Anda di halaman 1dari 9

JURNAL

JEKT EKONOMI
9 [2] : KUANTITATIF
126 - 134 TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016 ISSN : 2301 - 8968

Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi:


Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia

$OEHUWXV*LULN$OOR
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Papua
albertusgirikallo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat bagaimana hubungan antara liberalisasi sektor keuangan terhadap
perekonomian di Indonesia dan bagaimana guncangan yang diakibatkan oleh krisis berpengaruh terhadap
sektor keuangan. Pendekatan data yang digunakan adalah data time series dengan periode 1980-2013 yang
bersumber dari World Bank dan metode estimasi data menggunakanVektor Error Correction Model 9(&0 
Hasil analisis menunjukkan bahwa guncangan yang terjadi pada PDB akan menyebabkan perubahan pada
sektor keuangan, terutama persentase kreditdomestik untuk sektor swasta terhadap PDB. Selain itu, variabel
krisis dan kredit domestik untuk sektor swastamenunjukkan hubungan bi-directional causality.

Kata kunci: pembangunan ekonomi, liberalisasi keuangan, Produk Domestik Bruto/PDB, krisis ekonomi,
Vektor Error Correction Model (VECM).

Financial Liberalization and Economic Development:


Evidence from the Indonesian Economic Crisis

ABSTRACT

7KHSXUSRVHRIWKLVVWXG\WRVHHKRZWKHUHODWLRQVKLSEHWZHHQWKHOLEHUDOL]DWLRQRIWKH¿QDQFLDOVHFWRUWR
WKHHFRQRP\LQ,QGRQHVLDDQGKRZWKHVKRFNVFDXVHGE\WKHFULVLVD̆HFWWKH¿QDQFLDOVHFWRU7KHDSSURDFK
using the time series data set with time periode 1980-2013 were sourced from World Bank and Vector Error
&RUUHFWLRQ0RGHO 9(&0 DVDPHWKRGRIHVWLPDWLRQ7KHUHVXOWVVKRZHGWKDWWKHVKRFNVWKDWRFFXUUHGLQ*'3
ZLOO FDXVH FKDQJHV LQ WKH ¿QDQFLDO VHFWRU HVSHFLDOO\ SHUFHQWDJHGRPHVWLF FUHGLW WR SULYDWH VHFWRU LQ *'3 ,Q
DGGLWLRQYDULDEOHFULVLVDQGSHUFHQWDJHGRPHVWLFFUHGLWWRSULYDWHVHFWRULQ*'3VKRZVELGLUHFWLRQDOFDXVDOLW\

.H\ZRUGVHFRQRP\GHYHORSPHQW¿QDQFLDOOLEHUDOL]DWLRQ*URVV'RPHVWLF3URGXFW*'3HFRQRPLFFULVLV
Vektor Error Correction Model (VECM)

PENDAHULUAN riset menunjukkan bahwa negara-negara berkembang


yang memiliki lembaga keuangan yang kuat, pasar
Hasil berbagai riset sebelumnya menunjukkan keuangan domestik yang lebih maju dan initial
bahwa peranan antara sektor keuangan dan income yang tinggi menyebabkan aliran modal yang
pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari dua sisi. masuk lebih besar dibandingkan dengan negara lain
Sisi pertama, dimana sektor keuangan memiliki (Bekaert et al., 2005; Alfaro et al., 2008; Papaioannou,
peranan penting dalam peningkatan produktivitas dan   1DPXQ KDVLO ULVHW ODLQ PHQXQMXNNDQ EDKZD
perekonomian suatu negara (King dan Levine, 1993; liberalisasi sektor keuangan pada negara-negara
Arestis dan Demetriades, 1997; Esso, 2009; Hassan berkembang tidak menyebabkan adanya aliran
et al., 2011; Samargandi et al., 2013; Caporale et al., investasi, pertumbuhan ekonomi atau aliran modal
  6LVL ODLQQ\D PHQXQMXNNDQ EDKZD SHUDQDQ PDVXN %RQILJOLROL   6HODLQ LWX OLEHUDOLVDVL
sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor keuangan akan menyebabkan ketidakstabilan
suatu negara sangat kecil dan bukan merupakan faktor ekonomi makro di negara berkembang (Broner dan
SHQWLQJ /XFDV0RKDPHG  5LJRERQ 
Dampak dari liberalisasi sektor keuangan terhadap Pada tahun 1997, Asia mengalami krisis perbankan
pertumbuhan ekonomi tergantung karakteristik dari (disebut juga: Asian ¿QDQVLDOFULVLV \DQJGLVHEDENDQ
QHJDUDWHUVHEXW %URQHUGDQ9HQWXUD %HUEDJDL oleh beberapa faktor, yaitu: puncak dari kredit

126
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]

bermasalah, kepanikan masyarakat, lemahnya pasar.


