DOSEN PENGAJAR:
Dr. dr. Greta Jane Pauline Wahongan, M.Kes
MAKALAH
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih dan penyertaan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penyakit Menular : Malaria”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Kesehatan Global.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan, pengalaman serta memberikan inspirasi bagi para pembaca.
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penulisan 3
BAB II
PEMBAHASAN 4
2.1. Etiologi Malaria 4
2.2. Penyebab Malaria 4
2.3. Siklus Parasit Malaria 5
2.4. Patogenesis Malaria 7
2.5. Isu Terkini Malaria 10
2.6. Dampak dan Penanganan Global Isu Penyakit Malaria 12
2.7. Pencegahan Malaria 15
2.8. Standar Tatalaksana Malaria 16
2.8.1. Standar Diagnosis (Kemkes, 2020) 16
2.8.2. Standar Pengobatan (Kemkes, 2020) 17
2.8.3. Standar Pemantauan Pengobatan (Kemkes, 2020) 19
2.8.4. Standar Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat (Kemkes, 2020) 19
BAB III
PENUTUP 20
3.1. Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 22
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
2013).
Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil.
Menurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan
jumlah kasus malaria tersebut di atas, dapat menimbulkan kerugian ekonomi
yang sangat besar mencapai sekitar 3 triliun rupiah lebih. Kerugian tersebut
sangat berpengaruh terhadap pendapatan daerah (Depkes RI, 2009 : dalam
Mailani 2013).
Penyakit malaria sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di
Indonesia. Pada tahun 2006 terjadi KLB malaria di beberapa daerah di Indonesia.
Beberapa KLB disebabkan terjadinya perubahan lingkungan oleh bencana alam,
migrasi penduduk dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan
sehingga tempat perindukan potensial nyamuk malaria semakin meluas
(Harijanto, 2010 : dalam Mailani 2013).
Kasus malaria yang tinggi berdampak terhadap beban ekonomis yang
besar baik bagi keluarga yang bersangkutan dan bagi pemerintah melalui
hilangnya produktivitas kerja, hilangnya kesempatan rumah tangga untuk
membiayai pendidikan serta beban biaya kesehatan yang tinggi. Dalam jangka
panjang, akan menimbulkan efek menurunnya mutu Sumber Daya Manusia
(SDM) masyarakat Indonesia (Trihono, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Kasnodihardjo (2008), tentang pola
kebiasaan masyarakat dalam kaitannya dengan masalah malaria di daerah
Sihepeng Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat mengetahui bahwa malaria adalah penyakit menular dan nyamuk
sebagai vektor penular. Mereka bahkan menganggap penyakit malaria berbahaya,
namun sebagian besar mereka kurang mengetahui bagaimana cara penularan
penyakit malaria. Hal ini memengaruhi tindakan masyarakat dalam pencegahan
penyakit malaria.
Oleh karena itu, berikut ini akan dijelaskan mengenai isu-isu penyakit
malaria beserta penanganannya.
2
2. Bagaimana dampak dari isu penyakit malaria ini?
3. Bagaimana penanganan penyakit malaria secara global maupun di
Indonesia?
4. Bagaimanakah cara pencegahan penyakit malaria?
5. Bagaimanakah tatalaksana penyakit malaria?
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Plasmodium Vivax
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax cenderung
menimbukan gejala yang lebih ringan. Parasit ini dapat bertahan di organ
hati dalam jangka waktu beberapa bulan atau tahun. Walaupun tergolong
ringan, malaria yang disebabkan oleh parasit ini dapat kambuh ketika daya
tahan tubuh menurun karena parasit dapat aktif kembali.
2. Plasmodium Ovale
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium ovale ini tergolong tidak
terlalu berbahaya yang mengancam jiwa, namun tetap harus waspada karena
malaria yang disebabkan oleh parasit ini dapat menyebabkan anemia atau
kekurangan darah.
