Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur'An Anak Usia Dini
Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur'An Anak Usia Dini
Cucu Susianti
E-mail : umi.haidar976@gmail.com
Abstrak
Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya adalah untuk mencetak generasi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Salah satu cara untuk menciptakan generasi manusia yang beriman
dan bertaqwa adalah dengan memperkenalkan Al-Qur‟an pada anak sejak usia dini. Setiap orang yang
beragama Islam harus dapat menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an, sekurang-kurangnya sebagian dari surat pendek
Al-Qur‟an yang terhimpun dalam Juz ‘Amma yaitu juz ke 30 dalam Al-Qur‟an karena surat tersebut
merupakan bacaan yang akan digunakan dalam sholat. Menghafal Al-Qur‟an merupakan aktivitas yang
kaitannya sangat erat dengan kerja memori dalam otak. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam
menghafal Al-Qur‟an bagi anak haruslah menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan anak usia
dini. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode talaqqi dalam meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Qur‟an anak usia dini. Penulisan artikel ini perlu dilakukan karena menerapkan
program pembelajaran menghafal Al-Qur‟an pada anak usia dini tentunya harus menggunakan metode yang
sesuai dengan perkembangan usia anak. Metode penulisan artikel yang digunakan adalah studi literatur
dengan melakukan kajian dari berbagai sumber bacaan. Penulisan artikel ini menunjukkan bahwa metode
talaqqi efektif dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur‟an anak usia dini.
Abstract
The purpose of the national education is mainly to mould a religious and God-fearing generation of human.
One of the ways to achieve this is through the introduction of Al-Qur‟an during early childhood. Every
Muslim is required to memorize the verses in Al-Qur‟an, at least some of the shorter Al-Qur‟an surah in Juz
‘Amma, which is the 30th juz in Al-Qur‟an, because those are the surahs which is used during the prayer.
Memorizing Al-Qur‟an is an activity that is very closely related to the work of memory in the brain.
Therefore the methode used in memorizing Al-Qur‟an for children should be using methods appropriate for
early childhood development. The purpose of this article is to discover the effectiveness of the talaqqi
method in enhancing the ability to memorize Al-Qur‟an for early childhood. The relevance of this article lies
in the importance of implementing Al-Qur‟an memorizing learning program which is suitable to the different
adolescent age groups. The method used in this article is literature study through examining a variety of
reading sources. This article will demonstrate the positive effect of the talaqqi method in enhancing the
ability to memorize Al-Qur‟an for adolescent.
merupakan bagian dari pencapaian tujuan 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
2
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
aktivitas yang kaitannya sangat erat motivasi dari pihak keluarga yang
terhadap hafalannya, mereka juga belum Jensen (2011, hlm. 234) tentang jaringan
mempunyai strategi sendiri untuk saraf dalam otak yang dapat saling
sudah dihafalnya.
Anak-anak belum memiliki strategi 1. Akuisisi
tugas orang tua dan guru adalah sambungan baru antar sel, hal ini dapat
Miller dan Seier (dalam Santrock, 2012, menyatakan bahwa akuisisi adalah
terdiri dari aktivitas mental yang dengan cara akson sel menjulur ke luar
Sebagai contoh, anak-anak yang lebih tua ketika pengalaman-pengalaman itu baru
dan orang dewasa biasanya menggunakan dan koheren.” Jadi jika pengalaman yang
strategi mengulang-ulang informasi dan masuk ke dalam memori dalam otak tidak
mengingat secara efektif. Sementara itu, koneksi yang lemah, tetapi jika
sebagian besar anak-anak kecil tidak pengalaman yang masuk itu koheren,
3
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
4
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
itu akan kuat dan bertahan lama. merasakan, bergerak dan mengalami
Bergantung seberapa banyak dan tebalnya sendiri suatu kejadian melalui stimulasi
selubungan myelin tersebut. Karena itu, sensori. Semua pengalaman yang terjadi
myelin berhubungan dengan daya ingat dalam kehidupan manusia diregistrasi
seseorang. Semakin sering seseorang dalam otak dan semua data diprioritaskan
mengulang informasi yang masuk, maka berdasarkan nilai, makna, dan
semakin tegas terjadi mielinasi. Ia kegunaannya oleh struktur dan proses
sepertinya menyelimuti informasi supaya otak. Dengan demikian banyak neuron
jangan hilang dan bertahan hingga waktu individual yang teraktifkan, hal ini
yang lama. ditandai dengan terjadinya neuron-neuron
Berdasarkan pada apa yang yang mentrasmisikan informasi kepada
dipaparkan para ahli di atas, maka tahap neuron lainnya melalui reaksi kimia dan
elaborasi merupakan tahapan penting elektrik. Koneksi antar neuron ini akan
dalam upaya mengoptimalkan kegiatan semakin kuat oleh pengulangan, istrirahat
pembelajaran, karena pada tahap ini dan emosi yang bertahan lama terbentuk.