lembaga keuangan, moral hazard dan overinvestment Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
.UXJPDQ  &KDQJ   7KDLODQG GDQ melihat hubungan antara liberalisasi sektor keuangan
Indonesia merupakan dua negara ASEAN yang terhadap perekonomian di Indonesia dan bagaimana
mengalami dampak yang sangat besar dengan guncangan yang diakibatkan oleh krisis berpengaruh
DGDQ\DNULVLV¿QDQVLDOGL$VLD.HGXDQHJDUDWHUVHEXW terhadap sektor keuangan. Data yang digunakan dalam
mendapat paket bailout dari International Monetary penelitian ini adalah data time series dengan periode
Fund ,0) XQWXNPHQJDWDVLPDVDODKWHUVHEXW-LND 1980-2013 untuk kasus di Indonesia. Penelitian ini
dibandingkan dengan krisis finansial yang terjadi diharapkan dapat memberikan kontribusi empiris
secara global (disebut juga: JOREDO ¿QDQFLDO FULVLV  dalam membangun kebijakan sektor keuangan di
tahun 2008 yang disebabkan oleh inovasi yang cepat Indonesia dalam menghadapi MEA.
dalam produk keuangan seperti praktek sekuritisasi
dan “credit default swap´ 5D] et al.   PDND DATA DAN METODOLOGI
dapat dikatakan bahwa kawasan Asia lebih baik
dalam menghadapi krisis ini dibandingkan dengan Data
NULVLV¿QDQVLDONDZDVDQ$VLDWDKXQ 3DUNet al., Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
 .RQGLVLLQLGLSHQJDUXKLROHKEHEHUDSDIDNWRU data pada periode 1980-2013 untuk melihat dampak
antara lain: kondisi fundamental ekonomi (foreign liberalisasi keuangan terhadap perekonomian
exchange rate, real exchange rate appreciation, Indonesia. Jumlah data yang digunakan adalah 34
kredit domestik, precise real GDP growth, the current tahun yang bersifat time-series. Sumber data pada
account LQÀDVL GDQ HNVSRU  \DQJ OHELK EDLN GDODP periode tersebut diperoleh dari World Bank.
PHQJKDGDSL NULVLV ¿QDQVLDO JOREDO NHELMDNDQ ¿VNDO
dan moneter yang diambil pada saat kiris lebih efektif. Metode Estimasi
Negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung Hubungan antara sektor keuangan dengan
dalam organisasi ASEAN merumuskan arah kebijakan perekonomian suatu negara akan dianalisis dengan
ekonomi yang disebut dengan ASEAN Economic menggunakan data time series. Namun data
Community/AEC atau Masyarakat Ekononomi time series memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
ASEAN. Kesepakatan tersebut dibuat tahun 2003 dan kemungkinan adanya spurious regression (regresi
diimplementasikan pada Desember 2015. Kebijakan linier yang dibentuk dari peubah-peubah nonstasioer
ekonomi dalam AEC/MEA meliputi aliran barang, \DQJ WLGDN EHUNRUHODVL  DGDQ\D NRLQWHJUDVL DQWDUD
jasa, investasi, modal dan tenaga kerja terampil. series, adanya kausalitas antara variabel sektor
Salah satu aliran jasa yang diatur dalam blueprint NHXDQJDQ GDQ SHUHNRQRPLDQ 8QWXN PHQJKDVLONDQ
AEC adalah sektor jasa keuangan, karena liberalisasi hasil estimasi yang baik, maka ketiga masalah diatas
keuangan merupakan bagian integral dari liberaliasi harus diperhatikan dengan baik.
ekonomi.
Liberalisasi sektor keuangan di Indonesia telah 1. Uji Akar-akar Unit (8QLW5RRW7HVW)
dimulai sejak tahun 1983, yang menyebabkan 8ML DNDUDNDU XQLW MXJD GLVHEXW GHQJDQ XML
Indonesia sebagai salah satu tujuan dari investor VWDVLRQHULWDV8MLLQLGLODNXNDQXQWXNPHOLKDWDSDNDK
asing. Liberalisasi pada sektor ini semakin kuat data yang dimiliki merupakan data yang stasioner atau
pada saat krisis ekonomi tahun 1988. Dampak dari tidak. Data yang dikatakan stasioner apabila nilai
liberalisasi ini dapat dilihat pada beberapa indikator, mean, variance, dan covariance konstant sepanjang
PLVDOQ\DWLQJNDWLQÀDVLWLQJNDWVXNXEXNXGDQQLODL ZDNWX *XMDUDWL GDQ 3RUWHU   'DWD \DQJ WLGDN
tukar rupiah yang relatif stabil. Krisis perbankkan stasioner akan menyebabkan terjadinya kondisi
yang terjadi pada tahun 1997 menyebabkan Indonesia spurious regression. Kondisi ini akan menyebabkan
harus melakukan pinjaman kepada International hasil penafsiran dari hubungan ini akan tidak benar
Monetary Fund ,0)  NDUHQD LQYHVWRU DVLQJ WLGDN walaupun nilai R-square (R2 GDQWVWDWLVWLNEHVDUGDQ
dapat memberikan pinjaman jangka pendek maupun VLJQL¿NDQ 6DODK VDWX DODW DQDOLVLV \DQJ GLJXQDNDQ
jangka panjang ke Indonesia. Hal ini kemudian untuk melakukan uji akar-akar unit adalah uji
GLLNXWL ROHK EHEHUDSD NHELMDNDQ ¿VNDO GDQ PRQHWHU Augmented Dickey-Fuller $') +LSRWHVLVQRO + 
yang menyebabkan sektor keuangan mengalami DGDODKWHUGDSDWDNDUXQLW GDQKLSRWHVLVDOWHUQDWLYH
restrukturisasi. Restrukturisasi ini kemudian +  DGDODK WLGDN WHUGDSDW DNDU XQLW  0RGHO GDUL
menyebabkan campur tangan pemerintah pada sektor analisis ini adalah:
keuangan semakin rendah dan menyerahkan kepada

127
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016

Tabel 1. Penjelasan Variabel Pengamatan


  Variabel Satuan Pengertian
*'3Real per 86 *'3Real per capita merupakan
capita penjumlahan dari nilai barang dan
Jika nilai ADF-test statistic hitung lebih besar dari jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit produksi pada suatu
Mackinnon Critical Value maka hipotesis nol diterima, negara dalam jangka waktu setahun
artinya mengandung satu akar unit. Sehingga perlu dibagi dengan jumlah penduduk
dilakukan stasioneritas dengan proses difreensiasi. yang ada pada negara tersebut pada
tahun yang sama.
Setelah data stasioner diperoleh maka perlu dicari
86 %HVDUQ\DSHUWXPEXKDQ*'3GDODP
ODJ\DQJRSWLPXP8QWXNPHQHQWXNDQQLODLODJ\DQJ Tingkat
pertumbuhan satu periode tertentu.
optimum maka digunakan kriteria Akaike Information GDUL*'3
Criteria $,&  GDQ Schwarz Criteria 6&  *XMDUDWL (Growth*'3
GDQ3RUWHU  Persentase % Kredit domestik untuk sektor swasta
kredit domestik mengacu kepada sumberdaya
untuk sektor ¿QDQVLDOSDGDOHPEDJDNHXDQJDQ
2. Uji Kointegrasi Johansen (-RKDQVHQ&RLQ- swasta terhadap yang diberikan kepada sektor swasta,
WHJUDWLRQ7HVW) *'3 &36 dalam bentuk pinjaman, dan lainnya.
8MLNRLQWHJUDVLGLJXQDNDQXQWXNPHOLKDWDSDNDKGXD Perhitungan dalam penelitian
ini adalah rasio antara besarnya
seri waktu yang tidak stasioner dalam jangka panjang
sumberdaya yang diberikan oleh
akan bergerak kearah ekuilibirium dan diferensiasi lembaga keuangan kepada pihak
diantara kedua seri tersebut akan konstant. Pendekatan VZDVWDWHUKDGDS*'3
yang digunakan untuk melihat koentegarsi antara Foreign Direct 86 Foreign Direct Investment
sektor keuangan dan perekonomian suatu negara Investment merupakan besarnya nilai investasi
)', yang berasal dari luar negari,
digunakan pendekatan vector autoregressions 9$5  misalnya yang berasal dari investor.
Johansen. Model dari persamaan ini adalah:
.ULVLV &56 Dummy 1 jika tahun setelah krisis ekonomi
Variable dan 0 jika tahun sebelum krisis
ekonomi. Periode yang digunakan
adalah periode liberalisasi sektor
 keuangan.

