Liberalisasi Keuangan Dan Pembangunan Ek 035ff295
Liberalisasi Keuangan Dan Pembangunan Ek 035ff295
JEKT EKONOMI
9 [2] : KUANTITATIF
126 - 134 TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016 ISSN : 2301 - 8968
$OEHUWXV*LULN$OOR
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Papua
albertusgirikallo@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat bagaimana hubungan antara liberalisasi sektor keuangan terhadap
perekonomian di Indonesia dan bagaimana guncangan yang diakibatkan oleh krisis berpengaruh terhadap
sektor keuangan. Pendekatan data yang digunakan adalah data time series dengan periode 1980-2013 yang
bersumber dari World Bank dan metode estimasi data menggunakanVektor Error Correction Model9(&0
Hasil analisis menunjukkan bahwa guncangan yang terjadi pada PDB akan menyebabkan perubahan pada
sektor keuangan, terutama persentase kreditdomestik untuk sektor swasta terhadap PDB. Selain itu, variabel
krisis dan kredit domestik untuk sektor swastamenunjukkan hubungan bi-directional causality.
Kata kunci: pembangunan ekonomi, liberalisasi keuangan, Produk Domestik Bruto/PDB, krisis ekonomi,
Vektor Error Correction Model (VECM).
ABSTRACT
7KHSXUSRVHRIWKLVVWXG\WRVHHKRZWKHUHODWLRQVKLSEHWZHHQWKHOLEHUDOL]DWLRQRIWKH¿QDQFLDOVHFWRUWR
WKHHFRQRP\LQ,QGRQHVLDDQGKRZWKHVKRFNVFDXVHGE\WKHFULVLVD̆HFWWKH¿QDQFLDOVHFWRU7KHDSSURDFK
using the time series data set with time periode 1980-2013 were sourced from World Bank and Vector Error
&RUUHFWLRQ0RGHO9(&0DVDPHWKRGRIHVWLPDWLRQ7KHUHVXOWVVKRZHGWKDWWKHVKRFNVWKDWRFFXUUHGLQ*'3
ZLOO FDXVH FKDQJHV LQ WKH ¿QDQFLDO VHFWRU HVSHFLDOO\ SHUFHQWDJHGRPHVWLF FUHGLW WR SULYDWH VHFWRU LQ *'3 ,Q
DGGLWLRQYDULDEOHFULVLVDQGSHUFHQWDJHGRPHVWLFFUHGLWWRSULYDWHVHFWRULQ*'3VKRZVELGLUHFWLRQDOFDXVDOLW\
.H\ZRUGVHFRQRP\GHYHORSPHQW¿QDQFLDOOLEHUDOL]DWLRQ*URVV'RPHVWLF3URGXFW*'3HFRQRPLFFULVLV
Vektor Error Correction Model (VECM)
126
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]
127
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016
128
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]
semakin menurun tajam serta neraca pembayaran Tabel 2. Perkembangan Liberalisasi Sektor Keuangan
yang cukup besar. Kondisi ini disebabkan karena di Indonesia
sebelum periode tersebut, pertumbuhan ekonomi Perubahan
ditunjang oleh sektor migas sedangkan sektor lain Periode Lingkungan Arah Kebijakan Pemerintah
Eksternal
kurang menjadi perhatian. Kebijakan moneter yang
1974- Harga minyak - Memelihara stabilitas ekonomi
diambil oleh pemerintah saat itu adalah kebijakan 1981 meningkat, harga makro meskipun terjadi
3$.-813DNHW.HELMDNDQ-XQL3DNHWLQL komoditi yang bukan LQÀDVL\DQJEHUDVDOGDULVHNWRU
berisikan deregulasi sektor perbankan yang berkaitan minyak mengalami perminyakan.