koneksi antar sel dalam otak benar-benar Uraian di atas menggambarkan
dibangun dan diaktifkan agar dapat bahwa stimulasi sensori yang diberikan
menciptakan jalur-jalur saraf baru pada anak serta pengalaman-pengalaman
sehingga saraf dalam otak semakin yang dibangun sejak usia dini dapat
rimbun dan semakin cepat mengantarkan membangunkan memori yang tertidur.
pesan-pesan listrik. Berbagai informasi yang diperoleh
melalui stimulasi (rangsangan) dan
3. Pembentukan Memori pengalaman yang masuk, kemudian akan
Tahap ke tiga adalah pembentukan tersimpan dalam memori otak, dan
Memori. Jensen (2008, hlm. 335) neuron-neuron kembali aktif serta saling
menyatakan bahwa “semua memori melakukan interkoneksi dengan cara
adalah pola-pola yang dibekukan yang neuron yang satu mentransmisikan
menunggu sebuah sinyal resonansi untuk infomasi tersebut kepada neuron lainnya
membangunkannya, seperti jalan tak rata melalui reaksi kimia dan elektrik.
yang hening sampai ada sebuah mobil Koneksi-koneksi tersebut dapat terus
lewat di atasnya.” Jensen menjelaskan memancarkan sinyal-sinyal elektron
bahwa memori terbentuk melalui beberapa dengan adanya pengulangan, istirahat dan
cara, yaitu dengan cara berpikir, emosi. Kaitannya dengan pembelajaran
5
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
6
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
cukup penting dalam proses masuknya belakang (lobus occipital), bagian atas
informasi ke dalam memori. (lobus varietal), dan lobus temporal
terletak di bagian kanan dan kiri sekitar
2. Storage (Penyimpanan Hafalan) telinga”.
Menurut Jensen (2011, hlm. 215) Santrock (2012, hlm. 128)
ada beberapa tempat penyimpanan memaparkan fungsi dari masing-masing
memori yang terdapat dalam otak. Ia lobus adalah sebagai berikut : Lobus
menjelaskan bahwa : Memori suara frontal (frontal lobe), terlibat dengan
tersimpan dalam korteks auditori. Memori gerakan disengaja, berpikir, personalitas,
nama, kata benda, dan kata ganti terlacak dan niat atau tujuan. Lobus oksipital
pada lobus temporalis. Amigdala cukup (occipital lobe), terlibat dengan fungsi
aktif untuk peristiwa-peristiwa emosional penglihatan. Lobus temporal (temporal
implisit, yang biasanya negatif, lobe), berperan aktif dengan pendengaran,
keterampilan pembelajaran melibatkan pemrosesan bahasa, dan memori. Lobus
struktur-struktur basal ganglia. parietal (parietal lobe), berperan penting
Cerebellum juga sangat penting untuk dengan menentukan lokasi spasial, atensi
pembentukan memori asosiatif, khususnya dan kendali motorik.
ketika melibatkan masalah ketepatan Pendapat tersebut menggambarkan
waktu seperti dalam pembelajaran bahwa memori sebetulnya terletak bukan
keterampilan-keterampilan motorik. Para pada lobus tertentu tetapi berada pada
peneliti telah menemukan bahwa sebuah lobus-lobus yang langsung berhubungan
di bagian otak dalam, hipokampus terlihat dengan fungsi dari masing-masing lobus
cukup aktif ketika tejadi pembentukan itu sendiri. Menurut Pasiak (2005, hlm.