Model ¿UVWGL̆HUHQFH dari model di atas adalah:


.DXVDOLWDV *UDQJHU 0RGHO XPXP GDUL KXEXQJDQ
  tersebut sebagai berikut:

 
 

Dimana: adalah vector variabel HQGRJHQ adalah  


parameter matriks; adalah d-vektor dari deterministic
YDULDEOHadalah vector LQQRYDWLRQVadalah matriks +LSRWHVLV QRO DGDODK NHGXD YDULDEHO ; GDQ < 
identitas memiliki tidak hubungan, jika nilai F hitung > F tabel.
Jika tidak terdapat kointegrasi, maka akan Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah variabel (X
digunakan model unrestricted VAR. Namun, jika GDQ <  PHPLOLNL KXEXQJDQ MLND QLODL ) KLWXQJ  )
terdapat hubungan kointegrasi antara kedua seri tabel. Besar kecilnya hubungan dapat dilihat dari pada
tersebut maka digunakan Vector Errror Correction OHYHOVLJQL¿NDQVLSHQHULPDDQKLSRWHVLV
Model 9(&0 
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Uji Kausalitas Granger
8ML NDXVDOLWDV GLJXQDNDQ XQWXN PHQHQWXNDQ Perkembangan Sektor Keuangan dan Krisis di
hubungan sebab akibat antara variabel atau peubah Indonesia
dalam suatu model. Hal ini diperlukan untuk Liberalisasi sektor keuangan di Indonesia dimulai
memastikan bahwa apakah varaibel sektor keuangan sejak tahun 1983, dimana pada saat itu terjadi
berpengaruh terhadap perekonomian atau sebaliknya. penurunan harga minyak dunia yang menyebabkan
Hubungan ini dapat diuji dengan menggunakan uji ODMX LQÀDVL \DQJ WLQJJL GDQ SHUWXPEXKDQ HNRQRPL

128
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]

semakin menurun tajam serta neraca pembayaran Tabel 2. Perkembangan Liberalisasi Sektor Keuangan
yang cukup besar. Kondisi ini disebabkan karena di Indonesia
sebelum periode tersebut, pertumbuhan ekonomi Perubahan
ditunjang oleh sektor migas sedangkan sektor lain Periode Lingkungan Arah Kebijakan Pemerintah
Eksternal
kurang menjadi perhatian. Kebijakan moneter yang
1974- Harga minyak - Memelihara stabilitas ekonomi
diambil oleh pemerintah saat itu adalah kebijakan 1981 meningkat, harga makro meskipun terjadi
3$.-81 3DNHW.HELMDNDQ-XQL 3DNHWLQL komoditi yang bukan LQÀDVL\DQJEHUDVDOGDULVHNWRU
berisikan deregulasi sektor perbankan yang berkaitan minyak mengalami perminyakan.
peningkatan - Peningkatan import
dengan perkreditan dan pengerahan dana. Inti dari
- Peningkatan investasi pada
kebijakan deregulasi VHNWRU SHUEDQNDQ \DLWX   sektor publik
kebebasan pada bank pemerintah untuk menetapkan 1982- Penurunan harga 3HQJKHPDWDQ¿VNDOGHYDOXDVL
VXNXEXQJDGHSRVLWRGDQ  NHWHQWXDQSDJXNUHGLW 1988 minyak kebijakan moneter yang
%,  mengarah kepada mekanisme
pasar; kemandirian dunia
Pada tahun 1987, kondisi perekonomian Indonesia perbankan
masih mengalami guncangan akibat ketidakstabilan - Banyaknya kebijakan non-
KDUJD PLQ\DN GXQLD VHKLQJJD PHQ\HEDENDQ GH¿VLW tarif bariers; orientasi pada
penggunaan produk dalam
neraca pembayaran dan penerimaan. Selain itu, negeri
spekulasi di pasar valuta asing menyebabkan - Ketergantungan pada Badan
ketidaksabilan sektor moneter. Kondisi ini yang 8VDKD0LOLN1HJDUD %801 
menyebabkan pemerintah bersama Bank Indonesia 1988- Harga minyak belum - Pengetatan moneter (misl:
mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan 1997 menentu, penurunan peningkatan Suku bunga SBI,
harga komoditas IDVLOWDVGLVNRQWR 
*HEUDNDQ 6XPDUOLQ , ,QWL GDUL NHELMDNDQ LQL DGDODK dalam negeri, - Orientasi pada eksport
PHQDLNNDQ6XNX%XQJD%DQN,QGRQHVLD 6%, IDVLOWLDV negara berkembang
diskonto, dan tingkat rediskonto JDGDLXODQJ 6XUDW semakin kompetitif
%HUKDUJD 3DVDU 8DQJ 6%38  3DNHW NHELMDNDQ LQL 1997- Krisis ekonomi di - Perbaikan kondisi
ternyata mampu memberikan signal positif bagi 2008 Asia makroekonomi
- 7UDGHOLEHUDOL]DWLRQ
SHUHNRQRPLDQ,QGRQHVLD8QWXNPHQMDJDNHVWDELODQ menghilangkan hambatan
tersebut, kemudian pada tahun 1988 dikeluarkan Paket WDUL̆
Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter, Keuangan - Perbaikan pada sektor
keuangan (misl: perbaikan
GDQ 3HUEDQNDQ 3DNWR   ,QWL GDUL 3DNWR  SDGDUHJXODVL)', 
adalah memberikan kemudahan pendirian bank baru
2008- Krisis keuangan - Liberalisasi sektor keuangan
dan pembukaan kantor cabang dan pengembangan 2015 global, harga pada tingkat ASEAN
pasar modal. Akibat dari Pakto 1988, maka terjadi minyak cenderung - Menghilangkan hambatan
mengalami WDUL̆XQWXNEHEHUDSDNRPRGLWL
peningkatan jumlah bank yang signifikan hingga
peningkatan, pada tingkat ASEAN
tahun 1997. kerjasama MEA - Mobilitas tenaga kerja
Pada tahun 1997, infrastruktur industri perbankan terampil
mengalami pelemahan yang mengakibatkan pasar 6XPEHU :LGRGR  6LPRUDQJNLUGDQ$GDPDQWL  :LG\DVWXWLGDQ
$UPDQWR  %,  
keuangan di Asia bergejolak. Akibatnya, nilai
tukar mata uang di negara-negara Asia mengalami
pelemahan dan perekonomian di kawasan tersebut. terhadap sektor keuangan.
8QWXN PHQJDWDVL KDO WHUVHEXW PDND SHPHULQWDK Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun
Indonesia melakukan kerjasama dengan International 2007 dan puncaknya pada tahun 2008 menyebabkan
Monetary Fund ,0) XQWXNPHQXQWDVNDQNULVLV\DQJ pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan
terjadi di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan sektor KLQJJD PHQFDSDL  WDKXQ    WDKXQ
keuangan di Indonesia semakin mengikuti mekanisme   GDQ  WDKXQ   6LPRUDQJNLU GDQ
pasar sesuai dengan perjanjian dengan IMF. Namun, $GDPDQWL 6WLPXOXVPRQHWHU\DQJGLNHOXDUNDQ
dengan pengetatan likuiditas yang disarankan oleh oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi krisis
IMF menyebabkan kondisi sektor keuangan Indonesia keuangan tersebut adalah dengan mengurangi policy
VHPDNLQ WHUSXUXN :LG\DVWXWL GDQ $UPDQWR   rateQ\D PLVDOQ\DSHQXUXQDQ%,UDWH 
8QWXN PHQJDWDVL KDO WHUVHEXW PDND SHPHULQWDK
PHQHUELWNDQ 88 1R  7DKXQ  WHQWDQJ %DQN Sektor Keuangan dan Output Riil (GDP): Anali-
Indonesia dengan tujuan untuk memelihara kestabilan sis &DXVDOLW\7LPH6HULHV di Indoensia
rupiah, dan mengembalikan kepercayaan masyarakat 8QWXNPHOLKDWNHWHUNDLWDQDQWDUDVHNWRUNHXDQJDQ