peningkatan - Peningkatan import
dengan perkreditan dan pengerahan dana. Inti dari
- Peningkatan investasi pada
kebijakan deregulasi VHNWRU SHUEDQNDQ \DLWX sektor publik
kebebasan pada bank pemerintah untuk menetapkan 1982- Penurunan harga 3HQJKHPDWDQ¿VNDOGHYDOXDVL
VXNXEXQJDGHSRVLWRGDQNHWHQWXDQSDJXNUHGLW 1988 minyak kebijakan moneter yang
%, mengarah kepada mekanisme
pasar; kemandirian dunia
Pada tahun 1987, kondisi perekonomian Indonesia perbankan
masih mengalami guncangan akibat ketidakstabilan - Banyaknya kebijakan non-
KDUJD PLQ\DN GXQLD VHKLQJJD PHQ\HEDENDQ GH¿VLW tarif bariers; orientasi pada
penggunaan produk dalam
neraca pembayaran dan penerimaan. Selain itu, negeri
spekulasi di pasar valuta asing menyebabkan - Ketergantungan pada Badan
ketidaksabilan sektor moneter. Kondisi ini yang 8VDKD0LOLN1HJDUD%801
menyebabkan pemerintah bersama Bank Indonesia 1988- Harga minyak belum - Pengetatan moneter (misl:
mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan 1997 menentu, penurunan peningkatan Suku bunga SBI,
harga komoditas IDVLOWDVGLVNRQWR
*HEUDNDQ 6XPDUOLQ , ,QWL GDUL NHELMDNDQ LQL DGDODK dalam negeri, - Orientasi pada eksport
PHQDLNNDQ6XNX%XQJD%DQN,QGRQHVLD6%,IDVLOWLDV negara berkembang
diskonto, dan tingkat rediskontoJDGDLXODQJ6XUDW semakin kompetitif
%HUKDUJD 3DVDU 8DQJ 6%38 3DNHW NHELMDNDQ LQL 1997- Krisis ekonomi di - Perbaikan kondisi
ternyata mampu memberikan signal positif bagi 2008 Asia makroekonomi
- 7UDGHOLEHUDOL]DWLRQ
SHUHNRQRPLDQ,QGRQHVLD8QWXNPHQMDJDNHVWDELODQ menghilangkan hambatan
tersebut, kemudian pada tahun 1988 dikeluarkan Paket WDUL̆
Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter, Keuangan - Perbaikan pada sektor
keuangan (misl: perbaikan
GDQ 3HUEDQNDQ 3DNWR ,QWL GDUL 3DNWR SDGDUHJXODVL)',
adalah memberikan kemudahan pendirian bank baru
2008- Krisis keuangan - Liberalisasi sektor keuangan
dan pembukaan kantor cabang dan pengembangan 2015 global, harga pada tingkat ASEAN
pasar modal. Akibat dari Pakto 1988, maka terjadi minyak cenderung - Menghilangkan hambatan
mengalami WDUL̆XQWXNEHEHUDSDNRPRGLWL
peningkatan jumlah bank yang signifikan hingga
peningkatan, pada tingkat ASEAN
tahun 1997. kerjasama MEA - Mobilitas tenaga kerja
Pada tahun 1997, infrastruktur industri perbankan terampil
mengalami pelemahan yang mengakibatkan pasar 6XPEHU :LGRGR6LPRUDQJNLUGDQ$GDPDQWL:LG\DVWXWLGDQ
$UPDQWR%,
keuangan di Asia bergejolak. Akibatnya, nilai
tukar mata uang di negara-negara Asia mengalami
pelemahan dan perekonomian di kawasan tersebut. terhadap sektor keuangan.