memori spacial dan memori eksplisit 31), memori tersimpan dalam kulit otak
lainnya seperti memori untuk berbicara, dan secara jelas beliau menuturkan bahwa
membaca, dan bahkan ingatan kita tentang : Semua kegiatan otak memang direkam
peristiwa emosional. dan disimpan dalam gudang memorinya.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa Yang terjadi pada puluhan tahun lalu
bagian penting dalam otak. Jensen (2008, disimpan secara baik oleh sel-sel saraf di
hlm. 41) menjelaskan bahwa “otak besar kuli otak. Semua memori itu, baru atau
atau cerebrum terdiri atas empat bagian lama, tersimpan dalam kulit otak yang
utama yang disebut lobe (lobus), yaitu : bentuknya seperti gulungan, Sedemikian
bagian depan (lobus frontal), bagian luas kulit otak itu, sementara wadah
7
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
8
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
informasi yan telah tersimpan dalam kuat. Pada umumnya proses menghafal
memori otak sangat penting untuk Al-Qur‟an diawali dengan membaca Al-
mempermudah pemanggilan informasi Qur‟an diikuti dengan pengulangan
karena pada umumnya kegagalan untuk bacaan. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang
memanggil kembali sebuah informasi diulang-ulang untuk dihafalkan dapat
yang telah disimpan di karenakan tidak melatih panca indera terutama
adanya petunjuk yang mengarah kepada pendengaran dan penglihatan yang
informasi tersebut. langsung berhubugan dengan fungsi
memori dalam otak. Dalam menghafal Al-
Menghafal Al-Qur’an bagi Anak Usia Qur‟an ada 3 (tiga) aktivitas yang dapat
Dini dilakukan sekaligus yaitu membaca,
Menghafal Al-Qur‟an merupakan mengulang bacaan, dan menyimpan
kegiatan yang sangat bermanfaat dan bacaan Al-Qur‟an yang sudah dihafal
dianjurkan dalam kehidupan manusia, tersebut di dalam ingatan. Oleh karena itu
sekurang-kurangnya menghafal Juz menghafal Al-Qur‟an mempunyai
„Amma atau juz ke 30 dalam Al-Qur‟an tingkatan yang paling tinggi dalam proses
sebagai bacaan dalam melaksanakan penyimpanan informasi.
sholat. Menghafal Al-Qur‟an sebaiknya Menurut Rauf, A. (2004) definisi
diterapkan pada anak sejak usia dini agar menghafal adalah: “proses mengulang
mereka terbiasa menggunakan waktu sesuatu baik dengan membaca atau
untuk melakukan kegiatan yang mendengar. Pekerjaan apapun jika sering
bermanfaat bagi kehidupan dan masa diulang, pasti menjadi hafal”.
depannya. Berdasarkan pengertian di atas,
Menghafal Al-Qur‟an merupakan maka dapat disimpulkan bahwa menghafal
aktivitas mengulang-ulang ayat-ayat Al- Al-Qur‟an berarti mengingat-ingat bacaan
Qur‟an agar masuk ke dalam ingatan. Al-Qur‟an dan dilakukan secara berulang-
Kaitannya dengan menghafal Al-Qur‟an, ulang baik dengan mendengar maupun
Subhan Nur (2012, hlm. 45) dengan membacanya.
berpandangan bahwa menghafal Al- Hukum menghafal Al-Qur‟an adalah
Qur‟an merupakan kegiatan mengingat fadhu kifayah, hal ini sebagaimana
bacaan Al-Qur‟an secara mendalam dijelaskan oleh Badwilan (2013, hlm. )
hingga masuk ke dalam hati sehingga bahwa : “Menghafal al-Qur‟an hukumnya
tersimpan dalam memori ingatan dengan adalah fardhu kifayah bagi orang yang
9
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
beragama Islam. Artinya, apabila sebagian yang akan dihafalkan ke dalam pita
orang melakukannya, maka gugurlah dosa kaset sesuai dengan kebutuhan dan
dari yang lain.” kemampuan secara seksama sambil
mengikuti secara perlahan-lahan.
Metode-Metode Menghafal Al-Qur’an Metode ini dapat dilakukan dengan dua
Metode menghafal Al-Qur‟an, pada alternatif :
umumnya terdiri dari dua cara yaitu a. Mendengar dari guru yang
dengan cara menambah hafalan baru dan membimbingnya, terutama bagi
mengulang hafalan yang sudah ada, hal ini penghafal tuna netra atau anak-anak.
sebagaimana pernyataan H. A. Muhaimin Dalam hal ini, instruktur dituntut
Zen (dalam Nasokah, Alh dan Ahmad untuk lebih berperan aktif, sabar dan
Khoiri, 2016, hlm. 225) bahwa : “Metode teliti dalam membacakan dan
menghafal Al-Qur`an ada dua macam membimbingnya, karena ia harus
yang satu dengan yang lain tidak dapat membacakan satu persatu ayat untuk
dipisahkan, yaitu metode tahfidz dan dihafal, sehingga penghafal mampu
takrir. Tahfidz: yaitu menghafal materi menghafal secara sempurna. Baru
baru yang belum pernah dihafal. Takrir: kemudian dilanjutkan dengan ayat
Yaitu mengulang hafalan yang sudah berikutnya.