129
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016

Tabel 3. Hasil Analisis Augmented Dickey-Fuller $') Tabel 4. Hasil analisis uji kointegrasi dengan meng-
gunakan Johansen Cointegrasion Test
Level )LUVW'L̆HUHQFH Kesimpulan
Hypothesized No. Max-
*'3 t-statistic -0,494380 -4,244273*** Stasioner pada Eigenvalue TraceStatistic
of CE(s) EigenStatistic
)LUVW'L̆HUHQFH
Nilai Kritis 1% -3,646342 -3,653730 None 0,511760 45,93486* 22,22539*
CPS t-statistic -2,098102 -4,479831*** Stasioner pada At most 1 0,392043 23,70947* 15,42717*
)LUVW'L̆HUHQFH At most 2 0,234458 8,282299* 8,282299*
Nilai Kritis 1% -3,653730 -3,653730
Keterangan: * ƚĞƐƚƐƚĂƟƐƟĐ (level 5%);
FDI t-statistic -2,809504* -8,693586*** Stasioner pada
level
Nilai Kritis 1% -3,646342 -3,653730
GLSHUROHK EDKZD WHUGDSDW  WLJD  NHPXQJNLQDQ
NRLQWHJUDVLDQWDUDYDULDEHO*'3GHQJDQYDULDEHO&36
dan perkembangan ekonomi Indonesia maka perlu dan FDI. Kondisi ini mempelihatkan bahwa setiap
GLODNXNDQEHEHUDSDXML\DLWX  8ML$NDUDNDU8QLW variabel dalam jangka panjang cenderung menuju
 8ML.RLQWHJUDVL-RKDQVHQGDQ  8ML.DXVDOLWDV keseimbangan.
*UDQJHU .RPELQDVL DQWDUD 8ML $NDUDNDU 8QLW GDQ Berdasarkan pada uji akar-akar unit dan uji
8ML NRLQWHJUDVL -RKDQVHQ DNDQ PHQHQWXNDQ PRGHO NRLQWHJUDVL -RKDQVHQ GLPDQD YDULDEHO *'3 &36
estimasi time series yang akan digunakan apakah dan FDI tidak stasioner pada tingkat level dan
menggunakan model unrestricted VAR, restricted terdapat kointegrasi diantara variabel tersebut. Hal
VAR atau sering disebut Vector Error Correction LQLPHQXQMXNNDQEDKZDVSHVL¿NDVL9(&0OHELKFRFRN
Model 9(&0 GDQstructural VAR atau disebut SVAR digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
-XDQGDGDQ-XQDLGL  YDULDEHONHXDQJDQ ¿QDQFLDO GHQJDQSHUNHPEDQJDQ
HNRQRPL 3'5%  0RGHO 9(&0 GLJXQDNDQ NDUHQD
1. Hasil uji Akar-akar Unit (Unit Root Tests) adanya koreksi secara bertahap melalui penyesuaian
+DVLO DQDOLVLV PHQXQMXNNDQ EDKZD YDULDEHO *'3 jangka pendek terhadap deviasi dari long run
dan CPS tidak stasioner pada tingkat level, sedangkan equilibrium model.
variabel FDI stasioner berdasarkan nilai kritis
0DF.LQQRQ  'HQJDQ GHPLNLDQ YDULDEHO  *'3 GDQ 3. Hasil Granger Causality
CPS perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan ¿UVW 7HRUHPD *UDQJHU PHQ\DWDNDQ EDKZD VHEXDK
GL̆HUHQFH (ordo   7DEHO  PHPEHULNDQ LQIRUPDVL regresi kointegrasi pasti mempunyai representasi
bahwa semua variabel telah stasioner pada first error correction model -XDQGDGDQ-XQDLGL 
GL̆HUHQFH GDQ VLJQL¿NDQ SDGD OHYHO  .RQGLVL LQL Implikasi dari teorema ini terhadap analisis VECM
PHQJJDPEDUNDQEDKZDYDULDEHO*'3&36GDQ)', adalah bahwa model VECM akan mengandung
adalah data deret waktu dengan derajat integrasi 1 informasi mengenai perubahan-perubahan jangka
VDWX DWDX,  7DKDSVHODQMXWQ\DDGDODKSHQHQWXDQ pendek dan jangka pajang. Hasil analisis menunjukkan
lag optimum dengan menggunakan VAR LQGL̆HUHQFH. EDKZDYDULDEHO*'3PHPLOLNLKXEXQJDQVHDUDK\DQJ
Hasil analisis menunjukkan bahwa lag maksimum NXDW VLJQL¿NDQSDGDOHYHO WHUKDGDSYDULDEHO&36
GDUL SHQHOLWLDQ LQL DGDODK  WXMXK  %HUGDVDUNDQ  QDPXQ OHPDK GHQJDQ YDULDEHO )', VLJQL¿NDQ SDGD
OLPD  NULWHULD \DQJ GLJXQDNDQ VHTXHQWLDO PRGL¿HG OHYHO 6HODLQLWXKXEXQJDQDQWDUDYDUDLEHO&36
likelihood ratio/LR, Akaike Information Criterion/ GDQ)',DGDODKVHDUDKGHQJDQWDUDIVLJQL¿NDQVL
AIC, Final Prediction Error/FPE, Schwarz/SC, dan .HELMDNDQ ¿VNDO GDQ PRQHWHU GL ,QGRQHVLD \DQJ
Hannan-Quinn+4  EDKZD NDQGLGDW ODJ RSWLPDO cenderung mendorong sektor riil untuk meningkatkan
adalah lag 1 dan lag 7. Hasil ini kemudian dibandingkan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan
dengan nilai Adj. R-Square pada masing-masing lag. mendorong perkembangan sektor keuangan dengan
Dengan demikian, lag optimum yang akan digunakan beberapa indikator, yaitu: pemanfaatan kredit oleh
adalah lag 1 karena memberikan nilai Adj. R-Square sektor swasta dan mendorong adanya aliran investasi
\DQJSDOLQJWLQJJL  GLEDQGLQJNDQODJ   asing yang masuk ke Indonesia.
2. Uji Kointegrasi Johansen Impulse respon function digunakan untuk melihat
9DULDEHO *'3 &36 GDQ )', PHPLOLNL WLJD respon suatu peubah akibat suatu guncangan yang
NHPXQJNLQDQ NRLQWHJUDVL \DLWX   *'3 terjadi pada suatu periode apakah makin lama akan
terkointegrasi secara bersama dengan CPS dan FDI; menghilang atau menuju ke titik keseimbangan
  *'3 WHUNRLQWHJUDVL GHQJDQ &36 VDMD GDQ   (convergence  DWDX NHPEDOL NH NHVHLPEDQJDQ
*'3 WHUNRLQWHJUDVL GHQJDQ )', VDMD %HUGDVDUNDQ sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa jika
hasil analisis dengan menggunakan trace statistic *'3PHQJDODPLJXQFDQJDQPDND&36GDQ)',DNDQ
dan max-eigen statistic dengan nilai kritis 5%, maka merespon dengan penurunan. Recovery dari masing-