8QWXN PHQJDWDVL KDO WHUVHEXW PDND SHPHULQWDK Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun
Indonesia melakukan kerjasama dengan International 2007 dan puncaknya pada tahun 2008 menyebabkan
Monetary Fund,0)XQWXNPHQXQWDVNDQNULVLV\DQJ pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan
terjadi di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan sektor KLQJJD PHQFDSDL WDKXQ WDKXQ
keuangan di Indonesia semakin mengikuti mekanisme GDQ WDKXQ 6LPRUDQJNLU GDQ
pasar sesuai dengan perjanjian dengan IMF. Namun, $GDPDQWL6WLPXOXVPRQHWHU\DQJGLNHOXDUNDQ
dengan pengetatan likuiditas yang disarankan oleh oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi krisis
IMF menyebabkan kondisi sektor keuangan Indonesia keuangan tersebut adalah dengan mengurangi policy
VHPDNLQ WHUSXUXN :LG\DVWXWL GDQ $UPDQWR rateQ\DPLVDOQ\DSHQXUXQDQ%,UDWH
8QWXN PHQJDWDVL KDO WHUVHEXW PDND SHPHULQWDK
PHQHUELWNDQ 88 1R 7DKXQ WHQWDQJ %DQN Sektor Keuangan dan Output Riil (GDP): Anali-
Indonesia dengan tujuan untuk memelihara kestabilan sis &DXVDOLW\7LPH6HULHV di Indoensia
rupiah, dan mengembalikan kepercayaan masyarakat 8QWXNPHOLKDWNHWHUNDLWDQDQWDUDVHNWRUNHXDQJDQ
129
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016
Tabel 3. Hasil Analisis Augmented Dickey-Fuller$') Tabel 4. Hasil analisis uji kointegrasi dengan meng-
gunakan Johansen Cointegrasion Test
Level )LUVW'L̆HUHQFH Kesimpulan
Hypothesized No. Max-
*'3 t-statistic -0,494380 -4,244273*** Stasioner pada Eigenvalue TraceStatistic
of CE(s) EigenStatistic
)LUVW'L̆HUHQFH
Nilai Kritis 1% -3,646342 -3,653730 None 0,511760 45,93486* 22,22539*
CPS t-statistic -2,098102 -4,479831*** Stasioner pada At most 1 0,392043 23,70947* 15,42717*
)LUVW'L̆HUHQFH At most 2 0,234458 8,282299* 8,282299*
Nilai Kritis 1% -3,653730 -3,653730
Keterangan: * ƚĞƐƚƐƚĂƟƐƟĐ (level 5%);
FDI t-statistic -2,809504* -8,693586*** Stasioner pada
level
Nilai Kritis 1% -3,646342 -3,653730
GLSHUROHK EDKZD WHUGDSDW WLJD NHPXQJNLQDQ
NRLQWHJUDVLDQWDUDYDULDEHO*'3GHQJDQYDULDEHO&36
dan perkembangan ekonomi Indonesia maka perlu dan FDI. Kondisi ini mempelihatkan bahwa setiap
GLODNXNDQEHEHUDSDXML\DLWX8ML$NDUDNDU8QLW variabel dalam jangka panjang cenderung menuju
8ML.RLQWHJUDVL-RKDQVHQGDQ8ML.DXVDOLWDV keseimbangan.
*UDQJHU .RPELQDVL DQWDUD 8ML $NDUDNDU 8QLW GDQ Berdasarkan pada uji akar-akar unit dan uji
8ML NRLQWHJUDVL -RKDQVHQ DNDQ PHQHQWXNDQ PRGHO NRLQWHJUDVL -RKDQVHQ GLPDQD YDULDEHO *'3 &36
estimasi time series yang akan digunakan apakah dan FDI tidak stasioner pada tingkat level dan
menggunakan model unrestricted VAR, restricted terdapat kointegrasi diantara variabel tersebut. Hal
VAR atau sering disebut Vector Error Correction LQLPHQXQMXNNDQEDKZDVSHVL¿NDVL9(&0OHELKFRFRN
Model9(&0GDQstructural VAR atau disebut SVAR digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
-XDQGDGDQ-XQDLGL YDULDEHONHXDQJDQ¿QDQFLDOGHQJDQSHUNHPEDQJDQ
HNRQRPL 3'5% 0RGHO 9(&0 GLJXQDNDQ NDUHQD
1. Hasil uji Akar-akar Unit (Unit Root Tests) adanya koreksi secara bertahap melalui penyesuaian
+DVLO DQDOLVLV PHQXQMXNNDQ EDKZD YDULDEHO *'3 jangka pendek terhadap deviasi dari long run
dan CPS tidak stasioner pada tingkat level, sedangkan equilibrium model.
