Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS BIAYA PENGOBATAN BERDASARKAN CLINICAL PATHWAY

HIPERTENSI KRISIS DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE


KOTA PONTIANAK
Ferdianto, Nurmainah, Ressi Susanti
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. Hadari
Nawawi, Pontianak 78124, Indonesia
Korespondensi : Ferdianto
Email : ferdianto@student.untan.ac.id
No. Hp : +6285828417270

ABSTRAK
Besarnya biaya pengobatan hipertensi dipengaruhi beberapa hal seperti pemilihan obat,
tindakan medis yang diberikan, keahliaan tim medis dalam diagnosis serta kepatuhan
terhadap clinical pathway yang telah ditetapkan rumah sakit. Adanya penerapan clinical
pathway yang baik dapat meningkatkan efisiensi kerja serta mengurangi biaya rumah sakit.
Perbedaan clinical pathway pada setiap rumah sakit akan menimbulkan perbedaan
pembiayaan pengobatan yang besarnya ditentukan berdasarkan klasifikasi jenis penyakit, tipe
kelas perawatan di rumah sakit. Penelitian merupakan jenis penelitian observasional dengan
rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data rekam medis pasien hipertensi
krisis di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
periode Januari – Desember 2016. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian
ini sebanyak 29 pasien, pemilihan sampel ditentukan berdasarkan consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan besar total biaya pengobatan dan rata-rata unit cost hipertensi
krisis rawat inap dari setiap alur tatalaksana yaitu untuk biaya medik non-langsung yang
terdiri dari biaya administrasi sebesar Rp. 290.000,- ( = Rp. 10.000,-), biaya rawat inap
(sewa kamar) Rp. 4.863.500,- ( = Rp. 167.707,-); dan biaya medik langsung yang terdiri
dari obat dan BMHP Rp. 18.338.643-, ( = Rp. 632.367,-) tindakan medis Rp. 22.249.467 (
= Rp. 767.223,-), jasa dan pelayanan Rp. 9.582.000,- ( = Rp. 330.413,79), laboratorium Rp.
7.562.800 ( = Rp. 260.786,21),, elektromedik Rp. 1.486.000 ( = Rp. 55.037,04), dan
radiodiagnostik Rp. 1.441.000,- ( = Rp. 131.000,-).

Kata Kunci : Biaya, Clinical Pathway, Hipertensi Krisis


ANALYSIS COST OF TREATMENT BASED ON CLINICAL PATHWAY
HYPERTENSION CRISIS IN RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE
PONTIANAK CITY
ABSTRACT
The high cost of hypertension treatment is influenced by several things such as drug
selection, medical treatment given, medical team's integrity in diagnosis and compliance to
clinical pathway that has been established by the hospital. The implementation of good
clinical pathway can improve work efficiency and reduce hospital costs. Clinical pathway
differences in each hospital will result in differences in treatment financing, the amount of
which is determined based on the classification of the type of disease, the type of treatment
class in the hospital. The research is a type of observational research with cross sectional
design that is descriptive. Data collection was done retrospectively by using medical record
data of patients of crisis hypertension at Inpatient Installation RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Pontianak City period January - December 2016. Samples that meet the inclusion
criteria in this study were 29 patients, sample selection was determined based on consecutive
sampling. The results showed the total cost of treatment and the average unit cost of
hypertensive crisis of inpatient from each treatment flow that is for non-direct medical costs
consisting of administrative cost of Rp. 290.000, - ( = Rp 10.000, -), hospitalization cost
(room rent) Rp. 4.863.500, - ( = Rp 167,707, -); and direct medical costs consisting of drugs
and BMHP Rp. 18.338.643-, ( = Rp 632,367, -) medical action Rp. 22,249,467 ( = Rp.
767,223, -), services Rp. 9.582.000,- ( = Rp 330,413.79), laboratory Rp. 7.562.800 ( = Rp
260.786,21),, electromedic Rp. 1,486,000 ( = Rp 55,037,04), and radiodiagnostic Rp.
1.441.000, - ( = Rp. 131.000, -).