130
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]

*DPEDU+DVLO$QDOLVLVImpulse Respon Function


Response to Cholesky One S.D. Innovations
Response of F_LOGGDP to F_LOGGDP Response of F_LOGGDP to F_LOGCPS Response of F_LOGGDP to F_LOGFDI
.025 .025 .025

.020 .020 .020

.015 .015 .015

.010 .010 .010

.005 .005 .005

.000 .000 .000

-.005 -.005 -.005


2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Response of F_LOGCPS to F_LOGGDP Response of F_LOGCPS to F_LOGCPS Response of F_LOGCPS to F_LOGFDI


.10 .10 .10

.08 .08 .08

.06 .06 .06

.04 .04 .04

.02 .02 .02

.00 .00 .00


2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Response of F_LOGFDI to F_LOGGDP Response of F_LOGFDI to F_LOGCPS Response of F_LOGFDI to F_LOGFDI


3 3 3

2 2 2

1 1 1

0 0 0

-1 -1 -1

-2 -2 -2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

masing variabel untuk menuju ke titik keseimbangan Tabel 5. Hasil estimasi dengan VECM
EHUEHGDEHGD GLPDQD XQWXN &36 VHODPD  HPSDW  Error Correction: /RJ*'3 Log CPS Log FDI
WDKXQGDQ)',VHODPD WXMXK WDKXQ /RJ*'3 W -0,241576 3,184442*** 94,9977**
Variance decomposition digunakan untuk melihat
>@ >@ >@
kontribusi variabel suatu variabel terhadap variasi
/RJ&36 W -0,056688 -0,2545** -10,99783*
variabel lainnya dalam periode intermediate. Hasil
analisis menunjukkan bahwa sumber penting dari >@ >@ >@
YDULDVL*'3DGDODKJXQFDQJDQGDUL*'3LWXVHQGLUL /RJ)', W 0,001013 -0,006561 -0,043129
sedangkan guncangan yang diakibatkan oleh variabel >@ >@ >@
CPS dan FDI sangat kecil pengaruhnya. Sedangkan C 0,000809 0,000723 0,013403
variasi pada CPS disebabkan oleh guncangan yang >@ >@ >@
EHUVXPEHU GDUL *'3 GDQ &36 GLPDQD JXQFDQJDQ
R-squared 0,199758 0,717114 0,692137
GDUL *'3 PHPEHULNDQ GDPSDN \DQJ OHELK EHVDU
Adj. R-squared 0,076643 0,673594 0,644773
GLEDQGLQJNDQGHQJDQ&36LWXVHQGLUL8QWXNYDULDVL
FDI, pada awal periode guncangan pada FDI lebih F-statistic 1,622539 16,47749 14,61327
GLVHEDENDQ NRQGLVL )', LWX VHQGLUL GDQ *'3 \DQJ Keterangan: nilai dalam kurung menunjukkan t-hitung