3. Plasmodium Malariae
4
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium Malariae menimbulkan
gejala setelah lama terinfeksi parasit tersebut. Oleh karena itu, penderita
malaria ini akan mengalami infeksi yang kronis mengalami gangguan fungsi
organ ginjal.
4. Plasmodium Falciparum
Malaria yang disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum tergolong
paling berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi, kejang,
hingga koma. Malaria jenis ini menjadi salah satu penyebab kematian akibat
malaria tertinggi di dunia.
Dari keempat jenis parasit penyebab malaria tersebut, hanya dua jenis parasit yang
paling banyak ditemukan kasusnya di Indonesia yaitu Plasmodium vivax dan
Plasmodium falciparum. (Mulyadi, 2021)
Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina. Betina yang siap untuk diisap oleh
nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk
(stadium sporogoni). Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel
gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut
zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung
nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar
sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap untuk ditularkan ke
manusia. (Harijanto, 2000)
5
Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon
jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya
ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk
hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang
mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh
menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim
hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus
parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul
kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita P.
vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudian mengalami kelelahan atau
stress, gejala malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak
digigit oleh nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati
Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif P. vivax/ovale. (Fitriany dkk, 2018)
6
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang
mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum
dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di
dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering
tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami
sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir
semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis
(sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.Pada
daerah hiperendemis atau imunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan sediaan darah (SD) sering dijumpai Pemeriksaan sediaan darah (SD)
positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60% penduduk. (Harijanto, 2000)
7
mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,
diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
(Fitriany dkk, 2018)
1. Demam
2. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi
sumsum tulang.
8
(blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah
oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan ini dan
peningkatan fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa
tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primakuin pada orang-
orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase herediter. (Fitriany dkk,
2018)
Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah merah
berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana folikelnya menjadi
hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam
sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ. (Fitriany dkk, 2018)
3. Kejadian immunopatologi
Sporozoit yang masuk kedalam darah segera dihadapi oleh respon imun non
spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag dan monosit, yang menghasilkan
sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan IL10, secara langsung
menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik).
9
Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi malaria mempunyai
sifat spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik.
Pada Hari Malaria Sedunia tahun 2021, WHO dan para mitra kami akan
merayakan keberhasilan negara-negara yang semakin mendekati – dan mencapai –
eliminasi penyakit malaria. Negara-negara ini menginspirasi negara-negara
lainnya yang juga sedang berupaya memberantas penyakit mematikan ini maupun
meningkatkan taraf kesehatan dan mata pencaharian penduduknya. (WHO, 2021)
10
Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak 247 juta kasus malaria di
seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian pada tahun 2008.
Sebagian besar kasus dan kematian malaria ditemukan di Afrika dan beberapa
negara di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah serta Eropa. Setiap 45 detik seorang
anak di Afrika meninggal dunia akibat penyakit malaria. Penyebaran penyakit
malaria di dunia sangat luas yakni antara garis lintang 60º di utara dan 40º di
selatan yang meliputi lebih dari 100 negara beriklim tropis dan subtropis (Erdinal,
2006). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, penyakit malaria
menyerang 108 negara dan kepulauan di dunia pada tahun 2008. Penduduk dunia
yang berisiko terkena penyakit malaria hampir setengah dari keseluruhan
penduduk di dunia, terutama negara-negara berpenghasilan rendah.