variabel FDI stasioner berdasarkan nilai kritis
0DF.LQQRQ 'HQJDQ GHPLNLDQ YDULDEHO *'3 GDQ 3. Hasil Granger Causality
CPS perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan ¿UVW 7HRUHPD *UDQJHU PHQ\DWDNDQ EDKZD VHEXDK
GL̆HUHQFH (ordo 7DEHO PHPEHULNDQ LQIRUPDVL regresi kointegrasi pasti mempunyai representasi
bahwa semua variabel telah stasioner pada first error correction model-XDQGDGDQ-XQDLGL
GL̆HUHQFH GDQ VLJQL¿NDQ SDGD OHYHO .RQGLVL LQL Implikasi dari teorema ini terhadap analisis VECM
PHQJJDPEDUNDQEDKZDYDULDEHO*'3&36GDQ)', adalah bahwa model VECM akan mengandung
adalah data deret waktu dengan derajat integrasi 1 informasi mengenai perubahan-perubahan jangka
VDWXDWDX,7DKDSVHODQMXWQ\DDGDODKSHQHQWXDQ pendek dan jangka pajang. Hasil analisis menunjukkan
lag optimum dengan menggunakan VAR LQGL̆HUHQFH. EDKZDYDULDEHO*'3PHPLOLNLKXEXQJDQVHDUDK\DQJ
Hasil analisis menunjukkan bahwa lag maksimum NXDWVLJQL¿NDQSDGDOHYHOWHUKDGDSYDULDEHO&36
GDUL SHQHOLWLDQ LQL DGDODK WXMXK %HUGDVDUNDQ QDPXQ OHPDK GHQJDQ YDULDEHO )', VLJQL¿NDQ SDGD
OLPD NULWHULD \DQJ GLJXQDNDQ VHTXHQWLDO PRGL¿HG OHYHO6HODLQLWXKXEXQJDQDQWDUDYDUDLEHO&36
likelihood ratio/LR, Akaike Information Criterion/ GDQ)',DGDODKVHDUDKGHQJDQWDUDIVLJQL¿NDQVL
AIC, Final Prediction Error/FPE, Schwarz/SC, dan .HELMDNDQ ¿VNDO GDQ PRQHWHU GL ,QGRQHVLD \DQJ
Hannan-Quinn+4 EDKZD NDQGLGDW ODJ RSWLPDO cenderung mendorong sektor riil untuk meningkatkan
adalah lag 1 dan lag 7. Hasil ini kemudian dibandingkan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan
dengan nilai Adj. R-Square pada masing-masing lag. mendorong perkembangan sektor keuangan dengan
Dengan demikian, lag optimum yang akan digunakan beberapa indikator, yaitu: pemanfaatan kredit oleh
adalah lag 1 karena memberikan nilai Adj. R-Square sektor swasta dan mendorong adanya aliran investasi
\DQJSDOLQJWLQJJLGLEDQGLQJNDQODJ asing yang masuk ke Indonesia.
2. Uji Kointegrasi Johansen Impulse respon function digunakan untuk melihat
9DULDEHO *'3 &36 GDQ )', PHPLOLNL WLJD respon suatu peubah akibat suatu guncangan yang
NHPXQJNLQDQ NRLQWHJUDVL \DLWX *'3 terjadi pada suatu periode apakah makin lama akan
terkointegrasi secara bersama dengan CPS dan FDI; menghilang atau menuju ke titik keseimbangan
*'3 WHUNRLQWHJUDVL GHQJDQ &36 VDMD GDQ (convergence DWDX NHPEDOL NH NHVHLPEDQJDQ
*'3 WHUNRLQWHJUDVL GHQJDQ )', VDMD %HUGDVDUNDQ sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa jika
hasil analisis dengan menggunakan trace statistic *'3PHQJDODPLJXQFDQJDQPDND&36GDQ)',DNDQ
dan max-eigen statistic dengan nilai kritis 5%, maka merespon dengan penurunan. Recovery dari masing-
130
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]
2 2 2
1 1 1
0 0 0
-1 -1 -1
-2 -2 -2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
masing variabel untuk menuju ke titik keseimbangan Tabel 5. Hasil estimasi dengan VECM
EHUEHGDEHGD GLPDQD XQWXN &36 VHODPD HPSDW Error Correction: /RJ*'3 Log CPS Log FDI
WDKXQGDQ)',VHODPDWXMXKWDKXQ /RJ*'3W -0,241576 3,184442*** 94,9977**
Variance decomposition digunakan untuk melihat
>@ >@ >@
kontribusi variabel suatu variabel terhadap variasi