menyumbang kurang dari 30 persen hingga periode


NH WXMXK  6HWHODK SHULRGH WHUVHEXW YDULDVL )', Hubungan Krisis dan Liberalisasi Keuangan:
GLVHEDENDQROHK*'3&36GDQ)',LWXVHQGLULVHFDUD Analisis &DXVDOLW\7LPH6HULHV di Indoensia
merata, dimana pada tahun ke-17 variasi dari FDI Keterkaitan antara krisis dan liberalisasi keuangan
lebih besar disebabkan oleh CPS. pada berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
NHGXD DVSHN LQL PHPLOLNL  GXD  MHQLV KXEXQJDQ
4. Hasil Estimasi dengan VECM \DLWX   KXEXQJDQ VHDUDK NULVLV PHPSHQJDUXKL
Hasil estimasi dengan VECM menunjukkan bahwa liberalisasi keuangan atau sebaliknya liberalisasi
YDULDEHO*'3 W GDQ&36 W EHUSHQJDUXKQHJDWLI NHXDQJDQ PHQ\HEDENDQ NULVLV  GDQ   KXEXQJDQ
WHUKDGDS*'3QDPXQVHFDUDVWDWLVWLNWLGDNVLJQL¿NDQ dua arah atau bi-directional causality (kisis
VHGDQJNDQ )', W  EHUSHQJDUXK SRVLWLI WLGDN mempengaruhi liberalisasi keuangan dan sebaliknya
VLJQL¿NDQ 8QWXNYDULDEHO&36GDQ)',GLSHQJDUXKL OLEHUDOLVDVL NHXDQJDQ PHQ\HEDENDQ NULVLV  8QWXN
ROHK *'3 W  GHQJDQ QLODL SRVLWLI VLJQL¿NDQ  &36 melihat hubungan tersebut dengan menggunakan
W  GHQJDQ QLODL QHJDWLI VLJQL¿NDQ  GDQ )', W data time series di Indonesia, maka perlu dilakukan
  GHQJDQ QLODL QHJDWLI WLGDN VLJQLILNDQ  QDPXQ beberapa uji yang hasilnya dijelaskan sebagai berikut.
bersarnya dampak dari masing-masing variabel 1. Hasil uji Akar-akar Unit (Unit Root Tests)
penjelas adalah berbeda. Hasil analisis menunjukkan bawah variabel krisis
dan variabel FDI memiliki data yang stasioner pada

131
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016

Tabel 6. Hasil Analisis Augmented Dickey-Fuller $') 7DEHO+DVLO8ML.RLQWHJUDVL-RKDQVHQ


Level
First Kesimpulan Hypothesized Eigenvalue TraceStatistic Max-
'L̆HUHQFH No. of CE(s) EigenStatistic
CRS t-statistic -3,035822** -5,477226*** Stasioner None 0,648307 41,50295* 30,30490*
Nilai Kritis 1% -3,646342 -3,653730 pada level At most 1 0,215852 11,19805 7,051568
CPS t-statistic -2,098102 -4,479831*** Stasioner At most 2 0,133230 4,146482* 4,146482*
Nilai Kritis 1% -3,653730 -3,653730 pada First
Keterangan: * test statistic OHYHO 
'L̆HUHQFH
FDI t-statistic -2,809504* -8,693586*** Stasioner
Nilai Kritis 1% -3,646342 -3,653730 pada level

*DPEDU+DVLO$QDOLVLVImpulse Respon Function


Response to Cholesky One S.D. Innovations
Response of F_KRISIS to F_KRISIS Response of F_KRISIS to F_LOGCPS Response of F_KRISIS to F_LOGFDI
.6 .6 .6

.4 .4 .4

.2 .2 .2

.0 .0 .0

-.2 -.2 -.2


2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Response of F_LOGCPS to F_KRISIS Response of F_LOGCPS to F_LOGCPS Response of F_LOGCPS to F_LOGFDI


.08 .08 .08

.04 .04 .04

.00 .00 .00

-.04 -.04 -.04

-.08 -.08 -.08

-.12 -.12 -.12


2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Response of F_LOGFDI to F_KRISIS Response of F_LOGFDI to F_LOGCPS Response of F_LOGFDI to F_LOGFDI


3 3 3

2 2 2

1 1 1

0 0 0

-1 -1 -1

-2 -2 -2
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

tingkat level sedangkan CPS pada ¿UVW GL̆HUHQFH. hubungan antara variabel krisis dengan variabel
Dengan melakukan pengujian pada tingkat first OLEHUDOLVDVL NHXDQJDQ &36 GDQ )',  DGDODK 9(&0
GL̆HUHQFH untuk variabel krisis dan FDI, maka tingkat Hasil uji Granger Causality menunjukkan bahwa
VLJQL¿NDQVLGDULNHVWDVLRQHUDQGDWDSDGDGXDYDULDEHO variabel krisis dan CPS memiliki hubungan bi-
tersebut meningkat menjadi 1%. Setelah mengetahui directional causality.
kestasioneran data, maka kita dapat menentukan Dalam rentang waktu 1980-2013, Indonesia telah
pangjang lag maksimum dan lag optimum dari PHQJDODPL NULVLV ¿QDQVLDO VHEDQ\DN  HPSDW  NDOL
hubungan tersebut. Hasil analisis menunjukkan yaitu periode 1982/1983, 1988/1989, 1997/1998, dan
bahwa lag maksimum dari hubungan tersebut adalah 2007/2008. Pada setiap krisis, Bank Indonesia dan
 OLPD GHQJDQlag optimumVHEHVDU WLJD  pemerintah mengambil kebijakan yang mendorong
sektor keuangan untuk mengikuti mekanisme pasar.
2. Uji Kointegrasi Johansen Kebijakan ini dalam jangka pendek dapat mengatasi
Hasil uji akar-akar unit untuk menentukan krisis yang terjadi, namun dalam jangka panjang
stasioneritas data dan lag optimum berguna untuk uji liberalisasi sektor keuangan akan menyebabkan
kointegrasi Johansen. Hasil uji kointegrasi Johansen guncangan pada sektor tersebut yang kemudian
PHQJLQGLNDVLNDQ WHUGDSDW  VDWX  MHQLV NRLQWHJUDVL akan memicu terjadinya krisis. Hal ini dapat dilihat
pada level 5% untuk hubungan antara krisis dengan dari hasil uji impulse respon function dan variance
variabel CPS dan FDI. decomposition.
Hasil uji impulse respon function menunjukkan
3. Hasil *UDQJHU&DXVDOLW\ bahwa jika terjadi krisis, maka CPS dan FDI akan
Berdasarkan hasil uji akar-akar unit dan uji merespon dengan penurunan yang kemudian diikuti
kointegrasi Johansen maka dapat disimpulkan bahwa oleh peningkatan. Fluktuasi ini terus berlanjut hingga
model yang cocok digunakan dalam mengestimasi SHULRGH  GXDSXOXK  WDKXQ QDPXQ FHQGHUXQJ