Keywords : Cost, Clinical Pathway, Crisis Hypertension


PENDAHULUAN Hypertension Education Program
Hipertensi krisis ditandai dengan (CHEP), International Society on
peningkatan tekanan darah diastolik yang Hypertension in Blacks (ISHIB), British
melebihi 120 hingga 130 mmHg dan Hypertension Society (BHS) dan American
tekanan sistolik mencapai 200 hingga 220 Society of Hypertension and the
mmHg. Peningkatan tekanan darah international Society of Hypertension
diastolik yang terjadi dan angka pressure (ASH/ISH).(5,6)
pulse > 40 mmHg dapat menjadi dasar Hipertensi emergensi dan urgensi
penentuan keadaan krisis. Berdasarkan ada sering dijumpai di instalasi gawat darurat
tidaknya kerusakan target organ yang yakni sekitar 27,5% dari semua kasus
progresif, hipertensi krisis dapat dibedakan emergensi yang ada.(2) Beragam pedoman
menjadi hipertensi emergensi dan pengobatan hipertensi menyebabkan
urgensi.(1) beragam pula jumlah biaya yang harus
Hipertensi emergensi terjadi dikeluarkan oleh penderita atau pihak
dengan peningkatan tekanan darah sistolik asuransi. Besarnya biaya pengobatan
> 180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg hipertensi dipengaruhi beberapa hal seperti
secara mendadak disertai kerusakan organ pemilihan obat, tindakan medis yang
target.(2,3) Hipertensi urgensi adalah diberikan, keahliaan tim medis dalam
peningkatan tekanan darah yang tidak diagnosis serta kepatuhan terhadap clinical
disertai dengan kerusakan organ.(4) pathway yang telah ditetapkan rumah
Terdapat berbagai pedoman yang dapat sakit.(7)
digunakan sebagai tatalaksana penanganan Beberapa penelitian
hipertensi, seperti Joint National Commite menyimpulkan, bahwa adanya penerapan
VIII (JNC), European Society of clinical pathway yang baik dapat
Hypertension/European Society of meningkatkan efisiensi kerja serta
Cardiology (ESH/ESC), Canadian mengurangi biaya rumah sakit. (8,9) Clinical
pathway rumah sakit negeri dan swasta atas adalah hasil gambaran biaya

secara umum tahapan dalam penyusunan pelayanan yang lebih aktual dan akurat

clinical pathway adalah mirip, antar rumah karena memberikan gambaran bagaimana

sakit swasta maupun negeri. Namun biaya didistribusikan berdasarkan

penyusunan clinical pathway disesuaikan perkembangan penyakit dan alur

pada kondisi rumah sakit. Adanya tatalaksana.

kebutuhan dan karakteristik yang berbeda METODE

di setiap rumah sakit memungkinkan Penelitian merupakan jenis

adanya perbedaan dalam penyusunan penelitian observasional dengan rancangan

clinical pathway yang digunakan. penelitian potong lintang (cross sectional)

Perbedaan clinical pathway pada setiap yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data

rumah sakit akan menimbulkan perbedaan dilakukan secara retrospektif dengan

pembiayaan pengobatan yang besarnya menggunakan data rekam medis pasien

ditentukan berdasarkan klasifikasi jenis hipertensi krisis di Instalasi Rawat Inap

penyakit, tipe kelas perawatan di rumah RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie

sakit.(10) Kota Pontianak periode Januari –

Berdasarkan latar belakang di atas, Desember 2016. Jumlah subyek penelitian

peneliti tertarik untuk melakukan studi adalah sebanyak 29 subyek yang terdiri

Cost Of Illness berdasarkan clinical dari 19 pasien hipertensi emergensi dan 10

pathway dengan metode bottom up, pasien hipertensi urgensi yang memenuhi

dimana adanya perbedaan dalam kriteria inklusi.

tatalaksana penanganan hipertensi urgensi Penelitian ini mendapatkan

dan emergensi menjadikan biaya tiap unit kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian

cost yang dikeluarkan juga berbeda.(11) Fakultas Kedokteran Universitas

Adapun yang mendasari pemilihan peneliti Tanjungpura (UNTAN). Pemilihan sampel

menggunakan metode evaluasi biaya di ditentukan berdasarkan consecutive


sampling. Kriteria inklusi yaitu pasien pada perempuan, yaitu sebesar 65,52%

yang didiagnosis hipertensi emergensi dan dibandingkan dengan laki-laki, yaitu

urgensi, pasien dengan komorbid, dan 34,48%. Usia pasien hipertensi krisis

pasien hipertensi krisis usua ≥ 18 tahun. terbanyak ialah kelompok usia 46-65 tahun

Kriteria eksklusi yaitu pasien dengan data sebesar 72,41%, diikuti kelompok usia ≥

rekam medis yang tidak terbaca dan klaim 65 tahun 17,42%, dan kelompok usia 17 –

biaya yang rusak. Data dianalisis dengan 45 tahun 10,34%. Diagnosis hipertensi

menggunakan software (Microsoft excel) krisis terbanyak adalah hipertensi

dan penyajian hasil berupa tabel dan emergensi yaitu 65,52 % dan hipertensi

penjelasan deskriptif. urgensi 34,48 % dan hanya terdapat 1

HASIL (satu) pasien yang didiagnosis tanpa

Tabel 1 menunjukkan bahwa angka komorbid, sebanyak 28 pasien (96,55 %)

kejadian hipertensi krisis cenderung terjadi dengan komorbid.

