
1. Undang-Undang Kuasa (Power of Attorney Act): Banyak negara memiliki undang-
undang khusus yang mengatur mengenai pemberian kuasa, termasuk proses
pembaharuan atau perpanjangan pemberian kuasa. Undang-undang semacam itu
biasanya memberikan panduan mengenai persyaratan, prosedur, dan batasan dalam
pembaharuan pemberian kuasa.
Pasal 1792-1793 KUHPerdata juga menjelaskan bahwa kuasa dapat diberikan dan
diterima dengan suatu akta umum, dengan surat di bawah tangan bahkan dengan
sepucu surat ataupun dengan lisan. Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara
diam-diam dan disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa.
2. Perjanjian Pemberian Kuasa (Power of Attorney Agreement): Pemberian kuasa sendiri
adalah perjanjian antara pemberi kuasa dan kuasa. Oleh karena itu, dasar hukum
untuk pembaharuan pemberian kuasa dapat ditemukan dalam ketentuan perjanjian
tersebut. Jika perjanjian awal telah mencakup klausul mengenai pembaharuan atau
perpanjangan pemberian kuasa, maka pihak-pihak dapat mengacu pada ketentuan
tersebut.
3. Hukum Kontrak (Contract Law): Konsep dasar hukum kontrak dapat menjadi acuan
dalam pembaharuan pemberian kuasa. Dalam hal ini, perubahan atau perpanjangan
pemberian kuasa dapat dianggap sebagai modifikasi kontrak yang memerlukan
kesepakatan dan persetujuan kedua belah pihak. Prinsip-prinsip umum hukum
kontrak, seperti kesepakatan bebas, kesepakatan yang jelas, dan pertimbangan yang
sah, dapat berlaku dalam pembaharuan pemberian kuasa.
4. Prinsip Hukum Umum (Common Law): Di negara-negara dengan sistem hukum
berbasis common law, pembaharuan pemberian kuasa dapat merujuk pada preseden
atau putusan pengadilan sebelumnya yang telah memutuskan tentang masalah serupa.
Pengadilan dapat mengacu pada prinsip-prinsip umum dan keputusan sebelumnya
untuk menentukan apakah pembaharuan pemberian kuasa adalah sah dan
sesuai dengan hukum.

Jenis Pembaruan Pemberian Kuasa


Dalam konteks pembaharuan pemberian kuasa, ada beberapa jenis pembaruan yang mungkin
terjadi. Berikut adalah beberapa contoh jenis-jenis pembaruan pemberian kuasa yang umum:

1. Perpanjangan Masa Berlaku: Jenis pembaruan ini terjadi ketika pemberi kuasa
dan kuasa setuju untuk memperpanjang periode berlaku pemberian kuasa
yang sebelumnya. Ini mungkin diperlukan jika pemberian kuasa awal memiliki
tanggal berakhir yang sudah dekat atau telah berlalu.
2. Perubahan atau Penyesuaian Wewenang: Pembaruan ini melibatkan
perubahan atau penyesuaian terhadap wewenang yang diberikan kepada
kuasa. Misalnya, pemberi kuasa dapat menambahkan, menghapus, atau
memodifikasi wewenang tertentu yang diberikan kepada kuasa.
3. Penggantian Kuasa: Dalam beberapa situasi, pemberi kuasa dapat
memutuskan untuk mengganti kuasa yang ditunjuk dalam pemberian kuasa
awal dengan orang atau entitas lain. Penggantian ini biasanya dilakukan
melalui pembaruan pemberian kuasa.
4. Penambahan Kuasa Tambahan: Pemberi kuasa dapat memutuskan untuk
menambahkan kuasa tambahan ke dalam pemberian kuasa yang ada. Ini
dapat melibatkan penambahan kuasa tambahan untuk mengatasi kebutuhan
atau situasi baru yang muncul sejak pemberian kuasa awal.
5. Penyesuaian Ketentuan dan Syarat: Pembaruan juga dapat melibatkan
penyesuaian ketentuan dan syarat lainnya dalam pemberian kuasa. Misalnya,
pemberi kuasa dan kuasa dapat sepakat untuk mengubah ketentuan
mengenai kompensasi, tanggung jawab, atau kondisi lainnya yang terkait
dengan pemberian kuasa.

Dalam konteks pembaruan pemberian kuasa, terdapat beberapa jenis pembaruan


khusus yang dapat terjadi, tergantung pada kebutuhan dan persyaratan individu.
Berikut adalah beberapa contoh jenis-jenis khusus pembaruan pemberian kuasa:

1. Pembaruan Sehubungan dengan Kondisi Kesehatan: Jika pemberi kuasa


mengalami perubahan kondisi kesehatan yang signifikan, mereka mungkin
perlu memperbarui atau memodifikasi pemberian kuasa mereka. Misalnya, jika
pemberi kuasa mengalami kehilangan kemampuan mental atau fisik yang
signifikan, mereka mungkin perlu menunjuk kuasa baru atau mengubah
ketentuan pemberian kuasa yang ada.
2. Pembaruan untuk Keperluan Keuangan: Jika pemberi kuasa ingin memberikan
wewenang khusus kepada kuasa dalam hal keuangan mereka, pembaruan
dapat dilakukan untuk mencakup persyaratan dan kebutuhan keuangan yang
baru. Misalnya, pemberi kuasa dapat memperbarui pemberian kuasa mereka
untuk mencakup pembelian atau penjualan aset tertentu, penanganan
investasi, atau pengelolaan rekening bank.
3. Pembaruan terkait dengan Perubahan Status Perkawinan: Jika pemberi kuasa
menikah, bercerai, atau mengalami perubahan status perkawinan lainnya,
mereka mungkin perlu memperbarui pemberian kuasa mereka. Hal ini dapat
melibatkan penyesuaian terhadap kuasa yang ditunjuk atau perubahan
terhadap wewenang yang diberikan kepada kuasa.
4. Pembaruan dalam Hal Penunjukan Pengganti: Pemberi kuasa dapat
mempertimbangkan pembaruan pemberian kuasa mereka dengan menunjuk
pengganti atau penerus kuasa jika kuasa yang ditunjuk sebelumnya tidak lagi
dapat bertindak. Ini dapat memberikan kepastian bahwa ada seseorang yang
dapat menggantikan kuasa jika diperlukan.
5. Pembaruan terkait dengan Perubahan Hukum yang Berlaku: Jika ada
perubahan dalam hukum yang mengatur pemberian kuasa di suatu yurisdiksi,
pemberi kuasa mungkin perlu memperbarui pemberian kuasa mereka agar
sesuai dengan perubahan tersebut. Ini bertujuan untuk memastikan
keabsahan dan kepatuhan pemberian kuasa terhadap ketentuan hukum yang
baru.

Anda mungkin juga menyukai