11
Ancaman Biologis
Pada tahun 2020, konsentrasi dan prosedur pembeda baru untuk memantau
resistensi pada vektor malaria terhadap chlorfenapyr, clothianidin, transfluthrin,
flupyradifurone dan pyriproxyfen menjadi tersedia, dan konsentrasi pembeda
untuk pirimiphos-methyl dan alpha-cypermethrin direvisi. Negara-negara harus
menyesuaikan pemantauan resistensi insektisida pada vektor malaria untuk
menyelaraskan dengan prosedur baru ini. WHO belum menerima data
pemantauan resistensi vektor untuk transfluthrin, flupyradifurone dan
pyriproxyfen. Meskipun WHO telah menerima beberapa data pemantauan
resistensi untuk chlorfenapyr dan clothianidin, data ini tidak cukup untuk menilai
12
potensi adanya resistensi terhadap salah satu dari kedua insektisida ini. (WHO,
2021)
Terdapat 5 regional yaitu regional pertama terdiri dari provinsi di Jawa dan
Bali; regional kedua terdiri dari provinsi di Sumatera, Sulawesi dan Nusa
Tenggara Barat; regional ketiga terdiri dari provinsi di Kalimantan dan Maluku
Utara, regional keempat terdiri dari provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur;
dan regional kelima terdiri dari Provinsi Papua dan Papua Barat.
13
Sampai dengan tahun 2021, sebanyak 347 dari 514 kabupaten/kota atau
68% sudah dinyatakan mencapai eliminasi. Dalam rangka mencapai target
Indonesia Bebas Malaria tahun 2030, maka dibuat regionalisasi target eliminasi.
Pada bulan April 2020, selama bulan-bulan awal pandemi penyakit virus
corona (COVID-19), analisis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitra
telah memproyeksikan kematian akibat malaria dua kali lipat jika skenario
terburuk gangguan layanan terjadi. (WHO, 2021)
Tiga belas dari 31 negara (42%) tersisa dengan 63 juta ITN yang awalnya
direncanakan untuk didistribusikan pada tahun 2020 tetapi meluas hingga tahun
2021. Di antara 13 negara ini, enam (46%) telah mendistribusikan kurang dari
50% ITN mereka oleh akhir 2020. Pada Oktober 2021, hanya Kenya dan Sudan
Selatan yang belum menyelesaikan distribusi luas semua ITN. (WHO, 2021)
14
Secara keseluruhan, survei dan data rutin menunjukkan bahwa ada
gangguan tingkat sedang dalam akses ke layanan klinis di sebagian besar negara
dengan beban malaria sedang dan tinggi pada tahun 2020. (WHO, 2021)
Hari Malaria Sedunia (HMS) diperingati setiap tahun pada tanggal 25 April
tahun 2022 ini, Acara Puncak Peringatan HMS akan diadakan di Lombok Tengah,
Provinsi NTB pada tanggal 31 Mei. Acara akan dilakukan secara kombinasi luring
(off-line) dan daring (on-line). Peringatan HMS ini bertujuan untuk meningkatkan
komitmen pemerintah daerah dan semua pemangku kepentingan, serta untuk
memobilisasi dukungan dan peran aktif seluruh komponen masyarakat guna
mewujudkan Indonesia Bebas Malaria Tahun 2030. Peringatan Hari Malaria
Sedunia tahun 2022 ini mengangkat Tema global HMS adalah : HARNESS
INNOVATION TO REDUCE THE MALARIA DISEASE BURDEN AND
SAVE LIVES. Sementara tema nasional adalah : Ciptakan Inovasi Capai
Eliminasi, Wujudkan Indonesia Bebas Malaria. Tema HMS ini memuat pesan
kepada seluruh komponen bangsa untuk tetap memberikan komitmen kuat guna
mewujudkan Indonesia Bebas Malaria tahun 2030.