/RJ&36W -0,056688 -0,2545** -10,99783*
variabel lainnya dalam periode intermediate. Hasil
analisis menunjukkan bahwa sumber penting dari >@ >@ >@
YDULDVL*'3DGDODKJXQFDQJDQGDUL*'3LWXVHQGLUL /RJ)',W 0,001013 -0,006561 -0,043129
sedangkan guncangan yang diakibatkan oleh variabel >@ >@ >@
CPS dan FDI sangat kecil pengaruhnya. Sedangkan C 0,000809 0,000723 0,013403
variasi pada CPS disebabkan oleh guncangan yang >@ >@ >@
EHUVXPEHU GDUL *'3 GDQ &36 GLPDQD JXQFDQJDQ
R-squared 0,199758 0,717114 0,692137
GDUL *'3 PHPEHULNDQ GDPSDN \DQJ OHELK EHVDU
Adj. R-squared 0,076643 0,673594 0,644773
GLEDQGLQJNDQGHQJDQ&36LWXVHQGLUL8QWXNYDULDVL
FDI, pada awal periode guncangan pada FDI lebih F-statistic 1,622539 16,47749 14,61327
GLVHEDENDQ NRQGLVL )', LWX VHQGLUL GDQ *'3 \DQJ Keterangan: nilai dalam kurung menunjukkan t-hitung
131
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016
.4 .4 .4
.2 .2 .2
.0 .0 .0
2 2 2
1 1 1
0 0 0
-1 -1 -1
-2 -2 -2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
tingkat level sedangkan CPS pada ¿UVW GL̆HUHQFH. hubungan antara variabel krisis dengan variabel
Dengan melakukan pengujian pada tingkat first OLEHUDOLVDVL NHXDQJDQ &36 GDQ )', DGDODK 9(&0
GL̆HUHQFH untuk variabel krisis dan FDI, maka tingkat Hasil uji Granger Causality menunjukkan bahwa
VLJQL¿NDQVLGDULNHVWDVLRQHUDQGDWDSDGDGXDYDULDEHO variabel krisis dan CPS memiliki hubungan bi-
tersebut meningkat menjadi 1%. Setelah mengetahui directional causality.
kestasioneran data, maka kita dapat menentukan Dalam rentang waktu 1980-2013, Indonesia telah
pangjang lag maksimum dan lag optimum dari PHQJDODPL NULVLV ¿QDQVLDO VHEDQ\DN HPSDW NDOL
hubungan tersebut. Hasil analisis menunjukkan yaitu periode 1982/1983, 1988/1989, 1997/1998, dan
bahwa lag maksimum dari hubungan tersebut adalah 2007/2008. Pada setiap krisis, Bank Indonesia dan
OLPDGHQJDQlag optimumVHEHVDUWLJD pemerintah mengambil kebijakan yang mendorong
sektor keuangan untuk mengikuti mekanisme pasar.
2. Uji Kointegrasi Johansen Kebijakan ini dalam jangka pendek dapat mengatasi
Hasil uji akar-akar unit untuk menentukan krisis yang terjadi, namun dalam jangka panjang
stasioneritas data dan lag optimum berguna untuk uji liberalisasi sektor keuangan akan menyebabkan
kointegrasi Johansen. Hasil uji kointegrasi Johansen guncangan pada sektor tersebut yang kemudian
PHQJLQGLNDVLNDQ WHUGDSDW VDWX MHQLV NRLQWHJUDVL akan memicu terjadinya krisis. Hal ini dapat dilihat
pada level 5% untuk hubungan antara krisis dengan dari hasil uji impulse respon function dan variance
variabel CPS dan FDI. decomposition.
Hasil uji impulse respon function menunjukkan
3. Hasil *UDQJHU&DXVDOLW\ bahwa jika terjadi krisis, maka CPS dan FDI akan
Berdasarkan hasil uji akar-akar unit dan uji merespon dengan penurunan yang kemudian diikuti
kointegrasi Johansen maka dapat disimpulkan bahwa oleh peningkatan. Fluktuasi ini terus berlanjut hingga
model yang cocok digunakan dalam mengestimasi SHULRGH GXDSXOXK WDKXQ QDPXQ FHQGHUXQJ
132
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]
133
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016
134