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian

N = 29
No Karakteristik
Jumlah Persentase (%)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 10 34,48
b. Perempuan 19 65,52
2. Umur
a. 17 – 45 3 10,34
b. 46 - 65 21 72,41
c. ≥ 65 5 17,24
3. Diagnosis Utama
a. HT Emergensi 19 65,52
b. HT Urgensi 10 34,48
4. Komorbid
a. Tanpa Komorbid 1 3,45
b. Adanya Komorbid 28 96,55

Tampak pada Tabel 2 besaran total rata- (biaya medik non langsung dan biaya

rata biaya pengobatan hipertensi krisis medik langsung). Tindakan medis

yang dikeluarkan sebesar Rp, 2.342.182,3 diketahui menghabiskan biaya paling besar
yaitu sebesar 32,58 % (Rp. 767.223,00), dan elektromedik merupakan besaran

diikuti dengan biaya obat-obatan dan biaya yang terkecil yaitu sebesar 0,42 %

BMHP sebesar 26,86 % (Rp. 632.367,00). (Rp. 10.000,-) dan 2,34 % (Rp. 55.037,04).

Sementara itu, besaran biaya administrasi

Tabel 2. Distribusi Biaya Pengobatan Pasien Hipertensi Krisis Berdasarkan


Clinical Pathway Di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Per Periode Januari –
Desember 2016

N = 29
No Jenis Pelayanan (Rp) Rata-Rata Biaya
Hipertensi Krisis %
(Rp)
Biaya Medik

1 Administrasi 10.000,00 0.42


langsung
non-

Rawat inap (sewa


2 kamar) @ Rp. 167.707,00 7.12
30.000/hari
Sub Total 177.707,00
3 Obat dan BMHP 632.367,00 26.86
Biaya Medik

4 Tindakan Medis 767.223,00 32.58


langsung

5 Jasa dan pelayanan 330.413,79 14.03


6 Laboratorium 260.786,21 11.08
7 Elektromedik 55.037,04 2.34
8 Radiodiagnostik 131.000,00 5.56
Sub Total 2.176.827,04
Total 2.354.534,04
Berdasarkan Tabel 3 adapun 718.810,84) dan 28,60 % (Rp. 652.317,32)

diperoleh hasil bahwa besaran biaya dalam untuk hipertensi emergensi serta 35,94 %

pengobatan hipertensi urgensi lebih tinggi (Rp. 859.206,10) dan 24,87 % (Rp.

daripada hipertensi emergensi. Adapun 594.461,40) untuk hipertensi urgensi.

jenis pelayanan yang memberikan porsi Pengobatan hipertensi emergensi memiliki

pengeluaran yang besar pada kedua jenis besaran biaya yang lebih tinggi untuk jenis

pengobatan yaitu pada tindakan medis, pelayanan obat-obatan dan BMHP

obat-obatan dan Bahan Medis Habis Pakai dibanding hipertensi urgensi yaitu sebesar

(BMHP) yaitu sebesar 31,51 % (Rp. 28,60 % (Rp. 652.317,32) dan 24,87 %

(Rp. 594.461,40). Jenis pelayanan rawat


inap pada pasien hipertensi emergensi 120.000,-, Rp. 90.000,- dan Rp.

memiliki besaran biaya yang lebih besar 122.903,23.(12)

dibandingkan dengan pasien hipertensi

urgensi yaitu sebesar 7,76 % (Rp.

177.026,32) dan 6,27 % (Rp. 150.000,00).

Adapun besaran biaya tindakan medis

untuk pasien hipertensi urgensi lebih besar

dibandingkan dengan pasien hipertensi

emergensi, yaitu sebesar 35,94 % (Rp.

859.256,10) banding 31.51 % (Rp.

718.810,84). Besaran rata-rata biaya yang

dikeluarkan per pasien untuk jenis

pelayanan jasa dan pelayanan pasien

hipertensi emergensi dan urgensi yaitu Rp.

328.373.68 dan Rp. 334.290,-. Besaran

rata-rata biaya yang dikeluarkan per pasien

untuk jenis pelayanan pemeriksaan

penunjang pasien hipertensi emergensi dan

urgensi yaitu Rp. 69.342,- dan Rp.

160.950,- Penelitian yang menganalisis

biaya pengobatan hipertensi juga

memperlihatkan hasil yang sama, yaitu

untuk biaya radiodiagnostik, elektromedik,

dan laboratorium menghabiskan rata-rata

biaya masing-masing sebesar Rp.