132
Liberalisasi Keuangan dan Pembangunan Ekonomi: Belajar dari Krisis Ekonomi Indonesia [Albertus Girik Allo]

Tabel 8. Hasil estimasi dengan VECM DISKUSI


Error
CRS Log CPS Log FDI
Correction: Liberalisasi sektor keuangan di Indonesia (yang
&56 W 0,761788* 0,132888 5,063051* di proxyGHQJDQYDULDEHO&36GDQ)', EHUGDVDUNDQ
>@ >@ >@ hasil analisis menunjukkan hubungan yang positif
&56 W 0,38892 0,020411 2,860813 WHUKDGDSSHPEDQJXQDQHNRQRPL 3'% .HWHUVHGLDDQ
>@ >@ >@ kredit akan memberikan manfaat bagi sektor swasta
.ULVLV W 0,226996 0,053564 1,486024
maupun sektor rumah tangga, dimana sektor swasta
akan melakukan pengembangan usahanya dengan
>@ >@ >@
melakukan investas sedangkan sektor rumah tangga
/RJ&36 W 0,431704 -0,58297** 4,713472
akan meningkatkan konsumsi. Pertumbuhan kredit
>@ >@ >@ PHQXQMXNNDQNHFHGHUXQJDQ\DQJEHÀXNWXDVLGLPDQD
/RJ&36 W -1,243831 -0,49983** -2,63374 jika terjadi krisis maka pertumbuhan kredit akan
>@ >@ >@ PHQXUXQ 8WDULet al 1DPXQMLNDGLOLKDWGDUL
/RJ&36 W 0,831777 -0,40828** -24,104*** SHUVHQWDVHNUHGLWGRPHVWLNWHUKDGDS3'% QRPLQDO 
>@ >@ >@ maka menunjukkan kecenderungan yang positif dalam
/RJ)', W -0,005183 0,018185*** -1,14343***
MDQJND SDQMDQJ 0HQXUXW 0HQGR]D GDQ 7HUURQHV
 EDKZDHODVWLVLWDVSHUWXPEXKDQNUHGLWWHUKDGDS
>@ >@ >@
pertumbuhan ekonomi memiliki nilai lebih dari satu
/RJ)', W -0,007524 0,016719 -0,83651**
untuk kondisi jangka panjang.
>@ >@ >@ Hasil penelitian ini menunjukkan, pembangunan
/RJ)', W 0,018885 0,008551 -0,28821 ekonomi sebagai pendorong pertumbuhan kredit. Ha-
>@ >@ >@ sil ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Nugro-
C 0,025596 0,005911 0,178186 KRGDQ3UDVPXNR  \DQJ PHQXQMXNNDQ EDKZD
>@ >@ >@ peran pertumbuhan ekonomi lebih dominan sebagai
R-squared 0,684749 0,710629 0,844245 lead dari pertumbuhan kredit dibandingkan kondisi
sebaliknya. Pembangunan ekonomi yang semakin
Adj. R-squared 0,50961 0,549867 0,757714
baik akan mendorong adanya stabilitas perekonomian
F-statistic 3,909742 4,420378 9,756589
dalam negeri, sehingga akan mendorong pertumbuhan
Keterangan: nilai dalam kurung menunjukkan t-hitung; nilai t-tabel
kredit pada sektor swasta. Di Indonesia, sektor formal
merupakan sektor yang mendapat porsi terbesar dari
menuju ke titik keseimbangan (convergen 6HGDQJNDQ pertumbuhan kredit dibandingkan dengan sektor in-
uji variance decomposition menunjukkan bahwa formal. Hal ini berbanding terbalik dengan data yang
sumber penting dari variasi krisis adalah guncangan menunjukkan bahwa sektor informal merupakan sek-
dari krisis itu sendiri dan CPS, dimana proporsi dari tor yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat
goncangan krisis itu sendiri lebih besar dari CPS. ,QGRQHVLD0HQXUXW8WDULet al  EDKZDGDODP
8QWXNYDULDEHO&36VXPEHUXWDPDGDULYDULDVL&36 jangka panjang permintaan kredit dipengaruhi secara
adalah CPS itu sendiri dan krisis, dimana pada dua positif oleh aktivitas perekonomian dan secara negatif
periode awal CPS lebih besar dari krisis, namun untuk ROHKVXNXEXQJDNUHGLWGDQLQÀDVL
SHULRGH  WLJD  WDKXQ NHDWDV GDPSDN NULVLV OHELK Hubungan antara krisis dan kredit domestik untuk
besar dari CPS itu sendiri. sektor swasta menunjukkan hubungan bi-directional
causality. Artinya, krisis dapat mempengaruhi
4. Hasil Estimasi dengan VECM kredit domestik untuk sektor swasta, dan sebaliknya.
Hasil estimasi dengan VECM menunjukkan Pertumbuhan kredit yang tinggi yang diiringi oleh
bahwa krisis yang terjadi pada periode sebelumnya melemahnya current account dan kerentanan sektor
berpengaruh positif terhadap krisis dan FDI pada keuangan serta adanya moral hazard dan adverse
periode saat ini, dan secara statistiksignifikan. selection PHUXSDNDQ SHPLFX LQÀDVL \DQJ WLQJJL GDQ
6HGDQJNDQ XQWXN YDULDEHO &36 W W GDQ W  jika tidak diatasi maka akan menjadi krisis ekonomi
berpengaruh negarif terhadap CPS pada periode t, dan dalam negeri. Kondisi sebalinya juga dapat terjadi,
VHFDUD VWDWLVWLN VLJQL¿NDQ +DO LQL MXJD WHUMDGL SDGD dimana krisis ekonomi akan menyebabkan penurunan
YDULDEHO )', GLPDQD )', W GDQ W  EHUSHQJDUXK pertumbuhan kredit domestik untuk sektor swasta
QHJDWLIGDQVLJQL¿NDQWHUKDGDS)',SDGDSHULRGHW karena sektor keuangan mengalami kekurangan uang
untuk disalurkan kepada sektor swasta.

133
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 9 No. 2 • AGUSTUS 2016

SIMPULAN 1HZ(80HPEHUV´IZA DP No. 8397.