diperdengarkan kepada instruktur”. b. Merekam lebih dahulu ayat-ayat
Adapun beberapa metode menghafal yang akan dihafalkannya ke dalam
Al-Qur‟an yang dapat digunakan atau pita kaset sesuai dengan kebutuhan
diimplementasikan di lembaga pendidikan dalam kemampuannya. Kemudian
formal maupun non formal menurut kaset diputar dan didengar dengan
penelitian yang dilakukan Khanifah, A. seksama sambil mengikuti secara
(2011, hlm. 20) dan Nasokah. Alh, Ahmad perlahan-lahan. Kemudian diulang
Khoiri (2016, hlm. 230) adalah sebagai lagi dan diulang lagi, dan seterusnya
berikut : menurut kebutuhan sehingga ayat-
1. Metode Sima’i ayat tersebut benar-benar hafal di
Metode sima’i, yaitu luar kepala. Setelah hafalan
mendengarkan bacaan untuk dihafalkan dianggap cukup mapan barulah
dengan cara : (1) Mendengar dari guru berpindah kepada ayat-ayat
yang membimbing dan mengajarnya. berikutnya dengan cara yang sama,
(2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat dan demikian seterusnya.
10
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
11
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
12
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
benar-benar hafal, maka cara yang d. Anak dapat melihat langsung gerakan
demikian itu dikenal dengan istilah bibir pendidik dalam mengucapkan
talaqqi. Cara seperti ini dianggap sebagai makhorijul huruf karena berhadapan
salah satu cara yang efektif dalam secara langsung.
menyampaikan materi hafalan Al-Qur‟an e. Pendidik biasanya membimbing paling
pada anak usia dini dan dipandang sebagai banyak 5 (lima) sampai dengan 10
salah satu metode yang sesuai dengan (sepuluh) orang anak dalam metode
perkembangan usia anak. talaqqi sehingga pendidik dapat
Menurut Husaini, F (2008) metode memantau perkembangan hafalan anak
talaqqi merupakan cara yang lebih sering dengan baik.
di pakai orang untuk menghafal Al-
Qur‟an, karena metode ini mencakup dua Adapun kelemahan metode talaqqi
faktor yang sangat menentukan yaitu adalah sebagai berikut :
adanya kerjasama yang maksimal antara a. Metode talaqqi tidak dapat digunakan
guru dan murid. secara klasikal pada kelas yang
siswanya berjumlah banyak karena
2. Keunggulan dan Kelemahan Metode dirasa kurang efektif.
Talaqqi b. Pendidik akan menguji hafalan masing-
Keunggulan metode talaqqi masing anak secara sendiri-sendiri
ditinjau dari definisi di atas serta sehingga anak yang belum mendapat
berdasarkan hasil beberapa penelitian giliran akan merasa bosan menunggu.
yang relevan adalah sebagai berikut : c. Perbandingan pendidik dan anak yaitu
a. Menumbuhkan kelekatan antara 1 (satu) orang pendidik berbanding 5
pendidik dengan anak sehingga secara (lima) orang anak, sehingga jika
emosional akan menciptakan hubungan siswanya banyak, pihak lembaga
yang harmonis. pendidikan merasa kesulitan dalam
b. Pendidik membimbing anak secara perekrutan guru tahfidz Qur’an yang
berkesinambungan sehingga pendidik masih sangat terbatas dan dari segi
memahami betul karakteristik masing- pembiayaan untuk menggaji guru
masing anak. memerlukan biaya lebih besar.
c. Pendidik dapat langsung mengoreksi
bacaan anak agar tidak keliru dalam
membuyikan huruf.
13
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
Strategi dan Proses Menghafal Al- memantau sejauh mana hafalan anak
Qur’an dengan Metode Talaqqi pada terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yang sudah
1. Strategi dan Proses Menghafal Al- Hal yang perlu diingat oleh para
metode talaqqi dijelaskan oleh Imana, Y Pendidik tidak boleh memaksakan hafalan
(2009, hlm. 7) bahwa : “Metode talaqqi yang terlalu berat yang tidak sanggup
Qur‟an dimana guru dan murid dengan bimbingan orang tua, sehingga
berhadapan langsung. Hal ini dilakukan anak-anak tidak terasa berat untuk
huruf Al-Qur‟an. Dengan cara talaqqi, pada anak usia dini, mengacu pada
memori ingatan anak. Dengan cara seperti sehingga perhatian anak-anak tertuju
huruf Al-Qur‟an secara fasih dengan penjelasan tentang materi yang akan
14
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
15
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
16
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
17
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
18
Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, April 2016: 1-19
19