Tabel 3. Distribusi Biaya Pengobatan Pasien Hipertensi Emergensi dan
Urgensi Berdasarkan Clinical Pathway Di Instalasi Rawat Inap
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Per
Periode Januari – Desember 2016

Pasien HT. Pasien HT. Urgensi


Emergensi (N = 19) (N = 10)
No Jenis Pelayanan
Rata-rata Rata-rata
% %
Biaya (Rp) biaya (Rp)
1 Administrasi 10.000,00 0.44 10.000,00 0.42
Medik non-
langsung
Biaya

Rawat inap (sewa


2 kamar @ Rp. 177.026,32 7.76 150.000,00 6.27
30.000,-/hari)
Biaya Medik langsung

3 Obat dan BMHP 652.317,32 28.60 594.461,40 24.87


Tindakan Medis 4 718.810,84 31.51 859.206,10 35.94
5
Jasa dan pelayanan 328.373,68 14.40 334.290,00 13.98
Laboratorium 6 249.842,10 10.95 281.580,00 11.78
Elektromedik 1 49.470,59 2.17 64.500,00 2.70
Radiodiagnostik2 95.300,00 4.18 96.450,00 4.03
Total 2.281.140,84 2.390.487,50
Rata-rata lama rawat inap (hari) ±5 ±5
Keterangan : HT = Hipertensi

PEMBAHASAN penurunan perbandingan estrogen.(15)


Karakteristik Subyek Penelitian
Kondisi normal estrogen dapat
Perempuan berisiko untuk
meningkatkan kadar angiotensinogen dan
mengalami hipertensi dibandingkan
menurunkan kadar renin, aktivitas
dengan laki-laki disebabkan oleh faktor
angiotensin converting enzyme (ACE),
hormon estrogen, penggunaan kontrasepsi
densitas reseptor angiotensin AT-1, dan
oral, Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
produksi aldosterone.(16,17) Namun
(13,14)
obesitas. Rata-rata perempuan akan
sebaliknya, penurunan estrogen
mengalami peningkatan risiko tekanan
menyebabkan peningkatan pelepasan renin
darah tinggi (hipertensi) setelah
sehingga memicu peningkatan tekanan
(13)
menopause yaitu usia di atas 45 tahun.
darah. (15)
Setelah menopause, tubuh perempuan

mengalami perubahan hormonal yaitu


Mekanisme pelepasan renin peningkatan kadar estrogen maupun

merangsang pembentukan angiotensin I progesterone di darah. Hal ini akan

yang dibantu oleh angiotensin converting dideteksi oleh hipofisis anterior sehingga

enzyme (ACE) diubah menjadi angiotensin menimbulkan umpan balik negatif dengan

II. Angitensin II merupakan menurunkan sekresi hormone FSH

vasokonstriktor kuat yang dapat (Follicle Stimulating Hormone) dan LH

merangsang sekresi aldosteron oleh (Leteinizing Hormone) dan dengan

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan keberadaan progesteron efek

penurunan ekskresi air dan garam oleh penghambatan estrogen akan berlipat

ginjal. Kondisi ini dapat meningkatkan ganda. Jangka waktu tertentu tubuh dapat

volume cairan ekstrasel dan meningkatkan mengkompensasi dengan meningkatkan

tekanan arteri sehingga meningkatkan sekresi estrogen agar tetap normal namun

tekanan pembuluh darah. (15) dalam waktu yang lama menyebabkan

Penggunaan obat kontrasepsi oral hilangnya kompensasi tubuh dan

merupakan faktor lain yang dapat menurunnya sekresi hormon terutama

meningkatkan tekanan darah dan risiko estrogen yang menyebabkan peningkatan

hipertensi pada perempuan. Risiko tekanan darah. (16)

hipertensi meningkat dengan lamanya Indeks massa tubuh merupakan

penggunaan kontrasepsi oral. Penelitian faktor lain yang dapat meningkatkan

menyimpulkan bahwa perempuan yang tekanan darah. Pasien dengan BMI di atas

menggunakan kontrasepsi oral selama 12 30 kg/m2 berada pada kondisi obese dan

tahun berturut-turut berisiko terkena memerlukan penanganan pengobatan

hipertensi sebesar 5,38 kali dibandingkan secara cepat dan tepat. Peningkatan BMI

perempuan yang tidak menggunakan akan berpengaruh pada peningkatan


(16)
kontrasepsi oral. Penggunaan tekanan darah (sistolik dan diastolik),

kontrasepsi oral dapat menyebabkan kolesterol, LDL, triacydgliserol, dan


glukosa, serta penurunan kadar HDL.(14,18) reseptor sehingga peran organ ginjal dalam

Kadar kolesterol HDL rendah dan menjalankan fungsinya mengalami

tingginya kolesterol Low Density penurunan.(19)

Lipoprotein (LDL) mempengaruhi Perubahan struktur pembuluh darah

terjadinya proses aterosklerosis yang besar berpengaruh terhadap peningkatan

menjadi salah satu faktor pemicu tekanan darah pada pasien usia lanjut.
(13)
terjadinya peningkatan tekanan darah. Lumen pada pembuluh darah besar