&KDQJ+-³7KH+D]DUGRI0RUDO+D]DUG8QWDQJOLQJ
the Asian Crisis”. World Development9RO  
Hasil penelitian memberikan dua kesimpulan 788.
XWDPD\DLWX  OLEHUDOLVDVLVHNWRUNHXDQJDQPHPLOLNL Esso L.J. 2009. “Cointegration and Causality between Financial
hubungan positif dengan pembangunan ekonomi; 'HYHORSPHQW DQG (FRQRPLF *URZWK (YLGHQFH IURP
ECOWAS Countries”. European Journal of Economics,
GDQ  NULVLVGDQSHUVHQWDVHNUHGLWGRPHVWLNXQWXN Finance and Administrative Sciences, 16.
sektor swasta terhadap PDB memiliki hubungan bi- *XMDUDWL '1 GDQ 3RUWHU '&   'DVDU±GDVDU
directional causality. Kondisi tersebut memberikan Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat
+DVVDQ 0. 6DQFKH] %  <X -6  ³)LQDQFLDO
arti bahwa otoritas kebijakan keuangaan harus
'HYHORSPHQW DQG (FRQRPLF *URZWK 1HZ (YLGHQFH
memperhatikan bahwa liberalisasi keuangan dalam from Panel Data”. The Quarterly Review of Economics
jangka panjang merupakan salah satu faktor yang and Finance, Vol. 51: 88-104.
mempengaruhi krisis ekonomi sehingga perlu Juanda, Bambang & Junaidi.2012. “Ekonometrika Deret
Waktu: Teori dan Aplikasi”. IPB Press. Bogor
kebijakan moneter agar sektor keuangan tidak
Lucas R.E. 1988. “On the Mechanics of Economic Development”.
selamanya berada dalam mekanisme pasar. Selain Journal of Monetary Economics9RO  
itu, penyaluran kredit yang tinggi dapat memberikan .LQJ 5 *  /HYLQH 5  ³)LQDQFH DQG *URZWK
efek negatif bagi perekonomian. Schumpeter Might Be Right”. Quarterly Journal of
Economics9RO  
Krugman, P. 1999. “Balance Sheets, the transfer problem, and
SARAN Financial Crises”. International Tax and Public Finance,
9RO  
Liberalisasi keuangan dalam AEC/MEA harus 0HQGR]D(* 7HUURQHV0(³$Q$QDWRP\RI&UHGLW
Booms: Evidence from Macro Aggregates and Micro
mempertahankan kestabilan ekonomi sehingga Data”, NBER Working Paper 14049.
tidak terjadi guncangan terhadap PDB yang akan 0RKDPHG 6(  ³)LQDQFH*URZWK 1H[XV LQ 6XGDQ
menyebabkan perubahan terhadap CPS yang Empirical Assessment Based on an Application of the
kemudian dalam jangka panjang akan mempengaruhi $XWRUHJUHVVLYH 'LVWULEXWHG /DJ $5'/  0RGHO´ $3,
WPS 0803.
pertumbuhan ekonomi. Efek negatif dari penyaluran Nugroho, P & Prasmuko, A. 2008. “Analisis Peran Kredit
kredit bagi sektor swasta dapat diantisipasi dengan Perbankan dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”.
rancangan kebijakan makroprudensial yang sifatnya Catatan Riset No. 10/16/DKM/BRE/Cat.
countercyclical. Papaioannou, E. 2009. “What Driver International Financial
Flows? Politics, Institutions, and Other Determinants”.
Journal of Development Economics9RO  
REFERENSI Park, D., A. Ramayandi, & K. Shin. 2013. “Why Did Asian
&RXQWULHV )DUH %HWWHU GXULQJ WKH *OREDO )LQDQFLDO
$OIDUR / $ &KDUOWRQ  ) .DQF]XN  ³3ODQW6L]H Crisis than during the Asian Financial Crisis?” Book:
'LVWULEXWLRQ DQG &URVV&RXQWU\ ,QFRPH 'L̆HUHQFHV´ Responding to Financial Crisis: Lessons from Asia Then,
NBER Working Paper Series, 14060. WKH8QLWHG6WDWHVDQG(XURSH1RZ$VLDQ'HYHORSPHQW
Arestis, P, & P. Demetriades. 1997. “Financial Development and Bank.
(FRQRPLF*URZWK$VVHVVLQJWKH(YLGHQFH´Economic 5D]$),QGUD73.$UWLNDVLK'. 6&LWUD³.ULVLV
Journal 9RO   .HXDQJDQ*OREDOGDQ3HUWXPEXKDQ(NRQRPL$QDOLVD
Bank Indonesia/BI. 2015. “Sejarah Bank Indonesia: Moneter dari Perekonomian Asia Timur”. Buletin Ekonomi
3HULRGH ´ 8QLW .KXVXV 0XVHXP %DQN Moneter dan Perbankan9RO  
Indonesia (http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/ 6DPDUJDQGL 1 - )LGUPXF  6 *KRVK  ³)LQDQFLDO
sejarah-bi/bi/Documents/3ee69417b88f49638fa703d1 'HYHORSPHQW DQG (FRQRPLF *URZWK LQ DQ 2LO5LFK
c11f4f4bSejarahMoneterPeriode19831997.pdf  GLDNVHV Economy: The Case of Suadi Arabia”. BRUNEL,
pada tanggal 12 April 2015. Economics and Financial Working Paper Series, No.
%HNDHUW*+DUYH\& /XQGEODG5³'RHV)LQDQFLDO 13-12.
/LEHUDOL]DWLRQ 6SXU *URZWK"´ Journal of Financial Simorangkir, I. dan Adamanti J. 2010. “The Roles of Fiscal and
Economics, Vol. 77:3-56 Relieving Monetary on Indonesian Economy during the
Bonfiglioli, A. 2008. “Financial Integration, Productivity *OREDO)LQDQFLDO&ULVLV8VLQJWKH$SSURDFKRI)LQDQFLDO
and Capital Accumulation”. Journal of International &RPSXWDEOH*HQHUDO(TXLOLEULXP´Bulletin of Monetary
Economics, Vol 76: 337-355. Economy and Banking Bank of Indonesia9RO  
Broner, F. & R. Rigobon. 2006. “Why Are Capital Flows So 169-192
Much More Volatile in Emerging than in Developing 8WDUL *$' $ULPXUWL 7 GDQ .XUQLDWL ,1 
Countries? In External Vulnerability and Preventive “Pertumbuhan Kredit Optimal”. Buletin Ekonomi
Policies”, ed. By Ricardo Caballero, Cesar Calderon, and Moneter dan Perbankan9RO  
Luis Cespedes. Santiogo: Central Bank of Chile. Widyastuti R. S dan Armanto, B. 2013. “Banking Industry
%URQHU) -9HQWXUD³*OREDOL]DWLRQDQG5LVN6KDULQJ´ Competition InIndonesia”. Bulletin of Monetary
Review of Economic Studies2[IRUG8QLYHUVLW\3UHVV Economics and Banking9RO  
   Widodo, T. 2008. “The Structure of Protection in Indonesia
&DSRUDOH*05DXOW&6RYD5 6RYD$³)LQDQFLDO Manufacturing Sector”. ASEAN Economic Bulletin, Vol
'HYHORSPHQWDQG(FRQRPLF*URZWK(YLGHQFHIRUP7HQ   

134

Anda mungkin juga menyukai