15
2.7. Pencegahan Malaria
Pencegahan malaria tidak hanya pemberian obat profilaksis, karena tidak
ada satupun obat malaria yang dapat melindungi secara mutlak terhadap infeksi
malaria. (Kemkes, 2020)
16
1. Gunakan kelambu ketika tidur
2. Memakai pakaian serba panjang seperti celana dan lengan panjang selama
beraktivitas
6. Pasang obat nyamuk dan rutin menyemprot obat nyamuk terutama di pagi
dan sore hari
17
Penanganan dimulai dengan diagnosa malaria melalui pemeriksaan fisik dan
tes diagnostic cepat (RDT – Rapid Diagnostic Test). RDT ini dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan dan jenis parasit yang ada di tubuh sehingga
menyebabkan malaria. Hasil dari RDT ini juga sangat penting untuk menentukan
jenis pengobatan anti malaria yang akan diberikan kepada penderita. Selain RDT,
terdapat pula pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini
terdiri dari dua jenis yaitu pemeriksaan tetes tipis hapusan darah dan pemeriksaan
tetes tebal hapusan darah. (Mulyadi, 2021)
Pemeriksaan tetes tebal hapusan darah digunakan untuk mendeteksi
Plasmodium sedangkan pemeriksaan tetes tipis hapusan darah digunakan untuk
menentukan spesies penyebab serta kepadatan parasit. Kelebihan dari
pemeriksaan ini adalah memantau efikasi terapi dan alat-alat yang digunakan
untuk pemeriksaan sederhana sehingga biaya pemeriksaan murah. (Mulyadi,
2021)
4. Pengobatan DHP diberikan selama 3 hari sesuai dengan berat badan , yaitu
H(hari) 0 (nol) pada dosis pertama, H1 pada dosis kedua dan H2 pada
dosis ketiga.
18
5. Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate intravena atau
intramuskular dan dilanjutkan seperti pengobatan malaria tanpa
komplikasi dengan DHP oral dan primakuin.
7. Jika penderita malaria yang berat akan dirujuk, sebelum dirujuk penderita
harus diberi dosis awal Artesunate intramuskular/intravena.
19
3. Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan dengan pemeriksaan
mikroskopis secara kuantitatif dilakukan setiap hari hingga tidak
ditemukan parasit dalam sediaan darah selama 3 hari berturut-turut, (H
0,1,2) dan setelahnya di evaluasi seperti pada penderita rawat jalan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit dengan penyebaran yang sangat luas di dunia
dan menjadi endemis terutama di daerah tropis dan subtropis. Pada tahun 2013
masih terdapat 104 negara yang endemis malaria di dunia. Sebanyak 3,4 milyar
penduduk dunia beresiko terinfeksi malaria. Pada tahun 2012 terdapat 207 juta
kasus malaria 627.000 meninggal dunia, 80 persen kasus berada di afrika, 90
persen kematian berada di Afrika dan 77 persen angka kematian pada penderita
yang berusia di bawah 5 tahun.
Program malaria nasional beradaptasi dengan situasi selama pandemi untuk
memastikan agar pelayanan malaria di fasilitas-fasilitas kesehatan dan pencegahan
malaria di masyarakat tetap berjalan. Teknologi untuk pelatihan, pertemuan,
surveilans, dan diagnosis malaria terus dimanfaatkan dan dikembangkan oleh
Kementerian Kesehatan. Berdasarkan data World Malaria Report 2020 selama
lima tahun terakhir Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang
mengesankan; menurut perkiraan WHO, kasus malaria di Indonesia menurun dari
1,1 juta di tahun 2015 menjadi 658.000 di tahun 2019.
Untuk mencapai nol kasus malaria, pemimpin-pemimpin negara di dunia
menyelenggarakan forum diskusi untuk membahas pengalaman-pengalaman
dalam memberantas malaria, menjelang Hari Malaria Sedunia. Di Indonesia,
Kemenkes Tetapkan 5 Regional Target Eliminasi. Kementerian Kesehatan
menargetkan Indonesia bebas malaria di tahun 2030.
Prinsip pencegahan malaria adalah :
21
resistensi terhadap klorokuin. Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena
penggunaan obat anti malaria yang tidak rasional. Sejak tahun 2004 obat pilihan
utama untuk malaria falciparum adalah obat ACT.
22
DAFTAR PUSTAKA
Fitriany J, Sabiq A. 2018. Malaria. Jurnal Averrous 4(2). Diakses 8 Oktober 2022.
https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/1039/558
23
WHO, 2021. World Malaria Report 2021. Diakses 4 Oktober 2021.
https://www.who.int/publications/i/item/9789240040496
24