Selain itu makin besar massa tubuh, makin mengalami penyempitan dan dinding

banyak darah yang dibutuhkan untuk pembuluh darah menjadi kaku. Hal ini

memasok oksigen dan makanan ke dikarenakan telah terjadi penumpukan zat

jaringan tubuh. Ini berarti volume darah kolagen pada lapisan otot pembuluh darah.

yang beredar melalui pembuluh darah Kondisi ini secara berangsur-angsur akan

menjadi meningkat sehingga memberi berdampak pada peningkatan tekanan

tekanan lebih besar pada dinding arteri. (18) darah sistolik.(20)

Peningkatan usia pasien Dari hasil observasi, diagnosis

berpengaruh pada perubahan fisiologis hipertensi krisis cenderung ditemukan

seperti peningkatan resistensi perifer dan 65,52 % adalah hipertensi emergensi dan

aktivitas simpatik. Peningkatan usia sisanya hipertensi urgensi. Hipertensi

berpengaruh pada penurunan elastisitas emergensi dan urgensi sering dijumpai di

pembuluh darah yang dapat menyebabkan instalasi gawat darurat yakni sekitar 27,5

terjadinya peningkatan resistensi vaskuler % dari kebayakan kasus emergensi yang

perifer yang berakibat terjadinya terjadi. Hipertensi emergensi ditandai

peningkatan tekanan darah. Pengaturan dengan peningkatan akut Tekanan Darah

tekanan darah dilakukan oleh refleks baro Sistolik (TDS) di atas 180 mmHg atau

reseptor. Saat pasien mengalami usia Tekanan Darah Diastolik (TDD) di atas

lanjut maka terjadi penurunan sensitivitas 120 mmHg disertai kerusakan organ
target.(2) Kerusakan organ yang terjadi hipertensi, yaitu hipertensi emergensi dan

dapat berupa perubahan status mental urgensi berdasarkan ada atau tidaknya

(ensefalopati), stroke, gagal jantung, kerusakan organ yang terjadi. Pasien yang

angina, edema paru, serangan jantung, didiagnosis hipertensi emergensi akan

aneurisma, dan eklampsia.(3) mendapatkan perawatan dan terapi

Adapun diagnosis lain yang farmakologi. Hipertensi emergensi

menyertai hipertensi krisis yang terjadi merupakan suatu situasi yang

pada pasien dalam penelitian ini membutuhkan penurunan tekanan darah

kebanyakan seperti dispepsia, vertigo sesegera mungkin dalam satu jam dengan

sentral, diabetes melitus tipe 2, Transient memberikan obat-obatan antihipertensi


(2)
Ischaemic Attack (TIA), stroke non- secara intravena. Standar pengobatan

hemoragik, stroke hemoragik, hemiparesis, hipertensi urgensi yaitu penurunan tekanan

epistaxis, tension headache, Osteoartritis, darah dalam waktu 24 jam dengan

anemia, penyakit ginjal kronik, agina memberikan obat-obatan antihipertensi

pectoris, ST Elevasi Miokard Infark, oral dengan aksi cepat. Manajenem

obstruksi hematemesis, melena, epistalisir, penurunan tekanan darah pada pasien

candidiais oral, intracerebral hematoma, dengan hipertensi urgensi tidak

cepalgia, penyakit jantung kronik, Infeksi membutuhkan obat-obatan antihipertensi

saluran kemih, asma, ulkus abdomen, intravena. Pemberian obat-obatan oral aksi

abses renal, diabetes mellitus tipe 1, afasia, cepat dapat diberikan pada pasien

Syndrome Obstrucktive Post TBC, stress hipertensi urgensi.(2)

ulcer, hemiplegia tidak spesifik. Adapun gambaran jalur klinik

Gambaran Clinical Pathway Untuk (clinical phatway) pada pasien yang

Pengobatan Hipertensi Krisis menjalani pengobatan hipertensi krisis

Pasien yang didiagnosis hipertensi hingga keluar dari RSUD Sultan Syarif

krisis dikategorikan dalam dua jenis


Mohamad Alkadrie Kota Pontianak disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur tatalaksana umum pasien hipertensi krisis rawat inap

Tampak pada Gambar 1 bahwa diperoleh. Pasien selama menjalani

pasien hipertensi krisis mendapatkan pengobatan hipertensi krisis juga

penanganan medis darurat di Instalasi dikenakan biaya atas obat-obat yang

Gawat Darurat (IGD). Pasien secara umum diberikan dan biaya pemeriksaan

akan dikenakan biaya administrasi, jasa penunjang seperti EKG, laboratorium, dan

konsultasi dokter, dan tindakan medis radiologi.

yang dibutuhkan. Pasien yang telah Analisis Biaya

mengurus administrasi akan dilanjutkan Analisis biaya yang dilakukan pada

untuk dirawat inap. Pasien dengan penelitian ini untuk mendapatkan unit cost

penyakit yang membutuhkan perawatan dari setiap tahapan clinical pathway

intensif pasien akan mendapatkan pengobatan hipertensi krisis. Unit cost

perawatan intensif. Selanjutnya, ketika yang dianalisis meliputi biaya non-medik

kondisi pasien mulai membaik dialihkan langsung seperti biaya administrasi dan

ke ruang perawatan rawat inap kembali. biaya sewa kamar rawat inap; dan biaya

Pasien pada tahap ini secara umum akan medik langsung yang terdiri dari biaya

dikenakan biaya rawat inap perhari, jasa obat, biaya bahan medis habis pakai, jasa

dan pelayanan serta tindakan medis yang dan pelayanan, radiodiagnostik, tindakan
medis non operatif, elektromedik, serta obatan dan Bahan Medis Habis Pakai

laboratorium. (BMHP), tindakan medis, jasa dan

Besaran total rata-rata biaya pelayanan, laboratorium, elektromedik

pengobatan hipertensi krisis yang serta radiodiagnostik. Tindakan medis

dikeluarkan sebesar Rp, 2.342.182,3 diketahui menghabiskan biaya paling besar

(biaya medik non langsung dan biaya diikuti dengan biaya obat-obatan dan

medik langsung) hasil ini menunjukkan BMHP. Sementara itu, besaran biaya

rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam administrasi dan elektromedik merupakan

pengobatan hipertensi krisis berada pada besaran biaya yang terkecil. Hasil yang

rentang besar tarif dengan sistem sama juga ditunjukkan oleh penelitian lain

pembayaran INA-CBG 2016 untuk Rumah dimana unit cost terbesar dihabiskan pada

Sakit Pemerintah tipe C untuk penyakit komponen obat-obatan, tindakan medis,

hipertensi status ringan hingga berat serta jasa dan pelayanan.(48) Faktor-faktor

memiliki tarif sebesar Rp. 1.779.700,- yang berpengaruh terhadap biaya


(21)
sampai dengan Rp. 3.480.800,-. pengobatan hipertensi adalah faktor jenis

Penelitian lain juga menunjukkan kelamin, lama rawat inap, tingkat

kesimpulan yang sama yaitu besaran total keparahan, komorbid. Faktor jenis kelamin

biaya pengobatan hipertensi yang menunjukkan perempuan cenderung

dikeluarkan dengan status ringan sampai menghabiskan biaya pengobatan lebih

dengan berat yaitu sebesar Rp. besar dibandingkan laki-laki karena

1.201.650,76 sampai dengan Rp memiliki risiko komplikasi yang lebih

3.079.200,00. (7) tinggi, lama rawat inap, tingkat keparahan

Adapun yang termasuk biaya dan komorbid menunjukkan hubungan

medik non langsung yaitu biaya bahwa semakin parah kondisi seorang

administrasi dan biaya rawat inap; biaya pasien, maka semakin lama rawat inap

medik langsung terdiri atas biaya obat- yang harus dijalani. Banyaknya komorbid
berpengaruh pula pada tingkat keparahan dengan penelitian lain yang menunjukkan

penyakit yang akhir berdampak pada biaya rawat inap (sewa kamar) sebesar Rp.
(7)
semakin banyaknya tindakan medis yang 200.175,60 ± 87.147,5. Meskipun rata-

dibutuhkan dan biaya total yang harus rata lama rawat inap untuk kedua penyakit

dikeluarkan. (8,9,12) memiliki jumlah hari yang sama yaitu

Pengobatan hipertensi emergensi selama 5 hari. Hal ini dikarenakan pada

memiliki besaran biaya yang lebih tinggi pasien hipertensi emergensi beberapa

untuk jenis pelayanan obat-obatan dan pasien menjalani perawatan intensif yang

BMHP dibanding hipertensi urgensi Hal berdampak pula pada biaya penginapan

ini dikarenakan pasien hipertensi untuk kategori non kelas, dimana biaya

emergensi memiliki resiko kerusakan perawatan intensif dikenakan biaya perhari

organ lebih tinggi dibandingkan dengan dan juga biaya perawatan selama

pasien hipertensi urgensi, sehingga menjalani perawatan intensif.

penanganan pengobatannya diperlukan Adapun besaran biaya tindakan

secara cepat dan tepar selain itu jenis obat- medis untuk pasien hipertensi urgensi

obatan yang diperlukan dalam penanganan lebih besar dibandingkan dengan pasien

hipertensi emergensi adalah obat-obatan hipertensi emergensi. Jasa dan pelayanan

dengan rute intravena yang relatif merupakan biaya yang dikeluarkan pasien

memiliki harga yang lebih mahal selama menjalani perawatan rawat inap di

dibandingkan obat-obatan yang digunakan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie.

pada pasien hipertensi urgensi. (2) Adapun biaya jasa dan pelayanan pada

Jenis pelayanan rawat inap pada penelitian ini meliputi jasa konsultasi

pasien hipertensi emergensi memiliki dokter umu dan spesialis, jasa visitasi

besaran biaya yang lebih besar dokter umum dan spesialis serta jasa

dibandingkan dengan pasien hipertensi asuhan keperawatan oleh tenaga perawat.

urgensi. Hasil ini tidak berbeda jauh Unit cost terbesar yang dikeluarkan pada
jenis pelayanan jasa dan pelayanan adalah seperti aritmia jantung, pembesaran

pada visite dokter spesialis, dimana jantung, peradangan jantung (perikarditis

masing-masing sebesar Rp. 3.240.000,- atau miokarditis), dan penyakit jantung

dan 1.850.000,-. Adapun besaran biaya koroner, USG Abdomen juga dilakukan

visite dokter terkait dengan jumlah visitasi pada beberapa pasien untuk mengetahui

yang dilakukan dan lamanya rawat inap ada atau tidaknya kerusakan pada ginjal

yang dijalani pasien. Semakin banyak dan radiodiagnostik sebagian besar yang

visitasi yang dilakukan dan semakin lama dilakukan adalah foto thorax untuk

rawat inap yang dijalani pasien, maka mengetahui ada tidaknya udem pada paru

besar biaya visitasi dokter juga akan yang terjadi dan CT Scan Kepala untuk

meningkat. melihat apakah terjadi serangan stroke atau

Pemeriksaan penunjang merupakan tidak. Pemeriksaan penunjang dilakukan

besaran biaya yang dikeluarkan pasien untuk memperkuat diagnosis dan

setiap kali melakukan pemeriksaan mengetahui adanya diagnosis lain yang

penunjang, adapun pemeriksaan penunjang mungkin terjadi.(2,22) Adapun unit cost

meliputi biaya laboratorium, biaya terbesar yang dikeluarkan untuk jenis

radiodiagnostik, dan biaya elektromedik. pelayanan pemeriksaan penunjang yaitu

Pemeriksaan laboratorium sebagian besar pada pasien hipertensi emergensi yaitu

dilakukan pada pemeriksaan kimia darah pada jenis pemeriksaan penunjang

dan fungsi ginjal seperti pemeriksaan elektromedik sebesar Rp. 841.000,- dan

darah rutin, gula darah, elektrolit darah, pada pasien hipertensi urgensi yaitu pada

kadar kreatinin, ureum, albumin, globulin. pemeriksaan penunjang radiodiagnostik

Pemeriksaan elektromedik sebagian besar yaitu sebesar Rp. 964.500,-.

yang dilakukan yaitu EKG, dimana


KESIMPULAN
melalui pemeriksaan EKG dapat dipantau
Besar rata-rata unit cost pengobatan
ada tidaknya kerusakan pada jantung
hipertensi krisis rawat inap dari setiap alur
tatalaksana di RSUD Sultan Syarif UCAPAN TERIMA KASIH

Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Ucapan terima kasih penulis sampaikan

periode Januari – Desember 2016 yaitu kepada seluruh pihak yang terlibat dalam

untuk biaya medik non-langsung yang penelitian ini diantaranya kepada Comdev

terdiri dari biaya administrasi sebesar Rp. dan Outreaching Universitas Tanjung Pura

10.000,-, biaya rawat inap (sewa kamar) atas bantuan beasiswa, RSUD Sultan

Rp. 167.707,-; dan biaya medik langsung Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak

yang terdiri dari obat dan BMHP Rp. yang telah memberikan kesempatan untuk

632.367,-, tindakan medis Rp. 767.223,-, melaksanakan penelitian, dan dosen

jasa dan pelayanan Rp. 330.413,79, pembimbing.

laboratorium Rp. 260.786,21, DAFTAR PUSTAKA

elektromedik Rp. 55.037,04, dan 1. Leong B, Manning P. Hypertensive


crises in the book: guide to the
radiodiagnostik Rp. 131.000,-. essentials in emergency medicine.
Singapore: McGraw-Hill
Besar total biaya pengobatan Education; 2004.

hipertensi krisis rawat inap dari setiap alur 2. Devicaesaria A. Leading article:
Hipertensi krisis. Medicinus. Des
tatalaksana yaitu untuk biaya medik non- 2011: 27(3);9-17.

langsung yang terdiri dari biaya 3. Herlianita R. Krisis hipertensi.


Jurnal Keperawatan. 2010 Jul:1(2);
administrasi sebesar Rp. 290.000,-, biaya 151-155.

rawat inap (sewa kamar) Rp. 4.863.500,-; 4. Kaplan NM. Clinical


th
hypertension. 8 Edition.
dan biaya medik langsung yang terdiri dari Lippincott: Williams & Wilkins;
2002.
obat dan BMHP Rp. 18.338.643,-,
5. Weber, et all. Clinical Practice
tindakan medis Rp. 22.249.467,-, jasa dan Guidelines for the Management of
Hypertension in the Community A
pelayanan Rp. Rp. 9.582.000,-, Statement by the American Society
of Hypertension and the
laboratorium Rp. 7.562.800,-, International Society of
Hypertension. The Journal of
elektromedik Rp. 1.486.000,-, dan Clinical Hypertension. Jan 2014:
16(1); 14-26.
radiodiagnostik Rp. Rp. 1.441.000,-.
6. Muhadi. JNC 8: Evidence-based di RSUD Sorong. 2-TRIK. 2017
Guideline Penanganan Pasien Mei: 7(2); 72-76.
Hipertensi Dewasa. CDK. 2016: 43
(1); 54-59. 13. Novitaningtyas T. Hubungan
karakteristik (umur, jenis kelamin,
7. Rahajeng B, Maziyyah N, Hapsari tingkat pendidikan) dan aktivitas
CW, dan Krisnawati L. Analisis fisik dengan tekanan darah pada
biaya pengobatan hipertensi lansia di Kelurahan Makamhaji
sebagai pertimbangan dalam Kecamatan Kartasura Kabupaten
penetapan pembiayaan kesehatan Sukoharjo. Naskah Publikasi.
berdasar INA-CBGS pada program Surakarta: Universitas
Jaminan Kesehatan Nasional 2014 Muhammadiyah Surakarta; 2014.
di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. 14. Destyana R, Saryono, dan
Laporan Penelitian. Yogyakarta: Mursiyam. Hubungan antara
Fakultas Kedokteran dan Ilmu indeks masa tubuh dengan tekanan
Kesehatan Universitah darah dan golongan darah di
Muhammadiyah Yogyakarta; 2014. kelurahan Mersi kecamatan
Purwokerto Timur. Jurnal
8. Sari I, Sudari S. Evaluasi Keperawatan Soedirman. 2009 Jul:
implementasi clinical pathway 4(2); 54-60.
krisis hipertensi di instalasi rawat
inap RS PKU Muhammadiyah 15. Rahayu RM. Pengaruh pemberian
Bantul. Proceding Health jus tomat terhadap tekanan darah
Architecture. Mei 2017: 1(1); 113- pada wanita menopause dengan
121. hipertensi di Posyandu Kantil.
Journal of Health Science and
9. Iroth JS, Ahmad RA, Pinzon R. prevention. 2017 Sep: 1(1); 52-57.
Dampak penerapan clinical
pathway terhadap biaya perawatan 16. Sudayasa IP, Yasin ERS, dan
pasien stroke iskemik akut di RS Lianawati. Hubungan lama
Bethesda Yogyakarta. Berkala pemakaian kontrasepsi oral dengan
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana. hipertensi. Seminar Nasional Riset
Des 2016: 2(1); 267-277. Kuantitatif Terapan. 2017 Apr ; 46-
50.
10. Wijayanti FER. Analisis clinical
pathway dengan BPJS antara RS 17. Failasufa H. Tekanan darah wanita
negeri dan RS swasta. Naskah premenopause dan
Publikasi. Surakarta: Universitas pascamenopause. Bandung: Unpad;
Muhammadiya; 2016. 2012.

11. Cerceo E, dan Rachoin JS. Hospital 18. Yeni Y, Djannah SN, dan
management of hypertension: Solikhah. Faktor-faktor yang
urgencies and emergencies. berhubungan dengan kejadian
Hospital Medicine Practice. 2014
hipertensi pada wanita usia subur
Nov: 2(11);1-23.
di Puskesmas Umbulharjo I
12. Bambungan YM, Oetari RA, Yogyakarta tahun 2009. Kes Mas.
Satibi. Analisis biaya pengobatan 2010 Jun: 4(2); 76-143.
hipertensi pada pasien rawat inap
19. Nuraini B. Risk factors of Nomor 52 Tahun 2016 Tentang
hypertension. J Majority. 2015 Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
Feb: 4(5); 10-19. Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan. Jakarta:
20. Lita. Faktor risiko hipertensi di
Menteri Kesehatan Republik
wilayah kerja Puskesmas Harapan
Indonesia; 2016.
Raya Pekanbaru. Scientia. 2017
Agus: 7(2); 159-167.
22. Imam AP, Martono H, Bachtiar A.
Hipertensi Penatalaksanaan secara
21. Menteri Kesehatan Republik
Menyeluruh. Semarang: Badan
Indonesia. Peraturan Menteri
Penerbit UNDIP;1992.
Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai